Petunjuk sejarah pertama mengenai lukisan karya Raden Saleh ini tertulis dalam surat Raden Saleh yang ditujukan kepada Adipati Ernst II dari Sachsen-Coburg dan Gotha pada tanggal 12 Maret 1857. Dalam surat tersebut tertulis, antara lain telah menyelesaikan sebuah lukisan historis, yang menggambarkan tentang penangkapan Kepala Suku Jawa, Dipanegara, yang saya lukiskan untuk Paduka Yang Mulia Belanda. Surat ini mengungkapkan keberanian Raden Saleh menawarkan lukisan kepada Raja Belanda yang menjajah tanah Jawa. Pada awalnya Raden Saleh mendapat ilham komposisi lukisan historis Penangkapan Pangeran Diponegoro dari lukisan Pengunduran Diri Charles V karya Gallait yang menggambarkan bangkitnya kekuatan nasional yang sangat mendesak diperlukan banyak orang selama bertahun-tahun setelah invasi pasukan Jerman. Hal paling utama yang sejalan dengan komposisi lukisan Gallait adalah semangat kebangkitan nasional yang digambarkan oleh Raden Saleh sebagai bentuk kemarahan terhadap pengkhianatan Belanda (Krauss, 2012:78). Karya lukisan yang berjudul Penangkapan Pangeran Diponegoro merujuk pada peristiwa nyata yang memang terjadi masa lalu. Lukisan ini merupakan respon dari lukisan Nicolaas Pieneman (1809-1860) yang ditugaskan untuk mendokumentasikan momen penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Pemerintah Belanda. Ketika peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro (28 Maret 1830), Raden Saleh tengah berada di Eropa. Diduga Raden Saleh melihat lukisan Pieneman tersebut saat ia tinggal di Eropa. Perbedaan lukisan antara Raden Saleh dengan Pieneman ini dipandang sebagai rasa nasionalisme pada diri Raden Saleh. Beberapa perbedaan penting antara lukisan Raden Saleh dan Pieneman: 1. Pieneman menggambarkan Diponegoro dengan wajah lesu dan pasrah, Raden Saleh menggambarkan Diponegoro dengan raut tegas dan menahan amarah. 2. Pieneman memberi judul lukisannya Penyerahan Diri Diponegoro, Raden Saleh memberi judul Penangkapan Diponegoro. 3. Lukisan bendera Belanda yang dibuat oleh Pieneman tidak ditampilkan dalam lukisan karya Raden Saleh. Raden Saleh mulai membuat sketsa lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro pada tahun 1856 dan menyelesaikan lukisan cat minyaknya setahun kemudian. Dia mengabarkan lukisan tersebut kepada temannya di Jerman, Duke Ernst II dari Sachsen-Coburg dan Gotha, dengan judul “Ein historisches Tableau, die Gefangennahme des javanischen Häuptings Diepo Negoro” (lukisan bersejarah tentang penangkapan seorang pemimpin Jawa Diponegoro). Raden Saleh kemudian memberikan lukisan tersebut kepada Raja Belanda, Willem III, untuk menggambarkan pandangan Raden Saleh atas penangkapan Pangeran Diponegoro yang berbeda dengan pandangan Pieneman. Pada tahun 1975 lukisan tersebut diserahkan kepada Indonesia oleh pihak Kerajaan Belanda bersamaan dengan realisasi perjanjian kebudayaan antara Indonesia-Belanda pada 1969. Riwayat Penanganan Show Pada tahun 2013 lukisan tersebut direstorasi pernisnya oleh Susanne Erhards, ahli restorasi dari Jerman, dengan dukungan Yayasan Arsari Djojohadikusumo dan Goethe Institute Indonesia. Pada tanggal 27 September 2013 dilakukan serah terima hasil restorasi lukisan Raden Saleh oleh Yayasan Arsari Djojohadikusumo kepada Sekretariat Negara. Pada Desember 2014 Lukisan ini dipindahkan dari Istana Merdeka ke Istana Kepresidenan Yogyakarta dan menjadi salah satu koleksi Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta.
Lukisan dibuat di permukaan kanvas menggunakan cat minyak dan memenuhi seluruh kanvas, dibingkai dengan kayu berukir. Lukisan dibuat dengan gaya Romantisisme. Lukisan ini merupakan lukisan sejarah pertama di Asia Tenggara di antara sejarah lukisan aliran Eropa. Lukisan ini menggambarkan peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Belanda yang menandai berakhirnya perlawanan Diponegoro pada tahun 1830. Sang Pangeran dibujuk untuk hadir di Magelang membicarakan kemungkinan gencatan senjata, namun kenyataannya Pangeran Diponegoro dan pengikutnya ditangkap lalu diasingkan. Lukisan ini merupakan lukisan pertama yang dibuat oleh Raden Saleh Syarif Bustaman (1814-1880), pelukis ternama Indonesia, menggambarkan peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro sebagai salah satu momen sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Peta Tidak Tersedia
Seni lukis adalah cabang seni rupa yang diwujudkan melalui karya dua dimensi bermediakan kanvas atau permukaan datar lain yang di isi oleh unsur-unsur pokok garis dan warna melalui cat atau pewarna dan pembubuh gambar lainnya. Tentunya, lukisan dapat berisi representasi alam seperti potret wajah, hewan, pemandangan. Bisa juga memuat gambar abstrak yang merupakan penyederhanaan bentuk alam, atau berisi ungkapan ekspresif dari seniman berupa komposisi bentuk nonrepresentatif (tidak menyerupai apa pun). Soedarso Sp (1990, hlm. 11) mengungkapkan bahwa melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan datar dari objek tiga dimensi untuk mendapatkan kesan tertentu, dengan melibatkan ekspresi, emosi, dan gagasan pencipta secara penuh. Seni lukis merupakan pengembangan dari menggambar. Lukisan memiliki corak atau gaya yang lebih rumit, namun tidak berarti lebih baik dari menggambar. Teknik dan bahan yang digunakan juga dapat lebih beragam dari menggambar pada umumnya. Aliran Seni LukisSeperti yang telah diutarakan sebelumnya, lukisan memiliki ciri khas, tema, teknik yang biasa disebut dengan gaya atau aliran. Berdasarkan cara pengungkapannya, aliran dan gaya lukisan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: representatif, deformatif dan nonrepresentatif. Berikut penjelasan dari masing-masing pembagian tersebut: RepresentatifLukisan representatif adalah perwujudan gaya seni rupa menggunakan keadaan nyata pada alam atau kehidupan sehari-hari manusia dalam masyarakat. Gambar pada lukisan akan merepresentasikan sesuatu yang konkret, misalnya pemandangan alam, potret manusia, suasana perkotaan, dsb. Beberapa gaya atau aliran seni rupa yang termasuk dalam kategori representatif adalah sebagai berikut. 1. Aliran NaturalismeAliran seni rupa yang menggambarkan keadaan alam, melukiskan segala sesuatu sepersis mungkin dengan keadaan nyatanya, seteliti mungkin. Sehingga diperlukan kemampuan yang terlatih untuk mewujudkan karyanya. Tokoh aliran naturalisme antara lain adalah sebagai berikut.
Penjelasan lengkap mengenai aliran naturalisme dapat di baca pada tautan dibawah ini.
2. Aliran RealismeAliran realisme adalah aliran seni rupa yang memandang dunia ini tanpa ditutup-tutupi, dalam artian subjek atau objek yang dilukis ditampilkan apa adanya, sesuai dengan kenyataan sehari-hari, tidak di dramatisir atau dipilih hanya yang indahnya saja. Tokoh-tokoh aliran realisme antara lain adalah sebagai berikut.
Penjelasan lengkap mengenai realisme dapat di baca pada tautan dibawah ini.
3. RomantisismeAliran ini terkadang disebut romantisme yang sebetulnya kurang tepat. Aliran ini mengungkapkan tema yang masih representatif namun dengan cara yang dramatis. Misalnya menunjukan peristiwa yang dahsyat atau kejadian-kejadian penting dalam sejarah secara dramatis. Tokoh-tokoh aliran romantisisme adalah sebagai berikut.
Penjelasan lengkap mengenai aliran romantisisme dapat di baca pada tautan dibawah ini.
DeformatifDeformatif adalah gaya yang mengubah bentuk asli dari objek atau subjek yang dilukis, sehingga menghasilkan bentuk baru, namun tidak benar-benar meninggalkan bentuk dasar aslinya. Beberapa aliran seni rupa yang termasuk dalam gaya deformatif adalah sebagai berikut. 1. ImpresionismeMerupakan aliran yang hanya menggambarkan kesan sederhana dari apa yang dilukiskan. Tokoh aliran impresionisme meliputi beberapa pelukis di bawah ini.
Penjelasan lengkap mengenai impresionisme dapat di baca pada tautan dibawah ini:
2. SurealismeSurealisme adalah aliran seni rupa yang mengubah sesuatu yang nyata menjadi tampak tidak nyata. Misalnya, aliran surealisme dapat menggambarkan manusia yang melayang, jam yang meleleh, ikan yang dapat berenang tanpa air, dsb. Hal tersebut selanjutnya mengakibatkan gambar yang terdapat dalam lukisan tampak seperti pada mimpi. Tokoh surealisme antara lain adalah sebagai berikut.
Penjelasan lengkap mengenai surealisme dapat di baca pada tautan dibawah ini.
3. KubismeKubisme merupakan aliran seni rupa yang menyederhanakan objek nyata menjadi ke-kubus-kubus-an (bidang segi empat) atau objek geometris lainnya. Aliran ini juga memainkan perspektif atau sudut pandang yang berbeda dalam suatu objek. Misalnya, mata seseorang dapat digambar melalui tampak depan, namun hidung digambarkan dari tampak samping, dan teling digamarkan dari tampak atas. Beberapa Tokoh aliran kubisme adalah sebagai berikut.
Penjelasan lengkap mengenai realisme dapat di baca pada tautan dibawah ini.
4. EkspresionismeAliran ekspresionisme merupakan aliran seni rupa yang menonjolkan ungkapan dari dalam jiwa. Artinya, bukan kemiripan gambar pada suatu lukisan yang diutamakan, namun ekspresi seniman terhadap sesuatu yang ia lukis. Intinya, aliran ekspresionisme lebih mementingkan ekspresi individu seniman dibandingkan dengan peniruan alam. Tokoh-tokoh ekspresionisme adalah sebagai berikut.
Penjelasan lengkap mengenai realisme dapat di baca pada tautan dibawah ini.
NonrepresentatifNonrepresentatif adalah gaya yang tidak merepresentasikan sesuatu yang merupakan kebalikan dari representatif. Bentuk dasar dari gaya ini sudah meninggalkan bentuk aslinya atau tidak menirukan alam sama sekali. Lukisan hanya di isi oleh bentuk-bentuk geometris sederhana, kumpulan garis, atau hanya berupa blok-blok warna yang terbebas dari bentuk alam seperti potret wajah manusia, pemandangan, dsb. Aliran-aliran nonrepresentatif antara lain: 1. Abstrak EkspresionismeAliran yang menggunakan ekspresi spontan untuk menciptakan karya abstrak. Pelukis abstrak ekspresionisme menumpahkan cat langsung ke kanvas, mencipratkan cat dengan tongkat, dsb. Tokoh-tokoh Abstrak Ekspresionisme antara lain adalah sebagai berikut.
2. FormalismeAliran yang hanya menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris seperti segi empat, persegi panjang, segitiga atau hanya garis. Tokoh-tokoh aliran formalisme antara lain adalah sebagai berikut.
Tema Seni LukisSelain dibagi berdasarkan alirannya, seni lukis juga dapat dikategorisasikan berdasarkan tema. Secara umum, dapat dikatakan terdapat 6 tema umum dalam seni lukis, yaitu sebagai berikut.
Alat dan Bahan (Media) Seni LukisAlat lukis utama adalah peralatan untuk mengaplikasikan atau membubuhkan cat pada media lukis, seperti: kuas, pisau palet, dsb. Penggunaan alat lukis sangat bergantung pada media, teknik, aliran dan tema yang akan dibuat. Alat lukisBeberapa alat lukis yang umumnya digunakan adalah sebagai berikut.
Penjelasan lengkap mengenai alat lukis berdasarkan fungsinya dapat dilihat di:
Bahan (Media) Seni LukisBahan merupakan berbagai material yang dibutuhkan untuk membuat suatu lukisan. Berbeda dengan alat, bahan bersifat dapat habis, sehingga harus diperhatikan pasokannya. Beberapa bahan atau media seni lukis adalah sebagai berikut.
Penjelasan lengkap mengenai media lukis dan alternatifnya dapat dilihat di sini.
Teknik dan cara melukisMelukis membutuhkan cara dan teknik yang tepat untuk membuat karya yang baik. Teknik lukis juga sebetulnya sangat tergantung pada tema atau aliran lukis yang akan digunakan. Kita dapat mulai dengan menentukan tema, menentukan objek atau subjek yang di lukis, lalu menyiapkan teknik yang dibutuhkan. Menentukan Tema (Memunculkan Gagasan)Memunculkan gagasan kreatif dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut.
Teknik melukisTeknik melukis terdiri dari kerangka kerja dan teknik khusus yang digunakan untuk cat tertentu, seperti:
Teknik lukis tidak dapat dijelaskan dengan singkat dan membutuhkan artikel khusus untuk menjelaskannya. Penjelasan lengkap mengenai teknik lukis dapat disimak pada tautan dibawah ini.
Referensi
|