Yang bukan merupakan masalah kesehatan bagi remaja adalah

REMAJA bukan anak dan belum dewasa, ia memiliki ciri khas dan kebutuhan yang unik. Remaja menurut WHO adalah individu berusia 10-19 tahun. Sebuah masa yang identik dengan aneka perubahan baik secara fisik, psikis, maupun sosial.

Masa remaja adalah masa lepas landas yang sangat besar perannya dalam menentukan kualitas masa dewasa  dan kualitas generasi yang kelak dilahirkannya. Masa remaja dianggap sebagai masa yang paling sehat secara fisik, tidak heran populasi remaja adalah populasi yang paling sedikit  datang ke fasilitas kesehatan. Padahal, remaja adalah paling "rawan" secara psikologis dan sosial yang dapat memberi dampak pada kesehatan fisiknya. Sebaliknya, di masa remaja juga terjadi banyak perubahan fisik berupa pubertas dan proses masturbasi otak yang unik yang berdampak  pada aspek psikologis dan sosial. Besarnya pengaruh  lingkungan pada remaja mulai dan orangtua, keluarga, sekolah, dan teman sebaya juga berperan dalam kesehatan remaja secara keseluruhan.

Apa saja yang perlu kita perhatikan dalam memastikan  kesehatan remaja?

Pertama, pola makan yang sehat. Tidak sarapan, jajanan tidak sehat, konsumsi junk food, makanan dan minuman kemasan (yang pada umumnya tinggi gula dan garam), serta jarang mengonsumsi buah dan sayur adalah pola makan yang kerap dijumpai pada masa remaja. Pola makan ini besar kemungkinan terbawa hingga dewasa dan akhirnya dituai sebagai penyakit stroke, kencing manis, dan kanker yang merupakan  penyebab kematian utama masyarakat Indonesia. Menerapkan pola makan sehat bagi remaja sangat menantang karena ia lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah dan adanya pengaruh teman sebaya yang besar.

Kedua, pemantauan  pertumbuhan.  Bukan balita saja yang perlu ditimbang dan diukur tinggi badannya. Remaja juga perlu, meski tak perlu sebulan sekali seperti masa balita. Jika tidak ada permasalahan, setidaknya 6 bulan sekali remaja perlu ditimbang dan diukur tinggi badannya. Pemantauan ini akan membantu kita mendeteksi dini kondisi gizi  kurang, gizi lebih dan obesitas serta perawakan pendek yang mungkin menjadi bagian dari permasalahan kesehatan lainnya.

Ketiga, pubertas sehat. Pubertas secara rerata pada anak perempuan dimulai dengan pertumbuhan payudara pada usia 8-13 tahun dan pada anak laki-laki dimulai dengan pembesaran  testis (buah zakar) pada usia  9-14 tahun. Haid pertama pada anak perempuan terjadi kurang  lebih 3 tahun setelah payudara mulai tumbuh atau umumnya sebelum usia 16 tahun. Pada 1-2 tahun pertama menstruasi polanya sangat mungkin masih belum teratur. Tinggi badan remaja perempuan akan cepat bertambah di awal masa pubertas, sementara remaja laki-laki akan banyak bertambah tinggi badan di akhir masa pubertas.

Keempat, imunisasi. Sama halnya dengan pemantauan pertumbuhan, imunisasi juga sangat diperlukan bagi remaja. Penyakit infeksi lebih mudah terjadi di masa remaja daripada masa sebelumnya. Imunisasi yang dianjurkan Ikatan Dokter Anak Indonesia bagi remaja antara lain DT, MMR, typhoid, dan HPV (Human Papiloma Virus, virus penyebab kanker leher rahim).

Kelima, aktivitas positif dan sehat. Memiliki aktivitas positif bagi remaja sangat penting untuk maturasi perkembangan otak remaja, menjaga kesehatan fisik dan kesehatan mental, serta menghindarinya dari perilaku negatif.

Keenam, keselamatan dan keamanan di rumah, di sekolah/tempat kerja/tempat kursus serta dalam perjalanan adalah aspek kesehatan remaja yang sangat penting. Kekerasan dalam rumah tangga, bullying di sekolah, serta ketidakpatuhan pada peraturan lalu lintas adalah beberapa penyebab masalah keselamatan dan keamanan remaja.

Ketujuh, penggunaan gadget dan internet sehat. Kehidupan  zaman now tidak lepas dari gadget dan internet. WHO pada tahun 2017 yang lalu telah mencanangkan adiksi game sebagai salah satu permasalahan kesehatan yang penting.  Penggunaan gadget dalam kehidupan sehari-hari penting bagi proses pembelajaran dan pengembangan ilmu, namun agar tetap terjaga baik, aturan perlu diadakan dan disepakati baik di rumah maupun di sekolah.

Kedelapan, relasi yang sehat di rumah dan sekolah. Peralihan dari masa anak ke dewasa disertai peralihan psikologis dan peran sosial remaja sehingga peran keluarga dan peran sekolah pun perlu ikut berubah. Perselisihan banyak terjadi karena maslng-masing pihak belum memahami apa saja yang terjadi dalam masa peralihan dan bagaimana menyikapinya.

Menyambut hari Sumpah Pemuda, mari klta pastikan remaja-pemuda Indonesia sehat senantiasa.

Dapatkan info kesehatan RS St. Carolus di Harian KOMPAS setiap hari Minggu

Yang bukan merupakan masalah kesehatan bagi remaja adalah
Anak Remaja (Foto: Shutterstock)

Reporter : Mutia Nugraheni

Asupan gizi optimal sangat dibutuhkan anak remaja untuk pertumbuhan dan perkembangan mental serta fisiknya.

Dream – Anak-anak yang berusia remaja yaitu mereka yang berusia 10 hingga 18 tahun. Dalam usia tersebut rupanya ada risiko kesehatan yang mengintai. Terjadi fase growth spurt di mana pertumbuhan terjadi sangat cepat.

Baik pertumbuhan fisik, psikis, kognitif, reproduksi. Untuk mendukung pertumbuhan cepat tersebut dibutuhkan asupan gizi yang optimal.

Musim Liburan Masih Pandemi, Dokter Ingatkan Pilih yang Minim Risiko

Namun sayangnya menurut dr. Pattiselano Robert Johan, Plt Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, anak remaja di Indonesia mengalami masalah gizi.

Antara lain anemia, stunting, tubuh terlalu kurus, hingga obesitas. Para orangtua diminta terus memperhatikan asupan gizi untuk para anak remajanya. Jangan sampai mengalami masalah-masalah berikut.

Anemia
Anemia terjadi karena kurangnya asupan zat besi dalam makanan dan minuman sehari-hari. " Kalau sudah seperti ini, bisa akibatkan penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi, kebugaran, dan produktivitas,” ujar Robert dalam Seminar Kesehatan dan Gizi Remaja.

Secara khusus, anemia yang dialami remaja perempuan berdampak lebih serius dibanding laki-laki, karena mengingat mereka adalah calon ibu. Jika hal ini tidak diatasi, maka akan memperbesar risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur, dan berat bayi lahir rendah. Berikan daging merah, sayuran hijau, dan produk-produk yang mengandung zat besi sebagai asupan harian anak remaja

Stunting
Merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat menimbulkan diabetes melitus, jantung koroner, hipertensi, dan obesitas.

Kurus atau kurang energi kronis (KEK)
Penyebab dari masalah ini bisa karena pola asupan yang salah, takut gemuk, dan diet tidak sehat. “ Kalau sudah terkena KEK, maka bisa menimbulkan berbagai penyakit infeksi. Oleh karena itu, harus mengonsumsi makanan bergizi seimbang,” ujar Robert.

Obesitas
Robert memaparkan bahwa menurut Global Health Survey 2015 penyebab obesitas antara lain karena pola makan remaja yang buruk. Seperti jarang sarapan, kurang mengonsumsi makanan berserat, sering mengonsumsi makanan penyedap, serta kurang beraktivitas. Hal ini mengakibatkan risiko seseorang menjadi kegemukan, bahkan obesitas.

Laporan Dina Nazhifah

Jakarta, 15 Mei 2018

Remaja menurut UU Perlindungan Anak adalah seseorang yang berusia antara 10-18 tahun, dan merupakan kelompok penduduk Indonesia dengan jumlah yang cukup besar (hampir 20% dari jumlah penduduk). Remaja merupakan calon pemimpin dan pengerak pembangunan di masa depan.

“Remaja merupakan masa yang sangat berharga bila mereka berada dalam kondisi kesehatan fisik dan psikis, serta pendidikan yang baik”, ujar Menteri Kesehatan RI dalam paparannya yang disampaikan oleh Plt Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes, dr. Pattiselano Robert Johan, MARS, pada Seminar Kesehatan dan Gizi Remaja di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Senin (15/5).

Menkes menerangkan bahwa di dalam masa remaja terjadi apa yang dinamakan growth spurt atau pertumbuhan cepat, juga pubertas. Pada fase tersebut, terjadi pertumbuhan fisik disertai perkembangan mental-kognitif, psikis, juga terjadi proses tumbuh kembang reproduksi yang mengatur fungsi seksualitas.Menkes mengatakan bahwa masa remaja seringkali dianggap sebagai periode hidup yang paling sehat.

Padahal, pertumbuhan fisik pada remaja tidak selalu disertai dengan kematangan kemampuan berpikir dan emosional. Selain itu, di masa remaja juga terjadi proses pengenalan jati diri, dan kegagalan dalam proses pengenalan diri ini bisa menimbulkan berbagai masalah.

“Kalau kita perhatikan hanya sedikit remaja yang datang berobat ke fasilitas kesehatan dibandingkan kelompok usia lain (bayi, Balita, atau lansia). Padahal masalah yang dihadapi remaja itu rumit, salah satu diantaranya adalah masalah kesehatan”, terang Menkes.

Menkes mengatakan bahwa permasalahan yang dialami remaja cukup kompleks, mulai dari masalah prestasi di sekolah, pergaulan, penampilan, menyukai lawan jenis dan lain sebagainya. Berbagai hal tersebut bisa membawa pengaruh terhadap perilaku dan status kesehatan remaja itu sendiri.

“Penanganan masalah remaja termasuk di dalamnya masalah kesehatan, akan sangat membutuhkan keterlibatan multi disiplin ilmu, lintas program, lintas sektor dan masyarakat”, imbuh Menkes.

Menkes juga menyatakan bahwa remaja mudah dipengaruhi oleh teman sebaya dan media sosial sehingga rawan terpengaruh oleh perilaku yang tidak sehat, atau mendapatkan informasi kesehatan dan gizi yang tidak benar (hoax). Misalnya, mengikuti pola diet selebritis, mengonsumsi jajanan yang sedang hits namun tidak bergizi, atau kurang beraktifitas fisik karena terlalu sering bermain games sehingga malas gerak (mager).

Pola makan remaja yang tergambar dari data Global School Health Survey tahun 2015, antara lain: Tidak selalu sarapan (65,2%), sebagian besar remaja kurang mengonsumsi serat sayur buah (93,6%) dan sering mengkonsumsi makanan berpenyedap (75,7%). Di antara remaja itu juga kurang melakukan aktifitas fisik (42,5%). Apabila cara konsumsi ini berlangsung terus menerus dan menjadi kebiasaan pola makan tetap para remaja, maka akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit tidak menular.

“Remaja sebenarnya memiliki kemampuan untuk membuat pilihan, bagaimana pola makan dan berperilaku hidup yang sehat, serta bagaimana menjadi pribadi yang bermanfaat”, tandas Menkes.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email . (myg)

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM