Tuliskan doa Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Thaif yang telah mencaci dan menyiksa beliau

Doa Nabi

Merasa situasi cukup aman, Rasulullah SAW pun menghentikan langkahnya. Beliau menambatkan untanya, kemudian menundukkan wajahnya. Ada perasaan haru di dalam dadanya. Kemudian, Nabi SAW memanjatkan doa.

"Allahuma Ya Allah. Kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kekurangan daya upayaku di hadapan manusia. Wahai Tuhan Yang Maha Penyayang, Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Tuhan pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan nasibku? Kepada orang jauhkah yang berwajah muram kepadaku? Atau kepada musuh yang akan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli."

"Sebab, sungguh luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada cahaya wajah-Mu yang menyinari kegelapan, dan karena itu yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat, (aku berlindung) dari kemurkaan-Mu. Kepa da Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha kepadaku. Dan, tiada daya dan upaya melainkan dengan kehendak-Mu."

Sesaat kemudian, malaikat Jibril turun dan menghampiri Rasulullah SAW. Jibril berkata, "Allah mengetahui apa yang terjadi padamu dan orang-orang ini (penduduk Thaif). Allah telah memerintahkan malaikat-malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu."

Para malaikat penjaga gunung yang mengiringi Jibril lantas menyahut, "Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu itu (penduduk Thaif) kepadamu. Aku adalah malaikat penjaga gunung dan Rabbmu telah mengutusku kepadamu, untuk engkau perintahkan sesukamu. Jika engkau suka, aku bisa membalikkan dan menjatuhkan Gunung Akhsyabin ini ke atas mereka."

 Apa jawaban Rasul SAW?

Kisah ini cukup populer diceritakan dalam sirah nabawiyah. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) melakukan perjalanan dakwah ke Tha'if, berjarak 60 mil dari Kota Makkah. Beliau berharap dakwah Islam diterima warga Thaif setelah kafir Quraisy Makkah menolak dan memperlakukan beliau dengan keji.

Nabi SAW berangkat ke Tha'if ditemani Zaid bin Haritsah tanpa menunggangi unta. Beliau berjalan kaki untuk menghindari kecurigaan kafir Quraisy. Berhari-hari dalam perjalanan yang melelahkan, Rasulullah dan Zaid akhirnya tiba di Thaif.

Al-'Udwani, seorang periwayat yang pernah bertemu langsung dengan Rasulullah menuturkan, "Aku melihat Rasulullah di Pasar 'Ukazh. Beliau menancapkan tongkatnya seperti ini dan menyandarkan tubuhnya pada tongkat itu. Beliau menyeru orang-orang pada kalimat La Ilaaha Illa Allah Muhammad Rasulullah."

Rasulullah menyampaikan dakwahnya di Tha'if selama 15 malam. Setiap bertemu warga Thaif baik di pasar maupun di tempat lain, Beliau mengenalkan Islam dan mengajak warga untuk mentauhidkan Allah. Apa yang disampaikan Rasulullah ternyata mendapat penolakan keras dari penduduk Thaif.

Mereka menolak Islam, bahkan mengusir Rasulullah agar keluar dari Thaif. Tak hanya mengusir Nabi, penduduk Thaif juga melempari Nabi dengan batu.

Nabi dan Ziad berusaha menyelamatkan diri dari hujan batu yang dilempar warga Thaif. Keadaan kian memprihatinkan saat kaki Beliau berlumuran darah akibat serangan batu warga Thaif.

Sambil menahan sakit, Nabi berlari mencari tempat persembunyian. Hingga Rasulullah mendapati tempat perlindungan di balik tembok milik 'Utbah dan Syaibah, dua putra Rabi'ah, yang terletak tiga mil dari Kota Thaif.

Nabi kemudian mendekati sebuah pohon anggur lalu duduk di sana. Di bawah pohon itu, Rasulullah memanjatkan doa sambil menahan sakit yang dialaminya:

اَللُّهُمَّ اِلَيْكَ اَشْكُوْ ضَعْفَ قُوَّتِي، وَقِلَّةَ حِيْلَتِيْ وَهَوَانِيْ عَلَى النَّاسِ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، اَنْتَ رَبُّ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ، وَاَنْتَ رَبِّي، اِلَى مَنْ تَكِلُّنِيْ اِلَى بَعِيْدٍ يَتَجَهَّمُنِيْ ؟ اَوْ اِلَى عَدُوٍّ مَلَكْتَهُ اَمْرِيْ ؟ اِنْ لَمْ يَكُنْ بِكَ غَضَبٌ عَلَيَّ فَلاَ اُبَالِيْ وَلَكِنْ عَافِيَتَكَ هِيَ اَوْسَعُ لِيْ، أَعُوْذُ بِنُوْرِوَجْهِكَ الَّذِيْ اَشْرَقَتْ بِهِ الظُّلُمَاتُ، وَصَلُحَ عَلَيْهِ اَمْرُ الدُّنْيَا وَاْلاَخِرَةِ مِنْ اَنْ تُنَزِّلَ بِي غَضَبُكَ اَوْ تَحُلُّ بِي سَخَطُكَ، لَكَ الْعَتْبَي حَتَّى تَرْضَي، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّبِكَ

Artinya:

"Ya Allah, aku mengadu kepada-Mu atas lemahnya kekuatanku dan sedikitnya usahaku serta kehinaan diriku di hadapan manusia. Engkaulah Tuhan semesta alam, Pelindung orang-orang yang lemah dan Engkaulah Pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan diriku. Kepada orang yang jauh yang menyerangku ataukah kepada Zat yang dekat yang mengatur urusanku. Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli. Aku berlindung terhadap cahaya wajah-Mu Yang menerangi kegelapan dan karenanya membawakan kebaikan bagi dunia dan akhirat, dan kemurkaan-Mu yang akan Kautimpakan kepadaku. Engkaulah Yang berhak menegur hingga berkenan pada-Mu. Dan tiada daya dan upaya selain dan Engkau."

Nabi tidak menyadari ketika diperhatikan oleh dua putra Rabi'ah tersebut. Keduanya pun memanggil 'Addas, seorang hamba beragama Nasrani yang mengabdi pada mereka, untuk mengambilkan anggur dan makanan.

Ketika anggur diberikan kepada Rasulullah, Beliau mengucap kalimat 'Bismillah' dan memakannya. 'Addas pun kaget karena tidak pernah mendengar ucapan itu sebelumnya. Karena penasaran, ia pun bertanya kepada Rasulullah tentang Yunus bin Matta.

Lalu Rasulullah menjawab: "Dia adalah saudaraku, seorang Nabi, demikian pula dengan diriku". Jawaban Nabi itu membuat 'Addas memeluk Islam.

Tuliskan doa Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Thaif yang telah mencaci dan menyiksa beliau

Nabi Menolak Tawaran Malaikat Jibril

Ketika hari gelap, Rasulullah dan Zaid keluar memutuskan untuk kembali ke Makkah. Sembari menahan kepedihan dan lapar, ada satu hal yang membuat Nabi bersemangat karena masuk Islamnya 'Addas, seorang budak Nasrani.

Ketika tiba di Qarnul Manazil, Rasulullah menengadahkan wajahnya ke langit dan tiba-tiba Jibril menampakkan diri seraya menyampaikan salam. Allah mengutus Jibril bersama Malaikat penjaga gunung yang menunggu penintahnya untuk meratakan Al-Akhasyabain (dua gunung di Makkah, yaitu Gunung Abu Qubais dan yang di seberangnya, Qaiqa'an) terhadap penduduk Tha'if.

"Wahai Muhammad, Tuhan mengizinkanmu untuk menimpakan dua gunung itu pada penduduk Tha'if."

Bagaimana jawaban Nabi? Beliau justru menolak tawaran Jibril itu. "Jangan. Siapa tahu Allah akan mengeluarkan seseorang yang mengucapkan (kalimat) 'la ilaha illallah' dari rahim mereka," jawab Rasulullah.

Ketika beliau bertekad kembali ke Makkah untuk memulai lembaran baru, Zaid bin Haritsah mempertanyakan keinginan Nabi itu. "Bagaimana bisa engkau kembali menemui mereka, sedangkan mereka telah mengusirmu?" tanya Zaid.

Kemudian Rasulullah SAW menjawab: "Wahai Zaid, sesungguhnya Allah akan menjadikan apa yang engkau lihat sebagai kemudahan dan jalan keluar. Sungguh, Allah akan menolong agama-Nya dan akan memenangkan Nabi-Nya".

Demikian kisah singkat perjalanan Nabi SAW dan Zaid ke Thaif. Ada banyak hikmah yang bisa dipetik selain pentingnya doa, tawakkal dan bersabar. Rasulullah benar-benar memperlihatkan akhlak yang begitu agung hingga membuat orang-orang memeluk Islam. Warga Thaif akhirnya memeluk Islam berkat kesabaran Beliau dan doa yang dikabulkan Allah Ta'ala.

(rhs)


Tuliskan doa Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Thaif yang telah mencaci dan menyiksa beliau
Ilustrasi

Tuliskan doa Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Thaif yang telah mencaci dan menyiksa beliau
Tuliskan doa Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Thaif yang telah mencaci dan menyiksa beliau

RIAU1.COM - Kisah pada masa awal dari dakwah Islam. Ketika itu, kaum Muslimin 'kalah' dalam soal jumlah, dan betapa besarnya tekanan, hasutan, dan intimidasi kaum musyrikin Makkah kepada Nabi Muhammad SAW.

Melihat kerasnya penolakan dari petinggi Makkah, beliau pun mencoba berdakwah di tempat lain. Dengan ditemani Zaid bin Haritsah, Rasulullah SAW memutuskan pergi ke Thaif.

Kota itu terletak sekitar 80 kilometer arah selatan Makkah. Di sana, Nabi SAW bermaksud mendapatkan dukungan dan perlindungan dari Bani Tsaqif, suku setempat yang paling dominan.

Thaif waktu itu dipandang sebagai zona damai dengan penduduknya yang cenderung terbuka. Harapan beliau, terbukalah wilayah dakwah baru yang tanpa kekerasan.

Sesampainya di sana, Nabi SAW ternyata ditolak penguasa Bani Tsaqif. Bahkan, beberapa di antaranya menghina beliau, “Apakah Tuhan tidak menemukan orang selain dirimu untuk menjadi utusan-Nya!?”

Menyadari upayanya tak berhasil, Rasulullah SAW kemudian pergi. Namun, di jalan yang beliau lalui penduduk Thaif telah bersiap-siap hendak menyerang beliau. Perlakuan mereka begitu kasar.

Baca Juga: Baru Pertama Kali Pelesir dengan Pesawat? Simak Tips Penting Ini

Kata-kata kotor keluar dari lisan puluhan warga Thaif. Segerombolan orang bahkan melempari beliau dan sahabatnya dengan batu dan tanah.

Rasulullah SAW pun terluka cukup parah. Dengan sisa kekuatan yang ada, beliau tetap melangkahkan kaki menuju Makkah. Beliau tertatih-tatih, menahan setiap rasa sakit dari serangan membabi-buta masyarakat Thaif.

Sampai di perbatasan kota, amuk itu mereka mulai mereda. Nabi SAW dan sahabatnya begitu lelah. Sementara itu, di langit para malaikat menyaksikan pemandangan memilukan ini. Allah SWT mengutus mereka agar menemui sang khatamul anbiya.

Doa Rasulullah

“Allahuma Ya Allah," ujar Nabi SAW sembari mengangkat tangannya ke langit, "Kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kekurangan daya upayaku di hadapan manusia. Wahai Tuhan Yang Mahapenyayang, Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Tuhan pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan nasibku? Kepada orang jauhkah yang berwajah muram kepadaku? Atau kepada musuh yang akan menguasai diriku?"

"Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli. Sebab, sungguh luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada cahaya Wajah-Mu yang menyinari kegelapan, dan karena itu yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat, (aku berlindung) dari kemurkaan-Mu. Kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha kepadaku. Dan, tiada daya dan upaya melainkan dengan kehendak-Mu.”

Baca Juga: 7 Produk Promo 5.5 2022 yang Bisa Dibeli dengan Harga Miring

Kemudian, Malaikat Jibril turun dan menghampiri Rasulullah SAW. Jibril berkata, “Allah mengetahui apa yang terjadi padamu dan orang-orang ini (penduduk Thaif). Allah telah memerintahkan malaikat-malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu.”

Para malaikat penjaga gunung lantas menyahut, “Wahai Muhammad! Sungguh Allah telah mendengar perkataan penduduk Thaif kepadamu. Aku adalah malaikat penjaga gunung dan Rabb-mu telah mengutusku kepadamu. Angkat tanganmu ke langit, ya Rasulullah! Jika engkau suka, aku bisa membalikkan dan menjatuhkan Gunung Akhsyabin ini ke atas mereka!”

Apa jawaban Rasul SAW? Dengan lemah-lembut, beliau berkata, “Walaupun penduduk Thaif menolakku, aku berharap dengan kehendak Allah keturunan mereka kelak akan menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya.”

Beliau kemudian berdoa, “Ya Allah, berikanlah petunjuk kepada kaumku. Sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”

Tidak ada dendam terbersit sedikit pun dalam hati Rasulullah SAW. Beliau tetap bersabar meskipun memiliki kesempatan untuk melampiaskan malapetaka kepada mereka yang memusuhinya. Justru, dari lisan mulianya terucap kata-kata doa yang indah.


Sumber: Republika