Tone control yang bekerja untuk mengatur nada dengan menggunakan komponen penguat disebut dengan

Sebagaimana telah kita maklum bersama, bahwasanya apabila dipandang dari sudut sistem kerjanya, disana akan kita temukan dua jenis Tone Control, yaitu Tone Control dengan sistem kerja Pasif dan Tone Control dengan sistem kerja Aktif.

Untuk para pemula yang masih memiliki rasa penasaran, guruKATRO sedikit jelaskan tentang perbedaan yang sangat mendasar dari kedua tipe Tone Control tersebut, yakni :

  • Tone Control Pasif bisa bekerja tanpa memerlukan Tegangan Positif, dengan demikian kita bisa mengoperasikan Tone Control tersebut, mengatur seberapa tinggi nada bass dan/atau treble yang kita inginkan tanpa harus memasukkan tegangan listrik kedalam rangkaian tone control tersebut. Sedangkan,
  • Tone Control Aktif baru bisa bekerja bila sudah diberi asupan Tegangan Positif, dengan demikian kita baru bisa mengoperasikan Tone Control setelah kita memberi tegangan listrik kedalam rangkaian tone control tersebut, tanpa tegangan listrik tipe aktif tidak bisa untuk mengatur nada bass dan treble.

Pada Kesempatan posting kali ini guruKATRO sedang berhasrat untuk membahas tentang prinsip kerja Tone Control tipe Aktif. Baca juga :

BELAJAR MEMBACA WARNA RESISTOR

Mari kita mulai mengamati dasar dasar dan prinsip kerja Tone Control Aktif dengan mengamati image berikut ini :

Tone control yang bekerja untuk mengatur nada dengan menggunakan komponen penguat disebut dengan

Pada gambar itu terbaca ada 4 bagian penting, yaitu :
  1. Audio Source (sumber suara),
  2. Potensio untuk mengatur aliran audio akan dilewatkemanakan,
  3. Transistor penguat audio, dan
  4. Power Amplifier yang akan mengeraskan Audio lemah menjadi keras dan di salurkan ke Speaker.

Pada gambar diatas pula kita bisa ketahui bahwasanya disana ada garis aliran audio, yaitu :

  • Garis biru pertama melambangkan aliran audio keluar dari source,
  • Garis merah menyalurkan audio dari source menuju amplifier bila potensio meter di putar kekiri. Terlihat disana bila audio dari source akan langsung masuk ke amplifier tanpa diperkuat dulu dengan transistor penguat audio.
  • Garis hijau menyalurkan audio dari source menuju amplifier, itu bisa terjadi apabila potensio meter diputar ke kanan. Pada garis hijau terlihat bahwa sebelum masuk ke amplifier audio dikuatkan dulu menggunakan transistor penguat audio, disana di contoh kan menggunakan transistor tipe C458. Karena audio sudah melalui transistor penguat, maka volume menjadi lebih keras dibanding saat keluar dari source.
  • Garis biru kedua melambangkan aliran audio masuk ke amplifier.


Dengan sistem kerja seperti diatas, terlihat bahwa bila potensio di putar ke kiri menuju ke posisi 0% sekalipun, maka audio masih tetap bisa mengalir walaupun dengan kualitas yang sangat minim, atau dengan bahasa lain audio akan mengalir daro source menuju amplifier secara langsung tanpa ada potensio dan transistor penguat.


Gambar diatas, masih menunjukkan kontrol hanya audio secara general saja, belum mengatur nada bass ataupun treble. Untuk lebih mendalam lagi kita mengamati kinerja Tone Control, mari kita lihat image berikut ini :


1. Contoh aliran kontrol nada BASS

Tone control yang bekerja untuk mengatur nada dengan menggunakan komponen penguat disebut dengan

Audio yang datang dari source menuju kaki tengah potensio meter disaring menggunakan resistor 10K, (10K bukan ukuran mutlak, bisa diganti dengan ukuran sedikit dibawah atau diatasnya)


Dari kaki 1 dan kaki 3 potensio biasanya menggunakan resistor dengan ukuran yang sama, pada gambar diatas guruKATRO menggunakan ukuran 4K7, sepertinya 4K7 adalah ukuran terkecil disini, anda bisa mengganti dengan 5K6 atau 6K8 atau 8K2, sesuai selera.


Cara seperti diatas itu (penyaringan dengan resistor) sudah bisa menghilangkan nada tinggi, namun masih kurang efektif dalam menganulir nada middle. Untuk mencegah agar nada menengah tidak ikutan terbawa, biasanya orang memasang kapasitor dari kaki 1 potensio menuju kaki 3 potensio, seperti ini :


Tone control yang bekerja untuk mengatur nada dengan menggunakan komponen penguat disebut dengan

Ukuran kapasitor yang pernah guruKATRO lihat pada beberapa produk adalah antara 333 hingga 563.


2. Contoh Kontrol nada Treble 

Tone control yang bekerja untuk mengatur nada dengan menggunakan komponen penguat disebut dengan


Dari source menuju kaki tengah potensio dipasang resistor ukuran 1K, bila terasa nada treble kurang, ukuran itu bisa diperkecil atau bahkan bisa langsung dengan kawat. Bila dirasa treble over, bisa diperbesar dengan ukuran 1K5 atau 2K2 dll.


Dari kaki 1 dan 3 potensio dipasang disaring menggunakan 2 kapasitor dengan ukuran yang sama, padfa contoh guruKATRO menggunakan ukuran 222, bila ingin lebih kerasa bisa gunakan ukuran 272 atau 332 atau 392 atau 472.


Seperti itu biasanya sistem kerja Tone control aktif (hanya mengandung kontrol bass dan treble saja), namun bagi yang ingin menambahkan kontrol nada middle, bisa juga dipasang disana, misalnya seperti in :

3. Contoh kontrol nada middle


Tone control yang bekerja untuk mengatur nada dengan menggunakan komponen penguat disebut dengan


dari source menuju kaki 2 potensio dipasang resistor ukuran 10K atau sedikit dibawah/atasnya, sementara keluaran dari potensio masing masing desaring menggunakan kapasitor ukuran 103.

Kadang guruKATRO membuat dengan cara sebaliknya, seperti ini :

Tone control yang bekerja untuk mengatur nada dengan menggunakan komponen penguat disebut dengan

4. Bila ketiga kontrol nada itu digabung dalam satu paket, mungkin akan terbentuk model Tone Control seperti ini :

Tone control yang bekerja untuk mengatur nada dengan menggunakan komponen penguat disebut dengan



Masuk ke kaki basis transistor dan juga keluar dari kolektor transistor tidak bisa langsung seperti itu, tapi kudu di saring dengan menggunakan elko, ukuran antara 0,47µF hingga 10µF Transistor juga harus diberi tegangan terlebih dahulu, sedang pada gambar diatas kaki kaki transistor belum di beri tegangan.

Ya Allah ya Tuhan Kami Yang Maha Bijaksana, Berikanlah keberkahan yang melimpah, kepada pembaca kamiyang tidak memblokir iklan

pada halaman ini



Rangkaian Tone Control merupakan salah satu jenis pengatur suara atau nada aktif pada sistem audio. Pada dasarnya tone control atau pengatur nada berfungsi untuk mengatur penguatan level nada bass dan level nada treble. Nada bass adalah sinyal audio pada frekuensi rendah sedangkan nada treble merupakan sinyal audio pada frekuensi tinggi.

Rangkaian Tone Control sederhana memiliki output yang bisa di bilang cukup bagus dan bersih. Sinyal suara yang di hasilkan dari input sebelumnya sudah di atur oleh potensiometer dan kemudian di kuatkan oleh bagian op amp menggunakan transistor yang kemudian di kopling oleh kapasitor yang outputnya akan di atur lagi pada bagian control.

Prinsip kerja dari Rangkaian Tone Control yaitu pada frekuensi rendah atau bass dan frekuensi tinggi atau treble.

Tone control yang bekerja untuk mengatur nada dengan menggunakan komponen penguat disebut dengan
Grafik Pengaturan Bass dan Treble
Tone control yang bekerja untuk mengatur nada dengan menggunakan komponen penguat disebut dengan
Skema Pengatur Nada (Tone Control)
Tone control yang bekerja untuk mengatur nada dengan menggunakan komponen penguat disebut dengan
Rangkaian Pengatur Nada

Dari pengaturan di atas kemudian di kuatkan lagi pada bagian pengatur akhir menggunakan transistor yang sama. Tegangan yang di hasilkan dari tone control ini adalah mulai dari 9 volt DC sampai dengan 18 volt DC.

Tone Control yang memiliki 4 transistor terbagi dalam 3 bagian utama yaitu bagian penguat depan, bagian pengatur nada (tone control) dan bagian penguat akhir. Pada bagian depan dapat di bangun menggunakan 2 transistor yang di susun dalam penguat 2 tingkat. Kemudian bagian pengatur nada di bangun menggunakan sistem pengatur nada baxandal yang dapat mengontrol nada rendah atau nada tinggi. Kemudian bagian akhir di gunakan penguat 2 tingkat yang di bangun menggunakan transistor.

Rangkaian tone control baxandal merupakan rangkaian penguat dengan jaringan umpan balik (feedback) dan rangkaian filter aktif. Rangkaian baxandal hanya tergantung dari pengaturan potensiometer bass. Batas pengaturan maksimum potensiometer bass merupakan maksimum boost (penguatan maksimal bass) dan batas pengaturan minimum potensiometer bass merupakan maksimum cut (pelemahan maksimum).

Pada saat frekuensi nada bass meningkat, maka akan memberikan efek pada resistor samapai kapasitor sehingga tidak lagi memberikan efek atau respon pada rangkaian. Sehingga frekuensi di atas tidak di pengaruhi oleh posisi potensiometer bass pada maksimum boos dan cut atau di biarkan flat. Untuk nada treble, pada akhir frekuensi tinggi audio kapasitor bertindak seakan short circuit. Maka penguatan akan di atur oleh potensiometer treble.

Prinsip Kerja Pengatur Nada (Tone Control)

Prinsip kerja rangkaian tone control yaitu pada frekuensi rendah atau bass dan frekuensi tinggi atau treble. Dari pengaturan di atas kemudian di kuatkan lagi pada bagian pengatur akhir menggunakan transistor yang sama. Tegangan yang di hasilkan dari tone control ini adalah mulai dari 9 volt DC sampai dengan 18 volt DC.

Berikut ini adalah contoh skema rangkaian tone control sederhana (pasif)

Tone control yang bekerja untuk mengatur nada dengan menggunakan komponen penguat disebut dengan
Skema Rangkaian Pengatur Nada
Tone control yang bekerja untuk mengatur nada dengan menggunakan komponen penguat disebut dengan
Rangkaian Pengatur Nada Sederhana


Komponen yang dibutuhkan

  • Resistor 6k8, 560, 4k7 ohm
  • Capasitor milar 4n7, 10n, 2n2, 15n, 40n dan 100n
  • Elco 4,7 uF
  • VR (potensio meter) 50K ohm

Skema tersebut merupakan contoh sederhana rangkaian tone control.