Tes urin untuk mengetahui apa saja

Jakarta (ANTARA) - Penyakit pada ginjal semisal peradangan bisa dideteksi dini salah satunya melalui tes atau pemeriksaan urine, ungkap Sekjen Indonesian Society of Hypertension (InaSH), dr. Djoko Wibisono, Sp,PD-KGH.Tes urine dilakukan untuk mengetahui kadar protein, rasio albumin dan kreatinin dalam urine."Deteksi dini penting. Kalau ada protein di urine itu sudah merupakan tanda kerusakan ginjal secara dini. Deteksi secara terus menerus untuk mengetahui adanya penyakit ginjal kronik," kata dia dalam sebuah konferensi pers virtual, Jumat.Djoko mengatakan, tes urine bahkan bisa dilakukan pada bayi untuk mengetahui ada tidaknya protein dan sel darah merah di dalam urine-nya, yang menjadi tanda dini penyakit autoimun atau peradangan di ginjal."Tidak jarang masih balita bisa cuci darah karena penyakit autoimun, penyakit peradangan ginjal. Harus dideteksi dini urine-nya. Bayi pun harus dideteksi jangan sampai urinenya ada protein, sel darah merah. Itu tanda dini. Hanya urine saja," tutur dia.Selain tes urine, pemeriksaan darah juga disarankan untuk menilai kinerja ginjal dengan melihat kadar limbah dalam darah seperti ureum dan kreatinin. Pemeriksaan urine dan darah juga bisa membantu mendeteksi ada tidaknya peradangan di ginjal."Kalau mau mendeteksi dini melihat kreatininnya, urinenya ada kebocoran protein. Ini tidak mahal. Ini dianjurkan pada masyarakat supaya jangan tunggu sakit baru check-up. Tes darah untuk melihat sisa-sisa metabolisme tubuh seperti ureum dan kreatinin, tes urine sangat terjangkau biayanya," kata Djoko.Untuk memastikan kondisi ginjal juga bisa melalui imaging seperti USG, MRI dan CT-Scan untuk melihat struktur dan ukuran ginjal serta biopsi ginjal yakni mengambil sampel kecil dari jaringan ginjal untuk menentukan penyebab kerusakan ginjal.Penyakit ginjal pada stadium 1 atau 2 tidak memunculkan gejala sebelum memasuki kategori lanjut. Saat kondisi lanjut, pasien umumnya merasakan masalah seperti kram otot dan kejang otot, kehilangan berat badan, kehilangan nafsu makan, lemas, menurunnya ketajaman mental.Tanda lainnya antara lain wajah pucat, mual, muntah, sesak, kejang, pembengkakan pada pergelangan kaki, kaki atau tangan, tekanan darah yang sulit dikendalikan, sesak napas, gangguan tidur hingga disfungsi ereksi."Timbul gejala kalau sudah derajat lanjut yakni 3,4 atau 5. Kalau sudah terkena kia bisa mengobati atau menghambat penyakitnya," demikian kata Djoko yang juga menekankan pentingnya gaya hidup sehat sebagai upaya memperlambat perburukan penyakit.Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
COPYRIGHT © ANTARA 2022

Terkait tes darah dan tes urin yang dilakukan bukan berdasarkan mana yang lebih akurat atau tidak karena keduanya jelas berbeda dari spesimen, fungsi, serta organ yang terlibat. Karena itu biasanya kedua tes dasar ini diperiksakan untuk mencari kelainan atau saling menguatkan suatu diagnosa. 

Tes darah yang anda maksudkan disini adalah tes darah lengkap, tes ini dilakukan untuk melihat kadar sel darah merah, sel darah putih dan keping darah. Selain itu jenis tes darah lainnya juga bisa mengetahui golongan darah, kelainan darah atau kanker, menghitung kadar gula darah, kolesterol, asam urat, enzim jantung, fungsi hati, fungsi ginjal, elektrolit dan masih banyak lagi yang lainnya. Bisa juga untuk mendeteksi antibodi terhadap suatu penyakit seperti demam typhoid, demam berdarah dengue, malaria dan sebagainya.

Sedangkan tes urin  atau urinalisis dilakukan untuk bisa mendeteksi adanya hormon kehamilan, gangguan pada saluran kemih, gangguan fungsi penyaring ginjal, diabetes, atau penyakit hati. Selain itu tes urin juga dilakukan untuk pemantauan perkembangan suatu kondisi atau penyakit.

Jadi diskusikanlah dengan dokter anda mengenai keluhan dan pemeriksaan apa yang paling tepat yang dibutuhkan untuk mendiagnosa keluhan anda. 

Tes urine (urinalisis) adalah pemeriksaan dengan menggunakan urine sebagai sampel untuk mendeteksi kondisi seseorang. Dalam pemeriksaan ini, urine akan dinilai dari warna, bau, hingga zat-zat yang terkandung di dalamnya. 

Urine manusia dapat memberikan petunjuk mengenai apa yang terjadi di dalam tubuh. Misalnya, urine berwarna pekat bisa menjadi tanda dehidrasi, urine yang terlihat keruh menunjukkan infeksi, atau urine yang berbau manis bisa menjadi tanda diabetes.

Dalam urine terkandung ratusan limbah tubuh yang berbeda. Dari situ, informasi mengenai apa yang Anda konsumsi, seberapa banyak Anda berolahraga, serta seberapa baik ginjal Anda bekerja dapat diketahui. 

Pemeriksaan urine lengkap dilakukan dengan prosedur yang cukup sederhana. Pasien akan diminta untuk menampung air kencing dalam wadah khusus. Selanjutnya, petugas lab akan memeriksa sampel urine untuk dianalisis. 

Tujuan melakukan pemeriksaan urine (urinalisis)

Pemeriksaan urine lengkap biasanya direkomendasikan dokter untuk tujuan berikut: 

  • Memeriksa kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan

Tes urine dapat dilakukan saat pemeriksaan kesehatan rutin (medical check-up), sebagai persiapan sebelum operasi, atau pemeriksaan skrining untuk berbagai penyakit, seperti infeksi saluran kemih, diabetes, penyakit ginjal, dan penyakit hati.

  • Mendiagnosis penyakit tertentu

Urinalisis bisa dianjurkan apabila pasien mengalami gejala berupa nyeri perut, nyeri punggung, sering buang air kecil, atau nyeri saat buang air kecil (anyang-anyangan), ada darah dalam urine, serta masalah buang air kecil lainnya.

  • Memantau perkembangan penyakit

Dokter juga bisa menyarankan pasien untuk menjalani tes urine sebagai bagian dari pemeriksaan rutin. Langkah ini bertujuan memantau perkembangan penyakit, seperti penyakit ginjal atau masalah pada saluran kemih.

  • Mendeteksi obat-obatan dan alkohol

Pemeriksaan urine juga digunakan untuk skrining penggunaan narkotika maupun psikotropika, seperti amfetamin atau metamfetamin, barbiturat, benzodiazepin, kokain, ganja, hidrokodon, oksikodon, nikotin, atau alkohol.

Tes urine juga jadi cara paling umum untuk mendeteksi kehamilan melalui hormon hCG (human chorionic gonadotropin). Hormon ini hanya diproduksi saat terjadi kehamilan dan ikut dikeluarkan bersama urine.

Apa saja persiapan untuk  menjalani tes urine (urinalisis)?

Persiapan yang dapat dilakukan oleh pasien sebelum menjalani tes urine meliputi:

Dengan mengonsumsi air putih yang cukup, pasien bisa buang air kecil dengan mudah dan menyediakan sampel urine.

  • Memberikan informasi pada dokter

Pasien perlu menginformasikan pada dokter mengenai obat, suplemen, vitamin, serta obat herbal yang dikonsumsi. Pasalnya, beberapa jenis obat dapat mengganggu hasil pemeriksaan urine.

Contoh obat dan suplemen tersebut meliputi vitamin C, metronidazole, riboflavin, obat pencahar, metokarbamol, serta nitrofurantoin.

Anda mungkin tidak perlu puasa sebelum menjalani pemeriksaan.

Tahapan menjalani tes urine (urinalisis)

Langkah pertama dalam pemeriksaan urine lengkap adalah mengumpulkan sampel urine dari pasien. Dokter atau petugas medis akan meminta pasien untuk menampung air seni dalam wadah khusus. 

Cara menampung urine ini biasa dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

  • Bersihkan area sekitar lubang kencing dengan tisu khusus yang disediakan oleh petugas medis
  • Tampunglah urine mulai di tengah aliran urine. Artinya, Anda sebaiknya tidak langsung menampung urine begitu buang air kecil. Biarkan aliran awal terbuang dahulu, baru ditampung
  • Jumlah urine yang perlu ditampung adalah minimal 30-59 ml

Sesudah sampel dirasa cukup, Anda bisa memberikannya kepada petugas lab. Namun, ingat untuk tidak menyentuh bagian dalam wadah untuk mencegah kontaminasi bakteri

Pada beberapa kasus, dokter bisa saja merekomendasikan pemasangan kateter (selang kencing) untuk mengeluarkan sampel urine pasien. 

Tahapan pemeriksaan urine lengkap

Setelah mendapatkan sampel urine, langkah selanjutnya adalah menganalisis. Pemeriksaan urine lengkap memiliki tiga metode analisis, antara lain:

1. Pemeriksaan visual 

Pada pemeriksaan visual, tampilan urine akan diamati oleh petugas laboratorium. Hal ini meliputi analisis warna, bau dan tingkat kejernihan urine. 

Pada kondisi normal, urine akan tampak bening kekuningan hingga kuning tua. Warna urine yang terlihat sedikit keruh, dapat menandakan infeksi saluran kemih. 

Sementara jika hasil tes urine berwarna merah atau cokelat, hal ini mungkin menunjukkan adanya darah dalam urine. Urine berwarna merah karena darah bisa mengindikasikan batu kandung kemih, kanker ginjal, kandung kemih, atau penyakit darah tertentu.

Meski begitu, Anda tak perlu panik dulu saat mendapati urine Anda berwarna berbeda. Pasalnya, warna dan kejernihan urine juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. 

Misalnya, urine kemerahan bisa muncul jika pasien baru saja mengonsumsi makanan berwarna merah, seperti buah bit atau buah naga merah.

2. Pemeriksaan kimiawi

Pemeriksaan kimiawi dari urine akan menghitung protein, glukosa, hemoglobin, badan keton, dan pigmen empedu. Komponen-komponen ini sebagian besar hadir dalam urine yang sehat, tapi jumlahnya sangat kecil sehingga tidak akan terdeteksi pada saat cek urine.  

Pada pemeriksaan urine lengkap, analisis kimiawi ini dilakukan dengan mencelupkan strip khusus (dipstick) ke dalam sampel urine. Strip ini dilengkapi dengan bahan kimia yang berubah warna ketika bersentuhan dengan zat yang ada dalam urine.

Cek urine kimiawi ini dapat menganalisis berbagai parameter dalam urine yang dapat mengindikasikan sejumlah gangguan kesehatan, di antaranya:

  • Protein
  • Glukosa
  • Badan keton
  • Bilirubin
  • Urobilinogen
  • Hemoglobin, sel darah merah
  • asam askorbat
  • Leukosit
  • Nitrit
  • pH
  • berat jenis

2. Pemeriksaan mikroskopis

Urinalisis mikroskopis cek urine yang dilakukan dengan menganalisis sedimen (endapan) urine di bawah mikroskop. Umumnya, pemeriksaan mikroskopis direkomendasikan pada pasien yang memiliki hasil tes urine abnormal, baik pada cek urine visual maupun tes dipstick.

Urinalisis mikroskopis dilakukan dengan menuangkan sampel urine ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya, tabung urine akan dimasukkan ke dalam alat sentrifugal yang akan memutar tabung tersebut. 

Dari proses tersebut, cairan dan senyawa di dalam air seni akan terpisah. Bagian bawah dari sampel tersebut inilah yang disebut dengan sedimen.

Beberapa hal yang diperiksa dalam pemeriksaan sedimen urine, antara lain:

  • Sel darah putih. Jumlah yang abnormal mungkin menandakan infeksi saluran kemih.
  • Sel darah merah. Jumlahnya yang tinggi bisa menandakan penyakit ginjal, kelainan darah, atau kanker kandung kemih.
  • Bakteri atau jamur, yang bisa mengindikasikan adanya infeksi.
  • Sel silinder. Sel silinder adalah protein berbentuk seperti tabung. Jika kadarnya cukup tinggi dalam urine, pasien kemungkinan mengidap penyakit ginjal.
  • Kristal. Adanya kristal dalam urine menandakan adanya batu ginjal.

Apa yang harus dilakukan bila hasil tes urine (urinalisis) tidak normal?

Apabila tes urine yang dijalani memiliki hasil yang tidak normal, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan guna menegakkan diagnosis. Pasalnya, urinalisis saja mungkin tidak cukup untuk menentukan diagnosis dengan pasti.

Pemeriksaan lanjutan yang akan dilakukan oleh dokter dapat berupa pemeriksaan fisik dan klinis maupun pemeriksaan laboratorium lainnya seperti:

  • Pemeriksaan darah lengkap
  • Comprehensive metabolic panel (CMP)
  • Analisis kreatinin urine
  • Analisis total protein dan albumin urine
  • Kultur urine.

Apa saja risiko komplikasi tes urine (urinalisis)?

Tes urine adalah pemeriksaan yang tergolong aman. Jadi risiko komplikasinya pun umumnya tidak ada.

Sementara bagi pasien yang harus dipasang kateter untuk pemeriksaan urine, efek samping yang mungkin muncul adalah nyeri, perdarahan, infeksi, hingga rusaknya kandung kemih.

Biaya tes urine

Biaya tes urine dapat bervariasi, tergantung dari fasilitas kesehatan yang menyediakan pemeriksaan ini. Umumnya, harga pemeriksaan urine lengkap di rumah sakit swasta dihargai mulai dari Rp30.000. Biaya cek urine dapat lebih mahal jika harus melakukan tes lanjutan.