Urutan khotbah pertama dan khutbah kedua dalam salat jumat harus

Ilustrasi mendengarkan khutbah Jumat. Foto: Unsplash

Rukun khutbah Jumat adalah tata cara pelaksanaan khutbah dalam pelaksanaan sholat Jumat bagi umat Muslim. Rukun tersebut disyaratkan menggunakan bahasa Arab serta pelaksanaan dan penuturannya harus dilakukan dengan tertib.

Khutbah berperan menyampaikan pesan kesadaran dan dakwah kepada umat Muslim dalam melaksanakan ajaran Islam. Karena itu, pelaksanaannya harus memenuhi rukun khutbah dan syarat sahnya.

Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai rukun khutbah Jumat, mulai dari pengertian, syarat, sunnah, hingga fungsinya.

Apa Rukun Khutbah?

Ilustrasi seorang khatib yang melakukan khutbah. Foto: Unsplash

Secara bahasa, rukun memiliki arti "tiang penopang" atau "tiang sandaran penyangga utama". Dalam istilah fikih, rukun adalah segala aktivitas atau perbuatan yang harus dilakukan dan sholat menjadi tidak sah jika hal tersebut tidak dilakukan.

Sementara, khutbah menurut bahasa berarti "pendahuluan" atau "mukadimah". Secara istilah, khutbah adalah pidato atau ceramah yang berisi keagamaan.

Khutbah merupakan ceramah kepada khalayak yang di dalamnya mengandung suatu pesan. Mengutip Cara Khutbah Rasulullah SAW oleh Usman Shalehuddin dkk. (2018: 4), hakikat khutbah adalah wasiat untuk bertakwa, baik bentuknya janji kesenangan maupun ancaman kesengsaraan.

Dari pengertian di atas, rukun khutbah dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang harus dilakukan oleh seorang khatib ketika berkhutbah dan harus dilaksanakan dengan tertib.

Dalam Mazhab Syafi'i, setidaknya ada lima rukun khutbah yang harus dipenuhi, yaitu membaca hamdalah, bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW, membaca petikan ayat Alquran, berwasiat untuk bertakwa, dan memohon ampunan untuk kaum muslimin dan muslimat.

Apa Syarat Khutbah?

Ada beberapa syarat dan rukun khutbah dalam pelaksanaannya. Mengutip Rahasia Puasa Menurut 4 Mazhab oleh Thariq Muhammad Suwaidan (2013: 161), berikut syarat khutbah yang harus dilakukan.

  • Harus dengan bahasa Arab, meskipun tidak ada yang memahaminya. Menurut Mazhab Maliki, jika tidak ada satu pun yang menguasai (membaca) bahasa Arab, maka kewajiban melaksanakan khutbah telah gugur. Sementara menurut Mazhab Hanafi, khutbah tidak harus memakai bahasa Arab.

  • Pada sholat Jumat, kedua khutbah dilaksanakan sebelum sholat dikerjakan. Sementara pada sholat Idul Fitri, khutbah dilaksanakan setelah sholat.

  • Khatib harus menyampaikan khutbah dengan suara keras sehingga didengar oleh minimal 40 orang.

Rukun Khutbah Jumat

Ilustrasi khutbah sholat Jumat. Foto: Pexels

Seorang khatib harus memperhatikan rukun khutbah yang telah ditetapkan hukum Islam agar ibadah sholat Jumat sah. Imam Nawawi dalam kitab Munhaj al-Thalibin wa Umdatul-Muftin menyebutkan bahwa urutan rukun khutbah yang benar adalah sebagai berikut.

1. Memuji Allah di Khutbah Pertama dan Kedua

Rukun khutbah Jumat yang pertama adalah memuji Allah. Maksudnya, memberikan pujian kepada Allah adalah dengan mengucapkan lafaz seperti "Alhamdulillah", "Nahmadu lillah", "Lillahi al hamdu", "Innalhamda lillah", "Hamidu Allah", dan bisa juga dengan "Asy-syukru lillahi".

Sebagaimana dikatakan oleh Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitab Al-Manhaj Al-Qawim sebagai berikut.

"Disyaratkan adanya pujian kepada Allah menggunakan kata Allah dan lafaz hamdun atau lafaz-lafaz yang satu akar kata dengannya.

Seperti alhamdulillah, ahmadu-Llâha, Allâha ahmadu, Lillâhi al-hamdu, ana hamidun lillâhi, tidak cukup al-hamdu lirrahmân, asy-syukru lillâhi, dan sejenisnya, maka tidak mencukupi."

2. Membaca Sholawat Nabi di Kedua Khutbah

Rukun Khutbah kedua adalah membaca sholawat Nabi. Bacaan tersebut wajib dilafazkan dengan jelas saat sholat Jumat. Setidaknya, ada ucapan sholawat seperti "shalli ala Muhammad", atau "as-shalatu ala Muhammad" atau "ana mushallai ala Muhammad".

Salah satu contoh bunyi sholawat Nabi yang bisa diucapkan adalah "Allahumma sholli wa sallam alaa muhammadin wa alaa alihii wa ash haabihi wa man tabiahum bi ihsaani ilaa yaumiddiin".

Rukun kedua ini dibahas oleh Syekh Mahfuzh Al-Tarmasi dalam kitab Hasyiyah Al-Tarmasi sebagai berikut.

"Shighat-nya membaca shalawat Nabi tertentu, yaitu komponen kata yang berupa as-shalatu beserta isim zhahir dari beberapa asma Nabi Muhammad SAW."

3. Berwasiat Ketakwaan di Kedua Khutbah

Rukun khutbah Jumat yang ketiga adalah wajib memberikan wasiat ketakwaan. Artinya, isi khutbah harus mengandung pesan kebaikan, seperti mengajak pada ketakwaan serta menjauhi kemunkaran. Hal ini bisa diucapkan dengan kata-kata sebagai berikut.

  • "Athiullaha" yang berarti "taatilah Allah".

  • "Ittaqullaha" yang artinya "bertakwalah kepada Allah".

  • "Inzajiru 'anil makshiyat" yang artinya "jauhilah maksiat".

Syekh Ibrahim Al-Bajuri menjelaskan rukun ketiga ini dalam kitab Hasyiyah Al-Bajuri 'ala Ibni Qasim sebagai berikut.

"Kemudian berwasiat ketakwaan. Tidak ada ketentuan khusus dalam redaksinya menurut pendapat yang shahih.

Ucapan Syekh Ibnu Qasim ini kelihatannya mengharuskan berkumpul antara seruan taat dan himbauan menghindari maksiat, sebab takwa adalah mematuhi perintah dan menjauhi larangan, namun sebenarnya tidak demikian kesimpulannya.

Akan tetapi, cukup menyampaikan salah satu dari keduanya sesuai pendapatnya Syekh Ibnu Hajar. Tidak cukup sebatas menghindarkan dari dunia dan segala tipu dayanya menurut kesepakatan ulama."

4. Membaca Ayat Alquran di Salah Satu Khutbah

Rukun khutbah Jumat yang keempat adalah membaca ayat suci Alquran dalam salah satu khutbah, tapi lebih utama dibaca saat sesi pertama. Jika diterjemahkan, ayat ini harus dibaca setidaknya satu kalimat lengkap. Bukan potongan ayat yang jika diartikan tidak dapat dimengerti maksudnya.

Hal ini dijelaskan oleh Syekh Abu Bakr bin Syatha dalam kitab I'anatu Ath-Thalibin sebagai berikut.

"Rukun keempat adalah membaca satu ayat yang memberi pemahaman makna yang dapat dimaksud secara sempurna, baik berupa janji-janji, ancaman, hikmah atau cerita.

Mengecualikan seperti ayat 'tsumma nadhara', atau 'abasa' karena tidak memberikan kepahaman makna secara sempurna.

Membaca ayat lebih utama dilakukan di khutbah pertama dari pada ditempatkan di khutbah kedua, agar dapat menjadi pembanding keberadaan doa untuk kaum mukminin di khutbah kedua."

5. Berdoa untuk Kaum Mukmin di Khutbah Terakhir

Rukun khutbah Jumat yang terakhir adalah mendokan kaum mukminan yang disyaratkan isi kandungannya mengacu pada nuansa akhirat. Contohnya:

  • "Allahumma ajirna minannar" yang artinya "ya Allah semoga Engkau menyelamatkan kami dari neraka".

  • "Allahumma ighfir lil muslimin wal muslimat" yang artinya "ya Allah ampunilah kaum muslimin dan muslimat".

Sebagaimana dibahas oleh Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari dalam kitab Fathul Mu'in pada Hamisy I'anatut Thalibin sebagai berikut.

"Rukun kelima adalah berdoa yang bersifat ukhrawi kepada orang-orang mukmin, meski tidak menyebutkan mukminat berbeda menurut pendapat imam al-Adzhra’i, meski dengan kata, semoga Allah merahmati kalian, demikian pula dengan doa, 'ya Allah semoga Engkau menyelamatkan kita dari neraka', apabila bermaksud mengkhususkan kepada hadirin, doa tersebut dilakukan di khutbah kedua, karena mengikuti ulama salaf dan khalaf."

Pengertian Khutbah Jumat

Ilustrasi pelaksanaan sholat Jumat. Foto: Unsplash

Mengutip studi jurnal Status Hukum Tertib dalam Rukun Dua Khutbah Jum'at: Telaah Kritis Fiqih Klasik oleh Multazim A.A. (2019), khutbah berarti pidato, ajaran, atau nasihat. Sementara, Jumat adalah hari keenam dalam satu pekan. Kata Jumat diambil dari bahasa Arab, yaitu Jumu'ah yang berarti beramai-ramai. Kata ini diambil dari tata cara ibadah umat Muslim.

Khutbah Jumat adalah tata cara pelaksanaan ibadah sholat Jumat yang disertai dengan syarat dan rukun. Khutbah Jumat juga bisa didefinisikan sebagai pidato tentang nasihat yang disampaikan oleh seorang khatib di hari Jumat.

Sementara itu, sholat Jumat merupakan ibadah pengganti sholat zuhur yang wajib dikerjakan bagi laki-laki Muslim setiap Jumat. Jika sholat zuhur dikerjakan dalam empat rakaat, sholat Jumat hanya didirikan sebanyak dua rakaat.

Khutbah Jumat kerap dijadikan sarana untuk memberikan nasihat kepada jemaat dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Hal ini karena khutbah tersebut bersifat rutin dan dihadiri beramai-ramai oleh umat Islam.

Kewajiban kaum Muslimin dalam mengikuti sholat serta rukun khutbah Jumat dimuat dalam hadis shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari berikut ini.

"Dari Abdullah bin Umar, beliau berkata, 'Adalah Nabi Muhammad SAW dahulu berkhutbah dua kali dan duduk antara keduanya.'" (HR. Bukhari)

Di sisi lain, khatib adalah perwakilan atau fardhu kifayah yang bertugas memberikan nasihat, peringatan, ajaran, atau dakwah. Seorang khatib harus menggunakan pakaian yang pantas ketika khutbah ataupun di luar khutbah.

Seorang khatib juga harus memiliki keterampilan bahasa yang baik agar jemaat dapat mengerti pesan yang disampaikan dalam khutbah. Ketika berkhutbah, khatib juga harus menggunakan tema yang bermanfaat dan relevan dengan keislaman.

Mengutip studi jurnal Metodologi Khutbah dan Retorika Dakwah oleh Suparman Usman (1995), isi khutbah Jumat yang baik harus diupayakan sebagai berikut.

  • Masalah yang dikemukakan bersifat aktual, cocok dengan kondisi, situasi, dan waktu yang dialami masyarakat jemaat Jumat tersebut.

  • Khutbah Jumat meningkatkan ketakwaan serta kualitas di bidang ekonomi, pendidikan, dan kemasyarakatan.

  • Menekankan persatuan, tidak memecah belah, dan tidak membesarkan perbedaan.

  • Tidak menyinggung kehormatan atau nama baik seseorang.

Apa Sunnah Khutbah?

Ilustrasi mendengarkan khutbah Jumat. Foto: Unsplash

Selain perkara wajib dalam syarat dan rukun khutbah, ada sunnah-sunnah dalam melaksanakan khutbah Jumat. Lalu, terdiri dari berapakah sunnah khutbah? Setidaknya, ada tujuh sunnah dalam pelaksanaan khutbah Jumat yang disepakati para ulama.

Mengutip Khutbah Jumat 7 Menit: Tuntunan & Kumpulan Khutbah Berdasarkan Aqidah Ahlussunah Waljamaah oleh Marzuqi Mustamar (2020: 5-6), berikut sunnah khutbah Jumat yang dapat dilakukan.

1. Khutbah di Atas Mimbar

Seorang khatib disunnahkan untuk berdiri di atas mimbar ketika menyampaikan khutbah Jumat. Sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah SAW setiap beliau menyampaikan khutbah, yakni naik ke atas mimbar.

Posisi mimbar diutamakan di sebelah kanan dari imam saat menghadap ke kiblat, layaknya mimbar yang dicontohkan Rasulullah. Apabila tidak ada mimbar, khatib disunnahkan naik ke atas benda tinggi agar bisa memandang semua jemaat.

2. Menghadapkan Wajah Kepada Jemaat

Hendaknya khatib menghadapkan wajah kepada jemaat yang mengikuti sholat Jumat dan tidak menundukkan wajahnya. Sebagaimana tercatat dalam hadis berikut ini.

"Dari Adi bin Tsabit dari ayahnya mengatakan bahwa Nabi Muhammad bila berdiri di atas mimbar, beliau menghadapkan wajahnya kepada wajah para shahabatnya." (HR. Ibnu Majah)

Di samping itu, jemaat juga disunnahkan untuk menghadapkan wajah kepada khatib, tidak menutup mata, tidak menundukkan wajah, dan tidak tidur.

Khatib yang membaca teks sebaiknya tidak menunduk terus-menerus. Mereka harus melihat kepada hadirin dan berkomunikasi lewat pandangan mata.

3. Mengawali dengan Salam

Mengawali khutbah dengan salam merupakan sunnah yang bisa dikerjakan khatib. Salam sebaiknya dilakukan usai berada di atas mimbar, sebelum duduk mendengar adzan. Hal ini diterangkan dalam hadis berikut.

"Dari Jabir bin Abdillah bahwa Rasulullah apabila telah naik ke atas mimbar, beliau mengucapkan salam." (HR. Ibnu Majah)

4. Mengeraskan Suara Ketika Khutbah

Khatib disunnahkan untuk mengeraskan suara saat berkhutbah. Tujuannya agar jemaat dapat mendengarkan khutbah dengan jelas. Dalam hadis riwayat Imam Muslim disebutkan bahwa Rasulullah melaksanakan sunnah ini.

"Dari Jabir bin Abdullah mengatakan bahwa Rasulullah apabila khutbah, kedua matanya memerah, suaranya keras, emosinya kuat, mirip komandan pasukan."(HR. Muslim)

Hendaknya khatib menyingkat khutbah agar orang yang punya hajat bisa segera menyelesaikannya. Khutbah juga dapat dipersingkat untuk mencegah jemaat merasa bosan, mengantuk, atau tertidur. Sebagaimana yang tertulis dalam hadis riwayat Imam Muslim berikut.

"Dari Ammar bin Yasir bahwa Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya panjangnya sholat seseorang dan pendeknya khutbah bagian dari kepahamannya. Maka panjangkanlah sholat dan pendekkanlah khutbah.'" (HR. Muslim)

6. Berpegangan Pada Tongkat atau Busur Panah

Sebagian besar ulama berpendapat bahwa memegang tongkat atau busur panah adalah sunnah. Hal ini dimuat dalam hadis yang berbunyi:

"Aku bertamu ke rumah Rasulullah dan menginap beberapa hari. Kami sempat ikut mendengarkan khutbah Jumat Rasulullah. Beliau berpegangan pada tongkat atau busur panah, memuji Allah, dan menyampaikan kalimat yang singkat, baik dan berkah." (HR. Ibnu Majah)

7. Berdiri Ketika Berkhutbah

Seorang khatib disunnahkan untuk berdiri ketika menyampaikan khutbah. Sebagaimana dimuat dalam Alquran surat Al-Jumu'ah ayat 11 yang artinya:

"Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah: 'Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan, dan Allah sebaik-baik pemberi rezeki.'" (QS. Al-Jumu'ah: 11)

Syarat dan Fungsi Khutbah Jumat

Ilustrasi setelah sholat Jumat. Foto: Unsplash

Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan khutbah Jumat antara lain sebagai berikut.

  • Waktu khutbah Jumat dimulai usai masuk waktu zuhur, yakni setelah tergelincirnya matahari.

  • Khatib menyampaikan khutbah dengan cara berdiri, tapi jika tidak mampu diperbolehkan untuk duduk.

  • Khutbah disampaikan dengan suara keras dan jelas agar terdengar oleh jemaat.

  • Khutbah Jumat dilaksanakan dengan tertib dan berurutan.

Khutbah yang dilakukan oleh seorang khatib memiliki beberapa fungsi utama, di antaranya:

  • Media bagi kaum Muslim untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.

  • Syiar untuk menyampaikan nilai-nilai kebaikan yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya dalam kehidupan.

  • Tempat menyeru orang banyak untuk berbuat kebaikan dan beramal saleh.

  • Sarana penyampaian hukum-hukum agama kepada masyarakat luas.

Apa saja urutan khutbah Jumat?

Salah satu syarat sah pelaksanaan shalat Jumat adalah didahului dua khutbah..
Memuji kepada Allah di kedua khutbah. ... .
Membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad. ... .
Berwasiat dengan Ketakwaan. ... .
Membaca Ayat Suci Al-Qur'an. ... .
Berdoa untuk Kaum Mukmin..

Urutan langkah di atas yang merupakan rukun khutbah adalah 2 poin?

Rukun Khutbah Jumat Menurut Mahzab Syafi'i.
Membaca Tahmid. Membaca tahmid atau puji-pujian kepada Allah SWT merupakan rukun khutbah Jumat yang pertama. ... .
2. Selawat kepada Nabi Muhammad SAW. Membaca selawat kepada Nabi Muhammad SAW merupakan rukun khutbah Jumat yang kedua. ... .
3. Wasiat Takwa. ... .
Membaca Ayat Alquran. ... .
Berdoa..

Apa yang dilakukan khatib di antara khotbah pertama dan khutbah kedua?

Pemisah antara khutbah pertama dan kedua ditandai dengan saat Khatib duduk di antara dua khutbah. Pada saat Khatib duduk di antara dua khutbah, untuk khatib dianjurkan atau disunnahkan membaca Surat al-Ikhkas.

Manakah urutan yang paling tepat dari rukun rukun khutbah?

Dalam Mazhab Imam Syafii yang dipegang mayoritas umat Islam di Indonesia disebutkan rukun khutbah Jumat ada lima. Kelima rukun khutbah Jumat itu yakni membaca hamdalah, shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, membaca petikan ayat Al Quran, berwasiyat dan memohon ampunan buat kaum muslimin.