Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Hilda Admiranti | CNN Indonesia

Show

Kamis, 03 Mar 2016 14:02 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Kalian pasti tidak asing lagi dengan nama Multatuli. Nama ini sering kita baca di buku pelajaran sejarah. Beliau adalah seorang berkebangsaan Belanda yang menentang kolonialisme yang dilakukan bangsanya sendiri di Indonesia.Multatuli ini bernama asli Eduard Douwes Dekker. Dia lahir di Amsterdam, 2 Maret 1820. Yap, kita bicara tentang Multatuli karena kemarin ulang tahunnya diperingati. Dekker pernah menjabat sebagai asisten residen di Lebak, Banten pada zaman penjajahan. Ia dikirim ke sana dalam rangka perdagangan kopi. Di sanalah ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana pribumi diperas oleh Belanda dan bahkan oleh pribumi yang memiliki kedudukan.Dekker geram atas perlakuan yang dianggapnya melanggar nilai-nilai kemanusiaan itu dan melapor kepada atasannya di Belanda. Alih-alih didengar, Dekker malah dimutasi ke daerah lain.Dia kemudian memutuskan mundur dan kembali ke Belanda. Di negeri bunga tulip ini, Dekker menuliskan kekecewaannya melalui buku yang berjudul "Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij" ("Max Havelaar, atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda").

Buku ini mengkisahkan saat Belanda gencar melakukan cultuur stelsel atau tanam paksa yang dicanangkan oleh Van den Bosch. Wilayah pertanian di Indonesia wajib ditanami komoditas ekspor (salah satunya kopi), hasilnya dibeli dengan murah oleh pemerintah kolonial, dan rakyat tetap dikenakan pajak wilayah. Akibatnya, rakyat pribumi hidup dengan sangat miskin dan kelaparan.

Max Havelaar dipublikasikan pada tahun 1860 dan Douwes Dekker menggunakan nama samaran Multatuli, yang dalam bahasa Latin memiliki arti “Aku yang menderita”.Meski beberapa mengkritik gaya penulisannya, buku ini menjadi sorotan dunia terutama Eropa. Buku ini menyadarkan mereka bahwa di balik kehidupan mereka yang sejahtera, ada rakyat jajahan yang bekerja keras untuk mereka dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.Max Havelaar menginspirasi segelintir orang Belanda , salah satunya adalah Van Deventer dengan artikelnya yang berjudul “Een Eerschuld” (Utang Budi). Ia menilai pemerintah kolonial berutang budi pada rakyat Hindia Belanda.Akhirnya pada Januari 1901, Ratu Wilhelmina mengesahkan politik etis. Program itu terdiri dari tiga proyek yaitu pengairan, pendidikan, dan pemerataan jumlah penduduk.Eduard Douwes Dekker alias Multatuli kemudian pindah ke Ingelheim am Rhein, Jerman dan meninggal pada 19 Februari 1887 di Nieder Ingelheim.Kalian tahu, Multatuli ini punya cucu bernama Ernest Francois Eugene Douwes Dekker yang sangat terkenal di Indonesia. Cucunya ini lebih dikenal dengan nama Danudirdja Setiabudi.

Pemerintah menganugerahi Danudirdja Setiabudi dengan gelar Pahlawan Nasional karena perannya pada masa perebutan kemerdekaan Indonesia. (ded/ded)

LIVE REPORT

LIHAT SELENGKAPNYA

Eduard Douwes Dekker
Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Eduard Douwes Dekker
Pekerjaanpenulis, dramawan
KebangsaanBelanda

Eduard Douwes Dekker (lahir di Amsterdam, Belanda, 2 Maret 1820 – meninggal di Ingelheim am Rhein, Jerman, 19 Februari 1887 pada umur 66 tahun), atau yang dikenal pula dengan nama pena Multatuli (dari bahasa Latin multa tuli "banyak yang diri sendiri sudah derita") , merupakan penulis Belanda yang terkenal dengan Max Havelaar (1860), novel satirisnya yang memuat kritik atas perlakuan buruk para penjajah terhadap orang-orang pribumi di Hindia-Belanda.

Eduard memiliki saudara bernama Jan yang merupakan kakek dari tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, Ernest Douwes Dekker yang dikenal pula dengan nama Danudirja Setiabudi.

Masa kecil

Eduard dilahirkan di Amsterdam. Ayahnya merupakan seorang kapten kapal yang cukup akbar dengan penghasilan cukup sehingga keluarganya termasuk keluarga mapan dan berpendidikan.

Eduard kesudahan disekolahkan di sekolah Latin yang nantinya bisa meneruskan jenjang pendidikan ke universitas. Pada awal mulanya Eduard menempuh pendidikan dengan lancar karena Eduard merupakan murid yang berprestasi dan cukup ahli. Namun lama kelamaan Eduard merasa bosan sehingga prestasinya merosot. Hal ini menciptakan ayahnya langsung mengeluarkannya dari sekolah dan ia ditaruh di sebuah kantor dagang.

Dijadikan pegawai kecil

Untuk Eduard, penempatannya di sebuah kantor dagang menciptakannya merasa dijauhkan dari pergaulan dengan kawan-kawannya sesama keluarga berkecukupan; ia bahkan ditaruh di posisi yang dianggapnya hina sbg pembantu di sebuah kantor kecil perusahaan tekstil. Di sanalah dirinya merasa bagaimana dijadikan seorang miskin dan berada di kalangan bawah penduduk. Pekerjaan ini diterapkannya selama empat tahun dan meninggalkan kesan yang tidak dilalaikannya selama hidupnya. "Dari hidup di kalangan yang memiliki pengaruh kesudahan hidup di kalangan bawah penduduk menciptakannya mengetahui bahwa banyak kalangan penduduk yang tidak memiliki pengaruh dan perlindungan apa-apa", seperti yang dikatakan Paul van 't Veer dalam biografi Multatuli.

Ke Hindia Belanda

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Patung Eduard Dekker di Amsterdam, Belanda.

Ketika ayahnya pulang dari perjalanannya, diamatinya perubahan kehidupan dan kondisi dalam diri Eduard. Hal ini melahirkan niat pada diri ayahnya untuk membawanya dalam sebuah perjalanan. Pada masa itu, di Hindia Belanda terdapat kesempatan untuk mencari kekayaan dan posisi, juga untuk kalangan orang-orang Belanda yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah. Karena itu, pada tahun 1838 Eduard berkunjung ke pulau Jawa dan pada 1839 tiba di Batavia sbg seorang kelasi yang belum berpengalaman di kapal ayahnya. Dengan pertolongan dari relasi-relasi ayahnya, tidak berapa lama Eduard memiliki pekerjaan sbg pegawai negeri (ambtenaar) di kantor Pengawasan Keuangan Batavia. Tiga tahun kesudahan ia melamar pekerjaan sbg ambtenaar pamong praja di Sumatera Barat dan oleh Gubernur Jendral Andreas Victor Michiels ia dikirim ke kota Natal yang masa itu terpencil sbg seorang kontrolir.

Diberhentikan

Kehidupan di kota yang terpencil tersebut, untuk Eduard justru lebih menyenangkan. Sbg ambtenaar pemerintahan sipil yang cukup tinggi di sana, ditambah usianya yang sedang cukup muda, ia merasa memiliki kekuasaan yang tinggi. Dalam posisinya ia mengemban tugas pemerintahan dan pengadilan, dan juga memiliki tugas keuangan dan administrasi. Namun ternyata ia tidak menyukai tugas-tugasnya sehingga kesudahan ia meninggalkannya. Atasannya yang kesudahan mengadakan pemeriksaan, menemukan kerugian yang akbar dalam kas pemerintahannya.

Karena sikapnya yang mengabaikan peringatan-peringatan dari atasannya, serta beradanya kerugian kas pemerintahan Eduard pun diberhentikan sementara dari posisinya oleh Gubernur Sumatera Barat Jendral Michiels. Setahun lamanya ia tinggal di Padang tanpa penghasilan apa-apa. Baru pada September 1844 ia memperoleh izin untuk pulang ke Batavia. Di sana ia direhabilitasi oleh pemerintah dan memperoleh "uang tunggu".

Menikah

Sambil menunggu penempatan tugas, Eduard menjalin asmara dengan Everdine van Wijnbergen, gadis turunan bangsawan yang jatuh miskin. Pada bulan April 1846, Eduard yang masa itu telah menjabat sbg ambtenaar sementara di kantor asisten residen Purwakarta, menikah dengan Everdine.

Melakukan pekerjaan kembali

Berusaha bisa dari pengalamannya yang buruk masa bekerja sebelumnya di Natal, Eduard melakukan pekerjaan cukup adun sbg ambtenaar pemerintah sehingga pada 1846 ia dinaikkan dijadikan pegawai tetap. Pangkatnya kesudahan ditingkatkan dijadikan komis di kantor residen Purworejo. Prestasinya menciptakannya dinaikkan oleh residen Johan George Otto Stuart von Schmidt auf Altenstadt dijadikan sekretaris residen menggantikan pejabat sebelumnya. Namun karena Eduard tidak memiliki diploma sbg syarat ditaruhnya sbg pejabat tinggi pemerintahan, Eduard tidak memperoleh kenaikan pangkat yang sesungguhnya. Namun Gubernur Jenderal bisa memberikan pengakuan diploma dalam hal-hal yang dianggap istimewa dengan syarat dapat menerapkan tugas-tugas pemerintahan. Eduard mengajukan permohonan kepada Gubernur Jenderal dan akhir-akhirnya sukses memperolehnya karena prestasi kerjanya. Keputusan ini diterima dari atasannya, Residen Purworejo. Kegagalan masa bekerja di Natal dianggap sbg kealpaan pegawai muda yang bisa dimaafkan.

Dalam perjalanan karier kesudahan, Eduard dinaikkan dijadikan sekretaris residen di Manado kesudahan April 1849 yang merupakan masa-masa karier terbaiknya. Eduard merasa cocok dengan residen Scherius yang dijadikan atasannya sehingga ia memperoleh perhatian para pejabat di Bogor di selangnya karena argumennya yang progresif mengenai rancangan peraturan manfaat perubahan dalam sistem hukum kolonial. Karirnya meningkat dijadikan asisten residen, yang merupakan karier nomor dua paling tinggi di kalangan ambtenaar Hindia Belanda. Eduard menerima posisi ini dan diberi tugas di Ambon pada Februari 1851.

Benturan dengan Gubernur

Namun, meskipun telah memperoleh posisi yang cukup tinggi di kalangan ambtenaar Hindia Belanda, Eduard merasa tidak cocok dengan Gubernur Keliruku yang memiliki kekuasaan tersendiri sehingga menciptakan ambtenaar-ambtenaar bawahannya tidak bisa menunjukkan inisiatifnya. Eduard akhir-akhirnya mengajukan cuti dengan argumen kesehatan sehingga memperoleh izin cuti ke negeri Belanda. Dan pada hari Natal 1852, ia bersama istrinya tiba di pelabuhan Hellevoetsluis dekat Rotterdam.

Pindah ke Lebak

Selama cuti di Belanda, Eduard ternyata tidak bisa mengatur keuangannya dengan baik; hutang menumpuk di sana-sini bahkan ia sering mengalami kekalahan di meja judi. Meskipun telah mengajukan perpanjangan cuti di Belanda, ia dan istrinya akhir-akhirnya kembali ke Batavia pada tanggal 10 September 1855. Tidak lama kesudahan, Eduard dinaikkan dijadikan asisten residen Lebak di sebelah selatan karesidenan Banten yang bertempat di Rangkasbitung pada Januari 1856. Eduard menerapkan tugasnya dengan cukup adun dan bertanggung jawab. Namun ternyata, ia menjumpai kondisi di Lebak yang sesungguhnya paling buruk bahkan lebih buruk daripada berita-berita yang diperolehnya.

Pemerasan di Lebak

Bupati Lebak yang pada masa itu menurut sistem kolonial Hindia Belanda dinaikkan dijadikan kepala pemerintahan bumiputra dengan sistem hak waris telah memegang kekuasaan selama 30 tahun, ternyata dalam keadaaan kesukaran keuangan yang cukup parah lantaran pengeluaran rumah tangganya lebih akbar dari penghasilan yang diperoleh dari posisinya. Dengan demikian, bupati Lebak hanya bisa mengandalkan pemasukan dari kerja rodi yang diwajibkan kepada penduduk distriknya sesuai norma budaya.

Edwuard Douwes Dekker menemukan fakta bahwa kerja rodi yang dibebankan pada rakyat distrik telah melampaui batas bahkan menjumpai praktik-praktik pemerasan yang diterapkan oleh Bupati Lebak dan para pejabatnya dengan berharap hasil bumi dan ternak kepada rakyatnya. Kalaupun membelinya, itupun dengan harga yang terlalu murah.

Belum saja satu bulan Eduard Douwes Dekker ditaruh di Lebak, ia menulis surat kepada atasannya, residen C.P. Brest van Kempen dengan penuh emosi atas kejadian-kejadian di wilayahnya. Eduard berharap supaya bupati dan putra-putranya ditahan serta situasi yang tidak selesai tersebut diselidiki. Dengan beradanya dorongan dari Eduard tersebut, timbullah desas-desus bahwa pejabat sebelumnya yang digantikannya meninggal karena diracun. Hal ini menciptakan Eduard merasa dirinya dan keluarganya terancam. Karena yang lain merupakan beradanya berita lawatan bupati Cianjur ke Lebak, yang ternyata sedang keponakan bupati Lebak, yang kesudahan menciptakan Eduard mengambil kesimpulan akan menimbulkan banyak pemerasan kepada rakyat.

Atasannya, Brest van Kempen paling terkejut dengan berita yang dikirimkan Eduard sehingga mengadakan pemeriksaan di tempat, namun menolak permintaan Eduard. Dengan demikian Eduard berharap supaya perkara tersebut diteruskan kepada Gubernur Jendral A.J. Duymaer van Twist yang terkenal beraliran liberal. Namun, meskipun maksudnya terlaksana, Eduard justru memperoleh peringatan yang cukup keras. Karena kecewa, Eduard mengajukan permintaan pengunduran diri dan permohonannya dikabulkan oleh atasannya.

Kembali ke Eropa

Sekali lagi, Eduard kehilangan pekerjaan dampak bentrok dengan atasannya. Usahanya untuk mencari pekerjaan yang lain menemui kegagalan. Bahkan saudaranya yang sukses melakukan bisnis tembakau malah meminjamkan uang untuk pulang ke Eropa untuk melakukan pekerjaan di sana. Istri dan anaknya sementara dibiarkan lepas sama sekali di Batavia.

Di Eropa, Eduard melakukan pekerjaan sbg redaktur sebuah surat kabar di Brusel, Belgia namun tidak lama kesudahan ia keluar. Kesudahan usahanya untuk memperoleh pekerjaan sbg juru bahasa di Konsulat Perancis di Nagasaki juga menemui kegagalan. Usahanya untuk dijadikan kaya di meja judi justru menciptakannya dijadikan makin melarat.

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Sampul cetakan pertama Max Havelaar tahun 1860.

Namun cita-cita Eduard yang lain, yaitu dijadikan pengarang, sukses diwujudkannya. Ketika kembali dari Hindia Belanda, ia membawa berbagai manuskrip di selangnya sebuah tulisan naskah sandiwara dan salinan surat-surat ketika ia menjabat sbg asisten residen di Lebak. Pada bulan September 1859, ketika istrinya didesak untuk mengajukan cerai, Eduard mengurung diri di sebuah kamar hotel di Brussel dan menulis buku Max Havelaar yang kesudahan dijadikan terkenal.

Buku tersebut diterbitkan pada tahun 1860 dalam versi yang diedit oleh penerbit tanpa sepengetahuannya namun tetap menimbulkan kegemparan di kalangan penduduk khususnya di daerah negerinya sendiri. Pada tahun 1875, terbit kembali dengan teks hasil revisinya. Namanya sbg pengarang telah memperoleh pengakuan, yang faedahnya lambat laun Eduard bisa mengharapkan penghasilan dari penerbitan karyanya.

Ketika menerbitkan novel Max Havelaar, ia memakai nama samaran 'Multatuli'. Nama ini bermula dari bahasa Latin dan faedahnya "'Diri sendiri sudah menderita cukup banyak'" atau "'Diri sendiri sudah banyak menderita'"; di sini, diri sendiri bisa faedahnya Eduard Douwes Dekker sendiri atau rakyat yang terjajah. Setelah buku ini terjual di seluruh Eropa, terbukalah semua kenyataan kelam di Hindia Belanda, walaupun beberapa kalangan menyebut penggambaran Dekker sbg teramat sangat.

Selang tahun 1862 dan 1877, Eduard menerbitkan Ideën (Gagasan-gagasan) yang intinya berupa himpunan uraian pendapat-pendapatnya mengenai politik, etika dan filsafat, karangan-karangan satir dan impian-impiannya. Sandiwara yang ditulisnya, di selangnya Vorstenschool (Sekolah para Raja), dipentaskan dengan sukses.

Walaupun mutu literatur Multatuli diperdebatkan, ia disukai oleh Carel Vosmaer, penyair terkenal Belanda. Ia terus menulis dan menerbitkan buku-buku berjudul Ideen yang terdiri dari tujuh bidang selang tahun 1862 dan 1877, dan juga mengandung novelnya Woutertje Pieterse serta Minnebrieven pada tahun 1861 yang walaupun judulnya tampak tidak berbahaya, intinya merupakan satir keras.

Kesudahan hayat

Akhir-akhirnya Eduard Douwes Dekker merasa bosan tinggal di Belanda. Pada kesudahan hayatnya, ia tinggal di Jerman bersama seorang anak Jerman yang sudah dianggapnya sbg anaknya sendiri. Eduard Douwes Dekker tinggal di Wiesbaden, Jerman, di mana ia mencoba untuk menulis naskah drama. Salah satu dramanya, Vorstenschool (diterbitkan di 1875 dalam volume Ideën keempat) mencetuskan sikapnya yang tidak berpegang pada satu saluran politik, penduduk atau agama. Selama dua belas tahun kesudahan hidupnya, Eduard tidaklah mengarang melainkan hanya menulis berbagai surat-surat.

Eduard Douwes Dekker kesudahan pindah ke Ingelheim am Rhein dekat Sungai Rhein hingga akhir-akhirnya meninggal 19 Februari 1887.

Pengaruh dalam sastra Hindia Belanda dan Indonesia

Multatuli telah mengilhami bukan saja karya sastra di Indonesia, misalnya gugusan Tingkatan Pujangga Baru, namun ia telah menggubah semangat kebangsaan di Indonesia. Semangat kebangsaan ini bukan saja pemberontakan terhadap sistem kolonialisme dan eksploitasi ekonomi Hindia Belanda (misal tanam paksa) melainkan juga kepada hukum budaya, kekuasaan dan feodalisme yang tak berada habisnya menghisap rakyat jelata. Bila Multatuli dalam Max Havelaar bisa diceritakan telah mempersonifikasikan dirinya sbg Max yang idealis dan akhir-akhirnya frustrasi, Muhammad Yamin lebih berfokus pada si kaum terjajah, misalnya dalam puisinya yang berjudul Hikajat Saidjah dan Adinda Dalam bidang filosofis frustrasi yang dihadapi Max serta Saidjah dan Adinda merupakan sama pada hakekatnya; keduanya putus asa dan terbelenggu dalam rantai sistem yang hanya bisa terputuskan melewati revolusi.

Dalam tipu daya budi populer

  • Max Havelaar ISBN 0-14-044516-1 – buku ini telah dinaikkan dijadikan film tahun 1988 dengan judul yang sama, disutradarai oleh Alphonse Marie Rademaker dan melibatkan beberapa artis Indonesia, misalnya Rima Melati. Film ini tidak populer di Indonesia, bahkan sempat dilarang beredar oleh pemerintahan Orde Baru setelah beberapa masa diputar di gedung bioskop.

Karya-karyanya

  • 1843 - De eerloze (naskah drama, kesudahan diterbitkan sbg De bruid daarboven (1864))
  • 1859 - Geloofsbelydenis (diterbitkan dalam jurnal pemikir lepas sama sekali De Dageraad)
  • 1860 - Indrukken van den dag
  • 1860 - Max Havelaar of de koffiveilingen der Nederlandsche Handelmaatschappy
  • 1860 - Brief aan Ds. W. Francken z.
  • 1860 - Brief aan den Gouverneur-Generaal in ruste
  • 1860 - Aan de stemgerechtigden in het kiesdistrikt Tiel
  • 1860 - Max Havelaar aan Multatuli
  • 1861 - Het gebed van den onwetende
  • 1861 - Wys my de plaats waar ik gezaaid heb
  • 1861 - Minnebrieven
  • 1862 - Over vrijen arbeid in Nederlandsch Indië en de tegenwoordige koloniale agitatie (brochure)
  • 1862 - Brief aan Quintillianus
  • 1862 - Ideën I (terdapat pula yang berupa novel De geschiedenis van Woutertje Pieterse)
  • 1862 - Japansche gesprekken
  • 1863 - De school des levens
  • 1864-1865 - Ideën II
  • 1864 - De bruid daarboven. Tooneelspel in vijf bedrijven (naskah drama)
  • 1865 - De zegen Gods door Waterloo
  • 1865 - Franse rymen
  • 1865 - Herdrukken
  • 1865 - Verspreide stukken (diambil dari Herdrukken)
  • 1866-1869 - Mainzer Beobachter
  • 1867 - Een en ander naar aanleiding van Bosscha's Pruisen en Nederland
  • 1869-1870 - Causerieën
  • 1869 - De maatschappij tot Nut van den Javaan
  • 1870-1871 - Ideën III
  • 1870-1873 - Millioenen-studiën
  • 1870 - Divagatiën over zeker soort van Liberalismus
  • 1870 - Nog eens: Vrye arbeid in Nederlandsch Indië
  • 1871 - Duizend en eenige hoofdstukken over specialiteiten (esai satir)
  • 1872 - Brief aan den koning
  • 1872 - Ideën IV (terdapat pula dalam naskah drama Vorstenschool)
  • 1873 - Ideën V
  • 1873 - Ideën VI
  • 1874-1877 - Ideën VII
  • 1887 - Onafgewerkte blaadjes
  • 1891 - Aleid. Twee fragmenten uit een onafgewerkt blyspel (naskah drama)
  • 1897 - Max Havelaar of de Koffiveilingen der Nederlandsche Handelsmaatschappy (editor Willem Frederik Hermans)

Tautan luar

  • (Inggris) (Belanda) Multatuli Museum
  • (Inggris) Multatuli Archives
  • (Inggris) Foto Multatuli
  • (Belanda) Max Havelaar Foundation
  • (Belanda) 150 jaar Max Havelaar

edunitas.com


Page 2

Eduard Douwes Dekker
Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Eduard Douwes Dekker
Pekerjaanpenulis, dramawan
KebangsaanBelanda

Eduard Douwes Dekker (lahir di Amsterdam, Belanda, 2 Maret 1820 – meninggal di Ingelheim am Rhein, Jerman, 19 Februari 1887 pada umur 66 tahun), atau yang dikenal pula dengan nama pena Multatuli (dari bahasa Latin multa tuli "banyak yang diri sendiri sudah derita") , merupakan penulis Belanda yang terkenal dengan Max Havelaar (1860), novel satirisnya yang memuat kritik atas perlakuan buruk para penjajah terhadap orang-orang pribumi di Hindia-Belanda.

Eduard memiliki saudara bernama Jan yang merupakan kakek dari tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, Ernest Douwes Dekker yang dikenal pula dengan nama Danudirja Setiabudi.

Masa kecil

Eduard dilahirkan di Amsterdam. Ayahnya merupakan seorang kapten kapal yang cukup akbar dengan penghasilan cukup sehingga keluarganya termasuk keluarga mapan dan berpendidikan.

Eduard kesudahan disekolahkan di sekolah Latin yang nantinya bisa meneruskan jenjang pendidikan ke universitas. Pada awal mulanya Eduard menempuh pendidikan dengan lancar karena Eduard merupakan murid yang berprestasi dan cukup ahli. Namun lama kelamaan Eduard merasa bosan sehingga prestasinya merosot. Hal ini menciptakan ayahnya langsung mengeluarkannya dari sekolah dan ia ditaruh di sebuah kantor dagang.

Dijadikan pegawai kecil

Untuk Eduard, penempatannya di sebuah kantor dagang menciptakannya merasa dijauhkan dari pergaulan dengan kawan-kawannya sesama keluarga berkecukupan; ia bahkan ditaruh di posisi yang dianggapnya hina sbg pembantu di sebuah kantor kecil perusahaan tekstil. Di sanalah dirinya merasa bagaimana dijadikan seorang miskin dan berada di kalangan bawah penduduk. Pekerjaan ini diterapkannya selama empat tahun dan meninggalkan kesan yang tidak dilalaikannya selama hidupnya. "Dari hidup di kalangan yang memiliki pengaruh kesudahan hidup di kalangan bawah penduduk menciptakannya mengetahui bahwa banyak kalangan penduduk yang tidak memiliki pengaruh dan perlindungan apa-apa", seperti yang dikatakan Paul van 't Veer dalam biografi Multatuli.

Ke Hindia Belanda

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Patung Eduard Dekker di Amsterdam, Belanda.

Ketika ayahnya pulang dari perjalanannya, diamatinya perubahan kehidupan dan kondisi dalam diri Eduard. Hal ini melahirkan niat pada diri ayahnya untuk membawanya dalam sebuah perjalanan. Pada masa itu, di Hindia Belanda terdapat kesempatan untuk mencari kekayaan dan posisi, juga untuk kalangan orang-orang Belanda yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah. Karena itu, pada tahun 1838 Eduard berkunjung ke pulau Jawa dan pada 1839 tiba di Batavia sbg seorang kelasi yang belum berpengalaman di kapal ayahnya. Dengan bantuan dari relasi-relasi ayahnya, tidak berapa lama Eduard memiliki pekerjaan sbg pegawai negeri (ambtenaar) di kantor Pengawasan Keuangan Batavia. Tiga tahun kesudahan ia melamar pekerjaan sbg ambtenaar pamong praja di Sumatera Barat dan oleh Gubernur Jendral Andreas Victor Michiels ia dikirim ke kota Natal yang masa itu terpencil sbg seorang kontrolir.

Diberhentikan

Kehidupan di kota yang terpencil tersebut, untuk Eduard justru lebih menyenangkan. Sbg ambtenaar pemerintahan sipil yang cukup tinggi di sana, ditambah usianya yang sedang cukup muda, ia merasa memiliki kekuasaan yang tinggi. Dalam posisinya ia mengemban tugas pemerintahan dan pengadilan, dan juga memiliki tugas keuangan dan administrasi. Namun ternyata ia tidak menyukai tugas-tugasnya sehingga kesudahan ia meninggalkannya. Atasannya yang kesudahan mengadakan pemeriksaan, menemukan kerugian yang akbar dalam kas pemerintahannya.

Karena sikapnya yang mengabaikan peringatan-peringatan dari atasannya, serta keadaan kerugian kas pemerintahan Eduard pun diberhentikan sementara dari posisinya oleh Gubernur Sumatera Barat Jendral Michiels. Setahun lamanya ia tinggal di Padang tanpa penghasilan apa-apa. Baru pada September 1844 ia mendapatkan izin untuk pulang ke Batavia. Di sana ia direhabilitasi oleh pemerintah dan mendapatkan "uang tunggu".

Menikah

Sambil menunggu penempatan tugas, Eduard menjalin asmara dengan Everdine van Wijnbergen, gadis turunan bangsawan yang jatuh miskin. Pada bulan April 1846, Eduard yang masa itu telah menjabat sbg ambtenaar sementara di kantor asisten residen Purwakarta, menikah dengan Everdine.

Melakukan pekerjaan kembali

Berusaha bisa dari pengalamannya yang buruk masa bekerja sebelumnya di Natal, Eduard melakukan pekerjaan cukup adun sbg ambtenaar pemerintah sehingga pada 1846 ia dinaikkan dijadikan pegawai tetap. Pangkatnya kesudahan ditingkatkan dijadikan komis di kantor residen Purworejo. Prestasinya menciptakannya dinaikkan oleh residen Johan George Otto Stuart von Schmidt auf Altenstadt dijadikan sekretaris residen menggantikan pejabat sebelumnya. Namun karena Eduard tidak memiliki diploma sbg syarat ditaruhnya sbg pejabat tinggi pemerintahan, Eduard tidak mendapatkan kenaikan pangkat yang sesungguhnya. Namun Gubernur Jenderal bisa memberikan pengakuan diploma dalam hal-hal yang dianggap istimewa dengan syarat mampu menerapkan tugas-tugas pemerintahan. Eduard mengajukan permohonan kepada Gubernur Jenderal dan akhir-akhirnya sukses memperolehnya karena prestasi kerjanya. Keputusan ini diterima dari atasannya, Residen Purworejo. Kegagalan masa bekerja di Natal dianggap sbg kealpaan pegawai muda yang bisa dimaafkan.

Dalam perjalanan karier kesudahan, Eduard dinaikkan dijadikan sekretaris residen di Manado kesudahan April 1849 yang merupakan masa-masa karier terbaiknya. Eduard merasa cocok dengan residen Scherius yang dijadikan atasannya sehingga ia memperoleh perhatian para pejabat di Bogor di selangnya karena argumennya yang progresif mengenai rancangan peraturan manfaat perubahan dalam sistem hukum kolonial. Karirnya meningkat dijadikan asisten residen, yang merupakan karier nomor dua paling tinggi di kalangan ambtenaar Hindia Belanda. Eduard menerima posisi ini dan diberi tugas di Ambon pada Februari 1851.

Benturan dengan Gubernur

Namun, meskipun telah mendapatkan posisi yang cukup tinggi di kalangan ambtenaar Hindia Belanda, Eduard merasa tidak cocok dengan Gubernur Keliruku yang memiliki kekuasaan tersendiri sehingga menciptakan ambtenaar-ambtenaar bawahannya tidak bisa menunjukkan inisiatifnya. Eduard akhir-akhirnya mengajukan cuti dengan argumen kesehatan sehingga mendapatkan izin cuti ke negeri Belanda. Dan pada hari Natal 1852, ia bersama istrinya tiba di pelabuhan Hellevoetsluis dekat Rotterdam.

Pindah ke Lebak

Selama cuti di Belanda, Eduard ternyata tidak bisa mengatur keuangannya dengan baik; hutang menumpuk di sana-sini bahkan ia sering mengalami kekalahan di meja judi. Meskipun telah mengajukan perpanjangan cuti di Belanda, ia dan istrinya akhir-akhirnya kembali ke Batavia pada tanggal 10 September 1855. Tidak lama kesudahan, Eduard dinaikkan dijadikan asisten residen Lebak di sebelah selatan karesidenan Banten yang bertempat di Rangkasbitung pada Januari 1856. Eduard menerapkan tugasnya dengan cukup adun dan bertanggung jawab. Namun ternyata, ia menjumpai kondisi di Lebak yang sesungguhnya sangat buruk bahkan lebih buruk daripada berita-berita yang diperolehnya.

Pemerasan di Lebak

Bupati Lebak yang pada masa itu menurut sistem kolonial Hindia Belanda dinaikkan dijadikan kepala pemerintahan bumiputra dengan sistem hak waris telah memegang kekuasaan selama 30 tahun, ternyata dalam keadaaan kesukaran keuangan yang cukup parah lantaran pengeluaran rumah tangganya lebih akbar dari penghasilan yang diperoleh dari posisinya. Dengan demikian, bupati Lebak hanya bisa mengandalkan pemasukan dari kerja rodi yang diwajibkan kepada penduduk distriknya sesuai norma budaya.

Edwuard Douwes Dekker menemukan fakta bahwa kerja rodi yang dibebankan pada rakyat distrik telah melampaui batas bahkan menjumpai praktik-praktik pemerasan yang diterapkan oleh Bupati Lebak dan para pejabatnya dengan berharap hasil bumi dan ternak kepada rakyatnya. Kalaupun membelinya, itupun dengan harga yang terlalu murah.

Belum saja satu bulan Eduard Douwes Dekker ditaruh di Lebak, ia menulis surat kepada atasannya, residen C.P. Brest van Kempen dengan penuh emosi atas kejadian-kejadian di wilayahnya. Eduard berharap supaya bupati dan putra-putranya ditahan serta situasi yang tidak selesai tersebut diselidiki. Dengan keadaan dorongan dari Eduard tersebut, timbullah desas-desus bahwa pejabat sebelumnya yang digantikannya meninggal karena diracun. Hal ini menciptakan Eduard merasa dirinya dan keluarganya terancam. Karena yang lain merupakan keadaan berita lawatan bupati Cianjur ke Lebak, yang ternyata sedang keponakan bupati Lebak, yang kesudahan menciptakan Eduard mengambil kesimpulan akan menimbulkan banyak pemerasan kepada rakyat.

Atasannya, Brest van Kempen sangat terkejut dengan berita yang dikirimkan Eduard sehingga mengadakan pemeriksaan di tempat, namun menolak permintaan Eduard. Dengan demikian Eduard berharap supaya perkara tersebut diteruskan kepada Gubernur Jendral A.J. Duymaer van Twist yang terkenal beraliran liberal. Namun, meskipun maksudnya terlaksana, Eduard justru mendapatkan peringatan yang cukup keras. Karena kecewa, Eduard mengajukan permintaan pengunduran diri dan permohonannya dikabulkan oleh atasannya.

Kembali ke Eropa

Sekali lagi, Eduard kehilangan pekerjaan dampak bentrok dengan atasannya. Usahanya untuk mencari pekerjaan yang lain menemui kegagalan. Bahkan saudaranya yang sukses melakukan bisnis tembakau malah meminjamkan uang untuk pulang ke Eropa untuk melakukan pekerjaan di sana. Istri dan anaknya sementara dibiarkan lepas sama sekali di Batavia.

Di Eropa, Eduard melakukan pekerjaan sbg redaktur sebuah surat kabar di Brusel, Belgia namun tidak lama kesudahan ia keluar. Kesudahan usahanya untuk mendapatkan pekerjaan sbg juru bahasa di Konsulat Perancis di Nagasaki juga menemui kegagalan. Usahanya untuk dijadikan kaya di meja judi justru menciptakannya dijadikan makin melarat.

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Sampul cetakan pertama Max Havelaar tahun 1860.

Namun cita-cita Eduard yang lain, yaitu dijadikan pengarang, sukses diwujudkannya. Ketika kembali dari Hindia Belanda, ia membawa berbagai manuskrip di selangnya sebuah tulisan naskah sandiwara dan salinan surat-surat ketika ia menjabat sbg asisten residen di Lebak. Pada bulan September 1859, ketika istrinya didesak untuk mengajukan cerai, Eduard mengurung diri di sebuah kamar hotel di Brussel dan menulis buku Max Havelaar yang kesudahan dijadikan terkenal.

Buku tersebut diterbitkan pada tahun 1860 dalam versi yang diedit oleh penerbit tanpa sepengetahuannya namun tetap menimbulkan kegemparan di kalangan penduduk khususnya di daerah negerinya sendiri. Pada tahun 1875, terbit kembali dengan teks hasil revisinya. Namanya sbg pengarang telah mendapatkan pengakuan, yang faedahnya lambat laun Eduard bisa mengharapkan penghasilan dari penerbitan karyanya.

Ketika menerbitkan novel Max Havelaar, ia memakai nama samaran 'Multatuli'. Nama ini bersumber dari bahasa Latin dan faedahnya "'Diri sendiri sudah menderita cukup banyak'" atau "'Diri sendiri sudah banyak menderita'"; di sini, diri sendiri bisa faedahnya Eduard Douwes Dekker sendiri atau rakyat yang terjajah. Setelah buku ini terjual di seluruh Eropa, terbukalah semua kenyataan kelam di Hindia Belanda, walaupun beberapa kalangan menyebut penggambaran Dekker sbg teramat sangat.

Selang tahun 1862 dan 1877, Eduard menerbitkan Ideën (Gagasan-gagasan) yang intinya berupa himpunan uraian pendapat-pendapatnya mengenai politik, etika dan filsafat, karangan-karangan satir dan impian-impiannya. Sandiwara yang ditulisnya, di selangnya Vorstenschool (Sekolah para Raja), dipentaskan dengan sukses.

Walaupun mutu literatur Multatuli diperdebatkan, ia disukai oleh Carel Vosmaer, penyair terkenal Belanda. Ia terus menulis dan menerbitkan buku-buku berjudul Ideen yang terdiri dari tujuh bidang selang tahun 1862 dan 1877, dan juga mengandung novelnya Woutertje Pieterse serta Minnebrieven pada tahun 1861 yang walaupun judulnya tampak tidak berbahaya, intinya merupakan satir keras.

Kesudahan hayat

Akhir-akhirnya Eduard Douwes Dekker merasa bosan tinggal di Belanda. Pada kesudahan hayatnya, ia tinggal di Jerman bersama seorang anak Jerman yang sudah dianggapnya sbg anaknya sendiri. Eduard Douwes Dekker tinggal di Wiesbaden, Jerman, di mana ia mencoba untuk menulis naskah drama. Salah satu dramanya, Vorstenschool (diterbitkan di 1875 dalam volume Ideën keempat) mencetuskan sikapnya yang tidak berpegang pada satu saluran politik, penduduk atau agama. Selama dua belas tahun kesudahan hidupnya, Eduard tidaklah mengarang melainkan hanya menulis berbagai surat-surat.

Eduard Douwes Dekker kesudahan pindah ke Ingelheim am Rhein dekat Sungai Rhein hingga akhir-akhirnya meninggal 19 Februari 1887.

Pengaruh dalam sastra Hindia Belanda dan Indonesia

Multatuli telah mengilhami bukan saja karya sastra di Indonesia, misalnya gugusan Tingkatan Pujangga Baru, namun ia telah menggubah semangat kebangsaan di Indonesia. Semangat kebangsaan ini bukan saja pemberontakan terhadap sistem kolonialisme dan eksploitasi ekonomi Hindia Belanda (misal tanam paksa) melainkan juga kepada hukum budaya, kekuasaan dan feodalisme yang tak aci habisnya menghisap rakyat jelata. Bila Multatuli dalam Max Havelaar bisa diceritakan telah mempersonifikasikan dirinya sbg Max yang idealis dan akhir-akhirnya frustrasi, Muhammad Yamin lebih berfokus pada si kaum terjajah, misalnya dalam puisinya yang berjudul Hikajat Saidjah dan Adinda Dalam bidang filosofis frustrasi yang dihadapi Max serta Saidjah dan Adinda merupakan sama pada hakekatnya; keduanya putus asa dan terbelenggu dalam rantai sistem yang hanya bisa terputuskan melewati revolusi.

Dalam tipu daya budi populer

  • Max Havelaar ISBN 0-14-044516-1 – buku ini telah dinaikkan dijadikan film tahun 1988 dengan judul yang sama, disutradarai oleh Alphonse Marie Rademaker dan melibatkan beberapa artis Indonesia, misalnya Rima Melati. Film ini tidak populer di Indonesia, bahkan sempat dilarang beredar oleh pemerintahan Orde Baru setelah beberapa masa diputar di gedung bioskop.

Karya-karyanya

  • 1843 - De eerloze (naskah drama, kesudahan diterbitkan sbg De bruid daarboven (1864))
  • 1859 - Geloofsbelydenis (diterbitkan dalam jurnal pemikir lepas sama sekali De Dageraad)
  • 1860 - Indrukken van den dag
  • 1860 - Max Havelaar of de koffiveilingen der Nederlandsche Handelmaatschappy
  • 1860 - Brief aan Ds. W. Francken z.
  • 1860 - Brief aan den Gouverneur-Generaal in ruste
  • 1860 - Aan de stemgerechtigden in het kiesdistrikt Tiel
  • 1860 - Max Havelaar aan Multatuli
  • 1861 - Het gebed van den onwetende
  • 1861 - Wys my de plaats waar ik gezaaid heb
  • 1861 - Minnebrieven
  • 1862 - Over vrijen arbeid in Nederlandsch Indië en de tegenwoordige koloniale agitatie (brochure)
  • 1862 - Brief aan Quintillianus
  • 1862 - Ideën I (terdapat pula yang berupa novel De geschiedenis van Woutertje Pieterse)
  • 1862 - Japansche gesprekken
  • 1863 - De school des levens
  • 1864-1865 - Ideën II
  • 1864 - De bruid daarboven. Tooneelspel in vijf bedrijven (naskah drama)
  • 1865 - De zegen Gods door Waterloo
  • 1865 - Franse rymen
  • 1865 - Herdrukken
  • 1865 - Verspreide stukken (diambil dari Herdrukken)
  • 1866-1869 - Mainzer Beobachter
  • 1867 - Een en ander naar aanleiding van Bosscha's Pruisen en Nederland
  • 1869-1870 - Causerieën
  • 1869 - De maatschappij tot Nut van den Javaan
  • 1870-1871 - Ideën III
  • 1870-1873 - Millioenen-studiën
  • 1870 - Divagatiën over zeker soort van Liberalismus
  • 1870 - Nog eens: Vrye arbeid in Nederlandsch Indië
  • 1871 - Duizend en eenige hoofdstukken over specialiteiten (esai satir)
  • 1872 - Brief aan den koning
  • 1872 - Ideën IV (terdapat pula dalam naskah drama Vorstenschool)
  • 1873 - Ideën V
  • 1873 - Ideën VI
  • 1874-1877 - Ideën VII
  • 1887 - Onafgewerkte blaadjes
  • 1891 - Aleid. Twee fragmenten uit een onafgewerkt blyspel (naskah drama)
  • 1897 - Max Havelaar of de Koffiveilingen der Nederlandsche Handelsmaatschappy (editor Willem Frederik Hermans)

Pranala luar

  • (Inggris) (Belanda) Multatuli Museum
  • (Inggris) Multatuli Archives
  • (Inggris) Foto Multatuli
  • (Belanda) Max Havelaar Foundation
  • (Belanda) 150 jaar Max Havelaar

edunitas.com


Page 3

Eduard Douwes Dekker
Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Eduard Douwes Dekker
Pekerjaanpenulis, dramawan
KebangsaanBelanda

Eduard Douwes Dekker (lahir di Amsterdam, Belanda, 2 Maret 1820 – meninggal di Ingelheim am Rhein, Jerman, 19 Februari 1887 pada umur 66 tahun), atau yang dikenal pula dengan nama pena Multatuli (dari bahasa Latin multa tuli "banyak yang diri sendiri sudah derita") , merupakan penulis Belanda yang terkenal dengan Max Havelaar (1860), novel satirisnya yang memuat kritik atas perlakuan buruk para penjajah terhadap orang-orang pribumi di Hindia-Belanda.

Eduard memiliki saudara bernama Jan yang merupakan kakek dari tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, Ernest Douwes Dekker yang dikenal pula dengan nama Danudirja Setiabudi.

Masa kecil

Eduard dilahirkan di Amsterdam. Ayahnya merupakan seorang kapten kapal yang cukup akbar dengan penghasilan cukup sehingga keluarganya termasuk keluarga mapan dan berpendidikan.

Eduard kesudahan disekolahkan di sekolah Latin yang nantinya bisa meneruskan jenjang pendidikan ke universitas. Pada awal mulanya Eduard menempuh pendidikan dengan lancar karena Eduard merupakan murid yang berprestasi dan cukup ahli. Namun lama kelamaan Eduard merasa bosan sehingga prestasinya merosot. Hal ini menciptakan ayahnya langsung mengeluarkannya dari sekolah dan ia ditaruh di sebuah kantor dagang.

Dijadikan pegawai kecil

Untuk Eduard, penempatannya di sebuah kantor dagang menciptakannya merasa dijauhkan dari pergaulan dengan kawan-kawannya sesama keluarga berkecukupan; ia bahkan ditaruh di posisi yang dianggapnya hina sbg pembantu di sebuah kantor kecil perusahaan tekstil. Di sanalah dirinya merasa bagaimana dijadikan seorang miskin dan berada di kalangan bawah penduduk. Pekerjaan ini diterapkannya selama empat tahun dan meninggalkan kesan yang tidak dilalaikannya selama hidupnya. "Dari hidup di kalangan yang memiliki pengaruh kesudahan hidup di kalangan bawah penduduk menciptakannya mengetahui bahwa banyak kalangan penduduk yang tidak memiliki pengaruh dan perlindungan apa-apa", seperti yang dikatakan Paul van 't Veer dalam biografi Multatuli.

Ke Hindia Belanda

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Patung Eduard Dekker di Amsterdam, Belanda.

Ketika ayahnya pulang dari perjalanannya, diamatinya perubahan kehidupan dan kondisi dalam diri Eduard. Hal ini melahirkan niat pada diri ayahnya untuk membawanya dalam sebuah perjalanan. Pada masa itu, di Hindia Belanda terdapat kesempatan untuk mencari kekayaan dan posisi, juga untuk kalangan orang-orang Belanda yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah. Karena itu, pada tahun 1838 Eduard berkunjung ke pulau Jawa dan pada 1839 tiba di Batavia sbg seorang kelasi yang belum berpengalaman di kapal ayahnya. Dengan bantuan dari relasi-relasi ayahnya, tidak berapa lama Eduard memiliki pekerjaan sbg pegawai negeri (ambtenaar) di kantor Pengawasan Keuangan Batavia. Tiga tahun kesudahan ia melamar pekerjaan sbg ambtenaar pamong praja di Sumatera Barat dan oleh Gubernur Jendral Andreas Victor Michiels ia dikirim ke kota Natal yang masa itu terpencil sbg seorang kontrolir.

Diberhentikan

Kehidupan di kota yang terpencil tersebut, untuk Eduard justru lebih menyenangkan. Sbg ambtenaar pemerintahan sipil yang cukup tinggi di sana, ditambah usianya yang sedang cukup muda, ia merasa memiliki kekuasaan yang tinggi. Dalam posisinya ia mengemban tugas pemerintahan dan pengadilan, dan juga memiliki tugas keuangan dan administrasi. Namun ternyata ia tidak menyukai tugas-tugasnya sehingga kesudahan ia meninggalkannya. Atasannya yang kesudahan mengadakan pemeriksaan, menemukan kerugian yang akbar dalam kas pemerintahannya.

Karena sikapnya yang mengabaikan peringatan-peringatan dari atasannya, serta keadaan kerugian kas pemerintahan Eduard pun diberhentikan sementara dari posisinya oleh Gubernur Sumatera Barat Jendral Michiels. Setahun lamanya ia tinggal di Padang tanpa penghasilan apa-apa. Baru pada September 1844 ia mendapatkan izin untuk pulang ke Batavia. Di sana ia direhabilitasi oleh pemerintah dan mendapatkan "uang tunggu".

Menikah

Sambil menunggu penempatan tugas, Eduard menjalin asmara dengan Everdine van Wijnbergen, gadis turunan bangsawan yang jatuh miskin. Pada bulan April 1846, Eduard yang masa itu telah menjabat sbg ambtenaar sementara di kantor asisten residen Purwakarta, menikah dengan Everdine.

Melakukan pekerjaan kembali

Berusaha bisa dari pengalamannya yang buruk masa bekerja sebelumnya di Natal, Eduard melakukan pekerjaan cukup adun sbg ambtenaar pemerintah sehingga pada 1846 ia dinaikkan dijadikan pegawai tetap. Pangkatnya kesudahan ditingkatkan dijadikan komis di kantor residen Purworejo. Prestasinya menciptakannya dinaikkan oleh residen Johan George Otto Stuart von Schmidt auf Altenstadt dijadikan sekretaris residen menggantikan pejabat sebelumnya. Namun karena Eduard tidak memiliki diploma sbg syarat ditaruhnya sbg pejabat tinggi pemerintahan, Eduard tidak mendapatkan kenaikan pangkat yang sesungguhnya. Namun Gubernur Jenderal bisa memberikan pengakuan diploma dalam hal-hal yang dianggap istimewa dengan syarat mampu menerapkan tugas-tugas pemerintahan. Eduard mengajukan permohonan kepada Gubernur Jenderal dan akhir-akhirnya sukses memperolehnya karena prestasi kerjanya. Keputusan ini diterima dari atasannya, Residen Purworejo. Kegagalan masa bekerja di Natal dianggap sbg kealpaan pegawai muda yang bisa dimaafkan.

Dalam perjalanan karier kesudahan, Eduard dinaikkan dijadikan sekretaris residen di Manado kesudahan April 1849 yang merupakan masa-masa karier terbaiknya. Eduard merasa cocok dengan residen Scherius yang dijadikan atasannya sehingga ia memperoleh perhatian para pejabat di Bogor di selangnya karena argumennya yang progresif mengenai rancangan peraturan manfaat perubahan dalam sistem hukum kolonial. Karirnya meningkat dijadikan asisten residen, yang merupakan karier nomor dua paling tinggi di kalangan ambtenaar Hindia Belanda. Eduard menerima posisi ini dan diberi tugas di Ambon pada Februari 1851.

Benturan dengan Gubernur

Namun, meskipun telah mendapatkan posisi yang cukup tinggi di kalangan ambtenaar Hindia Belanda, Eduard merasa tidak cocok dengan Gubernur Keliruku yang memiliki kekuasaan tersendiri sehingga menciptakan ambtenaar-ambtenaar bawahannya tidak bisa menunjukkan inisiatifnya. Eduard akhir-akhirnya mengajukan cuti dengan argumen kesehatan sehingga mendapatkan izin cuti ke negeri Belanda. Dan pada hari Natal 1852, ia bersama istrinya tiba di pelabuhan Hellevoetsluis dekat Rotterdam.

Pindah ke Lebak

Selama cuti di Belanda, Eduard ternyata tidak bisa mengatur keuangannya dengan baik; hutang menumpuk di sana-sini bahkan ia sering mengalami kekalahan di meja judi. Meskipun telah mengajukan perpanjangan cuti di Belanda, ia dan istrinya akhir-akhirnya kembali ke Batavia pada tanggal 10 September 1855. Tidak lama kesudahan, Eduard dinaikkan dijadikan asisten residen Lebak di sebelah selatan karesidenan Banten yang bertempat di Rangkasbitung pada Januari 1856. Eduard menerapkan tugasnya dengan cukup adun dan bertanggung jawab. Namun ternyata, ia menjumpai kondisi di Lebak yang sesungguhnya sangat buruk bahkan lebih buruk daripada berita-berita yang diperolehnya.

Pemerasan di Lebak

Bupati Lebak yang pada masa itu menurut sistem kolonial Hindia Belanda dinaikkan dijadikan kepala pemerintahan bumiputra dengan sistem hak waris telah memegang kekuasaan selama 30 tahun, ternyata dalam keadaaan kesukaran keuangan yang cukup parah lantaran pengeluaran rumah tangganya lebih akbar dari penghasilan yang diperoleh dari posisinya. Dengan demikian, bupati Lebak hanya bisa mengandalkan pemasukan dari kerja rodi yang diwajibkan kepada penduduk distriknya sesuai norma budaya.

Edwuard Douwes Dekker menemukan fakta bahwa kerja rodi yang dibebankan pada rakyat distrik telah melampaui batas bahkan menjumpai praktik-praktik pemerasan yang diterapkan oleh Bupati Lebak dan para pejabatnya dengan berharap hasil bumi dan ternak kepada rakyatnya. Kalaupun membelinya, itupun dengan harga yang terlalu murah.

Belum saja satu bulan Eduard Douwes Dekker ditaruh di Lebak, ia menulis surat kepada atasannya, residen C.P. Brest van Kempen dengan penuh emosi atas kejadian-kejadian di wilayahnya. Eduard berharap supaya bupati dan putra-putranya ditahan serta situasi yang tidak selesai tersebut diselidiki. Dengan keadaan dorongan dari Eduard tersebut, timbullah desas-desus bahwa pejabat sebelumnya yang digantikannya meninggal karena diracun. Hal ini menciptakan Eduard merasa dirinya dan keluarganya terancam. Karena yang lain merupakan keadaan berita lawatan bupati Cianjur ke Lebak, yang ternyata sedang keponakan bupati Lebak, yang kesudahan menciptakan Eduard mengambil kesimpulan akan menimbulkan banyak pemerasan kepada rakyat.

Atasannya, Brest van Kempen sangat terkejut dengan berita yang dikirimkan Eduard sehingga mengadakan pemeriksaan di tempat, namun menolak permintaan Eduard. Dengan demikian Eduard berharap supaya perkara tersebut diteruskan kepada Gubernur Jendral A.J. Duymaer van Twist yang terkenal beraliran liberal. Namun, meskipun maksudnya terlaksana, Eduard justru mendapatkan peringatan yang cukup keras. Karena kecewa, Eduard mengajukan permintaan pengunduran diri dan permohonannya dikabulkan oleh atasannya.

Kembali ke Eropa

Sekali lagi, Eduard kehilangan pekerjaan dampak bentrok dengan atasannya. Usahanya untuk mencari pekerjaan yang lain menemui kegagalan. Bahkan saudaranya yang sukses melakukan bisnis tembakau malah meminjamkan uang untuk pulang ke Eropa untuk melakukan pekerjaan di sana. Istri dan anaknya sementara dibiarkan lepas sama sekali di Batavia.

Di Eropa, Eduard melakukan pekerjaan sbg redaktur sebuah surat kabar di Brusel, Belgia namun tidak lama kesudahan ia keluar. Kesudahan usahanya untuk mendapatkan pekerjaan sbg juru bahasa di Konsulat Perancis di Nagasaki juga menemui kegagalan. Usahanya untuk dijadikan kaya di meja judi justru menciptakannya dijadikan makin melarat.

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Sampul cetakan pertama Max Havelaar tahun 1860.

Namun cita-cita Eduard yang lain, yaitu dijadikan pengarang, sukses diwujudkannya. Ketika kembali dari Hindia Belanda, ia membawa berbagai manuskrip di selangnya sebuah tulisan naskah sandiwara dan salinan surat-surat ketika ia menjabat sbg asisten residen di Lebak. Pada bulan September 1859, ketika istrinya didesak untuk mengajukan cerai, Eduard mengurung diri di sebuah kamar hotel di Brussel dan menulis buku Max Havelaar yang kesudahan dijadikan terkenal.

Buku tersebut diterbitkan pada tahun 1860 dalam versi yang diedit oleh penerbit tanpa sepengetahuannya namun tetap menimbulkan kegemparan di kalangan penduduk khususnya di daerah negerinya sendiri. Pada tahun 1875, terbit kembali dengan teks hasil revisinya. Namanya sbg pengarang telah mendapatkan pengakuan, yang faedahnya lambat laun Eduard bisa mengharapkan penghasilan dari penerbitan karyanya.

Ketika menerbitkan novel Max Havelaar, ia memakai nama samaran 'Multatuli'. Nama ini bersumber dari bahasa Latin dan faedahnya "'Diri sendiri sudah menderita cukup banyak'" atau "'Diri sendiri sudah banyak menderita'"; di sini, diri sendiri bisa faedahnya Eduard Douwes Dekker sendiri atau rakyat yang terjajah. Setelah buku ini terjual di seluruh Eropa, terbukalah semua kenyataan kelam di Hindia Belanda, walaupun beberapa kalangan menyebut penggambaran Dekker sbg teramat sangat.

Selang tahun 1862 dan 1877, Eduard menerbitkan Ideën (Gagasan-gagasan) yang intinya berupa himpunan uraian pendapat-pendapatnya mengenai politik, etika dan filsafat, karangan-karangan satir dan impian-impiannya. Sandiwara yang ditulisnya, di selangnya Vorstenschool (Sekolah para Raja), dipentaskan dengan sukses.

Walaupun mutu literatur Multatuli diperdebatkan, ia disukai oleh Carel Vosmaer, penyair terkenal Belanda. Ia terus menulis dan menerbitkan buku-buku berjudul Ideen yang terdiri dari tujuh bidang selang tahun 1862 dan 1877, dan juga mengandung novelnya Woutertje Pieterse serta Minnebrieven pada tahun 1861 yang walaupun judulnya tampak tidak berbahaya, intinya merupakan satir keras.

Kesudahan hayat

Akhir-akhirnya Eduard Douwes Dekker merasa bosan tinggal di Belanda. Pada kesudahan hayatnya, ia tinggal di Jerman bersama seorang anak Jerman yang sudah dianggapnya sbg anaknya sendiri. Eduard Douwes Dekker tinggal di Wiesbaden, Jerman, di mana ia mencoba untuk menulis naskah drama. Salah satu dramanya, Vorstenschool (diterbitkan di 1875 dalam volume Ideën keempat) mencetuskan sikapnya yang tidak berpegang pada satu saluran politik, penduduk atau agama. Selama dua belas tahun kesudahan hidupnya, Eduard tidaklah mengarang melainkan hanya menulis berbagai surat-surat.

Eduard Douwes Dekker kesudahan pindah ke Ingelheim am Rhein dekat Sungai Rhein hingga akhir-akhirnya meninggal 19 Februari 1887.

Pengaruh dalam sastra Hindia Belanda dan Indonesia

Multatuli telah mengilhami bukan saja karya sastra di Indonesia, misalnya gugusan Tingkatan Pujangga Baru, namun ia telah menggubah semangat kebangsaan di Indonesia. Semangat kebangsaan ini bukan saja pemberontakan terhadap sistem kolonialisme dan eksploitasi ekonomi Hindia Belanda (misal tanam paksa) melainkan juga kepada hukum budaya, kekuasaan dan feodalisme yang tak aci habisnya menghisap rakyat jelata. Bila Multatuli dalam Max Havelaar bisa diceritakan telah mempersonifikasikan dirinya sbg Max yang idealis dan akhir-akhirnya frustrasi, Muhammad Yamin lebih berfokus pada si kaum terjajah, misalnya dalam puisinya yang berjudul Hikajat Saidjah dan Adinda Dalam bidang filosofis frustrasi yang dihadapi Max serta Saidjah dan Adinda merupakan sama pada hakekatnya; keduanya putus asa dan terbelenggu dalam rantai sistem yang hanya bisa terputuskan melewati revolusi.

Dalam tipu daya budi populer

  • Max Havelaar ISBN 0-14-044516-1 – buku ini telah dinaikkan dijadikan film tahun 1988 dengan judul yang sama, disutradarai oleh Alphonse Marie Rademaker dan melibatkan beberapa artis Indonesia, misalnya Rima Melati. Film ini tidak populer di Indonesia, bahkan sempat dilarang beredar oleh pemerintahan Orde Baru setelah beberapa masa diputar di gedung bioskop.

Karya-karyanya

  • 1843 - De eerloze (naskah drama, kesudahan diterbitkan sbg De bruid daarboven (1864))
  • 1859 - Geloofsbelydenis (diterbitkan dalam jurnal pemikir lepas sama sekali De Dageraad)
  • 1860 - Indrukken van den dag
  • 1860 - Max Havelaar of de koffiveilingen der Nederlandsche Handelmaatschappy
  • 1860 - Brief aan Ds. W. Francken z.
  • 1860 - Brief aan den Gouverneur-Generaal in ruste
  • 1860 - Aan de stemgerechtigden in het kiesdistrikt Tiel
  • 1860 - Max Havelaar aan Multatuli
  • 1861 - Het gebed van den onwetende
  • 1861 - Wys my de plaats waar ik gezaaid heb
  • 1861 - Minnebrieven
  • 1862 - Over vrijen arbeid in Nederlandsch Indië en de tegenwoordige koloniale agitatie (brochure)
  • 1862 - Brief aan Quintillianus
  • 1862 - Ideën I (terdapat pula yang berupa novel De geschiedenis van Woutertje Pieterse)
  • 1862 - Japansche gesprekken
  • 1863 - De school des levens
  • 1864-1865 - Ideën II
  • 1864 - De bruid daarboven. Tooneelspel in vijf bedrijven (naskah drama)
  • 1865 - De zegen Gods door Waterloo
  • 1865 - Franse rymen
  • 1865 - Herdrukken
  • 1865 - Verspreide stukken (diambil dari Herdrukken)
  • 1866-1869 - Mainzer Beobachter
  • 1867 - Een en ander naar aanleiding van Bosscha's Pruisen en Nederland
  • 1869-1870 - Causerieën
  • 1869 - De maatschappij tot Nut van den Javaan
  • 1870-1871 - Ideën III
  • 1870-1873 - Millioenen-studiën
  • 1870 - Divagatiën over zeker soort van Liberalismus
  • 1870 - Nog eens: Vrye arbeid in Nederlandsch Indië
  • 1871 - Duizend en eenige hoofdstukken over specialiteiten (esai satir)
  • 1872 - Brief aan den koning
  • 1872 - Ideën IV (terdapat pula dalam naskah drama Vorstenschool)
  • 1873 - Ideën V
  • 1873 - Ideën VI
  • 1874-1877 - Ideën VII
  • 1887 - Onafgewerkte blaadjes
  • 1891 - Aleid. Twee fragmenten uit een onafgewerkt blyspel (naskah drama)
  • 1897 - Max Havelaar of de Koffiveilingen der Nederlandsche Handelsmaatschappy (editor Willem Frederik Hermans)

Pranala luar

  • (Inggris) (Belanda) Multatuli Museum
  • (Inggris) Multatuli Archives
  • (Inggris) Foto Multatuli
  • (Belanda) Max Havelaar Foundation
  • (Belanda) 150 jaar Max Havelaar

edunitas.com


Page 4

Eduard Douwes Dekker
Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Eduard Douwes Dekker
Pekerjaanpenulis, dramawan
KebangsaanBelanda

Eduard Douwes Dekker (lahir di Amsterdam, Belanda, 2 Maret 1820 – meninggal di Ingelheim am Rhein, Jerman, 19 Februari 1887 pada umur 66 tahun), atau yang dikenal pula dengan nama pena Multatuli (dari bahasa Latin multa tuli "banyak yang diri sendiri sudah derita") , merupakan penulis Belanda yang terkenal dengan Max Havelaar (1860), novel satirisnya yang memuat kritik atas perlakuan buruk para penjajah terhadap orang-orang pribumi di Hindia-Belanda.

Eduard memiliki saudara bernama Jan yang merupakan kakek dari tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, Ernest Douwes Dekker yang dikenal pula dengan nama Danudirja Setiabudi.

Masa kecil

Eduard dilahirkan di Amsterdam. Ayahnya merupakan seorang kapten kapal yang cukup akbar dengan penghasilan cukup sehingga keluarganya termasuk keluarga mapan dan berpendidikan.

Eduard kesudahan disekolahkan di sekolah Latin yang nantinya bisa meneruskan jenjang pendidikan ke universitas. Pada awal mulanya Eduard menempuh pendidikan dengan lancar karena Eduard merupakan murid yang berprestasi dan cukup ahli. Namun lama kelamaan Eduard merasa bosan sehingga prestasinya merosot. Hal ini menciptakan ayahnya langsung mengeluarkannya dari sekolah dan ia ditaruh di sebuah kantor dagang.

Dijadikan pegawai kecil

Untuk Eduard, penempatannya di sebuah kantor dagang menciptakannya merasa dijauhkan dari pergaulan dengan kawan-kawannya sesama keluarga berkecukupan; ia bahkan ditaruh di posisi yang dianggapnya hina sbg pembantu di sebuah kantor kecil perusahaan tekstil. Di sanalah dirinya merasa bagaimana dijadikan seorang miskin dan berada di kalangan bawah penduduk. Pekerjaan ini diterapkannya selama empat tahun dan meninggalkan kesan yang tidak dilalaikannya selama hidupnya. "Dari hidup di kalangan yang memiliki pengaruh kesudahan hidup di kalangan bawah penduduk menciptakannya mengetahui bahwa banyak kalangan penduduk yang tidak memiliki pengaruh dan perlindungan apa-apa", seperti yang dikatakan Paul van 't Veer dalam biografi Multatuli.

Ke Hindia Belanda

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Patung Eduard Dekker di Amsterdam, Belanda.

Ketika ayahnya pulang dari perjalanannya, diamatinya perubahan kehidupan dan kondisi dalam diri Eduard. Hal ini melahirkan niat pada diri ayahnya untuk membawanya dalam sebuah perjalanan. Pada masa itu, di Hindia Belanda terdapat kesempatan untuk mencari kekayaan dan posisi, juga untuk kalangan orang-orang Belanda yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah. Karena itu, pada tahun 1838 Eduard berkunjung ke pulau Jawa dan pada 1839 tiba di Batavia sbg seorang kelasi yang belum berpengalaman di kapal ayahnya. Dengan bantuan dari relasi-relasi ayahnya, tidak berapa lama Eduard memiliki pekerjaan sbg pegawai negeri (ambtenaar) di kantor Pengawasan Keuangan Batavia. Tiga tahun kesudahan ia melamar pekerjaan sbg ambtenaar pamong praja di Sumatera Barat dan oleh Gubernur Jendral Andreas Victor Michiels ia dikirim ke kota Natal yang masa itu terpencil sbg seorang kontrolir.

Diberhentikan

Kehidupan di kota yang terpencil tersebut, untuk Eduard justru lebih menyenangkan. Sbg ambtenaar pemerintahan sipil yang cukup tinggi di sana, ditambah usianya yang sedang cukup muda, ia merasa memiliki kekuasaan yang tinggi. Dalam posisinya ia mengemban tugas pemerintahan dan pengadilan, dan juga memiliki tugas keuangan dan administrasi. Namun ternyata ia tidak menyukai tugas-tugasnya sehingga kesudahan ia meninggalkannya. Atasannya yang kesudahan mengadakan pemeriksaan, menemukan kerugian yang akbar dalam kas pemerintahannya.

Karena sikapnya yang mengabaikan peringatan-peringatan dari atasannya, serta keadaan kerugian kas pemerintahan Eduard pun diberhentikan sementara dari posisinya oleh Gubernur Sumatera Barat Jendral Michiels. Setahun lamanya ia tinggal di Padang tanpa penghasilan apa-apa. Baru pada September 1844 ia mendapatkan izin untuk pulang ke Batavia. Di sana ia direhabilitasi oleh pemerintah dan mendapatkan "uang tunggu".

Menikah

Sambil menunggu penempatan tugas, Eduard menjalin asmara dengan Everdine van Wijnbergen, gadis turunan bangsawan yang jatuh miskin. Pada bulan April 1846, Eduard yang masa itu telah menjabat sbg ambtenaar sementara di kantor asisten residen Purwakarta, menikah dengan Everdine.

Melakukan pekerjaan kembali

Berusaha bisa dari pengalamannya yang buruk masa bekerja sebelumnya di Natal, Eduard melakukan pekerjaan cukup adun sbg ambtenaar pemerintah sehingga pada 1846 ia dinaikkan dijadikan pegawai tetap. Pangkatnya kesudahan ditingkatkan dijadikan komis di kantor residen Purworejo. Prestasinya menciptakannya dinaikkan oleh residen Johan George Otto Stuart von Schmidt auf Altenstadt dijadikan sekretaris residen menggantikan pejabat sebelumnya. Namun karena Eduard tidak memiliki diploma sbg syarat ditaruhnya sbg pejabat tinggi pemerintahan, Eduard tidak mendapatkan kenaikan pangkat yang sesungguhnya. Namun Gubernur Jenderal bisa memberikan pengakuan diploma dalam hal-hal yang dianggap istimewa dengan syarat mampu menerapkan tugas-tugas pemerintahan. Eduard mengajukan permohonan kepada Gubernur Jenderal dan akhir-akhirnya sukses memperolehnya karena prestasi kerjanya. Keputusan ini diterima dari atasannya, Residen Purworejo. Kegagalan masa bekerja di Natal dianggap sbg kealpaan pegawai muda yang bisa dimaafkan.

Dalam perjalanan karier kesudahan, Eduard dinaikkan dijadikan sekretaris residen di Manado kesudahan April 1849 yang merupakan masa-masa karier terbaiknya. Eduard merasa cocok dengan residen Scherius yang dijadikan atasannya sehingga ia memperoleh perhatian para pejabat di Bogor di selangnya karena argumennya yang progresif mengenai rancangan peraturan manfaat perubahan dalam sistem hukum kolonial. Karirnya meningkat dijadikan asisten residen, yang merupakan karier nomor dua paling tinggi di kalangan ambtenaar Hindia Belanda. Eduard menerima posisi ini dan diberi tugas di Ambon pada Februari 1851.

Benturan dengan Gubernur

Namun, meskipun telah mendapatkan posisi yang cukup tinggi di kalangan ambtenaar Hindia Belanda, Eduard merasa tidak cocok dengan Gubernur Keliruku yang memiliki kekuasaan tersendiri sehingga menciptakan ambtenaar-ambtenaar bawahannya tidak bisa menunjukkan inisiatifnya. Eduard akhir-akhirnya mengajukan cuti dengan argumen kesehatan sehingga mendapatkan izin cuti ke negeri Belanda. Dan pada hari Natal 1852, ia bersama istrinya tiba di pelabuhan Hellevoetsluis dekat Rotterdam.

Pindah ke Lebak

Selama cuti di Belanda, Eduard ternyata tidak bisa mengatur keuangannya dengan baik; hutang menumpuk di sana-sini bahkan ia sering mengalami kekalahan di meja judi. Meskipun telah mengajukan perpanjangan cuti di Belanda, ia dan istrinya akhir-akhirnya kembali ke Batavia pada tanggal 10 September 1855. Tidak lama kesudahan, Eduard dinaikkan dijadikan asisten residen Lebak di sebelah selatan karesidenan Banten yang bertempat di Rangkasbitung pada Januari 1856. Eduard menerapkan tugasnya dengan cukup adun dan bertanggung jawab. Namun ternyata, ia menjumpai kondisi di Lebak yang sesungguhnya sangat buruk bahkan lebih buruk daripada berita-berita yang diperolehnya.

Pemerasan di Lebak

Bupati Lebak yang pada masa itu menurut sistem kolonial Hindia Belanda dinaikkan dijadikan kepala pemerintahan bumiputra dengan sistem hak waris telah memegang kekuasaan selama 30 tahun, ternyata dalam keadaaan kesukaran keuangan yang cukup parah lantaran pengeluaran rumah tangganya lebih akbar dari penghasilan yang diperoleh dari posisinya. Dengan demikian, bupati Lebak hanya bisa mengandalkan pemasukan dari kerja rodi yang diwajibkan kepada penduduk distriknya sesuai norma budaya.

Edwuard Douwes Dekker menemukan fakta bahwa kerja rodi yang dibebankan pada rakyat distrik telah melampaui batas bahkan menjumpai praktik-praktik pemerasan yang diterapkan oleh Bupati Lebak dan para pejabatnya dengan berharap hasil bumi dan ternak kepada rakyatnya. Kalaupun membelinya, itupun dengan harga yang terlalu murah.

Belum saja satu bulan Eduard Douwes Dekker ditaruh di Lebak, ia menulis surat kepada atasannya, residen C.P. Brest van Kempen dengan penuh emosi atas kejadian-kejadian di wilayahnya. Eduard berharap supaya bupati dan putra-putranya ditahan serta situasi yang tidak selesai tersebut diselidiki. Dengan keadaan dorongan dari Eduard tersebut, timbullah desas-desus bahwa pejabat sebelumnya yang digantikannya meninggal karena diracun. Hal ini menciptakan Eduard merasa dirinya dan keluarganya terancam. Karena yang lain merupakan keadaan berita lawatan bupati Cianjur ke Lebak, yang ternyata sedang keponakan bupati Lebak, yang kesudahan menciptakan Eduard mengambil kesimpulan akan menimbulkan banyak pemerasan kepada rakyat.

Atasannya, Brest van Kempen sangat terkejut dengan berita yang dikirimkan Eduard sehingga mengadakan pemeriksaan di tempat, namun menolak permintaan Eduard. Dengan demikian Eduard berharap supaya perkara tersebut diteruskan kepada Gubernur Jendral A.J. Duymaer van Twist yang terkenal beraliran liberal. Namun, meskipun maksudnya terlaksana, Eduard justru mendapatkan peringatan yang cukup keras. Karena kecewa, Eduard mengajukan permintaan pengunduran diri dan permohonannya dikabulkan oleh atasannya.

Kembali ke Eropa

Sekali lagi, Eduard kehilangan pekerjaan dampak bentrok dengan atasannya. Usahanya untuk mencari pekerjaan yang lain menemui kegagalan. Bahkan saudaranya yang sukses melakukan bisnis tembakau malah meminjamkan uang untuk pulang ke Eropa untuk melakukan pekerjaan di sana. Istri dan anaknya sementara dibiarkan lepas sama sekali di Batavia.

Di Eropa, Eduard melakukan pekerjaan sbg redaktur sebuah surat kabar di Brusel, Belgia namun tidak lama kesudahan ia keluar. Kesudahan usahanya untuk mendapatkan pekerjaan sbg juru bahasa di Konsulat Perancis di Nagasaki juga menemui kegagalan. Usahanya untuk dijadikan kaya di meja judi justru menciptakannya dijadikan makin melarat.

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Sampul cetakan pertama Max Havelaar tahun 1860.

Namun cita-cita Eduard yang lain, yaitu dijadikan pengarang, sukses diwujudkannya. Ketika kembali dari Hindia Belanda, ia membawa berbagai manuskrip di selangnya sebuah tulisan naskah sandiwara dan salinan surat-surat ketika ia menjabat sbg asisten residen di Lebak. Pada bulan September 1859, ketika istrinya didesak untuk mengajukan cerai, Eduard mengurung diri di sebuah kamar hotel di Brussel dan menulis buku Max Havelaar yang kesudahan dijadikan terkenal.

Buku tersebut diterbitkan pada tahun 1860 dalam versi yang diedit oleh penerbit tanpa sepengetahuannya namun tetap menimbulkan kegemparan di kalangan penduduk khususnya di daerah negerinya sendiri. Pada tahun 1875, terbit kembali dengan teks hasil revisinya. Namanya sbg pengarang telah mendapatkan pengakuan, yang faedahnya lambat laun Eduard bisa mengharapkan penghasilan dari penerbitan karyanya.

Ketika menerbitkan novel Max Havelaar, ia memakai nama samaran 'Multatuli'. Nama ini bersumber dari bahasa Latin dan faedahnya "'Diri sendiri sudah menderita cukup banyak'" atau "'Diri sendiri sudah banyak menderita'"; di sini, diri sendiri bisa faedahnya Eduard Douwes Dekker sendiri atau rakyat yang terjajah. Setelah buku ini terjual di seluruh Eropa, terbukalah semua kenyataan kelam di Hindia Belanda, walaupun beberapa kalangan menyebut penggambaran Dekker sbg teramat sangat.

Selang tahun 1862 dan 1877, Eduard menerbitkan Ideën (Gagasan-gagasan) yang intinya berupa himpunan uraian pendapat-pendapatnya mengenai politik, etika dan filsafat, karangan-karangan satir dan impian-impiannya. Sandiwara yang ditulisnya, di selangnya Vorstenschool (Sekolah para Raja), dipentaskan dengan sukses.

Walaupun mutu literatur Multatuli diperdebatkan, ia disukai oleh Carel Vosmaer, penyair terkenal Belanda. Ia terus menulis dan menerbitkan buku-buku berjudul Ideen yang terdiri dari tujuh bidang selang tahun 1862 dan 1877, dan juga mengandung novelnya Woutertje Pieterse serta Minnebrieven pada tahun 1861 yang walaupun judulnya tampak tidak berbahaya, intinya merupakan satir keras.

Kesudahan hayat

Akhir-akhirnya Eduard Douwes Dekker merasa bosan tinggal di Belanda. Pada kesudahan hayatnya, ia tinggal di Jerman bersama seorang anak Jerman yang sudah dianggapnya sbg anaknya sendiri. Eduard Douwes Dekker tinggal di Wiesbaden, Jerman, di mana ia mencoba untuk menulis naskah drama. Salah satu dramanya, Vorstenschool (diterbitkan di 1875 dalam volume Ideën keempat) mencetuskan sikapnya yang tidak berpegang pada satu saluran politik, penduduk atau agama. Selama dua belas tahun kesudahan hidupnya, Eduard tidaklah mengarang melainkan hanya menulis berbagai surat-surat.

Eduard Douwes Dekker kesudahan pindah ke Ingelheim am Rhein dekat Sungai Rhein hingga akhir-akhirnya meninggal 19 Februari 1887.

Pengaruh dalam sastra Hindia Belanda dan Indonesia

Multatuli telah mengilhami bukan saja karya sastra di Indonesia, misalnya gugusan Tingkatan Pujangga Baru, namun ia telah menggubah semangat kebangsaan di Indonesia. Semangat kebangsaan ini bukan saja pemberontakan terhadap sistem kolonialisme dan eksploitasi ekonomi Hindia Belanda (misal tanam paksa) melainkan juga kepada hukum budaya, kekuasaan dan feodalisme yang tak aci habisnya menghisap rakyat jelata. Bila Multatuli dalam Max Havelaar bisa diceritakan telah mempersonifikasikan dirinya sbg Max yang idealis dan akhir-akhirnya frustrasi, Muhammad Yamin lebih berfokus pada si kaum terjajah, misalnya dalam puisinya yang berjudul Hikajat Saidjah dan Adinda Dalam bidang filosofis frustrasi yang dihadapi Max serta Saidjah dan Adinda merupakan sama pada hakekatnya; keduanya putus asa dan terbelenggu dalam rantai sistem yang hanya bisa terputuskan melewati revolusi.

Dalam tipu daya budi populer

  • Max Havelaar ISBN 0-14-044516-1 – buku ini telah dinaikkan dijadikan film tahun 1988 dengan judul yang sama, disutradarai oleh Alphonse Marie Rademaker dan melibatkan beberapa artis Indonesia, misalnya Rima Melati. Film ini tidak populer di Indonesia, bahkan sempat dilarang beredar oleh pemerintahan Orde Baru setelah beberapa masa diputar di gedung bioskop.

Karya-karyanya

  • 1843 - De eerloze (naskah drama, kesudahan diterbitkan sbg De bruid daarboven (1864))
  • 1859 - Geloofsbelydenis (diterbitkan dalam jurnal pemikir lepas sama sekali De Dageraad)
  • 1860 - Indrukken van den dag
  • 1860 - Max Havelaar of de koffiveilingen der Nederlandsche Handelmaatschappy
  • 1860 - Brief aan Ds. W. Francken z.
  • 1860 - Brief aan den Gouverneur-Generaal in ruste
  • 1860 - Aan de stemgerechtigden in het kiesdistrikt Tiel
  • 1860 - Max Havelaar aan Multatuli
  • 1861 - Het gebed van den onwetende
  • 1861 - Wys my de plaats waar ik gezaaid heb
  • 1861 - Minnebrieven
  • 1862 - Over vrijen arbeid in Nederlandsch Indië en de tegenwoordige koloniale agitatie (brochure)
  • 1862 - Brief aan Quintillianus
  • 1862 - Ideën I (terdapat pula yang berupa novel De geschiedenis van Woutertje Pieterse)
  • 1862 - Japansche gesprekken
  • 1863 - De school des levens
  • 1864-1865 - Ideën II
  • 1864 - De bruid daarboven. Tooneelspel in vijf bedrijven (naskah drama)
  • 1865 - De zegen Gods door Waterloo
  • 1865 - Franse rymen
  • 1865 - Herdrukken
  • 1865 - Verspreide stukken (diambil dari Herdrukken)
  • 1866-1869 - Mainzer Beobachter
  • 1867 - Een en ander naar aanleiding van Bosscha's Pruisen en Nederland
  • 1869-1870 - Causerieën
  • 1869 - De maatschappij tot Nut van den Javaan
  • 1870-1871 - Ideën III
  • 1870-1873 - Millioenen-studiën
  • 1870 - Divagatiën over zeker soort van Liberalismus
  • 1870 - Nog eens: Vrye arbeid in Nederlandsch Indië
  • 1871 - Duizend en eenige hoofdstukken over specialiteiten (esai satir)
  • 1872 - Brief aan den koning
  • 1872 - Ideën IV (terdapat pula dalam naskah drama Vorstenschool)
  • 1873 - Ideën V
  • 1873 - Ideën VI
  • 1874-1877 - Ideën VII
  • 1887 - Onafgewerkte blaadjes
  • 1891 - Aleid. Twee fragmenten uit een onafgewerkt blyspel (naskah drama)
  • 1897 - Max Havelaar of de Koffiveilingen der Nederlandsche Handelsmaatschappy (editor Willem Frederik Hermans)

Pranala luar

  • (Inggris) (Belanda) Multatuli Museum
  • (Inggris) Multatuli Archives
  • (Inggris) Foto Multatuli
  • (Belanda) Max Havelaar Foundation
  • (Belanda) 150 jaar Max Havelaar

edunitas.com


Page 5

Eduard Douwes Dekker
Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Eduard Douwes Dekker
Pekerjaanpenulis, dramawan
KebangsaanBelanda

Eduard Douwes Dekker (lahir di Amsterdam, Belanda, 2 Maret 1820 – meninggal di Ingelheim am Rhein, Jerman, 19 Februari 1887 pada umur 66 tahun), atau yang dikenal pula dengan nama pena Multatuli (dari bahasa Latin multa tuli "banyak yang diri sendiri sudah derita") , merupakan penulis Belanda yang terkenal dengan Max Havelaar (1860), novel satirisnya yang memuat kritik atas perlakuan buruk para penjajah terhadap orang-orang pribumi di Hindia-Belanda.

Eduard memiliki saudara bernama Jan yang merupakan kakek dari tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, Ernest Douwes Dekker yang dikenal pula dengan nama Danudirja Setiabudi.

Masa kecil

Eduard dilahirkan di Amsterdam. Ayahnya merupakan seorang kapten kapal yang cukup akbar dengan penghasilan cukup sehingga keluarganya termasuk keluarga mapan dan berpendidikan.

Eduard kesudahan disekolahkan di sekolah Latin yang nantinya bisa meneruskan jenjang pendidikan ke universitas. Pada awal mulanya Eduard menempuh pendidikan dengan lancar karena Eduard merupakan murid yang berprestasi dan cukup ahli. Namun lama kelamaan Eduard merasa bosan sehingga prestasinya merosot. Hal ini menciptakan ayahnya langsung mengeluarkannya dari sekolah dan ia ditaruh di sebuah kantor dagang.

Dijadikan pegawai kecil

Untuk Eduard, penempatannya di sebuah kantor dagang menciptakannya merasa dijauhkan dari pergaulan dengan kawan-kawannya sesama keluarga berkecukupan; ia bahkan ditaruh di posisi yang dianggapnya hina sbg pembantu di sebuah kantor kecil perusahaan tekstil. Di sanalah dirinya merasa bagaimana dijadikan seorang miskin dan berada di kalangan bawah penduduk. Pekerjaan ini diterapkannya selama empat tahun dan meninggalkan kesan yang tidak dilalaikannya selama hidupnya. "Dari hidup di kalangan yang memiliki pengaruh kesudahan hidup di kalangan bawah penduduk menciptakannya mengetahui bahwa banyak kalangan penduduk yang tidak memiliki pengaruh dan perlindungan apa-apa", seperti yang dikatakan Paul van 't Veer dalam biografi Multatuli.

Ke Hindia Belanda

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Patung Eduard Dekker di Amsterdam, Belanda.

Ketika ayahnya pulang dari perjalanannya, diamatinya perubahan kehidupan dan kondisi dalam diri Eduard. Hal ini melahirkan niat pada diri ayahnya untuk membawanya dalam sebuah perjalanan. Pada masa itu, di Hindia Belanda terdapat kesempatan untuk mencari kekayaan dan posisi, juga untuk kalangan orang-orang Belanda yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah. Karena itu, pada tahun 1838 Eduard berkunjung ke pulau Jawa dan pada 1839 tiba di Batavia sbg seorang kelasi yang belum berpengalaman di kapal ayahnya. Dengan bantuan dari relasi-relasi ayahnya, tidak berapa lama Eduard memiliki pekerjaan sbg pegawai negeri (ambtenaar) di kantor Pengawasan Keuangan Batavia. Tiga tahun kesudahan ia melamar pekerjaan sbg ambtenaar pamong praja di Sumatera Barat dan oleh Gubernur Jendral Andreas Victor Michiels ia dikirim ke kota Natal yang masa itu terpencil sbg seorang kontrolir.

Diberhentikan

Kehidupan di kota yang terpencil tersebut, untuk Eduard justru lebih menyenangkan. Sbg ambtenaar pemerintahan sipil yang cukup tinggi di sana, ditambah usianya yang sedang cukup muda, ia merasa memiliki kekuasaan yang tinggi. Dalam posisinya ia mengemban tugas pemerintahan dan pengadilan, dan juga memiliki tugas keuangan dan administrasi. Namun ternyata ia tidak menyukai tugas-tugasnya sehingga kesudahan ia meninggalkannya. Atasannya yang kesudahan mengadakan pemeriksaan, menemukan kerugian yang akbar dalam kas pemerintahannya.

Karena sikapnya yang mengabaikan peringatan-peringatan dari atasannya, serta keadaan kerugian kas pemerintahan Eduard pun diberhentikan sementara dari posisinya oleh Gubernur Sumatera Barat Jendral Michiels. Setahun lamanya ia tinggal di Padang tanpa penghasilan apa-apa. Baru pada September 1844 ia mendapatkan izin untuk pulang ke Batavia. Di sana ia direhabilitasi oleh pemerintah dan mendapatkan "uang tunggu".

Menikah

Sambil menunggu penempatan tugas, Eduard menjalin asmara dengan Everdine van Wijnbergen, gadis turunan bangsawan yang jatuh miskin. Pada bulan April 1846, Eduard yang masa itu telah menjabat sbg ambtenaar sementara di kantor asisten residen Purwakarta, menikah dengan Everdine.

Melakukan pekerjaan kembali

Berusaha bisa dari pengalamannya yang buruk masa bekerja sebelumnya di Natal, Eduard melakukan pekerjaan cukup adun sbg ambtenaar pemerintah sehingga pada 1846 ia dinaikkan dijadikan pegawai tetap. Pangkatnya kesudahan ditingkatkan dijadikan komis di kantor residen Purworejo. Prestasinya menciptakannya dinaikkan oleh residen Johan George Otto Stuart von Schmidt auf Altenstadt dijadikan sekretaris residen menggantikan pejabat sebelumnya. Namun karena Eduard tidak memiliki diploma sbg syarat ditaruhnya sbg pejabat tinggi pemerintahan, Eduard tidak mendapatkan kenaikan pangkat yang sesungguhnya. Namun Gubernur Jenderal bisa memberikan pengakuan diploma dalam hal-hal yang dianggap istimewa dengan syarat mampu menerapkan tugas-tugas pemerintahan. Eduard mengajukan permohonan kepada Gubernur Jenderal dan akhir-akhirnya sukses memperolehnya karena prestasi kerjanya. Keputusan ini diterima dari atasannya, Residen Purworejo. Kegagalan masa bekerja di Natal dianggap sbg kealpaan pegawai muda yang bisa dimaafkan.

Dalam perjalanan karier kesudahan, Eduard dinaikkan dijadikan sekretaris residen di Manado kesudahan April 1849 yang merupakan masa-masa karier terbaiknya. Eduard merasa cocok dengan residen Scherius yang dijadikan atasannya sehingga ia memperoleh perhatian para pejabat di Bogor di selangnya karena argumennya yang progresif mengenai rancangan peraturan manfaat perubahan dalam sistem hukum kolonial. Karirnya meningkat dijadikan asisten residen, yang merupakan karier nomor dua paling tinggi di kalangan ambtenaar Hindia Belanda. Eduard menerima posisi ini dan diberi tugas di Ambon pada Februari 1851.

Benturan dengan Gubernur

Namun, meskipun telah mendapatkan posisi yang cukup tinggi di kalangan ambtenaar Hindia Belanda, Eduard merasa tidak cocok dengan Gubernur Keliruku yang memiliki kekuasaan tersendiri sehingga menciptakan ambtenaar-ambtenaar bawahannya tidak bisa menunjukkan inisiatifnya. Eduard akhir-akhirnya mengajukan cuti dengan argumen kesehatan sehingga mendapatkan izin cuti ke negeri Belanda. Dan pada hari Natal 1852, ia bersama istrinya tiba di pelabuhan Hellevoetsluis dekat Rotterdam.

Pindah ke Lebak

Selama cuti di Belanda, Eduard ternyata tidak bisa mengatur keuangannya dengan baik; hutang menumpuk di sana-sini bahkan ia sering mengalami kekalahan di meja judi. Meskipun telah mengajukan perpanjangan cuti di Belanda, ia dan istrinya akhir-akhirnya kembali ke Batavia pada tanggal 10 September 1855. Tidak lama kesudahan, Eduard dinaikkan dijadikan asisten residen Lebak di sebelah selatan karesidenan Banten yang bertempat di Rangkasbitung pada Januari 1856. Eduard menerapkan tugasnya dengan cukup adun dan bertanggung jawab. Namun ternyata, ia menjumpai kondisi di Lebak yang sesungguhnya sangat buruk bahkan lebih buruk daripada berita-berita yang diperolehnya.

Pemerasan di Lebak

Bupati Lebak yang pada masa itu menurut sistem kolonial Hindia Belanda dinaikkan dijadikan kepala pemerintahan bumiputra dengan sistem hak waris telah memegang kekuasaan selama 30 tahun, ternyata dalam keadaaan kesukaran keuangan yang cukup parah lantaran pengeluaran rumah tangganya lebih akbar dari penghasilan yang diperoleh dari posisinya. Dengan demikian, bupati Lebak hanya bisa mengandalkan pemasukan dari kerja rodi yang diwajibkan kepada penduduk distriknya sesuai norma budaya.

Edwuard Douwes Dekker menemukan fakta bahwa kerja rodi yang dibebankan pada rakyat distrik telah melampaui batas bahkan menjumpai praktik-praktik pemerasan yang diterapkan oleh Bupati Lebak dan para pejabatnya dengan berharap hasil bumi dan ternak kepada rakyatnya. Kalaupun membelinya, itupun dengan harga yang terlalu murah.

Belum saja satu bulan Eduard Douwes Dekker ditaruh di Lebak, ia menulis surat kepada atasannya, residen C.P. Brest van Kempen dengan penuh emosi atas kejadian-kejadian di wilayahnya. Eduard berharap supaya bupati dan putra-putranya ditahan serta situasi yang tidak selesai tersebut diselidiki. Dengan keadaan dorongan dari Eduard tersebut, timbullah desas-desus bahwa pejabat sebelumnya yang digantikannya meninggal karena diracun. Hal ini menciptakan Eduard merasa dirinya dan keluarganya terancam. Karena yang lain merupakan keadaan berita lawatan bupati Cianjur ke Lebak, yang ternyata sedang keponakan bupati Lebak, yang kesudahan menciptakan Eduard mengambil kesimpulan akan menimbulkan banyak pemerasan kepada rakyat.

Atasannya, Brest van Kempen sangat terkejut dengan berita yang dikirimkan Eduard sehingga mengadakan pemeriksaan di tempat, namun menolak permintaan Eduard. Dengan demikian Eduard berharap supaya perkara tersebut diteruskan kepada Gubernur Jendral A.J. Duymaer van Twist yang terkenal beraliran liberal. Namun, meskipun maksudnya terlaksana, Eduard justru mendapatkan peringatan yang cukup keras. Karena kecewa, Eduard mengajukan permintaan pengunduran diri dan permohonannya dikabulkan oleh atasannya.

Kembali ke Eropa

Sekali lagi, Eduard kehilangan pekerjaan dampak bentrok dengan atasannya. Usahanya untuk mencari pekerjaan yang lain menemui kegagalan. Bahkan saudaranya yang sukses melakukan bisnis tembakau malah meminjamkan uang untuk pulang ke Eropa untuk melakukan pekerjaan di sana. Istri dan anaknya sementara dibiarkan lepas sama sekali di Batavia.

Di Eropa, Eduard melakukan pekerjaan sbg redaktur sebuah surat kabar di Brusel, Belgia namun tidak lama kesudahan ia keluar. Kesudahan usahanya untuk mendapatkan pekerjaan sbg juru bahasa di Konsulat Perancis di Nagasaki juga menemui kegagalan. Usahanya untuk dijadikan kaya di meja judi justru menciptakannya dijadikan makin melarat.

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Sampul cetakan pertama Max Havelaar tahun 1860.

Namun cita-cita Eduard yang lain, yaitu dijadikan pengarang, sukses diwujudkannya. Ketika kembali dari Hindia Belanda, ia membawa berbagai manuskrip di selangnya sebuah tulisan naskah sandiwara dan salinan surat-surat ketika ia menjabat sbg asisten residen di Lebak. Pada bulan September 1859, ketika istrinya didesak untuk mengajukan cerai, Eduard mengurung diri di sebuah kamar hotel di Brussel dan menulis buku Max Havelaar yang kesudahan dijadikan terkenal.

Buku tersebut diterbitkan pada tahun 1860 dalam versi yang diedit oleh penerbit tanpa sepengetahuannya namun tetap menimbulkan kegemparan di kalangan penduduk khususnya di daerah negerinya sendiri. Pada tahun 1875, terbit kembali dengan teks hasil revisinya. Namanya sbg pengarang telah mendapatkan pengakuan, yang faedahnya lambat laun Eduard bisa mengharapkan penghasilan dari penerbitan karyanya.

Ketika menerbitkan novel Max Havelaar, ia memakai nama samaran 'Multatuli'. Nama ini bersumber dari bahasa Latin dan faedahnya "'Diri sendiri sudah menderita cukup banyak'" atau "'Diri sendiri sudah banyak menderita'"; di sini, diri sendiri bisa faedahnya Eduard Douwes Dekker sendiri atau rakyat yang terjajah. Setelah buku ini terjual di seluruh Eropa, terbukalah semua kenyataan kelam di Hindia Belanda, walaupun beberapa kalangan menyebut penggambaran Dekker sbg teramat sangat.

Selang tahun 1862 dan 1877, Eduard menerbitkan Ideën (Gagasan-gagasan) yang intinya berupa himpunan uraian pendapat-pendapatnya mengenai politik, etika dan filsafat, karangan-karangan satir dan impian-impiannya. Sandiwara yang ditulisnya, di selangnya Vorstenschool (Sekolah para Raja), dipentaskan dengan sukses.

Walaupun mutu literatur Multatuli diperdebatkan, ia disukai oleh Carel Vosmaer, penyair terkenal Belanda. Ia terus menulis dan menerbitkan buku-buku berjudul Ideen yang terdiri dari tujuh bidang selang tahun 1862 dan 1877, dan juga mengandung novelnya Woutertje Pieterse serta Minnebrieven pada tahun 1861 yang walaupun judulnya tampak tidak berbahaya, intinya merupakan satir keras.

Kesudahan hayat

Akhir-akhirnya Eduard Douwes Dekker merasa bosan tinggal di Belanda. Pada kesudahan hayatnya, ia tinggal di Jerman bersama seorang anak Jerman yang sudah dianggapnya sbg anaknya sendiri. Eduard Douwes Dekker tinggal di Wiesbaden, Jerman, di mana ia mencoba untuk menulis naskah drama. Salah satu dramanya, Vorstenschool (diterbitkan di 1875 dalam volume Ideën keempat) mencetuskan sikapnya yang tidak berpegang pada satu saluran politik, penduduk atau agama. Selama dua belas tahun kesudahan hidupnya, Eduard tidaklah mengarang melainkan hanya menulis berbagai surat-surat.

Eduard Douwes Dekker kesudahan pindah ke Ingelheim am Rhein dekat Sungai Rhein hingga akhir-akhirnya meninggal 19 Februari 1887.

Pengaruh dalam sastra Hindia Belanda dan Indonesia

Multatuli telah mengilhami bukan saja karya sastra di Indonesia, misalnya gugusan Tingkatan Pujangga Baru, namun ia telah menggubah semangat kebangsaan di Indonesia. Semangat kebangsaan ini bukan saja pemberontakan terhadap sistem kolonialisme dan eksploitasi ekonomi Hindia Belanda (misal tanam paksa) melainkan juga kepada hukum budaya, kekuasaan dan feodalisme yang tak aci habisnya menghisap rakyat jelata. Bila Multatuli dalam Max Havelaar bisa diceritakan telah mempersonifikasikan dirinya sbg Max yang idealis dan akhir-akhirnya frustrasi, Muhammad Yamin lebih berfokus pada si kaum terjajah, misalnya dalam puisinya yang berjudul Hikajat Saidjah dan Adinda Dalam bidang filosofis frustrasi yang dihadapi Max serta Saidjah dan Adinda merupakan sama pada hakekatnya; keduanya putus asa dan terbelenggu dalam rantai sistem yang hanya bisa terputuskan melewati revolusi.

Dalam tipu daya budi populer

  • Max Havelaar ISBN 0-14-044516-1 – buku ini telah dinaikkan dijadikan film tahun 1988 dengan judul yang sama, disutradarai oleh Alphonse Marie Rademaker dan melibatkan beberapa artis Indonesia, misalnya Rima Melati. Film ini tidak populer di Indonesia, bahkan sempat dilarang beredar oleh pemerintahan Orde Baru setelah beberapa masa diputar di gedung bioskop.

Karya-karyanya

  • 1843 - De eerloze (naskah drama, kesudahan diterbitkan sbg De bruid daarboven (1864))
  • 1859 - Geloofsbelydenis (diterbitkan dalam jurnal pemikir lepas sama sekali De Dageraad)
  • 1860 - Indrukken van den dag
  • 1860 - Max Havelaar of de koffiveilingen der Nederlandsche Handelmaatschappy
  • 1860 - Brief aan Ds. W. Francken z.
  • 1860 - Brief aan den Gouverneur-Generaal in ruste
  • 1860 - Aan de stemgerechtigden in het kiesdistrikt Tiel
  • 1860 - Max Havelaar aan Multatuli
  • 1861 - Het gebed van den onwetende
  • 1861 - Wys my de plaats waar ik gezaaid heb
  • 1861 - Minnebrieven
  • 1862 - Over vrijen arbeid in Nederlandsch Indië en de tegenwoordige koloniale agitatie (brochure)
  • 1862 - Brief aan Quintillianus
  • 1862 - Ideën I (terdapat pula yang berupa novel De geschiedenis van Woutertje Pieterse)
  • 1862 - Japansche gesprekken
  • 1863 - De school des levens
  • 1864-1865 - Ideën II
  • 1864 - De bruid daarboven. Tooneelspel in vijf bedrijven (naskah drama)
  • 1865 - De zegen Gods door Waterloo
  • 1865 - Franse rymen
  • 1865 - Herdrukken
  • 1865 - Verspreide stukken (diambil dari Herdrukken)
  • 1866-1869 - Mainzer Beobachter
  • 1867 - Een en ander naar aanleiding van Bosscha's Pruisen en Nederland
  • 1869-1870 - Causerieën
  • 1869 - De maatschappij tot Nut van den Javaan
  • 1870-1871 - Ideën III
  • 1870-1873 - Millioenen-studiën
  • 1870 - Divagatiën over zeker soort van Liberalismus
  • 1870 - Nog eens: Vrye arbeid in Nederlandsch Indië
  • 1871 - Duizend en eenige hoofdstukken over specialiteiten (esai satir)
  • 1872 - Brief aan den koning
  • 1872 - Ideën IV (terdapat pula dalam naskah drama Vorstenschool)
  • 1873 - Ideën V
  • 1873 - Ideën VI
  • 1874-1877 - Ideën VII
  • 1887 - Onafgewerkte blaadjes
  • 1891 - Aleid. Twee fragmenten uit een onafgewerkt blyspel (naskah drama)
  • 1897 - Max Havelaar of de Koffiveilingen der Nederlandsche Handelsmaatschappy (editor Willem Frederik Hermans)

Pranala luar

  • (Inggris) (Belanda) Multatuli Museum
  • (Inggris) Multatuli Archives
  • (Inggris) Foto Multatuli
  • (Belanda) Max Havelaar Foundation
  • (Belanda) 150 jaar Max Havelaar

edunitas.com


Page 6

Urutan ke-147

1.548.159

48/km²

Kemerdekaan

 - Deklarasi

 - Dikenali

(dari Portugal)


24 September 1973
10 September 1974

PDB

 - Total (2012)

 - PDB/kapita

Urutan ke-112

$1.931 miliar

$1.222

Mata uangFranc CFAZona waktuUTCLagu kebangsaanEsta é a Nossa Pátria Bem AmadaTLD.gwKode telepon245

Guinea-Bissau, resmi Republik Guinea-Bissau /ˈɡɪni bɪˈs/ (bahasa Portugis: República da Guiné-Bissau, diucapkan [ʁeˈpublikɐ dɐ ɡiˈnɛ biˈsaw]), yaitu sebuah negara yang berada di Afrika Barat. Negara ini bersamaan batasannya dengan Senegal di utara dan Guinea di sebelah selatan dan timur, dan Samudera Atlantik di sebelah barat. Negara ini meliputi 36.125 km², dengan populasi lebih kurang 1.600.000 jiwa.

Guinea-Bissau dulu merupakan anggota dari Kerajaan Kaabu, yang merupakan anggota dari Kekaisaran Mali. Anggota dari kerajaan ini bertahan sampai zaman ke-18, sementara beberapa anggota lainnya yaitu anggota dari Kekaisaran Portugal. Yang belakang sekali Guinea-Bissau menjadi anggota dari koloni Portugal, Guinea Portugal pada zaman ke-19. Setelah kemerdekaan, dideklarasikan pada 1973 dan diakui pada 1974, nama ibu kotanya, Bissau, ditambahkan ke dalam nama negara bagi menghindari kesalahan dengan negara Guinea.

Guinea-Bissau memiliki sejarah ketidakstabilan politik sejak meraih kemerdekaannya dan tidak mempunyai presiden terpilih yang sukses menyelesaikan posisinya selama lima tahun penuh. Pada malam 12 April 2012, para anggota militer negara ini terlibat dalam sebuah kudeta dan menangkap presiden sementara dan calon presiden terdepan. Pihak militer sedang belum mengumumkan pemimpin bagi negara ini.[1] Meskipun demikian, mantan Wakil Kepala Staf, Jenderal Mamadu Ture Kuruma telah ambil peduli akan nasib negara ini dalam masa transisi dan mulai bernegosiasi dengan pihak-pihak oposan.[2][3]

Hanya 14% dari populasi yang bicara dalam bahasa resmi, Portugal. Biasanya populasi (44%) bicara dalam bahasa Kriol, sebuah Bahasa kreol berbasis Portugal, dan sisanya bicara dalam bahasa Afrika. Agama utama yaitu Agama tradisional Afrika dan Islam, dan Kristen (kebanyakan Katholik) yaitu minoritas.

Pendapatan per kapita negara ini yaitu salah satu yang terendah di dunia.

Guinea-Bissau yaitu anggota dari Uni Afrika, Komunitas Ekonomi Negara Afrika Barat, Organisasi Kerjasama Islam, Uni Latin, Komunitas Negara Bicara Portugal, La Francophonie, dan Zona Perdamaian dan Kerjasama Atlantik Selatan.

Daftar inti

  • 1 Sejarah
  • 2 Lihat pula
  • 3 Pranala luar
  • 4 Rujukan

Sejarah

Guinea-Bissau dulu merupakan anggota dari Kerajaan Kaabu, yang merupakan anggota dari Kekaisaran Mali.Anggota dari kerajaan ini bertahan sampai zaman ke-18, sementara beberapa anggota lainnya yaitu anggota dari Kekaisaran Portugal.[4] Guinea Portugal juga dikenali, dari programa ekonominya sebgai Pantai budak.

Laporan awal dari bangsa Eropa yang telah mencapai daerah ini termasuk bajak laut Venesia, Alvise Cadamosto pada tahun 1455,[5] pelayaran pada tahun 1479–1480 yang dilakukan oleh pedagang Flemish-Perancis, Eustache de la Fosse,[6] dan Diogo Cão yang mencapai Sungai Kongo pada tahun 1480-an dan mencapai tanah Bakongo.[7]

Lihat pula

  • Daftar negara-negara di dunia
  • Kudeta Guinea-Bissau 2012

Pranala luar

Rujukan


edunitas.com

Page 7

Urutan ke-147

1.548.159

48/km²

Kemerdekaan

 - Deklarasi

 - Dikenali

(dari Portugal)


24 September 1973
10 September 1974

PDB

 - Total (2012)

 - PDB/kapita

Urutan ke-112

$1.931 miliar

$1.222

Mata uangFranc CFAZona waktuUTCLagu kebangsaanEsta é a Nossa Pátria Bem AmadaTLD.gwKode telepon245

Guinea-Bissau, resmi Republik Guinea-Bissau /ˈɡɪni bɪˈs/ (bahasa Portugis: República da Guiné-Bissau, diucapkan [ʁeˈpublikɐ dɐ ɡiˈnɛ biˈsaw]), yaitu sebuah negara yang berada di Afrika Barat. Negara ini bersamaan batasannya dengan Senegal di utara dan Guinea di sebelah selatan dan timur, dan Samudera Atlantik di sebelah barat. Negara ini meliputi 36.125 km², dengan populasi sekitar 1.600.000 jiwa.

Guinea-Bissau dulu merupakan anggota dari Kerajaan Kaabu, yang merupakan anggota dari Kekaisaran Mali. Anggota dari kerajaan ini bertahan sampai zaman ke-18, sementara beberapa anggota lainnya yaitu anggota dari Kekaisaran Portugal. Yang belakang sekali Guinea-Bissau menjadi anggota dari koloni Portugal, Guinea Portugal pada zaman ke-19. Sesudah kemerdekaan, dideklarasikan pada 1973 dan diakui pada 1974, nama ibu kotanya, Bissau, ditambahkan ke dalam nama negara bagi menghindari kesalahan dengan negara Guinea.

Guinea-Bissau memiliki sejarah ketidakstabilan politik sejak meraih kemerdekaannya dan tidak mempunyai presiden terpilih yang sukses menyelesaikan posisinya selama lima tahun penuh. Pada malam 12 April 2012, para anggota militer negara ini terlibat dalam sebuah kudeta dan menangkap presiden sementara dan calon presiden terdepan. Pihak militer sedang belum mengumumkan pemimpin bagi negara ini.[1] Meskipun demikian, mantan Wakil Kepala Staf, Jenderal Mamadu Ture Kuruma telah ambil peduli akan nasib negara ini dalam saat transisi dan mulai bernegosiasi dengan pihak-pihak oposan.[2][3]

Hanya 14% dari populasi yang bicara dalam bahasa resmi, Portugal. Biasanya populasi (44%) bicara dalam bahasa Kriol, sebuah Bahasa kreol berbasis Portugal, dan sisanya bicara dalam bahasa Afrika. Agama utama yaitu Agama tradisional Afrika dan Islam, dan Kristen (kebanyakan Katholik) yaitu minoritas.

Pendapatan per kapita negara ini yaitu salah satu yang terendah di dunia.

Guinea-Bissau yaitu anggota dari Uni Afrika, Komunitas Ekonomi Negara Afrika Barat, Organisasi Kerjasama Islam, Uni Latin, Komunitas Negara Bicara Portugal, La Francophonie, dan Zona Perdamaian dan Kerjasama Atlantik Selatan.

Daftar inti

  • 1 Sejarah
  • 2 Lihat pula
  • 3 Pranala luar
  • 4 Rujukan

Sejarah

Guinea-Bissau dulu merupakan anggota dari Kerajaan Kaabu, yang merupakan anggota dari Kekaisaran Mali.Anggota dari kerajaan ini bertahan sampai zaman ke-18, sementara beberapa anggota lainnya yaitu anggota dari Kekaisaran Portugal.[4] Guinea Portugal juga dikenali, dari programa ekonominya sebgai Pantai budak.

Laporan awal dari bangsa Eropa yang telah mencapai daerah ini termasuk bajak laut Venesia, Alvise Cadamosto pada tahun 1455,[5] pelayaran pada tahun 1479–1480 yang dilakukan oleh pedagang Flemish-Perancis, Eustache de la Fosse,[6] dan Diogo Cão yang mencapai Sungai Kongo pada tahun 1480-an dan mencapai tanah Bakongo.[7]

Lihat pula

  • Daftar negara-negara di dunia
  • Kudeta Guinea-Bissau 2012

Pranala luar

Rujukan


edunitas.com

Page 8

Tags (tagged): equatorial guinea, unkris, da guin, equatorial, bendera motto unidad, paz justicia, spanyol, pdb kkb perkiraan, 2012 total, us, 19 286 miliar, per kapita, mini afrika wilayahnya, masih lebih, kecil, dari, situs resmi, negara afrika, negara, berdaulat afrika, center, of studies, leone, somalia sudan sudan, selatan swaziland, tanjung, verde equatorial guinea


Page 9

Tags (tagged): equatorial guinea, unkris, da guin, equatorial, bendera motto unidad, paz justicia, spanyol, pdb kkb perkiraan, 2012 total, us, 19 286 miliar, per kapita, mini afrika wilayahnya, masih lebih, kecil, dari, situs resmi, negara afrika, negara, berdaulat afrika, center, of studies, leone, somalia sudan sudan, selatan swaziland, tanjung, verde equatorial guinea


Page 10

Tags (tagged): guinea ekuatorial guinea, khatulistiwa, unkris, guinea, ekuatorial guinea khatulistiwa, ekuatorial, guinea khatulistiwa, da guin, equatorial, bendera motto unidad, paz justicia, spanyol, pdb kkb perkiraan, 2012 total, us, 19 286 miliar, per kapita, mini afrika wilayahnya, masih lebih, kecil, dari, situs resmi, negara afrika, negara, berdaulat afrika, pusat, ilmu pengetahuan, leone, somalia sudan sudan, selatan swaziland, tanjung, verde guinea ekuatorial, guinea ekuatorial


Page 11

Tags (tagged): guinea ekuatorial guinea, khatulistiwa, unkris, guinea, ekuatorial guinea khatulistiwa, ekuatorial, guinea khatulistiwa, da guin, equatorial, bendera motto unidad, paz justicia, spanyol, pdb kkb perkiraan, 2012 total, us, 19 286 miliar, per kapita, mini afrika wilayahnya, masih lebih, kecil, dari, situs resmi, negara afrika, negara, berdaulat afrika, pusat, ilmu pengetahuan, leone, somalia sudan sudan, selatan swaziland, tanjung, verde guinea ekuatorial, guinea ekuatorial


Page 12

Urutan ke-147

1.548.159

48/km²

Kemerdekaan

 - Deklarasi

 - Dikenal

(dari Portugal)


24 September 1973
10 September 1974

PDB

 - Total (2012)

 - PDB/kapita

Urutan ke-112

$1.931 miliar

$1.222

Mata uangFranc CFAZona waktuUTCLagu kebangsaanEsta é a Nossa Pátria Bem AmadaTLD.gwKode telepon245

Guinea-Bissau, resmi Republik Guinea-Bissau /ˈɡɪni bɪˈs/ (bahasa Portugis: República da Guiné-Bissau, diucapkan [ʁeˈpublikɐ dɐ ɡiˈnɛ biˈsaw]), adalah suatu negara yang berada di Afrika Barat. Negara ini bersamaan batasnya dengan Senegal di utara dan Guinea di sebelah selatan dan timur, dan Samudera Atlantik di sebelah barat. Negara ini mencakup 36.125 km², dengan populasi sekitar 1.600.000 jiwa.

Guinea-Bissau dulu adalah anggota dari Kerajaan Kaabu, yang adalah anggota dari Kekaisaran Mali. Anggota dari kerajaan ini bertahan hingga masa zaman ke-18, sementara beberapa anggota lainnya adalah anggota dari Kekaisaran Portugal. Kesudahan Guinea-Bissau menjadi anggota dari koloni Portugal, Guinea Portugal pada masa zaman ke-19. Setelah kemerdekaan, dideklarasikan pada 1973 dan diakui pada 1974, nama ibu kotanya, Bissau, ditambahkan ke dalam nama negara untuk menghindari kekeliruan dengan negara Guinea.

Guinea-Bissau memiliki sejarah ketidakstabilan politik semenjak meraih kemerdekaannya dan tidak benar presiden terpilih yang sukses menyelesaikan letaknya selama lima tahun penuh. Pada malam 12 April 2012, para anggota militer negara ini terlibat dalam suatu kudeta dan menangkap presiden sementara dan yang akan menjadi presiden terdepan. Pihak militer masih belum mengumumkan pemimpin untuk negara ini.[1] Walaupun demikian, mantan Wakil Kepala Staf, Jenderal Mamadu Ture Kuruma telah ambil peduli akan nasib negara ini dalam masa transisi dan mulai bernegosiasi dengan pihak-pihak oposan.[2][3]

Hanya 14% dari populasi yang bercakap dalam bahasa resmi, Portugal. Biasanya populasi (44%) bercakap dalam bahasa Kriol, suatu Bahasa kreol berbasis Portugal, dan sisanya bercakap dalam bahasa Afrika. Agama utama adalah Agama tradisional Afrika dan Islam, dan Kristen (kebanyakan Katholik) adalah minoritas.

Pendapatan per kapita negara ini adalah salah satu yang terendah di dunia.

Guinea-Bissau adalah anggota dari Uni Afrika, Komunitas Ekonomi Negara Afrika Barat, Organisasi Kerjasama Islam, Uni Latin, Komunitas Negara Berbicara Portugal, La Francophonie, dan Zona Perdamaian dan Kerjasama Atlantik Selatan.

Daftar isi

  • 1 Sejarah
  • 2 Lihat pula
  • 3 Tautan luar
  • 4 Pustaka

Sejarah

Guinea-Bissau dulu adalah anggota dari Kerajaan Kaabu, yang adalah anggota dari Kekaisaran Mali.Anggota dari kerajaan ini bertahan hingga masa zaman ke-18, sementara beberapa anggota lainnya adalah anggota dari Kekaisaran Portugal.[4] Guinea Portugal juga dikenal, dari aktivitas yang dipekerjakan ekonominya sebgai Pantai budak.

Laporan awal dari bangsa Eropa yang telah mencapai daerah ini termasuk bajak laut Venesia, Alvise Cadamosto pada tahun 1455,[5] pelayaran pada tahun 1479–1480 yang dimainkan oleh pedagang Flemish-Perancis, Eustache de la Fosse,[6] dan Diogo Cão yang mencapai Sungai Kongo pada tahun 1480-an dan mencapai tanah Bakongo.[7]

Lihat pula

  • Daftar negara-negara di dunia
  • Kudeta Guinea-Bissau 2012

Tautan luar

Pustaka


edunitas.com

Page 13

Urutan ke-147

1.548.159

48/km²

Kemerdekaan

 - Deklarasi

 - Dikenal

(dari Portugal)


24 September 1973
10 September 1974

PDB

 - Total (2012)

 - PDB/kapita

Urutan ke-112

$1.931 miliar

$1.222

Mata uangFranc CFAZona saatUTCLagu kebangsaanEsta é a Nossa Pátria Bem AmadaTLD.gwKode telepon245

Guinea-Bissau, resmi Republik Guinea-Bissau /ˈɡɪni bɪˈs/ (bahasa Portugis: República da Guiné-Bissau, diucapkan [ʁeˈpublikɐ dɐ ɡiˈnɛ biˈsaw]), adalah suatu negara yang berada di Afrika Barat. Negara ini bersamaan batasnya dengan Senegal di utara dan Guinea di sebelah selatan dan timur, dan Samudera Atlantik di sebelah barat. Negara ini mencakup 36.125 km², dengan populasi sekitar 1.600.000 jiwa.

Guinea-Bissau dulu adalah bidang dari Kerajaan Kaabu, yang adalah bidang dari Kekaisaran Mali. Bidang dari kerajaan ini bertahan hingga masa zaman ke-18, sementara beberapa bidang lainnya adalah bidang dari Kekaisaran Portugal. Kesudahan Guinea-Bissau menjadi bidang dari koloni Portugal, Guinea Portugal pada masa zaman ke-19. Setelah kemerdekaan, dideklarasikan pada 1973 dan diakui pada 1974, nama ibu kotanya, Bissau, ditambahkan ke dalam nama negara untuk menghindari kekeliruan dengan negara Guinea.

Guinea-Bissau memiliki sejarah ketidakstabilan politik semenjak meraih kemerdekaannya dan tidak berada presiden terpilih yang sukses menyelesaikan letaknya selama lima tahun penuh. Pada malam 12 April 2012, para anggota militer negara ini terlibat dalam suatu kudeta dan menangkap presiden sementara dan yang akan menjadi presiden terdepan. Pihak militer masih belum mengumumkan pemimpin untuk negara ini.[1] Walaupun demikian, mantan Wakil Kepala Staf, Jenderal Mamadu Ture Kuruma telah ambil peduli akan nasib negara ini dalam masa transisi dan mulai bernegosiasi dengan pihak-pihak oposan.[2][3]

Hanya 14% dari populasi yang bercakap dalam bahasa resmi, Portugal. Biasanya populasi (44%) bercakap dalam bahasa Kriol, suatu Bahasa kreol berbasis Portugal, dan sisanya bercakap dalam bahasa Afrika. Agama utama adalah Agama tradisional Afrika dan Islam, dan Kristen (kebanyakan Katholik) adalah minoritas.

Pendapatan per kapita negara ini adalah salah satu yang terendah di dunia.

Guinea-Bissau adalah anggota dari Uni Afrika, Komunitas Ekonomi Negara Afrika Barat, Organisasi Kerjasama Islam, Uni Latin, Komunitas Negara Berbicara Portugal, La Francophonie, dan Zona Perdamaian dan Kerjasama Atlantik Selatan.

Daftar isi

  • 1 Sejarah
  • 2 Lihat pula
  • 3 Tautan luar
  • 4 Pustaka

Sejarah

Guinea-Bissau dulu adalah bidang dari Kerajaan Kaabu, yang adalah bidang dari Kekaisaran Mali.Bidang dari kerajaan ini bertahan hingga masa zaman ke-18, sementara beberapa bidang lainnya adalah bidang dari Kekaisaran Portugal.[4] Guinea Portugal juga dikenal, dari aktivitas yang dipekerjakan ekonominya sebgai Pantai budak.

Laporan permulaan dari bangsa Eropa yang telah mencapai daerah ini termasuk bajak laut Venesia, Alvise Cadamosto pada tahun 1455,[5] pelayaran pada tahun 1479–1480 yang dipertontonkan oleh pedagang Flemish-Perancis, Eustache de la Fosse,[6] dan Diogo Cão yang mencapai Sungai Kongo pada tahun 1480-an dan mencapai tanah Bakongo.[7]

Lihat pula

  • Daftar negara-negara di dunia
  • Kudeta Guinea-Bissau 2012

Tautan luar

Pustaka


edunitas.com

Page 14

Urutan ke-147

1.548.159

48/km²

Kemerdekaan

 - Deklarasi

 - Dikenal

(dari Portugal)


24 September 1973
10 September 1974

PDB

 - Total (2012)

 - PDB/kapita

Urutan ke-112

$1.931 miliar

$1.222

Mata uangFranc CFAZona saatUTCLagu kebangsaanEsta é a Nossa Pátria Bem AmadaTLD.gwKode telepon245

Guinea-Bissau, resmi Republik Guinea-Bissau /ˈɡɪni bɪˈs/ (bahasa Portugis: República da Guiné-Bissau, diucapkan [ʁeˈpublikɐ dɐ ɡiˈnɛ biˈsaw]), adalah suatu negara yang berada di Afrika Barat. Negara ini bersamaan batasnya dengan Senegal di utara dan Guinea di sebelah selatan dan timur, dan Samudera Atlantik di sebelah barat. Negara ini mencakup 36.125 km², dengan populasi sekitar 1.600.000 jiwa.

Guinea-Bissau dulu adalah bidang dari Kerajaan Kaabu, yang adalah bidang dari Kekaisaran Mali. Bidang dari kerajaan ini bertahan hingga masa zaman ke-18, sementara beberapa bidang lainnya adalah bidang dari Kekaisaran Portugal. Kesudahan Guinea-Bissau menjadi bidang dari koloni Portugal, Guinea Portugal pada masa zaman ke-19. Setelah kemerdekaan, dideklarasikan pada 1973 dan diakui pada 1974, nama ibu kotanya, Bissau, ditambahkan ke dalam nama negara untuk menghindari kekeliruan dengan negara Guinea.

Guinea-Bissau memiliki sejarah ketidakstabilan politik semenjak meraih kemerdekaannya dan tidak berada presiden terpilih yang sukses menyelesaikan letaknya selama lima tahun penuh. Pada malam 12 April 2012, para anggota militer negara ini terlibat dalam suatu kudeta dan menangkap presiden sementara dan yang akan menjadi presiden terdepan. Pihak militer masih belum mengumumkan pemimpin untuk negara ini.[1] Walaupun demikian, mantan Wakil Kepala Staf, Jenderal Mamadu Ture Kuruma telah ambil peduli akan nasib negara ini dalam masa transisi dan mulai bernegosiasi dengan pihak-pihak oposan.[2][3]

Hanya 14% dari populasi yang bercakap dalam bahasa resmi, Portugal. Biasanya populasi (44%) bercakap dalam bahasa Kriol, suatu Bahasa kreol berbasis Portugal, dan sisanya bercakap dalam bahasa Afrika. Agama utama adalah Agama tradisional Afrika dan Islam, dan Kristen (kebanyakan Katholik) adalah minoritas.

Pendapatan per kapita negara ini adalah salah satu yang terendah di dunia.

Guinea-Bissau adalah anggota dari Uni Afrika, Komunitas Ekonomi Negara Afrika Barat, Organisasi Kerjasama Islam, Uni Latin, Komunitas Negara Berbicara Portugal, La Francophonie, dan Zona Perdamaian dan Kerjasama Atlantik Selatan.

Daftar isi

  • 1 Sejarah
  • 2 Lihat pula
  • 3 Tautan luar
  • 4 Pustaka

Sejarah

Guinea-Bissau dulu adalah bidang dari Kerajaan Kaabu, yang adalah bidang dari Kekaisaran Mali.Bidang dari kerajaan ini bertahan hingga masa zaman ke-18, sementara beberapa bidang lainnya adalah bidang dari Kekaisaran Portugal.[4] Guinea Portugal juga dikenal, dari aktivitas yang dipekerjakan ekonominya sebgai Pantai budak.

Laporan permulaan dari bangsa Eropa yang telah mencapai daerah ini termasuk bajak laut Venesia, Alvise Cadamosto pada tahun 1455,[5] pelayaran pada tahun 1479–1480 yang dipertontonkan oleh pedagang Flemish-Perancis, Eustache de la Fosse,[6] dan Diogo Cão yang mencapai Sungai Kongo pada tahun 1480-an dan mencapai tanah Bakongo.[7]

Lihat pula

  • Daftar negara-negara di dunia
  • Kudeta Guinea-Bissau 2012

Tautan luar

Pustaka


edunitas.com

Page 15

Urutan ke-147

1.548.159

48/km²

Kemerdekaan

 - Deklarasi

 - Dikenal

(dari Portugal)


24 September 1973
10 September 1974

PDB

 - Total (2012)

 - PDB/kapita

Urutan ke-112

$1.931 miliar

$1.222

Mata uangFranc CFAZona waktuUTCLagu kebangsaanEsta é a Nossa Pátria Bem AmadaTLD.gwKode telepon245

Guinea-Bissau, resmi Republik Guinea-Bissau /ˈɡɪni bɪˈs/ (bahasa Portugis: República da Guiné-Bissau, diucapkan [ʁeˈpublikɐ dɐ ɡiˈnɛ biˈsaw]), adalah suatu negara yang berada di Afrika Barat. Negara ini bersamaan batasnya dengan Senegal di utara dan Guinea di sebelah selatan dan timur, dan Samudera Atlantik di sebelah barat. Negara ini mencakup 36.125 km², dengan populasi sekitar 1.600.000 jiwa.

Guinea-Bissau dulu adalah anggota dari Kerajaan Kaabu, yang adalah anggota dari Kekaisaran Mali. Anggota dari kerajaan ini bertahan hingga masa zaman ke-18, sementara beberapa anggota lainnya adalah anggota dari Kekaisaran Portugal. Kesudahan Guinea-Bissau menjadi anggota dari koloni Portugal, Guinea Portugal pada masa zaman ke-19. Setelah kemerdekaan, dideklarasikan pada 1973 dan diakui pada 1974, nama ibu kotanya, Bissau, ditambahkan ke dalam nama negara untuk menghindari kekeliruan dengan negara Guinea.

Guinea-Bissau memiliki sejarah ketidakstabilan politik semenjak meraih kemerdekaannya dan tidak benar presiden terpilih yang sukses menyelesaikan letaknya selama lima tahun penuh. Pada malam 12 April 2012, para anggota militer negara ini terlibat dalam suatu kudeta dan menangkap presiden sementara dan yang akan menjadi presiden terdepan. Pihak militer masih belum mengumumkan pemimpin untuk negara ini.[1] Walaupun demikian, mantan Wakil Kepala Staf, Jenderal Mamadu Ture Kuruma telah ambil peduli akan nasib negara ini dalam masa transisi dan mulai bernegosiasi dengan pihak-pihak oposan.[2][3]

Hanya 14% dari populasi yang bercakap dalam bahasa resmi, Portugal. Biasanya populasi (44%) bercakap dalam bahasa Kriol, suatu Bahasa kreol berbasis Portugal, dan sisanya bercakap dalam bahasa Afrika. Agama utama adalah Agama tradisional Afrika dan Islam, dan Kristen (kebanyakan Katholik) adalah minoritas.

Pendapatan per kapita negara ini adalah salah satu yang terendah di dunia.

Guinea-Bissau adalah anggota dari Uni Afrika, Komunitas Ekonomi Negara Afrika Barat, Organisasi Kerjasama Islam, Uni Latin, Komunitas Negara Berbicara Portugal, La Francophonie, dan Zona Perdamaian dan Kerjasama Atlantik Selatan.

Daftar isi

  • 1 Sejarah
  • 2 Lihat pula
  • 3 Tautan luar
  • 4 Pustaka

Sejarah

Guinea-Bissau dulu adalah anggota dari Kerajaan Kaabu, yang adalah anggota dari Kekaisaran Mali.Anggota dari kerajaan ini bertahan hingga masa zaman ke-18, sementara beberapa anggota lainnya adalah anggota dari Kekaisaran Portugal.[4] Guinea Portugal juga dikenal, dari aktivitas yang dipekerjakan ekonominya sebgai Pantai budak.

Laporan awal dari bangsa Eropa yang telah mencapai daerah ini termasuk bajak laut Venesia, Alvise Cadamosto pada tahun 1455,[5] pelayaran pada tahun 1479–1480 yang dimainkan oleh pedagang Flemish-Perancis, Eustache de la Fosse,[6] dan Diogo Cão yang mencapai Sungai Kongo pada tahun 1480-an dan mencapai tanah Bakongo.[7]

Lihat pula

  • Daftar negara-negara di dunia
  • Kudeta Guinea-Bissau 2012

Tautan luar

Pustaka


edunitas.com

Page 16

Tags (tagged): equatorial guinea, unkris, da guin, equatorial, bendera motto unidad, paz justicia, spanyol, pdb kkb perkiraan, 2012 total, us, 19 286 miliar, per kapita, mini afrika wilayahnya, masih lebih, kecil, dari, situs resmi, negara afrika, negara, berdaulat afrika, center, of studies, leone, somalia sudan sudan, selatan swaziland, tanjung, verde equatorial guinea


Page 17

Tags (tagged): equatorial guinea, unkris, da guin, equatorial, bendera motto unidad, paz justicia, spanyol, pdb kkb perkiraan, 2012 total, us, 19 286 miliar, per kapita, mini afrika wilayahnya, masih lebih, kecil, dari, situs resmi, negara afrika, negara, berdaulat afrika, center, of studies, leone, somalia sudan sudan, selatan swaziland, tanjung, verde equatorial guinea


Page 18

Tags (tagged): guinea ekuatorial guinea, khatulistiwa, unkris, guinea, ekuatorial guinea khatulistiwa, ekuatorial, guinea khatulistiwa, da guin, equatorial, bendera motto unidad, paz justicia, spanyol, pdb kkb perkiraan, 2012 total, us, 19 286 miliar, per kapita, mini afrika wilayahnya, masih lebih, kecil, dari, situs resmi, negara afrika, negara, berdaulat afrika, pusat, ilmu pengetahuan, leone, somalia sudan sudan, selatan swaziland, tanjung, verde guinea ekuatorial, guinea ekuatorial


Page 19

Tags (tagged): guinea ekuatorial guinea, khatulistiwa, unkris, guinea, ekuatorial guinea khatulistiwa, ekuatorial, guinea khatulistiwa, da guin, equatorial, bendera motto unidad, paz justicia, spanyol, pdb kkb perkiraan, 2012 total, us, 19 286 miliar, per kapita, mini afrika wilayahnya, masih lebih, kecil, dari, situs resmi, negara afrika, negara, berdaulat afrika, pusat, ilmu pengetahuan, leone, somalia sudan sudan, selatan swaziland, tanjung, verde guinea ekuatorial, guinea ekuatorial


Page 20

Republik Guinea

République de Guinée

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli
Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli
Bendera
Motto: "Travail, Justice, Solidarité"
"Kerja, Keadilan, Kekompakan"
Lagu kebangsaan: Liberté
Kebebasan

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Ibu kota
(dan kota terbesar)
Conakry
Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli
9°31′LU 13°42′BT / 9,517°LU 13,7°BB / 9.517; -13.700
Bahasa resmi

  • Bahasa Perancis (resmi)
  • Bahasa Fula
  • Bahasa Maninka
  • Bahasa Susu

Kelompok etnik 

  • 40% Fula (Peuhl)
  • 30% Mandingo (Malinke)
  • 20% Susu (Soussou)
  • 10% lainnya

PemerintahanRepublik
 - PresidenAlpha Condé
 - Perdana MenteriMohamed Said Fofana
Kemerdekaan
 - dari Perancis2 Oktober 1958 
Luas
 - Total245,857 km2 (78th)
 - Perairan (%)tak berfaedah
Penduduk
 - Perkiraan Juli 200910.057.975[1] (81)
 - Sensus 19967.156.407 
 - Kepadatan40,9/km2 
PDB (KKB)Perkiraan 2011
 - Total$11,464 milyar[2] 
 - Per kapita$1.082[2] 
PDB (nominal)Perkiraan 2011
 - Total$5,212 milyar[2] 
 - Per kapita$492[2] 
Gini (1994)40,3
IPM (2010)0,340 (178)
Mata uangFranc Guinea (GNF)
Zona waktu(UTC+0)
Lajur kemudikanan
Ranah Internet.gn
Kode telepon+224

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Guinea

Guinea (ˈɡɪnea, secara resmi dikata Republik Guinea, bahasa Perancis: République de Guinée), yaitu sebuah negara di Afrika Barat. Sebelumnya dikenali sbg Guinea Prancis (bahasa Inggris: French Guinea), sekarang negeri ini kadang-kadang dikata Guinea-Conakry untuk membedakannya dengan tetangganya, Guinea-Bissau. Ibukota, pusat pemerintahan, dan kota terbesarnya yaitu Conakry.

Guinea memiliki luas 246.000 kilometer persegi (94.981 mil persegi). Wujudnya seperti bulan sabit, dan ketentuan yang tidak boleh dilampaui barat dan selatannya yaitu Samudera Atlantik. Guinea bertetanggaan dengan Sierra Leone, Liberia, dan Pantai Gading. Sungai Niger bermulai di Guinea dan terus sampai ke arah timur.

Guinea memiliki 24 suku etnis. Yang paling dominan yaitu suku-suku Fula, Mandinka, dan Susu.

Lihat pula

Rujukan

Pranala luar

  • (Inggris) Misi Permanen Guinea di PBB

edunitas.com


Page 21

Republik Guinea

République de Guinée

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli
Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli
Bendera
Motto: "Travail, Justice, Solidarité"
"Kerja, Keadilan, Kekompakan"
Lagu kebangsaan: Liberté
Kebebasan

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Ibu kota
(dan kota terbesar)
Conakry
Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli
9°31′LU 13°42′BT / 9,517°LU 13,7°BB / 9.517; -13.700
Bahasa resmi

  • Bahasa Perancis (resmi)
  • Bahasa Fula
  • Bahasa Maninka
  • Bahasa Susu

Kelompok etnik 

  • 40% Fula (Peuhl)
  • 30% Mandingo (Malinke)
  • 20% Susu (Soussou)
  • 10% lainnya

PemerintahanRepublik
 - PresidenAlpha Condé
 - Perdana MenteriMohamed Said Fofana
Kemerdekaan
 - dari Perancis2 Oktober 1958 
Luas
 - Total245,857 km2 (78th)
 - Perairan (%)tak berfaedah
Masyarakat
 - Perkiraan Juli 200910.057.975[1] (81)
 - Sensus 19967.156.407 
 - Kepadatan40,9/km2 
PDB (KKB)Perkiraan 2011
 - Total$11,464 milyar[2] 
 - Per kapita$1.082[2] 
PDB (nominal)Perkiraan 2011
 - Total$5,212 milyar[2] 
 - Per kapita$492[2] 
Gini (1994)40,3
IPM (2010)0,340 (178)
Mata uangFranc Guinea (GNF)
Zona waktu(UTC+0)
Lajur kemudikanan
Ranah Internet.gn
Kode telepon+224

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Guinea

Guinea (ˈɡɪnea, secara resmi dikata Republik Guinea, bahasa Perancis: République de Guinée), yaitu sebuah negara di Afrika Barat. Sebelumnya dikenali sbg Guinea Prancis (bahasa Inggris: French Guinea), sekarang negeri ini kadang-kadang dikata Guinea-Conakry bagi membedakannya dengan tetangganya, Guinea-Bissau. Ibukota, pusat pemerintahan, dan kota terbesarnya yaitu Conakry.

Guinea memiliki luas 246.000 kilometer persegi (94.981 mil persegi). Wujudnya seperti bulan sabit, dan ketentuan yang tidak boleh dilampaui barat dan selatannya yaitu Samudera Atlantik. Guinea bertetanggaan dengan Sierra Leone, Liberia, dan Pantai Gading. Sungai Niger bermulai di Guinea dan terus sampai ke arah timur.

Guinea memiliki 24 suku etnis. Yang paling dominan yaitu suku-suku Fula, Mandinka, dan Susu.

Lihat pula

Rujukan

Pranala luar

  • (Inggris) Misi Permanen Guinea di PBB

edunitas.com


Page 22

Republik Guinea

République de Guinée

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli
Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli
Bendera
Motto: "Travail, Justice, Solidarité"
"Kerja, Keadilan, Kekompakan"
Lagu kebangsaan: Liberté
Kebebasan

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Ibu kota
(dan kota terbesar)
Conakry
Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli
9°31′LU 13°42′BT / 9,517°LU 13,7°BB / 9.517; -13.700
Bahasa resmi

  • Bahasa Perancis (resmi)
  • Bahasa Fula
  • Bahasa Maninka
  • Bahasa Susu

Kelompok etnik 

  • 40% Fula (Peuhl)
  • 30% Mandingo (Malinke)
  • 20% Susu (Soussou)
  • 10% lainnya

PemerintahanRepublik
 - PresidenAlpha Condé
 - Perdana MenteriMohamed Said Fofana
Kemerdekaan
 - dari Perancis2 Oktober 1958 
Luas
 - Total245,857 km2 (78th)
 - Perairan (%)tak berfaedah
Masyarakat
 - Perkiraan Juli 200910.057.975[1] (81)
 - Sensus 19967.156.407 
 - Kepadatan40,9/km2 
PDB (KKB)Perkiraan 2011
 - Total$11,464 milyar[2] 
 - Per kapita$1.082[2] 
PDB (nominal)Perkiraan 2011
 - Total$5,212 milyar[2] 
 - Per kapita$492[2] 
Gini (1994)40,3
IPM (2010)0,340 (178)
Mata uangFranc Guinea (GNF)
Zona waktu(UTC+0)
Lajur kemudikanan
Ranah Internet.gn
Kode telepon+224

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Guinea

Guinea (ˈɡɪnea, secara resmi dikata Republik Guinea, bahasa Perancis: République de Guinée), yaitu sebuah negara di Afrika Barat. Sebelumnya dikenali sbg Guinea Prancis (bahasa Inggris: French Guinea), sekarang negeri ini kadang-kadang dikata Guinea-Conakry bagi membedakannya dengan tetangganya, Guinea-Bissau. Ibukota, pusat pemerintahan, dan kota terbesarnya yaitu Conakry.

Guinea memiliki luas 246.000 kilometer persegi (94.981 mil persegi). Wujudnya seperti bulan sabit, dan ketentuan yang tidak boleh dilampaui barat dan selatannya yaitu Samudera Atlantik. Guinea bertetanggaan dengan Sierra Leone, Liberia, dan Pantai Gading. Sungai Niger bermulai di Guinea dan terus sampai ke arah timur.

Guinea memiliki 24 suku etnis. Yang paling dominan yaitu suku-suku Fula, Mandinka, dan Susu.

Lihat pula

Rujukan

Pranala luar

  • (Inggris) Misi Permanen Guinea di PBB

edunitas.com


Page 23

Republik Guinea

République de Guinée

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli
Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli
Bendera
Motto: "Travail, Justice, Solidarité"
"Kerja, Keadilan, Kekompakan"
Lagu kebangsaan: Liberté
Kebebasan

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Ibu kota
(dan kota terbesar)
Conakry
Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli
9°31′LU 13°42′BT / 9,517°LU 13,7°BB / 9.517; -13.700
Bahasa resmi

  • Bahasa Perancis (resmi)
  • Bahasa Fula
  • Bahasa Maninka
  • Bahasa Susu

Kelompok etnik 

  • 40% Fula (Peuhl)
  • 30% Mandingo (Malinke)
  • 20% Susu (Soussou)
  • 10% lainnya

PemerintahanRepublik
 - PresidenAlpha Condé
 - Perdana MenteriMohamed Said Fofana
Kemerdekaan
 - dari Perancis2 Oktober 1958 
Luas
 - Total245,857 km2 (78th)
 - Perairan (%)tak berfaedah
Penduduk
 - Perkiraan Juli 200910.057.975[1] (81)
 - Sensus 19967.156.407 
 - Kepadatan40,9/km2 
PDB (KKB)Perkiraan 2011
 - Total$11,464 milyar[2] 
 - Per kapita$1.082[2] 
PDB (nominal)Perkiraan 2011
 - Total$5,212 milyar[2] 
 - Per kapita$492[2] 
Gini (1994)40,3
IPM (2010)0,340 (178)
Mata uangFranc Guinea (GNF)
Zona waktu(UTC+0)
Lajur kemudikanan
Ranah Internet.gn
Kode telepon+224

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Guinea

Guinea (ˈɡɪnea, secara resmi dikata Republik Guinea, bahasa Perancis: République de Guinée), yaitu sebuah negara di Afrika Barat. Sebelumnya dikenali sbg Guinea Prancis (bahasa Inggris: French Guinea), sekarang negeri ini kadang-kadang dikata Guinea-Conakry untuk membedakannya dengan tetangganya, Guinea-Bissau. Ibukota, pusat pemerintahan, dan kota terbesarnya yaitu Conakry.

Guinea memiliki luas 246.000 kilometer persegi (94.981 mil persegi). Wujudnya seperti bulan sabit, dan ketentuan yang tidak boleh dilampaui barat dan selatannya yaitu Samudera Atlantik. Guinea bertetanggaan dengan Sierra Leone, Liberia, dan Pantai Gading. Sungai Niger bermulai di Guinea dan terus sampai ke arah timur.

Guinea memiliki 24 suku etnis. Yang paling dominan yaitu suku-suku Fula, Mandinka, dan Susu.

Lihat pula

Rujukan

Pranala luar

  • (Inggris) Misi Permanen Guinea di PBB

edunitas.com


Page 24

Urutan ke-147

1.548.159

48/km²

Kemerdekaan

 - Deklarasi

 - Dikenal

(dari Portugal)


24 September 1973
10 September 1974

PDB

 - Total (2012)

 - PDB/kapita

Urutan ke-112

$1.931 miliar

$1.222

Mata uangFranc CFAZona waktuUTCLagu kebangsaanEsta é a Nossa Pátria Bem AmadaTLD.gwKode telepon245

Guinea-Bissau, resmi Republik Guinea-Bissau /ˈɡɪni bɪˈs/ (bahasa Portugis: República da Guiné-Bissau, diucapkan [ʁeˈpublikɐ dɐ ɡiˈnɛ biˈsaw]), adalah sebuah negara yang mempunyai di Afrika Barat. Negara ini berbatasan dengan Senegal di utara dan Guinea di sebelah selatan dan timur, dan Samudera Atlantik di sebelah barat. Negara ini meliputi 36.125 km², dengan populasi sekitar 1.600.000 jiwa.

Guinea-Bissau dahulu adalah bidang dari Kerajaan Kaabu, yang adalah bidang dari Kekaisaran Mali. Bidang dari kerajaan ini bertahan hingga zaman ke-18, sementara beberapa bidang lainnya adalah bidang dari Kekaisaran Portugal. Yang belakang sekali Guinea-Bissau dibuat bentuk sebagai bidang dari koloni Portugal, Guinea Portugal pada zaman ke-19. Setelah kemerdekaan, dideklarasikan pada 1973 dan diakui pada 1974, nama ibu kotanya, Bissau, ditambahkan ke dalam nama negara kepada menghindari kekeliruan dengan negara Guinea.

Guinea-Bissau memiliki sejarah ketidakstabilan politik sejak meraih kemerdekaannya dan tidak mempunyai presiden terpilih yang sukses mendudukkan posisinya selama lima tahun penuh. Pada malam 12 April 2012, para anggota militer negara ini terlibat dalam sebuah kudeta dan menangkap presiden sementara dan yang akan menjadi presiden terdepan. Pihak militer masih belum mengumumkan pemimpin bagi negara ini.[1] Meskipun demikian, mantan Wakil Kepala Staf, Jenderal Mamadu Ture Kuruma telah ambil peduli akan nasib negara ini dalam saat transisi dan mulai bernegosiasi dengan pihak-pihak oposan.[2][3]

Hanya 14% dari populasi yang bicara dalam bahasa resmi, Portugal. Kebanyakan populasi (44%) bicara dalam bahasa Kriol, sebuah Bahasa kreol berbasis Portugal, dan sisanya bicara dalam bahasa Afrika. Agama utama adalah Agama tradisional Afrika dan Islam, dan Kristen (kebanyakan Katholik) adalah minoritas.

Pendapatan per kapita negara ini adalah salah satu yang terendah di dunia.

Guinea-Bissau adalah anggota dari Uni Afrika, Komunitas Ekonomi Negara Afrika Barat, Organisasi Kerjasama Islam, Uni Latin, Komunitas Negara Berbicara Portugal, La Francophonie, dan Zona Perdamaian dan Kerjasama Atlantik Selatan.

Daftar konten

  • 1 Sejarah
  • 2 Lihat juga
  • 3 Pranala luar
  • 4 Referensi

Sejarah

Guinea-Bissau dahulu adalah bidang dari Kerajaan Kaabu, yang adalah bidang dari Kekaisaran Mali.Bidang dari kerajaan ini bertahan hingga zaman ke-18, sementara beberapa bidang lainnya adalah bidang dari Kekaisaran Portugal.[4] Guinea Portugal juga dikenal, dari keaktifan ekonominya sebgai Pantai budak.

Laporan permulaan dari bangsa Eropa yang telah mencapai kawasan ini termasuk bajak laut Venesia, Alvise Cadamosto pada tahun 1455,[5] pelayaran pada tahun 1479–1480 yang diterapkan oleh pedagang Flemish-Perancis, Eustache de la Fosse,[6] dan Diogo Cão yang mencapai Sungai Kongo pada tahun 1480-an dan mencapai tanah Bakongo.[7]

Lihat juga

  • Daftar negara-negara di dunia
  • Kudeta Guinea-Bissau 2012

Pranala luar

Referensi


edunitas.com

Page 25

Republik Guinea Khatulistiwa ialah satu-satunya negara di Afrika yang berbahasa Spanyol yang beberapa agung wilayahnya sedang diselimuti hutan belantara. Telah tersedia di Teluk Guinea, pantai barat Afrika, dengan negara tetangga, Gabon di selatan dan timur serta Kamerun di utara. Guinea Khatulistiwa termasuk negara mini di Afrika, wilayahnya sedang lebih kecil dari kabupaten Kampar di Riau.

Pembagian administratif

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Provinsi di Guinea Khatulistiwa

Wilayah Guinea Khatulistiwa dibagi kedalam 7 provinsi (ibukota provinsi telah tersedia di dalam kurung):

  1. Provinsi Annobón (San Antonio de Palé)
  2. Provinsi Bioko Norte (Malabo)
  3. Provinsi Bioko Sur (Luba)
  4. Provinsi Centro Sur (Evinayong)
  5. Provinsi Kié-Ntem (Ebebiyín)
  6. Litoral (Bata)
  7. Provinsi Wele-Nzas (Mongomo)

Lihat juga

Tautan luar


edunitas.com


Page 26

Republik Guinea Khatulistiwa ialah satu-satunya negara di Afrika yang berbahasa Spanyol yang beberapa agung wilayahnya sedang diselimuti hutan belantara. Telah tersedia di Teluk Guinea, pantai barat Afrika, dengan negara tetangga, Gabon di selatan dan timur serta Kamerun di utara. Guinea Khatulistiwa termasuk negara mini di Afrika, wilayahnya sedang lebih kecil dari kabupaten Kampar di Riau.

Pembagian administratif

Siapakah tokoh orang belanda yang memiliki nama lain multatuli

Provinsi di Guinea Khatulistiwa

Wilayah Guinea Khatulistiwa dibagi kedalam 7 provinsi (ibukota provinsi telah tersedia di dalam kurung):

  1. Provinsi Annobón (San Antonio de Palé)
  2. Provinsi Bioko Norte (Malabo)
  3. Provinsi Bioko Sur (Luba)
  4. Provinsi Centro Sur (Evinayong)
  5. Provinsi Kié-Ntem (Ebebiyín)
  6. Litoral (Bata)
  7. Provinsi Wele-Nzas (Mongomo)

Lihat juga

Pranala luar


edunitas.com