Untuk meraih kebahagiaan hidup didunia dan akhirat kita wajib mencontoh akhlak nabi

Red: Irwan Kelana

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR --  Rasulullah sangat sayang kepada umatnya. “Rasulullah memberikan banyak sekali wasiat kepada umatnya agar hidup selamat dan bahagia dunia dan akhirat,” kata Ustadz Muhajir Affandi saat mengisi pengajian guru dan karyawan Sekolah Bosowa Bina Insani di Masjid Al-Ikhlas Bosowa Bina Insani Bogor, Jawa Barat, Jumat (26/8/2016).Muhajir menambahkan, salah satu  hadits Rasulullah SAW menyebutkan tiga wasiat agar hidup selamat dunia akhirat. “Pertama, bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada, kapan pun dan dalam keadaan bagaimanapun,” ujjar Muhajir yang juga wakil dekan III FKIP Universitas Ibnu Khaldun  (UIKA) Bogor, Jawa Barat.Wasiat kedua, kata Muhajir, ikutilah perbuatan burukmu dengan perbuatan baik, agar perbuatan  burukmu di masa lalu akan dihapus. “Setiap kita pasti pernah melakukan perbuatan buruk. Bahkan perbuatan buruk kita lebih banyak daripada perbuatan baik. Untuk itu, Rasulullah mengajarkan kepada kita, ikutilah perbuatan buruk tersebut dengan melakukan berbagai perbuatan baik,” papar Muhajir.Wasiat ketiga, Muhajir menambahkan, berinteraksilah dengan orang lain dengan akhlak yang mulia. “Akhlak yang mulia adalah mata uang yang berlaku di mana-mana. Dan kalau ketiga wasiat Rasulullah SAW ini kita laksanakan, insya Allah hidup kita selamat di dunia dan di akhirat,” tutur Ustadz Muhajir Affandi.

  • ustadz muhajir affandi
  • wasiat
  • rasulullah
  • bertakwalah

Untuk meraih kebahagiaan hidup didunia dan akhirat kita wajib mencontoh akhlak nabi

Toto Edidarmo, Dosen PBA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Setiap manusia pasti ingin bahagia dan menikmati kebahagiaan —bahkan bila perlu selamanya. Bahagia ialah keadaan atau perasaan senang dan tenteram; bebas dari segala hal yang menyusahkan (KBBI).

Pakar psikologi menyebutnya dengan kondisi psikologis yang positif; ditandai oleh tingginya kepuasan terhadap masa lalu, tingginya tingkat emosi positif, dan rendahnya tingkat emosi negatif. Bahagia adalah penilaian terhadap diri sendiri dan kehidupannya, yang memuat emosi positif, seperti kenyamanan dan kegembiraan yang meluap-luap, maupun aktivitas positif yang tidak memuat emosi apa pun, seperti absorpsi dan keterlibatan (Seligman, 2005).

Sayangnya, untuk mencapai kondisi bahagia itu, kita sering terjebak pada makna “bahagia” yang cenderung hedonis-materialistik. Bahagia yang diukur dengan banyaknya materi (uang, deposito, properti, investasi)—yang terletak pada Ujung-Ujungnya Duit (UUD) alias Cuan. Bahagia yang diperoleh ketika telah mapan ekonominya, tajir atau “the have”. Bahagia yang sebatas di dunia tetapi tidak sampai di akhirat. Makna bahagia seperti ini tentu saja semu. Sebab, tajir atau “the have” yang sakit-sakitan atau “pesakitan” pasti tidak bahagia. Begitu pula yang proyeknya gagal, bisnisnya macet, atau koleganya berkhianat.

Alquran menyebut fenomena bahagia tersebut sebagai kenikmatan dunia yang sedikit (mataa‘un qaliil) atau bahagia yang semu (sementara), bukan kenikmatan hakiki yang abadi. Tentang kenikmatan duniawi, Allah Swt. befirman, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada hal-hal yang diingini (nafsu), yaitu wanita-wanita, anak-anak, dan harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Ali Imran [3]: 14).

Kecintaan pada materi dunaiwi acap kali membuat kita buta tentang makna kebahagiaan sejati. Kita pun mudah terpesona dan terpukau oleh keindahan dunia dan gemerlapnya, sehingga melupakan tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Karena sibuk mengurus harta, tahta, dan wanita, kita lupa untuk berbagi senyum kepada saudara kita sesama muslim, lalu dalam hati kita tumbuh sifat-sifat iri, dengki, ria, hasud, bakhil, bangga diri, hingga sombong. Padahal, sifat-sifat ini pertanda hati kita sakit, sedangkan orang yang hatinya sakit niscaya tidak bahagia hidupnya.

Kunci Bahagia adalah Hati yang Bersih

Islam mengajari kita untuk bersuci (wudu, tayamum, mandi), mengerjakan salat, membaca Alquran, mengingat Allah, dan melakukan amal saleh lainnya, semata agar kita mampu meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Namun, para ulama menilai bahwa kunci kebahagiaan adalah hati yang bersih (qalbun saliim). Ketika hati kita bersih (suci), jiwa kita akan terbebas dari segala hal yang menyusahkan, menyedihkan, dan membuat kita menderita. Pada titik ini, rasa marah, tegang, kesal, dengki, ria, hasud, bakhil, bangga diri, dan sombong akan berkurang, sedangkan emosi yang positif, seperti kasih sayang, kecintaan, dan kedamaian, akan tumbuh dan meningkat.

Hati yang bersih (suci), menurut Imam Al-Ghazali (w. 505 H/1111 H) di dalam adikaryanya, Ihyâ’ Ulûm al-Dîn, merupakan sumber berbagai perilaku positif atau akhlak terpuji. Hati yang bersih menjadi lokomotif dari semua gerakan positif tangan, kaki, mata, telinga, otak, hingga jiwa. Dari hati yang bersih, segala macam kebaikan terpancar. Inilah hati yang menerima dan memantulkan cahaya Ilahi; ilmu-Nya dan taufik-Nya. Inilah hati yang selalu mengajak kita pada kebenaran dan kebajikan, sekaligus menolak kebatilan dan kemungkaran. Inilah hati yang berbahagia.

7 Cara Meraih Bahagia Dunia-Akhirat

Ada 7 cara untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat, yaitu:

Pertama, mencari rezeki yang halal. Mencari rezeki yang halal akan mengantarkan kita pada keberkahan, dan keberkahan akan membawa kita pada kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Di dunia, rezeki halal jelas bersihnya dari kecurangan dan kezaliman kepada pihak lain sehingga di akhirat pun akan selamat, tidak dihisab (diperiksa) secara ketat. Rezeki halal yang dikonsumsi oleh tubuh kita juga akan membentuk darah, tulang, dan daging yang baik dan berkah sehingga memproduksi energi dan emosi yang positif.

Kedua, bersikap qanaah. Qanaah artinya menerima apa pun pemberian Allah, baik terkait kondisi tubuh dan paras kita (ganteng/cantik, biasa, jelek) maupun ketentuan Allah Swt. tentang umur, jodoh, rezeki, pasangan hidup, dan keturunan kita. Sikap qanaah akan membawa kita pada rasa nyaman, puas, dan bahagia. Sebaliknya, sikap tidak qanaah akan membawa kita pada perasaan tidak puas, rakus, dan serakah. Akibatnya, nuansa batin akan mudah gelisah dan ingin menuntut yang lebih.

Ketiga, bersikap ikhlas. Ikhlas artinya sikap tulus (murni) ketika berurusan dengan pihak lain. Nabi Saw. pernah menyebut seorang sahabat yang diprediksi sebagai ahli surga. Setelah diselidiki selama tiga hari tiga malam, sahabat itu ternyata minim amalan salat malam dan puasa sunnah. Namun, ia memiliki hati yang sangat ikhlas. Sebelum tidur, ia selalu ikhlaskan apa saja perlakuan orang lain kepada dirinya, hingga ia tak pernah menyimpan dendam (kenangan pahit). Dari sini, keikhlasan membawa kebahagian di dunia dan di akhirat.

Keempat, menguatkan takwa. Takwa adalah kunci surga. Orang yang bertakwa akan diberi kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Bila ia menghadapi masalah pelik, Allah Swt. pasti akan memberinya solusi. Bila ia kesulitan ekonomi, Allah pasti akan memberi rezeki yang datang secara tidak terduga (QS Al-Thalaq: 2-3). Orang yang bertakwa juga pasti disediakan surga yang sangat luas (QS Ali Imran: 133).

Kelima, selalu bersabar. Orang yang selalu bersabar akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Menurut Ali bin Abi Thalib, ketika bersabar menghadapi ujian (musibah), kita akan diberi 100 derajat kemuliaan. Ketika bersabar melaksanakan ketaatan, kita akan ditambah lagi 100 derajat. Ketika bersabar meninggalkan kemungkaran, kita akan ditambah lagi 100 derajat. Yang pasti, Allah Swt. bersama (menolong) orang-orang yang bersabar (QS Al-Anfal: 46). Jadi, orang yang sabar pasti bahagia.

Keenam, selalu bersyukur. Orang yang selalu bersyukur niscaya hidupnya akan berkah dan bahagia. Syukur, artinya: berterima kasih kepada Allah Swt. atas limpahan nikmat dan karunia-Nya. Bersyukur dapat dilakukan dengan meningkatkan ibadah wajib atau ibadah sunah, seperti bersedekah, menyantuni anak yatim, dan membantu fakir miskin. Bersyukur akan membawa hidup semakin berkah dan bahagia, baik di dunia maupun di akhirat.

Ketujuh, selalu berzikir.Orang yang selalu berzikir akan mencapai kedamaian batiniah dan kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat. Seperti dinyatakan dalam QS Ar-Ra’d: 28, hanya dengan berzikir kepada Allah, hati kita akan mencapai ketenangan (kebahagiaan). Ketika hati selalu berzikir, ia akan menuju kondisi aktif dan pasif. Aktif, artinya: hati kita akan mendekati Allah. Pasif, artinya: hati kita akan didekati oleh cahaya (ilmu) Allah. Dalam sebuah riwayat dikatakan: “Orang yang bahagia (as-sa‘iid) ialah yang hatinya selalu mendekati Allah, sedangkan orang yang paling bahagia (al-as‘ad) ialah orang yang hatinya selalu didekati oleh (cahaya) Allah.”

Sumber: ayoindonesia.com. Senin, 17 Januari 2022. (sm/mf)

Puji yang maha tinggi, sanjungan yang maha agung, kita persembahkan ke hadirat Ilahi Rabbi, Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat taufik, hidayah, ma’unah serta nikmat-Nya yang tiada terhingga, pada hari ini, kita bersama-sama dapat menghadiri cara peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW dalam keadaan sehat wal afiat.

Shalawat serta salam, marilah kita  sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya,  yang pada hari ini tengah kita peringati hari kelahirannya, sekitar lima belas abad yang lalu.

Ibu-ibu dan hadirat sekalian yang berbahagia.

Maulid Nabi Muhammad SAW ini pantas kita peringati oleh para kaum wanita atau kaum ibu pada khususnya, dan umat Islam pada umumnya dalam rangka memuliakan dan menyatakan terima kasih kepadanya, karena selama hidupnya, beliau telah mencurahkan segenap jiwa raganya untuk menyelamatkan kehidupan manusia dari kesesatan, kegelapan dan kebodohan menuju kehidupan yang lurus, terang benderang, berbudaya dan beradab, menuju kehidupan yang  bahagia di dunia dan akhirat.

Selanjutnya sebagaimana kita baca dalam sejarah,  bahwa Muhammad SAW tercatat sebagai Nabi yang paling  berhasil melaksanakan tugasnya  mengemban risalah Allah dalam waktu yang singkat, dengan resiko yang kecil, namun pengaruhnya sangat luas dan terus berlaku hingga sekarang. Karena keberhasilannya yang luar biasa itu, Allah SWT dan para malaikatnya menyampaikan salam dan hormat kepada beliau, dan kepada kita juga dianjurkan agar menyampaikan salam dan hormat kepadanya, antara lain melalui peringatan maulid ini. Allah SWT menyatakan:

¨bÎ) ©!$# ¼çmtGx6Í´¯»n=tBur tbq=|Áムn?tã ÄcÓÉ<¨Z9$# 4 $pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#q=|¹ Ïmøn=tã (#qßJÏk=yur $¸JŠÎ=ó¡n@ ÇÎÏÈ

Artinya: Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawat kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya (Q.S. al-Ahzab, 33:56).

                Selanjutnya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini mengingatkan kita tentang pentingnya meneladani akhlak beliau yang mulia, serta mengamalkan ajaran yang dibawanya. Allah SWT berfirman:

4 !$tBur ãNä39s?#uä ãAqߧ9$# çnräãsù $tBur öNä39pktX çm÷Ytã (#qßgtFR$$sù 4

Artinya: Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dirangnya bagimu maka tinggalkanlah. Q.S. al-Hasyr, 59:7).

                Di antara akhlak Rasulullah SAW yang patut kita teladani atau ajaran yang dibawanya yang patut kita ikuti dan laksanakan adalah:

                Pertama, melaksanakan shalat lima waktu. Beliau menyatakan, bahwa shalat adalah tiang agama, shalat menjadi pembeda antara seorang muslim dan non muslim, shalat dapat mencegah perbuatan yang keji dan munkar, shalat merupakan mi’rajnya seorang muslim, shalat merupakan kesempatan manusia berdialog, mengadu, dan memohon kepada Allah SWT, shalat merupakan amal yang pertama sekali akan ditanya di akhirat, jika shalatnya baik, maka akan ada harapan amal yang lainnya akan baik;  selain itu  shalat akan memberikan pengaruh kesehatan fisik dan ruhani, serta  kesehatan sosial, apa lagi shalat tersebut dilaksanakan secara berjamaah. Karena demikian pentingnya shalat ini, hingga sampai menjelang ajalnya atau menjelang wafatnya, beliau mengingatkan umatnya, agar jangan meninggalkan shalat.

                Kedua, menghiasi diri dengan akhlak yang mulia. Dalam salah satu hadisnya, beliau menyatakan:

Artinya: Bahwasanya aku diutus ke di dunia ini untuk menyempurnakan akhlak. (Riwayat Ahmad)

                Menurut catatan sejarah, bahwa pada saat beliau diutus ke muka seluruh akhlak manusia di dunia ini, seperti akhlak orang Romawi, orang Yunani, orang China, India, Persia dan lainnya dalam keadaan  merosot yang disebabkan karena menyembah selain Allah, memperturutkan hawa nafsu. Kehidupan ummat manusia saat itu tak ubahnya seperti binatang yang tidak mengenal halal dan haram, dan tidak mengenal tata krama, budi pekerti, akhlak dan sopan santun. Beliau berhasil merubah akhlak yang rusak dan buruk itu menjadi akhlak yang mulia.

Di antara akhlak yang beliau ajarkan adalah menghormati, menyayangi dan memuliakan orang tua, terutama ibu. Ketika ada seorang sahabat bertanya kepada beliau tentang siapakan orang yang harus lebih dahulu dihormati, beliau menjawab:ibumu, ibumu, ibumu, sampai tiga kali, dan kemudian bapakmu. Akhlak mulia lainnya yang beliau ajarkan adalah menghormati dan memuliakan tetangga, karena tetanggalah orang yang terdekat dengannya. Akhlak kepada tetangga itu  antara lain jika saling bertemu mengucapkan salam, jika diundang agar didatangi, jika sakit hendaknya dijenguk, dan jika meninggal hendaknya diantarkan jenazahnya ke pemakaman; selanjutnya jika seseorang memasak makanan, atau hidangan yang baunya tercium oleh tetangga kita, maka hendaknya air kuah hidangan itu diperbanyak, sehingga tetangga kita dapat diberikan hidangan tersebut. Selanjutnya beliau juga menyatakan, bahwa seseorang belum dapat dikatakan telah beriman yang sempurna, jika perutnya kenyang sendiri, sedangkan tetangganya menderita kelapan.

Selanjutnya beliau juga mengajarkan akhlak terhadap lingkungan. Beliau mengajarkan agar memelihara dan menjaga kebersihan. Beliau menyatakan, bahwa kebersihan adalah sebagian daripada iman. Beliau juga melarang kita buang air di air yang tergenang atau tidak mengalir agar tidak  menimbulkan bau busuk dan  menyebarkan penyakit.  Selanjutnya beliau  melarang kita buang air di bawah pohon yang berbuah. Beliau juga melarang seseorang menyiksa binatang. Dalam salah satu hadisnya, Rasulullah menceritakan tentang seorang wanita yang masuk neraka, karena menyiksa seekor kuncing, tidak diberi makan hingga mati; sebaliknya ada seseorang yang masuk syurga, karena memberi minum seekor anjing yang kehausan hampir mati dengan cara mengambil air dari dalam sumur dengan sepatunya dan memberikannya kepada anjing itu. Beliau juga menganjurkan agar berbuat baik pada tumbuh-tumbuhan. Beliau menyatakan, bahwa jika esok akan datang hari kiamat, sedangkan di tanganmu ada benih tanaman, maka hendaknya benih tanaman itu ditanam lebih dahulu, karena bibit tanaman itu punya hak hidup. Beliau juga menyatakan bahwa memelihara tanaman adalah ibadah. Beliau menyatakan, jika seseorang menanam tanaman, lalu buah tanaman tersebut dimakan burung atau manusia, maka Allah akan mengampuni dosa orang yang menanam tanaman itu.

Ketiga, melaksanakan fungsi dan peran sebagai istri atau sebagi ibu. Sebagai seorang istri, Rasulullah SAW mengajarkan agar kita menjadi istri yang shalihah, yaitu istri yang taat menjalankan perintah Allah, taat kepada suami, menjaga amanahnya, berupa harta benda, termasuk diri kita sendiri, ketika suami tidak ada di rumah, menyenangkan hatinya, menjaga kehormatannya, menghormati orang tua dan keluarganya. Semua ini dilakukan dengan ikhlas dan dalam rangka beribadah kepada Allah, dan kita jadikan pelaksanaan tugas-tugas sebagai istri ini, sebagai ladang amal guna meraih keridlaan Allah pada balasan pahalanya berupa syurga di akhirat nanti. Dalam salah satu hadisnya beliau menyatakan, bahwa jika seorang wanita  taat kepada Allah, dan taat kepada suaminya, maka ia akan dipersilakan masuk syurga dari pintu manapun yang ia sukai. Selanjutnya sebagi ibu, Rasulullah SAW mengajarkan agar kita memelihara kesehatan dan pertumbuhan fisik putera-puteri kita, mengisi jiwanya dengan akhlak mulia, mengisi otaknya dengan ilmu pengetahuan, dan mengiasi fisiknya dengan berbagai keterampilan. Yakni mengisi kepala (head) atau otaknya dengan ilmu pengetahuan, mengisi hati (heart) atau jiwanya dengan akhlak, dan menghiasi tangan (hand) atau fisiknya dengan berbagai keterampilan. Dengan mengidi ketiga H (triple H) ini, maka anak kita akan menjadi anak yang sempurna atau insan kamil yang akan siap menghadapi tantangan zaman yang penuh persaingan. Caranya adalah dengan memberikan teladan yang baik, bimbingan, pembiasaan, dan latihan.

Itulah antara lain akhlak dan ajaran yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada kita semua. Dan dalam rangka memperingati maulid Nabi Muhammad SAW ini, marilah kita ingat dan renungkan dan kita amalkan kembali akhlak dan ajarannya itu, sehingga maulid Nabi Muhammad SAW merupakan momentun introspeksi diri untuk kembali kepada ajaran Nabi Muhammad SAW.

Demikianlah sambutan ini saya sampaikan, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih, dan jika ada ucapan atau  tutur kata yang saya sampaikan ini kurang berkenan, saya mohon dima’afkan. Karena yang benar itu datangnya dari Allah SWT, sedangkan yang salah itu datangnya dari manusia. Allah SWT tidak pernah berbuat salah. Sedangkan manusia terkadang berbuat salah. Dan mudah-mudahan kehadiran kita ini mendapatkan berkah dan ridla Allah SWT. Amin.

Wabillahit taufik wa al-hidayah, wal afwu minkum,

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.