Show
Friedrich Wilhelm August Fröbel Friederich Wilhelm August Fröbel (atau Froebel; lahir di Oberweißbach, Saalfeld-Rudolstadt, Thüringen, Jerman, 21 April 1782 – meninggal di Schweina, Wartburgkreis, Thüringen, Jerman, 21 Juni 1852 pada umur 70 tahun) adalah salah satu tokoh pendidikan yang karya dan pemikirannya sedang menjadi acuan untuk dunia pendidikan modern hingga masa ini.[1] Froebel adalah seorang tokoh pendidik raksasa yang pemikirannya banyak dipengaruhi oleh sebanyak pemikir Jerman yang ternama dan berpengaruh pada kesudahan masa waktu seratus tahun 18 dan awal masa waktu seratus tahun 19, ditengahnya Johann Friederich Herbart (1776-1831).[1][2] Daftar inti
Riwayat HidupRumah lahir Fröbel di Oberweissbach
Landasan Ilmu JiwaDalam landasan ilmu jiwa ini Froebel tak memberikan batas-batas umur tertentu. Dia hanya memakai tiga tahap yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, dan pada masa tanggung. Selain itu, hal itu dituturkan Froebel karena perkembangan menurut Froebel terjadi bukan karena umur tetapi apabila seorang anak sudah dapat memenuhi kebutuhannya patut itu sebagai anak maupun sebagai orang dewasa. Alasan pautan Froebel tak memakai batas-batas umur tertentu adalah setiap tahap yang diberikan Froebel mempunyai ciri khas tertentu. Tahap Bayi (masa ketergantungan)Pada ronde ini Froebel menamakannya sebagai tahap “pendahuluan” ronde “dasar pendidikan. Pada tahap ini orangtua dituntut untuk aktif dan orangtua mesti memperhatikan bayi sebelum bayi menunjukkan tindakan atau gerakan seperti menangis. Hal itu perlu dilakukan untuk sang bayi supaya terjadi kesatuan baru yaitu pertumbuhan batin dimana sang bayi hendak menghormati orang yang telah tersedia disekitarnya. Pada tahap perkembangan ini bayi juga dinamakan Saugling yaitu menghisap, maksudnya pada tahap ini bayi menangkap keanekaragaman dari sekitarnya. Oleh karena itu, orang di sekitar bayi tersebut bisa mengembangkan ronde yang terkait yang sehat, terlindung, menarik, dan murni. Selain itu, Froebel juga sangat menekankan bahwa setiap gerakan bayi haruslah dilihat dan diperhatikan mulai dari bayi tersebut tersenyum, sedang diam, dan juga masa bayi tersebut telah tersedia dalam pangkuan ibu. Masa kanak-kanak (masa permulaan pendidikan)Froebel mengatakan bahwa tahap ini merupakan masa permulaan pendidikan karena pada tahap ini anak sudah mulai bisa mengucapkan kata benda. Namun, kata yang pertama yang dituturkan anak tersebut kebanyakan sedikit salah dan merupakan kewajiban orang tua atau pendampingnya untuk membetulkan perkataan tersebut dengan mengucapkan kata yang diceritakan anak tersebut dengan benar. Selain pengucapan, Froebel juga menekankan mengenai jadi pemain dan menarik hubungan antara jadi pemain dengan pengalaman pendidikan. Menurut Froebel, jadi pemain merupakan babak dimana perkembangan kepribadian sedang terjadi. Oleh karena itu, ruang gerak anak tak boleh dibatasi karena apabila aktivitas seorang anak dibatasi karenanya itu sama dengan mengikat nalar anaknya karena dia tak lepas untuk menjelajahi ronde yang terkaitnya. Masa kanak-kanak ini kesudahannya apabila seorang anak sudah mempunyai pengalaman lahiriah dan menjadikannya sebagai pengalaman batiniah. Masa anak tanggung (masa untuk belajar)Dalam ronde ini, anak sudah mulai mendapat pendidikan secara formal dan sistematis patut itu di bawah bimbingan guru maupun di bawah bimbingan orang tua. Titik beratnya ialah usaha untuk memperoleh pengetahuan tentang hal-hal yang lahirial, khas, dan khusus. Dalam tahap ini, Froebel juga menekankan bahwa anak mempunyai kecenderungan untuk mengerjakan sesuatu dan dalam mengerjakan sesuatu alangkah patutnya jika orangtua memperhatika apa yang dikerjakan anak dan memberikan dukungan dan apabila pekerjaan tersebut berakhir karenanya orang tua selayaknya memuji perkerjaan anak tersebut. Dalam tahap ini juga anak sudah mulai berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya sebagai contoh orang-orang di sekitarnya menyadari bahwa anak ini mempunyai sifat yang buruk. Namun, menurut Froebel sifat buruk yang muncul dari anak ini diakibatkan oleh ronde yang terkaitnya. Menurut Froebel, seorang anak menjadi nakal karena di ronde yang terkaitnya dia tak diperlakukan dengan patut. Asas-asas PendidikanKweekschool (sekolah pendidikan guru) pertama dengan asas Fröbel di Bandung pada tahun 1915 Melewati pengalamannya sebagai guru sekolah landasan selama bertahun-tahun, Fröbel mengemukakan beberapa asas yang dianggap bermakna untuk pelbagai tahap pendidikan. Fröbel mendasarkan pandangannya tentang pendidikan atas dua landasan, landasan teologi dan landasan psikologi. Dia beranggapan bahwa manusia terdiri dari dua unsur tersebut.[1] Fröbel mengatakan bahwa apabila pendidikan terlalu menekankan salah satu sisi patut itu sisi rohani maupun sisi kecerdasan karenanya hendak timpang atau berat sebelah.[1] Oleh karena itu, Fröbel berpendapat bahwa pendidikan itu haruslah menekankan kedua sisi tersebut. Landasan TeologiLandasan teologi Fröbel sangat berbeda dengan para teolog seperti Martin Luther atau Yohanes Calvin yang mendasarkan pandangannya atas Alkitab.[1] Mungkin karena itu juga Fröbel tak bisa sepenuhnya disebut teolog.[1] Dia mendasarkan pandangan teologinya pada dunia. Fröbel menekankan hubungan antara kutub kecerdasan dan kutub dunia. Menurut dia, dunia senantiasa berupaya atau berganti untuk sampai kecerdasannya atau dunia terus menerus merasakan perubahan atau perkembangan untuk menuju ke wujud sempurna. Selain itu, Fröbel juga mengatakan bahwa dunia itu menggambarkan Allah atau bisa dituturkan bahwa roh Allah diserap oleh setiap ciptaan-Nya. Nasihat tentang Allah (Allah adalah kesatuan asli)Dalam ronde ini, Fröbel menjelaskan mengenai sebuah hukum yang bersifat hidup dan berkuasa. Hukum ini pastilah merupakan hukum yang bersifat universal dan hukum yang bersifat universal ini pasti mempunyai landasan yang merupakan kesatuan yang telah tersedia dimana-mana. Kesatuan tersebut adalah Allah. Segala sesuatu yang datang dari kesatuan itu ataupun yang mempunyai asal dari dalam itu adalah Allah. Oleh karena itu, segala sesuatu itu mesti menyalakan Allah, patut melewati inti lahiriahnya maupun yang tak tidak berkesudahan, karena berbuat demikian merupakan maksud utama maupun panggilan hidup. Nasihat tentang Allah (Kesatuan Allah dan implikasinya untuk pendidikan)Dalam ronde ini Fröbel membagi dimensi pendidikan dalam tiga ronde yang tersirat dalam tulisannya yaitu guna pendidikan, ilmu pengetahuan, ilmu pendidikan, teori pendidikan, dan praktik pendidikan. Menurut Fröbel, pendidikan terdiri dari pelayanan yang mengantar manusia (yakni seorang yang cerdas, yang berpikir dan yang semakin sadar hendak dirinya) sedemikian rupa supaya hukum batin dari kesatuan ilahi itu dapat dihayati dan diamalkan secara murni, tak bercacat dan lepas. Pendidikan yang dimaksudkan itu hendak memperlengkapi manusia dengan seluruh peralatan dan fasilitas yang dia perlukan untuk sampai tujuan mulia tersebut. Melewati ciri utama tersebut karenanya Fröbel menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan babak yang membimbing dan memperlengkapi seseorang mesti bersifat rohani dan tak hanya bersifat intelektual saja. Segala pengetahuan yang didapat oleh manusia juga berhasratnya membantu manusia tersebut untuk memahami dirinya sebagai jati diri dari pengejawantahan Allah dan pengetahuan tersebut berhasratnya diikuti dengan penelitian yang membantu diri dari orang tersebut. Ketika seseorang sudah mulai berpikir bagaimana dia belajar pengetahuan karenanya dia sudah mulai terlibat dalam ilmu pendidikan. Ilmu pendidikan juga mencakup orang berefleksi atas guna kehidupannya dan untuk membantu orang tersebut untuk mencari kenal aktivitas yang dipekerjakannya atau petunjuk-petunjuk yang berasal dari ilmu pengetahuan tersebut itulah teori pendidikan. Berdasarkan inti setiap ruang lingkup ini telah tersedia tiga keuntungan yaitu Fröbel mempelopori penggunaan istilah yang memperkaya kemampuan orang untuk memikirkan dan membicarakan pendidikan secara terperinci, pokok teologi atau iman pribadi yang dianut para pemikir yang sudah kita pelajari tentu saja memengaruhi pandangan terhadap pendidikan, tetapi hanya Fröbel sajalah yang dengan sengaja memberikan bayangan pedagogsis yang tersirat dalam pandangan teologisnya, dan yang terakhir Fröbel yakin bahwa karena jati diri ilahinya, karenanya setiap orang berhak dan wajib melibatkan diri dalam pemikiran yang berpotensi menghasilkan kehidupan yang sangat bernilai, yaitu kehidupan yang mencerminkan Kesatuan Ilahi dalam dirinya. Dalam ronde ini, Fröbel juga memberikan tanggapan mengenai agama. Menurut Fröbel, agama adalah usaha insani untuk menyadarkan diri hendak perasaan bahwa pada asalnya manusia bersatu dengan Allah sebagai landasan atau pendorong untuk mengamalkan kesatuan itu dalam seluruh mempunyainya dan hubungannya. Fröbel mengatakan bahwa agama hendak terus merasakan perubahan dan perkembangan. Hal ini dituturkannya berdasarkan pengalamannya ketika berupaya bisa mengenai dunia dan juga ketika dia melihat tumbuhan. Selain itu, Fröbel juga mengatakan bahwa pendidikan agama itu diperlukan untuk memperlancar perasaan seseorang mengenai kesatuannya hendak Allah dan bahwa dia berasal dari Allah. Namun, pendidikan agama ini tak hendak jadi lancar apabila anak tersebut tak mempunyai agama. Oleh karena itu, orangtua seharusnya dari kecil memberikan pengetahuan kepada anak mengenai agama supaya anak tersebut dapat memenuhi jati diri sebagai makhluk ilahi yang mencari kesatuan dengan Allah. Allah adalah kesatuan yang tritunggalDalam ronde ini, Fröbel menekankan mengenai Tritunggal. Dia mencoba menghubungkan pola tritunggal dengan hubungan seseorang yang mau memperolah pengetahuan yang sebenarnya tentang setiap benda atau obyek di dunia ini termasuk juga sesamanya manusia. Dalam pola itu telah tersedia tiga unsur, yaitu: kesatuan, kekhasan, dan keanekaragaman yang memperkaya. Pengertian tentang YesusMenurut Fröbel, Yesus merupakan contoh yang sempurna tentang apa gunanya seorang yang mengejawantahkan kesatuannya dengan Allah. Menurut Fröbel, Yesus tak merupakan anak Allah dan di dalamnya tak tersirat tabiat ilahi bahkan dalam teologi Fröbel, tak telah tersedia pembicaraan mengenai Yesus sebagi juruslamat. Selain itu, dalam teologi Fröbel juga tak telah tersedia Golgota atau kubur yang buka, alasannya adalah manusia gagal dalam kehidupannya bukan karena tabiatnya yang berdosa, melainkan karena kurang pendidikan yang bernilai. Menurut Fröbel, percaya pada Yesus itu berfaedah mengikut Yesus. Menjadi percaya kepada Yesus berfaedah melibatkan orang pada pengalaman yang semakin lapang daripada yang hanya berkaitan dengan penggunaan kata-kata tertentu saja. Daya upaya Fröbel juga menantang umat Kristen untuk mengakui bahwa hasrat hidup selaras dengan gaya hidup Yesus mencakup beberapa dari guna menjadi percaya kepada-Nya. Pengertian Teologis tentang ManusiaMenurut Fröbel, manusia merupakan pengejawantahan dari Roh Allah dan setiap orang layaknya diperlakukan sebagaimana orang tersebut merupakan pengejawantahan dari Allah. Menurut Fröbel, pengejawantahan ini berkomunikasi dengan seluruh ciptaan pautan karena Roh Allah itu meresap dalam seluruh ciptaannya. Fröbel juga mengatakan bahwa tujuan kesudahan dari manusia sebagai anak Allah dan dunia ialah untuk mengejawantahkan Roh Allah secara harmonis dan menyatu. Tabiat ManusiaFröbel menolak pandangan dari nasihat ortodoks yang mengatakan bahwa manusia itu pada landasannya jahat. Fröbel mengatakan bahwa apabila kita mengatakan bahwa manusia itu pada landasannya jahat karenanya dengan kata pautan kita sudah menghina Allah. Oleh karena itu, Fröbel menolak dosa asal. Menurut Fröbel, manusia itu mempunyai sifat yang patut hanya saja sifat tersebut sedang tertanam dalam diri manusia tersebut dan untuk mengeluarkan sifat patut tersebut kita patut sebagai pembimbing mesti dengan sabar mencari dan menemukan sifat patut tersebut. Hal ini juga dikaitkan dengan mempunyainya sosial dalam masyarakat, Fröbel mengatakan bahwa pendidikan merupakan fasilitas untuk membetulkan mempunyainya masyarakat. Tugas ManusiaMenurut Fröbel, tugas utama manusia bukanlah membongkar apa yang sudah telah tersedia tetapi membangun apa yang sudah telah tersedia, karena hal itu menuntut pemikiran yang kreatif begitu pula dengan anak. Fröbel mengatakan bahwa anak haruslah dilatih untuk menyusun sesuatu karena dengan menyusun karenanya aktivitas berpikir dari seorang anak sedang mengembang dan di dalam aktivitas berpikir itu muncul kreatifitas. Untuk Fröbel, titik berat pendidikan untuk anak telah tersedia pada usia bersekolah di bawah kelas Sekolah Menengah Pertama. Pendidikan sebagai pengalaman rohaniPendidikan adalah pengalaman rohani yang mengantar anak didik berperan sesuai dengan jati dirinya sebagai makhluk yang belum lengkap, sebelum dia mengakui kesatuannya dengan Allah. Fröbel memeriksa dunia dunia dengan seksama sebagaimana ditukar oleh sebuah kristal, dia melihat tanda tentang perubahan dan perkembangan. Di dalamnya tampaklah kesatuan, kekhasan dan keanekaragaman. Pendidikan terdiri dari pelayanan yang mengantar manusia (yakni seorang makhluk yang cerdas, yang berpikir dan semakin sadar hendak dirinya) sedemikian rupa sehingga hukum batin dari Kesatuan Ilahi dapat dihayati dan diamalkan secara murni, tak bercacat dan lepas. Pendidikan yang dimaksudkan itu hendak memperlengkapi manusia dengan seluruh peralatan dan fasilitas yang dia perlukan untuk sampai tujuan mulia tersebut. Asas pokok pautan bertitik-tolak dari asas mutlak ini. Asas PerkembanganBerbeda dengan teori evolusi Darwin, Fröbel hanya bermaksud menunjuk pada perubahan dalam seluruh makhluk sebagai hasil kekuatan batin yang mendorong setiap makhluk itu untuk sampai kemungkinan rohani yang telah tersedia di dalamnya. Fröbel menulis satu hukum yang menentukan bagaimana setiap makhluk hendak mengembang dan menjadi sempurna, dan yang tetap berjalan secara mutlak di mana saja sebagai hubungan yang wajar antara ciptaan dan pencipta, serta dia bisa menerapkannya di bidang pendidikan. Satu hal penting yang dirundingkan Fröbel adalah perkembangan menyempurnakan apa yang sudah telah tersedia dalam diri pelajar daripada menambahkan sesuatu yang tak telah tersedia. Telah tersedia empat pola perkembangan yang tampak dalam pendidikan:
Penyampaian Guna melewati bahasa simbol (simbol)Fröbel meninjau bagaimana anak menggunakan benda tertentu, berupa obyek seperti bola, kubus, tulisan, lagu, gambar, karena simbol tersebut mencerminkan intisari ilahi dari dunia ini termasuk manusia. Satu hal yang mau ditekankan Fröbel adalah menggunakan simbolisme dalam teori dan praktik pendidikan. Alat peraga dan tugas berupaya bisa yang dikembangkan oleh Fröbel berporos pada simbol, karena dia yakin bahwa dalam nalar anak sudah telah tersedia permulan gagasan tentang hal tertentu, walaupun dia belum sadar hendak gagasan itu, sebab sudah telah tersedia hubungan dasariah dalam nalar anak tentang simbol dan kenyataan yang dilambangkan. Di bawah bimbingan berupaya bisa, sang anak hendak ditolong untuk menentukan simbol yang sangat sesuai dengan perasaan atau gagasan yang hanya dapat disampaikan melewati simbol tertentu. Hal ini sesuai dengan praduganya bahwa segala sesuatu di dalam dunia mengejawantahkan kekuatan yang universal dengan intinya yang rohani. Berupaya bisa dengan BerbuatHal ini dapat dilakukan dengan membangun tugas berupaya bisa swakaji (aktivitas) berfaedah bahwa anak didik bukanlah bejana pasif yang menerima apa saja dari susu, melainkan dia adalah seorang yang langsung ambil ronde dalam pendidikannya sesuai dengan asas yang dirundingkan oleh John Amos Comenius. Semboyan “belajar dengan bermain” berisi pesan bahwa anak perlu berefleksi atas aktivitas tersebut dalam terang perasaannya. Telah tersedia lima wujud swakaji:
Praktek PendidikanDi atas sudah dinyatakan beberapa hal penting yang menurut Froebel mesti dilihat dan diperhatikan dalam bidang pendidikan. Pada ronde ini hendak dijabarkan mengenai Tujuan umum pendidikan, kurikulum yang dia untuk menjadi tiga, yaitu kurikulum untuk ibu, kurikulum untuk taman kanak-kanak dan kurikulum untuk sekolah landasan, lalu dinyatakan pula mengenai metodologi, peranan guru dan hubungan sekolah dan keluarga. Tujuan umumFroebel merumuskan tujuan umum pendidikan adalah : membimbing anak didik untuk semakin sadar hendak jati diri sebagai anak Allah dan anak dunia, bertumbuh dalam pengetahuan dan pengertian, juga menghargai perasaannya sebagai aktivitas yang dipekerjakan mengetahui yang berjalan, supaya dia dapat memecahkan masalah-masalah secara tangkas, bermoral dan berpegang pada kebenaran terhadap saya, sesamanya dan dunia dunia, serta memenuhi panggilannya dalam masyarakat. Seluruh itu dilakukan berdasarkan kehormatan terhadap bakat setiap pelajar dan hasratnya untuk memprakarsai pelajarannya. Dengan kata pautan, tujuan pendidikan menurut Froebel adalah untuk mendorong dan membimbing manusia sebagai sadar, berpikir dan memahami menjadi sedemikian rupa sehingga dia menjadi representasi murni dan sempurna itu hukum batin ilahi melewati pilihan pribadinya sendiri; pendidikan mesti menunjukkan kepadanya aktivitas yang dipekerjakan dan ruang lingkup sampai tujuan tersebut. [3] Beberapa hal penting yang dicacat disini :
KurikulumFroebel membagi tahapan kurikulumnya untuk empat golongan / himpunan usia, yakni anak pra sekolah, taman kanak-kanak, anak kecil dan anak tanggung. a. Pra sekolah Telah tersedia banyak ajaran yang didapat yang mengatakan bahwa karya-karya tulis Foebel tentang kurikulum dapat dimanfaatkan oleh para ibu untuk mendidik anak pra sekolah. Tetapi disini telah tersedia 4 pelajaran yang hendak kita coba bahas dalam bukunya : Mottoes and Commenteries of Frobel’s Mother play. Dalam buku tersebut, setiap bab terdiri dari selembar lukisan dari ukiran kayu, sajak pendek dan penafsiran atas lukisan tersebut. Lukisannya berupa seorang anak pra sekolah yang terlibat dalam berbagai aktivitas sesuai asas swakaji, seperti :
Melewati buku dan karyanya, Froebel menolong para ibu untuk ‘mendidik’ anak usia pra sekolah dengan memakai lukisan/gambar, sajak, kisah atau gerak tubuh sehingga anak memperoleh suasana berupaya bisa yang menyenangkan sambil mempersiapkan untuk pengalaman berupaya bisa yang semakin teratur dikemudian hari. b. Masa Kanak-kanak (Taman Kanak-kanak) Kurikulumnya pertama adalah pelbagai peristiwa dan pekerjaan sehari-hari yang terjadi dalam keluarga. Tetapi untuk anak kecil, Froebel merencanakan kurikulum yang sangat teratur, yang terdiri dari pemberian dan ketrampilan (kerajinan tangan), permainan yang berporos pada nyanyian yang diikuti dengan gerak badan sesuai dengan syair dan lagunya, pemeliharaan tanaman dan anjangsana.
a. Gift 1 – kotak kayu mengandung 6 bola dari benang wol berwrna, merah, kuning, biru, jingga, hijau dan ungu, enam buah jarum, sepotong belebas kayu pendek yang sudah dilubangi -> anak berupaya bisa tentang pemikiran warna (dasar dan sekunder) dan berupaya bisa ‘melakukan sesuatu” dengan benda-benda tersebut. b. Gift 2 – Sama dengan gift sebelumnya tetapi benang wol ditukar dengan benda-benda yang wujudnya berbeda-beda, telah tersedia silinder, kubus dan bola. -> anak berupaya bisa sifat khas setiap benda dan aktivitas yang dipekerjakan menggunakannya secara kreatif melewati jadi pemain yang terpimpin bersama guru. c. Gift 3 – terdiri dari 8 kotak kubus yang sama besarnya yang membentuk sebuah kotak kubus yang besar. -> anak berupaya bisa menghitung, berupaya bisa tentang hubungan antara ronde dan semuanya. d. Gift 4 – Sebuah kotak yang terbangun dari 4 balok persegi panjang, 2 kubus yang sama besar, empat balok persegi empat -> anak berupaya bisa walaupun benda-benda tersebut tak sama wujud dan ukurannya tetapi dapat membentuk satu kesatuan yaitu kubus yang besar. e. Gift 5 – Wujud kubus sedang telah tersedia tetapi kali ini wujudnya semakin majemuk, terdiri dari kubus, kubus yang dipotong menjadi dua supaya membentuk dua buah segitiga, kubus pautan yang dipotong membentuk 4 segitiga -> anak berupaya bisa tentang hubungan-hubungan yang semakin sulit dan kompleks. f. Gift 6 – Kotak mempunyai wujud kubus tetapi bagian-bagiannya tak lagi kubus atau bagian-bagain yang dapat menjadi kubus -> menuntut pemahaman dan ketrampilan anak.
c. Masa Anak Tanggung (Sekolah Dasar) Kurikulumnya terdiri dari empat pelajaran utama : agama, ilmu pengetahuan dunia dan matematika, bahasa dan seni, serta karya seni. Agama – menurut Froebel, pengalaman agama terlampau penting untuk untuk dihafalakan saja, oleh karena itu dia tak mau mengajarkan inti katekismus tetapi dia memaberikan empat pengalaman yang tergolong dalam vak pendidikan agama : nyanyian rohani dan doa perbendaharaan gereja, peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus, tabiat Allah yang dirundingkan dalam segala ciptaanNya, serta bimbingan yang menolong anak didik menang atas kesukaran. Di sini Froebel buka daya upaya kita bahwa pendidikan agama bukan hanya sekedar pengetahuan tentang agama kita sendiri tetapi sebuah pemahaman yang bertumbuh sejalan dengan babak kehidupan. Bahkan melewatinya anak diajar untuk merasakan kehadiran Allah dan melibatkanNya dalam pengalaman wajar yang wajib dia atasi. Selain menekankan kembali bahwa dunia sebagai pengejawantahan Allah dan sifat rohani dari seluruhnya, Froebel juga tak memakai buku sebagai sumber pengetahuan untuk anak didik melainkan segala hal yang telah tersedia di dunia itu sendiri yang dipakai untuk menggali dan memperoleh pengetahuan. Dengan bimbingan guru, anak didik ditampik untuk mencari dan memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya sendiri. Dalam hal matematika, Froebel menekankan pada ilmu hitung. Bahasa filosofi nya adalah melewati bahasa seorang anak berupaya bisa bagaimana menyalakan sifat dan ruang lingkup kehidupan.Berupaya bisa membaca, menulis, menambah perbendaharaan kata, mengarang kisah yang berasal dari pengalaman anak (menyampaikan gagasan). Adalah bentuk-bentuk pendidikan bahasa untuk anak sekolah landasan. Seni dan karya seni-> melewati menggambar, mengecat dan membikin benda-benda dari tanah liat, anak diajar untuk mengungkapkan perasaannya. Bidang ini sama bobotnya dengan bidang pelajaran yang pautan karena melewati pengalaman berupaya bisa seni ini anak bisa mengekspresikan pemahaman dan pengetahuannya. MetodologiTelah tersedia beberapa jenis aktivitas yang dipekerjakan yang dipakai Froebel untuk mengembangkan seseorang sesuai tabiatnya, yaitu : berdoa, dialog, menghafalkan (walaupun hanya tahap sekunder), mengucapkan jawaban secara bersama-sama (secara berirama), jadi pemain, swakaji (guru tak berceramah), meninjau dan memeriksa, pelaporan (lisan maupun tertulis), meminta keterangan, mengajarkan berdasarkan pola-pola (khusunya dalam vak bahasa), menuturkan cerita, latihan dan ulangan. Peranan GuruDi sini Froebel menekankan pada pentingnya peranan guru untuk mempersiapkan pengalaman berupaya bisa, merencanakan pengalaman berupaya bisa selengkap mungkin tetapi mau terus mengevaluasi rencana itu demi pengalaman berupaya bisa yang semakin dalam untuk si anak didik. Oleh karena tugas dan peranan guru yang tak sesederhana itu, Froebel menitik beratkan pada panggilan hidup seorang guru ketimbang hanya pada bakatnya saja. Peranan KeluargaDi sini Froebel kembali mengangkat peranan ayah yang sama pentingnya dengan pernan Ibu dalam babak perkembangan dan pendidikan anak. Keluarga mesti menjadi wadah yang bisa mengembangkan seluruh kemungkinan yang tersirat dalam tabiat anak sebagai mahluk yang diciptakan segambar dengan Allah. Froebel melihat orang tua / keluarga adalah kunci untuk memperbaharui pendidikan, hal ini terwujud dalam wujud buku pegangan untuk kaum ibu. KesimpulanFroebel dapat dituturkan sebagai “rasul hak anak untuk mengembangkan kekayaan yang telah tersedia dalam masa kanak-kanak”. Bagaimana dia meletak dasar-dasar yang terinci mempersiapkan anak pra sekolah (di bawah 6 tahun sekarang) memasuki dunia pendidikan yang sesungguhnya.[4]. Berlebihan pemikiran dan aktivitas yang dipekerjakan –metode pendidikan anak pra sekolah yang dinegosiasikan Froebel, sedang dipakai hingga masa ini, misalnya seperti urutan pemakaian kotak-kotak pemberian (gifts), bernyanyi dengan menggerakkan anggota badan, kerajinan tangan dan lain-lain. Walaupun sudah tak sama persis tetapi urutan aktivitas yang dipekerjakan berpikir dan pemikirannya sedang sama. Referensi
Bacaan Lanjutan
Pranala Luar
Sumber : ensiklopedia.web.id, p2k.ggiklan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dan sebagainya. |