Secara garis besar yoga dapat dibagi menjadi berapa fase

YOGĀSANAS DALAM SUSASTRA HINDU

I.            Pengertian dan Hakikat Yogãsanas

Secara etimologi, kata “Yoga” berasal dari yuj, yang artinya menggabungkan atau hubungan, yakni hubungan yang harmonis dengan obyek Yoga. Dalam patanjali Yogasutra, yang di kutip oleh Tim Fia (2006:6), menguraikan bahwa: “Yogas citta vrtti nirodhah”, Artinya mengendalikan gerak-gerik pikiran atau cara untuk mengendalikan tingkah laku pikiran yang cendrung liar, bias, dan lekat terpesona oleh aneka ragam obyek (yang dihayalkan) memberi nikmat. Obyek keinginan yang dipikirkan memberi rasa nikmat itu lebih sering kita pandang ada di luar diri, maka kita selalu mencari. Bagi sang yogi inilah pangkal kemalangan manusia.

Selanjutnya Peter Rendel (1979: 14), menguraikan bahwa: “kata Yoga dalam kenyataan berarti kesatuan yang kemudian di dalam, bahasa Inggris disebut “Yoke”. Kata “Yogum” dalam bahasa Latinnya berasal dari kata Yoga yang disebut dengan ”Chongual”. Chongual berarti mengendalikan pangkal penyebab kemalangan manusia yang dapat mempengaruhi ”pikiran dan badan, atau rohani dan jasmani”. Kata Yoga diturunkan dari kata yuj (sansekerta), yoke (Inggris), yang berarti ‘penyatuan’ (union). Yoga berarti penyatuan kesadaran manusia dengan sesuatu yang lebih luhur, trasenden, lebih kekal, dan ilahi.

Menurut Panini, Yoga diturunkan dari akar sansekerta yuj yang memiliki tiga arti yang berbeda, yakni: penyerapan, Samadhi (yujyate) menghubungkan (yunakti), dan pengendalian (yojyanti). Namun makna kunci yang biasa dipakai adalah ‘meditasi’ (dhyana) dan penyatuan (yukti) Ali Matius (2010:2). Untuk pelaksanaan Yoga, agama banyak memberikan pilihan dan petunjuk-petunjuk melaksanakan Yoga yang baik dan benar. Hatha Yoga dapat melatih pikiran melalui latihan pernapasan dan meditasi guna membantu pikiran menjadi lebih jernih, meningkatkan konsentrasi, dan rileks sehingga dapat mengurangi ketegangan dan stres. Di dalam latihan Hatha Yoga, ada salah satu unsur bagiannya yang disebut Asanas. Asanas adalah latihan fisik atau olah tubuh dengan melakukan berbagai peregangan untuk melatih kekuatan tubuh dan sebagainya. Melalui Yoga, agama menuntun umatnya agar selalu dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Di samping berbagai petunjuk agama sebagai pedoman pelaksanaan Yoga, sesuatu yang baik berkembang di masyarakat hendaknya juga dapat dipedomani. Dengan demikian, maka pelaksanaan Yoga menjadi selalu eksis di sepanjang zaman.

Yoga merupakan jalan utama dari berbagai jalan untuk kesehatan pikiran dan badan agar selalu dalam keadaan seimbang. Keseimbangan kondisi rohani dan jasmani mengantarkan kita tidak mudah untuk diserang oleh penyakit. Yoga adalah suatu sistem yang sistematis mengolah rohani dan fisik guna mencapai ketenangan batin dan kesehatan fisik dengan melakukan latihan-latihan secara berkesinambungan. Yoga dapat diikuti oleh siapa saja untuk mewujudkan kesegaran rohani dan kebugaran jasmani. Dengan Yoga “Jiwan mukti” dapat diwujudkan. Untuk menyatukan badan dengan alam, dan menyatukan pikiran, yang disebut juga Jiwa dengan Roh yang disebut Tuhan Yang Maha Esa. Bersatunya Roh dengan sumbernya (Tuhan) disebut dengan “Moksha”.

Dalam pelaksanaan Yoga, yang perlu diperhatikan adalah gerak pikiran. Pikiran memiliki sifat gerak yang liar dan paling sulit untuk dikendalikan. Agar terfokus dalam melaksanakan Yoga, ada baiknya dipastikan bahwa pikiran dalam keadaan baik dan tenang. Secara umum Yoga dikatakan sebagai disiplin ilmu yang digunakan oleh manusia untuk membantu dirinya mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Kata “Yoga” berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “yuj” yang memiliki arti menghubungkan atau menyatukan, yang dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai meditasi atau mengheningkan cipta/pikiran, sehingga dapat dimaknai bahwa Yoga itu adalah menghubungkan atau penyatuan spirit individu (jivtman) dengan spirit universal (paramtman) melalui keheningan pikiran.

Ada beberapa pengertian tentang Yoga yang dimuat dalam buku Yogasutra, antara lain sebagai berikut:

1.      Yoga adalah ilmu yang mengajarkan tentang pengendalian pikiran dan badan untuk mencapai tujuan terakhir yang disebut dengan Samadhi.

2.      Yoga adalah pengendalian gelombang-gelombang pikiran dalam alam pikiran untuk dapat berhubungan dengan Sang Hyang Widhi Wasa.

3.      Yoga diartikan sebagai proses penyatuan diri dengan Sang Hyang Widhi Wasa secara terus-menerus (Yogascittavrttinirodhah)

Jadi, secara umum, Yoga dapat didefinisikan sebagai sebuah teknik yang memungkinkan seseorang untuk menyadari penyatuan antara roh manusia individu (atman/jiwatman) dengan Paramtman melalui keheningan pikiran kita.

II.            Sejarah Yoga dalam Ajaran Hindu

Bangsa yang besar adalah bangsa (masyarakatnya) yang menghargai menghormati pendahulunya dan sejarahnya. Kehadiran ajaran Yoga di kalangan umat Hindu sudah sangat populer, bahkan juga merambah masyarakat pada umumnya. Adapun orang suci yang membangun dan mengembangkan ajaran ini (Yoga) adalah Maharsi Patañjali. Ajaran Yoga dapat dikatakan sebagai anugrah yang luar biasa dari Maharsi Patañjali kepada siapa saja yang ingin melaksanakan hidup kerohanian. Bila Kitab Veda merupakan pengetahuan suci yang bersifat teoritis, maka Yoga adalah merupakan ilmu yang bersifat praktis dari-Nya. Ajaran Yoga merupakan bantuan kepada siapa saja yang ingin meningkatkan diri di bidang kerohanian.

Kitab yang berisikan tentang ajaran Yoga untuk pertama kalinya adalah Kitab Yogastra karya Maharsi Patañjali. Namun demikian, dinyatakan bahwa unsur-unsur ajarannya sudah ada jauh sebelum itu. Ajaran Yoga sesungguhnya sudah terdapat di dalam Kitab Sruti, Smrti, Itihsa, maupun Purna. Setelah buku Yogastra, berikutnya muncullah kitab-kitab Bhsya yang merupakan buku komentar terhadap karya Maharsi Patañjali, di antaranya adalah BhsyaNiti oleh Bhojaraja. Komentar-komentar itu menguraikan tentang ajaran Yoga karya Maharsi Patañjali yang berbentuk stra atau kalimat pendek dan padat. Sejak lebih dari 5.000 tahun yang lalu, Yoga telah diketahui sebagai salah satu alternative pengobatan melalui pernafasan. Awal mula munculnya Yoga diprakarsai oleh Maharsi Patañjali, dan menjadi ajaran yang diikuti banyak kalangan umat Hindu.

Maharsi Patañjali mengartikan kata “Yoga” sama-dengan Cittavrttinirodha yang bermakna penghentian gerak pikiran. Seluruh Kitab Yogasutra karya Maharsi Patañjali dikelompokkan atas 4 pada (bagian) yang terdiri dari 194 stra. Bagian-bagiannya antara lain:

a.      Samadhipda

Kitab ini menjelaskan tentang: sifat, tujuan, dan bentuk ajaran Yoga. Di dalamnya memuat tentang perubahan-perubahan pikiran dan tata cara melaksanakan Yoga.

b.      Shdhanapda

Kitab ini menjelaskan tentang pelaksanaan Yoga seperti tata cara mencapai Samadhi, tentang kedukaan, karmaphala, dan yang lainnya.

c.       Vibhtipda

Kitab ini menjelaskan tentang aspek sukma atau batiniah serta kekuatan gaib yang diperoleh dengan jalan Yoga.

d.      Kaivalyapda

Kitab ini menjelaskan tentang alam kelepasan dan kenyataan roh dalam mengatasi alam duniawi.

Ajaran Yoga termasuk dalam sastra Hindu diantaranya adalah Kitab Upanisad, Kitab Bhagavad Gita, Kitab Yogasutra, dan Hatta Yoga. Kitab weda merupakan sumber ilmu Yoga, yang atas karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa yang menyediakan berbagai metode untuk mencapai penerangan rohani. Metode-metode yang diajarkan itu disesuaikan dengan tingkat perkembangan rohani seseorang dan metode yang dimaksud dikenal dengan sebutan Yoga. Setiap orang memiliki watak (karakter), tingkat rohani, dan bakat yang berbeda. Dengan demikian, untuk meningkatkan perkembangan rohaninya masing-masing orang dapat memilih jalan rohani yang berbeda-beda. Tuhan Yang Maha Esa sebagai penyelamat dan maha kuasa selalu menuntun umatnya untuk berusaha mewujudkan keinginannya yang terbaik. Atas kuasa Tuhan Yang Maha Esa, manusia dapat menolong dirinya untuk melepaskan semua rintangan yang sedang dan yang mungkin dihadapinya. Dengan demikian maka terwujudlah tujuan utamanya, yakni sejahtera dan bahagia. Bersumberkan kitab-kitab tersebut di atas jenis Yoga yang baik untuk diikuti adalah:

a.      Hatha Yoga

Gerakan Yoga yang dilakukan dengan posisi fisik (Asana), teknik pernafasan (Pranayana) disertai dengan meditasi. Posisi tubuh tersebut dapat mengantarkan pikiran menjadi tenang, sehat, dan penuh vitalitas. Ajaran Hatha Yoga berpengaruh atas badan atau jasmani seseorang. Ajaran Hatha Yoga menggunakan disiplin jasmani sebagai alat untuk membangunkan kemampuan rohani seseorang. Sirkulasi pernafasan dikendalikan dengan sikap-sikap badan yang sulit. Sikap-sikap badan yang sulit dilatih supaya bagaikan seekor kuda yang dilatih agar dapat menurut perintah penunggangnya yang dalam hal ini penunggangnya adalah atman (roh).

b.      Mantra Yoga

Gerakan Yoga yang dilaksanakan dengan mengucapkan kalimat-kalimat suci melalui rasa kebaktian dan perhatian yang terkonsentrasi. Perhatian dikonsentrasikan agar tercapai kesucian hati untuk ‘mendengar’ suara kesunyian, sabda, ucapan Tuhan mengenai identitasnya. Pengucapan berbagai mantra dengan tepat membutuhkan suatu kajian ilmu pengetahuan yang mendalam. Namun biasanya banyak kebaktian hanya memakai satu jenis mantra saja.

c.       Laya Yoga atau Kundalini Yoga

Gerakan Yoga yang dilakukan dengan tujuan menundukkan pembangkitan daya kekuatan kreatif kundalini yang mengandung kerahasiaan dan latihan-latihan mental dan jasmani. Ajaran Laya Yoga menekankan pada kebangkitan masing-masing cakra yang dilalui oleh kundalini yang bergerak dari cakra dasar ke cakra mahkota serta bagaimana memanfaatkan karakteristik itu untuk tujuantujuan kemuliaan manusia.

d.      Bhakti Yoga

Gerakan Yoga yang memfokuskan diri untuk menuju hati. Diyakini bahwa jika seorang yogi berhasil menerapkan ajaran ini, maka dia dapat melihat kelebihan orang-lain dan tata cara untuk menghadapi sesuatu. Praktik ajaran bhakti Yoga ini juga membuat seorang yogi menjadi lebih welas asih dan menerima segala yang ada di sekitarnya. Karena dalam Yoga diajarkan untuk mencintai alam dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

e.       Raja Yoga

Gerakan Yoga yang menitikberatkan pada teknik meditasi dan kontemplasi. Ajaran Yoga ini nantinya mengarah pada tata cara penguasaan diri sekaligus menghargai diri sendiri dan sekitarnya. Ajaran Raja Yoga merupakan dasar dari Yoga sutra.

f.       Jnana Yoga

Gerakan Yoga yang menerapkan metode untuk meraih kebijaksanaan dan pengetahuan. Gerakan ajaran Jnana Yoga ini cenderung untuk menggabungkan antara kepandaian dan kebijaksanaan, sehingga nantinya mendapatkan hidup yang dapat menerima semua filosofi dan agama.

g.      Karma Yoga

Gerakan Yoga yang mempercayai adanya reinkarnasi. Melalui Karma Yoga, umat dibuat untuk menjadi tidak egois, karena yakin bahwa perilaku umat saat ini memungkinkan berpengaruh pada kehidupan yang mendatang. Ajaran Karma Yoga meliputi Yoga perbuatan atau berkarya, kewajiban demi tugas itu sendiri tanpa meginginkan buah hasilnya, seperti misalnya penghargaan karena mendapat sukses atau terkabulkannya suatu tujuan dan tanpa merasa menyesal kiranya bila tidak berhasil atau mengalami kegagalan.

Dalam ajaran agama Hindu selain diperkenalkan berbagai jenis gerakan Yoga tersebut di atas, ada yang disebutkan jenis Tantra Yoga. Ajaran Tantra Yoga ini sedikit berbeda dengan Yoga pada umumnya, bahkan ada yang menganggapnya mirip dengan ilmu sihir. Ajaran Tantra Yoga ini terdiri atas kebenaran dan hal-hal yang mistik (mantra) kekuatan dalam sebuah mantra. Ajaran Tantra Yoga bertujuan untuk dapat menghargai pelajaran dan pengalaman hidup umatnya. Oleh karenanya, ada baiknya kita mengenal dan dapat memanfaatkan ajaran Yogãsanas tersebut untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup dalam kehidupan ini.

III.            Mengenal dan Manfaat Ajaran Yogãsanas

Latihan dan gerakan Yoga menjadikan serta mengantarkan jasmani dan rohani umat sederhana, sejahtera, dan bahagia. Sepatutnya kita bersyukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugerahnya kita dapat mengenal dan belajar Yoga. Belajar tentang Yoga sangat bermanfaat untuk perkembangan jasmani dan rohani umat Hindu. Dengan memperaktikkan gerakan-gerakan Yoga, kebugaran jasmani dan kesegaran rohani umat dapat terwujud sebagaimana mestinya.

Pengajaran pengetahuan Yoga dinyatakan telah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu dalam tradisi Hindu. Pengetahuan kuno Yoga telah menguraikan kebenaran bahwa dalam keharmonisan tubuh dan pikiran, terletak rahasia kesehatan. Pengetahuan ini selalu menarik dan digemari oleh setiap generasi hingga dikembangkan dalam berbagai bentuknya. Yoga selain sebagai pengetahuan rohani, juga dapat memberikan latihan-latihan badan/Asanas. Asanas memungkinkan memperbaiki kesehatan banyak orang dan mencapai suatu kehidupan yang bersemangat. Melalui pembelajaran Yoga, seseorang secara bertahap dapat belajar menjaga pikiran dan tubuh dalam keseimbangan yang tentram pada semua keadaan dan mempertahankan ketenangan dalam situasi apapun.

Latihan-latihan Yoga Asanas dapat membangun dan menolong kepercayaan diri, mengatasi stress, mengembangkan konsentrasi, dan menambah kekuatan pikiran. Kekuatan pikiran adalah kunci untuk mengerti spiritual yang mendalam. Bila kita merasa sakit karena terjadi ketidakseimbangan di dalam tubuh, pikiran, atau hasil hormon yang tidak seimbang, latihan Yoga Asanas dapat banyak membantu menormalkannya. Gerakan-gerakan ajaran Yoga Asanas pada tingkat yang paling dasar kebanyakan meniru gerakan binatang ketika berusaha dapat sembuh dari sakit yang dideritanya. Dapat dikatakan hampir seluruh Asanas diberikan identitas sesuai nama-nama binatang.

Untuk dapat menetralisir ketegangan pikiran sebagai akibat dari bisingnya urusan keseharian yang semakin rumit, gerakan-gerakan Asanas perlu dikombinasikan dengan latihan-latihan pernafasan, konsentrasi, dan relaksasi. Dengan demikian, pikiran yang ruwet dapat dikembalikan ke dalam suasana yang normal. Setelah melalui latihan Asanas secara teratur, kita mampu menjadi tuan bagi tubuh kita sendiri, bebas dari gangguan sakit, awet muda, hidup rileks, penuh energi, bebas dari pengaruh emosional, menjadikan hidup ini selalu siap bekerja untuk kesejahteraan umat manusia. Manfaat latihan pernapasan (Yoga) menjadikan pernapasan lebih dalam dan pelan, paru-paru berkembangsampai pada kapasitas penuh. Akibatnya tubuh menerima oksigen dalam jumlah maksimal. Apabila gerakan-gerakan ajaran Yoga Asanas dapat dilakukan dengan benar dan tepat maka kelelahan menjadi hilang, dan orang merasa penuh tenaga dalam yang menyegarkan. Adapun manfaat ajaran Yoga dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu;

1.      Sebagai tujuan hidup yang tertinggi dan terakhir dalam ajaran Hindu yaitu terwujudnya Moksartham jagadhita ya ca iti Dharma.

2.      Untuk menjaga kesehatan, kebugaran jasmani dan kesegaran rohani dapat dilakukan melalui mempraktikkan berbagai macam gerakan Yoga Asanas.

Berikut ini dapat ditampilkan dalam bentuk kolom beberapa manfaat gerakan ajaran Yoga Asanas, antara lain:

No.

Jenis-jenis Yoga Asanas

Penjelasan Yoga Asanas

Manfaat Yoga Asanas

1

Padmāsana

Kedua kaki diluruskan ke depan, lalu tempatkan kaki kanan di atas paha kiri, kemudian kaki kiri di atas paha kanan. Kedua tangan boleh ditempatkan di lutut.

Dapat menopang tubuh dalam jangka waktu yang lama, hal ini disebabkan karena tubuh mulai dapat dikendalikan oleh pikiran.

2

Siddhāsana

Letakkan salah satu tumit di pantat, dan tumit yang lain dipangkal kemaluan. Kedua kaki diletakkan begitu rupa sehingga kedua ugel-ugel mengenai satu dengan yang lain.

Memberikan efek ketenangan pada seluruh jaringan saraf dan mengendalikan fungsi seksual.

3

Swastikāsana

Kedua kaki lurus ke depan kemudian lipat kaki dan taruh dekat otot paha kanan, bengkokkan kaki kanan dan dorong telapak kaki dalam ruang antara paha dengan otot betis.

Menghilangkan reumatik,

Menghilangkan penyakit empedu dan lendir dalam keadaan sehat, membersihkan dan menguatkan urat-urat kaki dan paha.

4

Sarvangāsana

Berbaring dengan punggung di atas selimut, angkat kedua kaki perlahan kemudian angkat tubuh bagian atas, pinggang, paha, dan kaki lurus ke atas. Punggung ditunjang oleh kedua tangan.

Memelihara kelenjar thyroid.

5

Halāsana

Posisi tubuh rebah dengan telapak tangan telungkup di samping badan. Kedua kaki rapat lalu diangkat ke atas dengan posisi lurus. Tubuh jangan bengkok. Kaki dan tubuh buat siku lebar. Turunkan kedua kaki melalui muka sampai jari kaki mengenai lantai. Paha dan kaki membentuk garis lurus.

Menguatkan urat dan otot tulang belakang dan susunan urat-urat di sisi kanan kiri tulang punggung.

6

Matsyāsana

Rebahkan diri di atas punggung, dengan kepala diletakkan pada kedua tangan yang disalipkan.

Membasmi bermacam penyakit seperti asma, paru-paru, bronchitis.

7

Paschimottanāsana

Duduk di lantai dengan kaki menjulur lurus, pegang jari kaki dengan tangan, tubuh dibengkokkan ke depan.

Membuat nafas berjalan di brahma nadi (sungsum) dan menyalakan api pencernaan, dan untuk mengurangi lemak diperut.

8

Mayurāsana

(Burung Merak)

Berlutut di atas lantai, jongkok di atas jari kaki, angkat tumit ke atas dengan kedua tangan berdekatan, dengan telapak tangan di atas lantai, ibu jari kedua tangan harus mengenai lantai dan harus berhadapan dengan kaki.

Menguatkan pencernaan, membetulkan salah pencernaan dan salah perut seperti kembung, juga murung hati dan limpa yang bekerja lemah akan baik kembali.

9

Ardha Matsyendrāsana

Letakkan tumit kiri di dekat lubang pantat dan di bawah kemaluan mengenai tempat di antara lubang pantat dan kemaluan. Belokkan lutut kanan dan letakkan ugel-ugel kanan di pangkal berdekatan dengan sambungan kiri, letakkan ketiak kiri di atas lutut kanan kemudian dorong sedikit ke belakang sehingga mengenai bagian belakang dari ketiak. Pegang lutut kiri dengan telapak tangan kiri perlahan punggung belokkan ke sisi dan putar sedapat mungkin ke kanan, gerakkan kepala ke kanan sehingga segaris dengan pundak kanan, ayunkan tangan kanan ke belakang, pegang paha kiri dengan tangan kanan, tulang punggung lurus.

Memperbaiki alat-alat pencernaan, memberi nafsu makan. Kundalini akan dibangunkan juga dan membuat candranadi mengalir tetap.

10

Salabhāsana

Rebahkan diri dengan telungkup, kedua tangan di sisi badan terlentang. Tangan diletakkan di bawah perut, hirup nafas seenaknya kemudian keluarkan perlahan. Keraskan seluruh badan dan angkat kaki ke atas ± 40 cm, dengan lurus, sehingga paha dan perut bawah dapat terangkat juga.

Menguatkan otot perut, paha, dan kaki, menyembuhkan penyakit perut dan usus juga penyakit limpa dan penyakit bungkuk dapat dikurangi.

11

Bhuyanggāsana

Merebahkan diri dengan telungkup, lemaskan otot, dan tenangkan hati, letakkan telapak tangan di lantai di bawah bahu dan siku, tubuh dan pusar sampai jari-jari kaki tetap di lantai, angkat kepala dan tubuh ke atas perlahan seperti cobra ke atas, bengkokkan tulang punggung ke atas.

Istimewa untuk wanita, dapat memberi banyak faedah, tempat anak dan kencing akan dikuatkan, menyembuhkan amenorhoea (datang bulan tidak cocok), dysmenorhoea (merasa sakit pada waktu datang bulan, leucorrhoea (sakit keputihan), dan macam penyakit lain di kantung kencing dan indung telor dan peranakan.

12

Dhanurāsana

Rebahkan diri dengan dada dan muka di bawah, kedua tangan diletakkan di sisi, kedua kaki ditekuk ke belakang, naikkan tangan kebelakang dan pegang ugel-ugel, angkat dada dan kepala ke atas, dan kaki kaku dan luruskan, tahan nafas dan keluarkan nafas perlahan.

Menghilangkan sakit bungkuk, reumatik lebarkan dada, tangan di kaki, lutut, dan tangan. Mengurangi kegemukan, dan melancarkan peredaran darah.

13

Gomukhāsana

Tumit kaki kiri diletakkan di bawah pantat kiri, kaki kanan diletakkan sedemikian rupa, sehingga lutut kanan berada di atas lutut kiri dan telapak kaki kanan ada di sebelah paha kiri berdekatan.

Menghilangkan reumatik di kaki, ambein, sakit kaki dan paha, menghilangkan susah BAB (ke belakang).

14

Trikonāsana

Berdiri tegak, kedua kaki terpisah, ± 65 - 70 cm, kemudian luruskan tangan dengan lebar, segaris dengan pundak, tangan sejajar dengan lantai.

Menguatkan urat-urat tulang punggung dan alat-alat di perut, menguatkan gerak usus dan menambah nafsu makan.

15

Baddha Padmāsana

Duduk dengan sikap Padmasana, tumit mengenai perut, tangan kanan ke belakang memegang ibu jari kanan, begitu juga tangan kiri. Tekan dagu ke dada, lihat pada ujung hidung dan bernafas pelan-pelan.

Asana ini bukan untuk bermeditasi tetapi untuk memperkuat kesehatan dan menguatkan badan. Dapat menyembuhkan lever, uluhati, usus.

16

Padahasthāsana

Berdiri tegak, tangan digantung di sebelah badan, kedua tumit harus rapat tapi jari harus terpisah, angkat tangan kedua-duanya ke atas kepala. Perlahan bengkokkan badan ke bawah, jangan bengkokkan siku lalu pegang jari kaki dengan ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah.

Menghilangkan hawa nafsu, tamas, menghilangkan lemak.

17

Matsyendrāsana

Duduk dengan kaki menjulur, letakkan kaki kiri di atas pangkal paha kanan dan letakkan tumit kaki kiri di pusar. Kaki kanan letakkan di lantai di pinggir lutut kiri. Tangan kiri melalui lutut kanan di luarnya memegang jari kaki kanan dengan ibu jari, telunjuk, dan jari tengah lalu tekankan pada lutut kanan dan kiri.

Menghilangkan reumatik, menguatkan prana shakti (gaya batin) dan menyembuhkan banyak penyakit.

18

Chakrāsana

Berdiri dengan tangan diangkat ke atas, perlahan-lahan turunkan ke belakang dengan membengkokkan tulang punggung.

Melatih kegesitan, tangkas, segala pekerjaan akan dilaksanakan dengan cepat.

19

Savāsana

Tidur terlentang, tangan lurus di samping badan, luruskan kaki dan tumit berdekatan. Tutup mata bernafas perlahan, lemaskan semua otot.

Memberikan istirahat pada badan, pikiran, dan sukma.

20

Janusirāsana

Letakan tumit kiri di antara lubang pantat dan kemaluan, dan tekanlah tempat itu. Kaki kanan menjulur dengan lurus. Pegang jari kaki kanan dengan dua tangan.

Menambah semangat dan menolong pencernaan. Asana ini menggiatkan surya chakra.

21

Garbhāsana

Kedua tangan di antara paha dan betis, keluarkan kedua siku lalu pegang telinga kanan dengan tangan kanan dan sebaliknya.

Menguatkan otot perut dan membakar lemak di seputar perut

22

Kukutāsana

Lebih dulu membuat padmasana. Masukan tangan satu persatu dalam betis hingga sampai kira-kira di siku, telapak tangan diletakkan di lantai dengan jari terbuka ke depan, angkat badan ke atas salib kaki kirakira sampai di siku.

Menguatkan otot-otot, dada dan pundak.

IV.            Yogãsana dan Etika

Yoga Asana adalah gerakan Yoga yang berhubungan dengan posisi tubuh. Perpaduan antara gerakan kelenturan, gerakan memutar dan keseimbangan tersebut membantu kita untuk membedakannya dengan jenis praktik Yoga yang lainnya. Yoga Asana mengutamakan postur tubuh, terpusat pada pernapasan (breathing) dan konsentrasi pada gerakan pikiran (mind). Yoga menyelaraskan tubuh fisik, pikiran dan jiwa. Pada tubuh fisik Yoga memberi efek kesehatan, keseimbangan, kekuatan dan vitalitas. Pada pikiran, Yoga meningkatkan daya ingat, konsentrasi, menajamkan tingkat intelektual, menyeimbangkan emosi sehingga membuat hidup lebih kaya dan bahagia. Pada jiwa, Yoga membawa kesadaran, kebebasan dan pencerahan. Yoga adalah sebuah filosofi tentang kehidupan yang dapat dicapai melalui latihan olah tubuh, napas dan meditasi berdasarkan delapan tahapan kehidupan seperti Yama (ajaran tentang moral), Niyama (disiplin), Asana (postur), Pranayama (pengontrolan napas dengan teratur), Pratyahara (pelajaran tentang rasa), Dharana (konsentrasi), Dhyana (meditasi) dan Samadhi (pencapaian kesadaran tertinggi dari meditasi), yang dapat membentuk kita menjadi manusia yang sejahtera, damai, dan bahagia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan Yoga: sebagai meditasi atau mengheningkan cipta/pikiran, sehingga dapat dimaknai bahwa Yoga itu adalah meghubungkan atau penyatuan spirit individu (jivatman) dengan spirit universal (paramatman) melalui keheningan pikiran. BerYoga berarti mengendalikan pangkal penyebab kemalangan manusia yang dapat mempengaruhi pikiran dan badan atau rohani dan jasmani. Yoga adalah ilmu tentang kemanusiaan, berurusan dengan semua aspek manusia secara lengkap dari fisik, psikologis, intelektual dan emosional. Jika berlatih dengan dedikasi, Yoga memiliki kemampuan untuk memunculkan kualitas positif dan mengurangi kekurangan kita.  Berdasarkan pengetahuan tentang anatomi, fisiologi, kesadaran dan hati nurani, Yoga adalah ilmu yang mampu mengintegrasikan tubuh, pikiran, napas, dan kesadaran, untuk memahami kebutuhan yang sesungguhnya dari setiap orang dan berurusan dengan setiap aspek kesehatan dan kesejahteraan dari luar ke inti sesungguhnya.

Bila kita mengenal Karate atau Kungfu sebagai suatu teknik untuk membela diri, maka Yoga merupakan suatu teknik untuk mengenal diri. Siapa yang mengenal dirinya, maka dia mengenal Tuhannya. Perlu ditegaskan lagi, bahwa Yoga adalah suatu sadhana (latihan yang bersifat spiritual). Yoga tidak sekedar senam atau latihan kanuragan. Ini perlu dijelaskan karena bagi masyarakat Indonesia, Yoga sering kali disalahartikan sebagai akrobat atau semacam praktik-praktik klenik, dan lain sebagainya. Sebagaimana ilmu bela diri, berlatih Yoga juga membutuhkan disiplin yang penting diperhitungkan. Tidak ada dispensasi untuk memperpendek jalan. Namun, untuk berlatih Yoga tidak ada istilah terlambat untuk memulai. Apakah seorang anak, orang tua, wanita, pria, cacat, sehat, terpelajar, buta huruf, dengan kesungguhan hati semuanya dapat berlatih Yoga.

Berbagai aliran Yoga telah diperkenalkan hampir di seluruh dunia. Namun ada satu aliran yang selama ini patut kita tekuni yaitu Hatha Yoga. Praktik Hatha Yoga dapat membuat keseimbangan pada diri setiap orang. Hatha Yoga, secara fisik dapat membantu meningkatkan kinerja seluruh bagian tubuh, dari darah, hormon, kelenjar hingga tulang dan juga semua sistem yang ada di dalam tubuh yang membantu meningkatkan kesehatan. Sedangkan secara mental/rohani, Hatha Yoga dapat melatih pikiran melalui latihan pernapasan dan meditasi guna membantu pikiran menjadi lebih jernih, meningkatkan konsentrasi, dan rileks sehingga dapat mengurangi ketegangan dan stres. Di dalam latihan Hatha Yoga ada salah satu unsur bagiannya yang disebut Asanas. Asanas adalah latihan fisik atau olah tubuh dengan melakukan berbagai peregangan untuk melatih kekuatan tubuh dan sebagainya. Untuk seseorang yang sudah terbiasa berlatih Yoga sebelumnya melakukan hal semacam ini (Asanas) sudah menjadi kebiasaannya. Namun demikian di antara kita yang kebanyakan baru mau melaksanakannya, banyak hal yang masih perlu diketahui dan dipelajari terutama yang berhubungan dengan makna melakukan Yoga dan Asanas pada khususnya.

Mempraktikkan dan berlatih Yoga Asanas sesungguhnya adalah dapat mengantarkan kita menjernihkan pikiran/pengertian, menjadikan tubuh/badan bugar/sehat, dan akhirnya terwujud hidup dan kehidupan yang sejahtera dan bahagia. Latihan Yoga itu sangatlah pribadi (personal), lamanya melakukan postur atau Asanas dan pemilihan program sebaiknya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan individu itu sendiri. Durasi waktu dalam berlatih Yoga juga semestinya bertahap, dan secara pelan-pelan ditingkatkan sesuai dengan kekuatan tubuh praktisinya. Biasanya untuk praktisi Yoga pemula ada baiknya beristirahat dalam setiap Asana sekitar 30 detik, dan bisa ditingkatkan menjadi 1-2 menit. Praktik Yoga Asanas bila dilakukan dengan sungguh-sungguh, benar, dan tepat melalui gerak dan pernapasan atau Pranayama, maka tubuh juga dapat berkeringat tetapi tubuh dan pikiran merasa menjadi ringan. Yang perlu diingat adalah berlatih Yoga tidak harus diakhiri dengan kelelahan. Sesuai dengan namanya ‘Hatha’ memanaskan dan juga mendinginkan atau menenangkan.

Berbicara tentang Yoga sebenarnya sama dengan kita menapak suatu jalan yang sangat panjang, secara garis besar Yoga itu dibagi menjadi empat fase, antara lain:

1.      Bhakti Yoga: berpangkal pada rasa cinta kasih. Jalan Bhakti Yoga menekankan para pengikut ajaran bhakti memuja Ida Sang Hyang Widhi dengan tulus ikhlas dan bersahabat dengan sesama ciptaan-Nya dengan rasa cinta kasih yang mendalam.

2.      Karma Yoga: berpangkal pada karma/kerja. Jalan kerja tanpa pamrih inilah inti dari Karma Yoga.

3.      Jnana Yoga: berpangkal pada logika dan atau pengetahuan. Bila kita ingin mengembangkan diri meningkatkan anugerah Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi yang dimiliki oleh manusia berupa pikiran dan kecerdasan harus selalu belajar. Jnana Yoga menekankan pada pengetahuan yang suci dan yang bermanfaat untuk hidup dan kehidupan ini.

4.      Raja Yoga: berpangkal pada pengendalian diri dan konsentrasi. Manusia juga terlahir membawa sifat-sifat marah, keinginan, iri hati, mabuk, bingung dan loba. Ke-enam unsur ini (sad ripu) dapat mengacaukan sistem kerja manusia. Panca Indra, sex, dan pikiran manusia yang tak terkendali seringkali bisa menjadi tembok penghalang kesuksesannya.

Secara umum, konsep etika dalam Yoga termasuk dalam latihan yama dan niyama, yaitu disiplin moral dan disiplin diri. Aturan-aturan yang ada dalam yama dan niyama, juga berfungsi sebagai kontrol sosial dalam mengatur moral manusia. Dalam buku Tattwa Darsana, menjelaskan bahwa etika dalam Yoga adalah sebagai berikut; dalam Samadhi, seorang Yogi memasuki ketenangan tertinggi yang tidak tersentuh oleh suara-suara yang tak henti-hentinya, yang berasal dari luar dan pikiran kehilangan fungsinya, di mana indera-indera terserap ke dalam pikiran. Apabila semua perubahan pikiran terkendalikan, si pengamat atau Purusa, terhenti dalam dirinya sendiri. Keadaan semacam ini di dalam Yoga-Sutra Patanjali disebut sebagai Svarupa Avasthanam (kedudukan dalam diri seseorang yang sesungguhnya).

Dalam filsafat Yoga, dijelaskan bahwa Yoga berarti penghentian kegoncangan-kegoncangan pikiran. Ada lima keadaan pikiran itu. Keadaaan pikiran itu dipengaruhi oleh intensitas sattwa, rajas dan tamas. Kelima keadaaan pikiran itu adalah:

1.      Ksipta artinya tidak diam-diam. Dalam keadaan pikiran itu diombang-ambingkan oleh rajas dan tamas, dan ditarik-tarik oleh objek indriya dan sarana-sarana untuk mencapainya, pikiran melompat-lompat dari satu objek ke objek yang lain tanpa terhenti pada satu objek.

2.      Mudha artinya lamban dan malas. Gerak lamban dan malas ini disebabkan oleh pengaruh tamas yang menguasai alam pikiran. Akibatnya orang yang alam pikirannya demikian cenderung bodoh, senang tidur dan sebagainya.

3.       Wiksipta artinya bingung, kacau. Hal ini disebabkan oleh pengaruh rajas. Karena pengaruh ini, pikiran mampu mewujudkan semua objek dan mengarahkannya pada kebajikan, pengetahuan, dan sebagainya. Ini merupakan tahap pemusatan pikiran pada suatu objek, namun sifatnya sementara, sebab akan disusul lagi oleh kekuatan pikiran.

4.      Ekarga artinya terpusat. Di sini, Citta terhapus dari cemarnya rajas sehingga sattva-lah yang menguasai pikiran. Ini merupakan awal pemusatan pikiran pada suatu objek yang memungkinkan ia mengetahui alamnya yang sejati sebagai persiapan untuk menghentikan perubahan-perubahan pikiran.

5.      Niruddha artinya terkendali. Dalam tahap ini, berhentilah semua kegiatan pikiran, hanya ketenanganlah yang ada. Ekagra dan Niruddha merupakan persiapan dan bantuan untuk mencapai tujuan akhir, yaitu kelepasan. Ekagra bila dapat berlangsung terus-menerus, maka disebut samprajna-Yoga atau meditasi yang dalam, yang padanya ada perenungan kesadaran akan suatu objek yang terang. Tingkatan Niruddha juga disebut asaniprajnata-Yoga, karena semua perubahan dan kegoncangan pikiran terhenti, tiada satu pun diketahui oleh pikiran lagi. Dalam keadaan demikian, tidak ada riak-riak gelombang kecil sekali pun dalam permukaan alam pikiran atau Citta itu. Inilah yang dinamakan orang Samadhi Yoga. Ada empat macam samparJnana-Yoga menurut jenis objek renungannya. Keempat jenis itu adalah:

a.      Sawitarka ialah apabila pikiran dipusatkan pada suatu objek benda kasar seperti arca dewa atau dewi.

b.      Sawicara ialah bila pikiran dipusatkan pada objek yang halus yang tidak nyata seperti tanmantra.

c.       Sananda ialah bila pikiran dipusatkan pada suatu objek yang halus seperti rasa indriya.

d.      Sasmita ialah bila pikiran dipusatkan pada asmita, yaitu anasir rasa aku yang biasanya roh menyamakan dirinya dengan ini.

Dengan tahapan-tahapan pemusatan pikiran seperti yang disebut di atas, maka ia akan mengalami bermacam-macam phenomena alam, objek dengan atau tanpa jasmani yang meninggalkannya satu persatu hingga akhirnya Citta meninggalkannya sama sekali dan seseorang mencapai tingkat asamprajnata dalam Yoganya. Untuk mencapai tingkat ini orang harus melaksanakan praktik Yoga dengan cermat dan dalam waktu yang lama melalui tahap-tahap yang disebut Astangga Yoga. Berikut ini adalah Sistematika Astangga Yoga dalam bentuk diagram:

No.

Astangga Yoga

Jenis Tahapannya

Etika Yoga

1

Yama

Ahimsa

Hantha Yoga

Satya

Asteya

Brahmacharya

Aparigraha

2

Niyama

Sauca

Hantha Yoga

Sentosa

Tapa

Kriya Yoga

Svadhayaya

Isvara-pranidhana

3

Asana

4

Pranayama

Prana

Apana

Samana

Udana

Vyana

5

Pratyahara

6

Dharana

Samyana

7

Dhyana

8

Samadhi

Dalam melaksanakan Yoga ada tahap-tahap yang harus ditempuh yang disebut dengan Astangga Yoga. Astangga Yoga adalah delapan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan Yoga. Adapun bagian-bagian dari Astangga Yoga yaitu Yama (pengendalian diri unsur jasmani), Nyama (pengendalian diri unsur-unsur rohani), Asana (sikap tubuh), Pranayama (latihan pernafasan), Pratyahara (menarik semua indrinya kedalam), Dharana (telah memutuskan untuk memusatkan diri dengan Tuhan), Dhyana (mulai meditasi dan merenungkan diri serta nama Sang Hyang Widhi Wasa), dan Samadhi (telah mendekatkan diri, menyatu atau kesendirian yang sempurna atau merealisasikan diri). Berikut dapat disebutkan bagian-bagian dari Astangga Yoga yang patut dijadikan landasan hidup beretika dalam keseharian, antara lain:

1.      Yama (Panca Yama Brata)

Panca yama Brata adalah lima pengendalian diri tingkat jasmani yang harus dilakukan tanpa kecuali. Gagal melakukan pantangan dasar ini, maka seseorang tidak akan pernah bisa mencapai tingkatan berikutnya. Penjabaran kelima Yama Bratha ini diuraikan dengan jelas dalam Patanjali Yoga Stra II.35 – 39.

a.      Ahimsa atau tanpa kekerasan. Jangan melukai makhluk lain manapun dalam pikiran, perbuatan atau perkataan. (Patanjali Yoga Stra II.35)

b.      Satya atau kejujuran/kebenaran dalam pikiran, perkataan dan perbuatan, atau pantangan akan kecurangan, penipuan dan kepalsuan. (Patanjali Yoga Stra II.36)

c.       Astya atau pantang menginginkan segala sesuatu yang bukan miliknya sendiri. Atau dengan kata lain pantang melakukan pencurian baik hanya dalam pikiran, perkataan apa lagi dalam perbuatan. (Patanjali Yoga Stra II.37)

d.      Brahmacarya atau berpantang kenikmatan seksual. (Patanjali Yoga Stra II.38)

e.       Aparigraha atau pantang akan kemewahan; seorang praktisi Yoga (Yogi) harus hidup sederhana. (Patanjali Yoga Stra II.38).

2.      Niyama (Panca Niyama Bratha)

Panca Nyama Brata adalah lima jenis penengendalian diri tingkat rohani dan sebagai penyokong dari pantangan dasar sebelumnya diuraikan dalam Patanjali Yoga Stra II.40-45.

a.      Sauca, kebersihan lahir batin. Lambat laun seseorang yang menekuni prinsip ini akan mulai mengesampingkan kontak fisik dengan badan orang lain dan membunuh nafsu yang mengakibatkan kekotoran dari kontak fisik tersebut (Patanjali Yoga Stra II.40). Sauca juga menganjurkan kebajikan Sattvasuddi atau pembersihan kecerdasan untuk membedakan:

1.      Saumanasya atau keriangan hati,

2.      Ekagrata atau pemusatan pikiran,

3.      Indriajaya atau pengawsan nafsu-nafsu,

4.      Atmadarsana atau realisasi diri (Patanjali Yoga Stra II.41).

b.      Santosa atau kepuasan. Hal ini dapat membawa praktisi Yoga ke dalam kesenangan yang tidak terkatakan. Dikatakan dalam kepuasan terdapat tingkat kesenangan transendental (Patanjali Yoga Stra II.42).

c.       Tapa atau mengekang. Melalui pantangan tubuh dan pikiran akan menjadi kuat dan terbebas dari noda dalam aspek spiritual (Patanjali Yoga Stra II.43).

d.      Svadhyaya atau mempelajari kitab-kitab suci, melakukan japa (pengulangan pengucapan nama-nama suci Tuhan) dan penilaian diri sehingga memudahkan tercapainya “istadevata-sampra Yogah, persatuan dengan apa yang dicita-citakannya (Patanjali Yoga Stra II.44).

e.       Isvarapranidhana atau penyerahan dan pengabdian kepada Sang Hyang Widhi yang akan mengantarkan seseorang kepada tingkatan Samadhi (Patanjali Yoga Stra II.45).

Dengan menempuh jalan kebaikan bukan berarti seseorang dengan sendirinya dilindungi terhadap kesalahan yang bertentangan. Jangan menyakiti orang lain belum tentu berarti perlakukan orang lain dengan baik. Kita harus melakukan keduanya, tidak menyakiti orang lain dan sekaligus melakukan keramah-tamahan.

3.      Asana

Asana adalah sikap duduk pada waktu melaksanakan Yoga. Buku Yogasutra tidak mengharuskan sikap duduk tertentu, tetapi menyerahkan sepenuhnya kepada siswa sikap duduk yang paling disenangi dan relaks, asalkan dapat menguatkan konsentrasi dan pikiran dan tidak terganggu karena badan merasakan sakit akibat sikap duduk yang dipaksakan. Selain itu sikap duduk yang dipilih agar dapat berlangsung lama, serta mampu mengendalikan sistem saraf sehingga terhindar dari goncangan-goncangan pikiran. Sikap duduk yang rileks antara lain: silasana (bersila) bagi laki-laki dan bajrasana (bersimpuh, menduduki tumit) bagi wanita, dengan punggung yang lurus dan tangan berada diatas kedua paha, telapak tangan menghadap ke atas.

4.      Pranayama

Pranayama adalah pengaturan nafas keluar masuk paru-paru melalui lubang hidung dengan tujuan menyebarkan prana (energi) keseluruh tubuh. Pada saat manusia menarik nafas mengeluarkan suara So, dan saat mengeluarkan nafas berbunyi Ham. Dalam bahasa Sansekerta So berarti energi kosmik, dan Ham berarti diri sendiri (saya). Ini berarti setiap detik manusia mengingat diri dan energi kosmik. Pranayama terdiri dari: Puraka yaitu memasukkan nafas, Kumbhaka yaitu menahan nafas, dan Recaka yaitu mengeluarkan nafas. Puraka, kumbhaka dan recaka dilaksanakan pelan-pelan bertahap masing-masing dalam tujuh detik. Hitungan tujuh detik ini dimaksudkan untuk menguatkan kedudukan ketujuh cakra yang ada dalam tubuh manusia yaitu: muladhara yang terletak di pangkal tulang punggung di antara dubur dan kemaluan, svadishthana yang terletak di atas kemaluan, manipura yang terletak di pusar, anahata yang terletak di jantung, vishuddha yang terletak di leher, ajna yang terletak di tengah-tengah kedua mata, dan sahasrara yang terletak di ubun-ubun.

5.      Pratyahara

Pratyahara adalah penguasaan panca indria oleh pikiran sehingga apapun yang diterima panca indria melalui syaraf ke otak tidak mempengaruhi pikiran. Panca indria adalah: pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah dan rasa kulit. Pada umumnya indria menimbulkan nafsu kenikmatan setelah mempengaruhi pikiran. Yoga bertujuan memutuskan mata rantai olah pikiran dari rangsangan syaraf ke keinginan (nafsu), sehingga Citta menjadi murni dan bebas dari goncangan-goncangan. Jadi, Yoga tidak bertujuan mematikan kemampuan indria. Untuk jelasnya mari kita kutip pernyatan dari Maharsi Patanjali sebagai berikut:

“Swa Viyasa AsampraYoga,

Cittayasa Svarupa Anukara,

Iva Indrayanam Pratyaharah,

tatah Parana Vasyata Indriyanam”.

Terjemahannya:

Pratyahara terdiri dari pelepasan alat-alat indria dan nafsunya masing-masing, serta menyesuaikan alat-alat indria dengan bentuk Citta (budi) yang murni. Makna yang lebih luas sebagai berikut: Pratyahara hendaknya dimohonkan kepada Sang Hyang Widhi dengan konsentrasi yang penuh agar mata rantai olah pikiran ke nafsu terputus.

a.      Dharana

Dharana artinya mengendalikan pikiran agar terpusat pada suatu objek konsentrasi. Objek itu dapat berada dalam tubuh kita sendiri, misalnya “selaning lelata” (sela-sela alis) yang dalam keyakinan Sivaism disebut sebagai “Trinetra” atau mata ketiga Siwa. Dapat pula pada “tungtunging panon” atau ujung (puncak) hidung sebagai objek pandang terdekat dari mata. Para Sulinggih (Pendeta) di Bali banyak yang menggunakan ubun-ubun (sahasrara) sebagai objek karena di saat “ngili atma” di ubun-ubun dibayangkan adanya padma berdaun seribu dengan mahkotanya berupa atman yang bersinar “spatika” yaitu berkilau bagaikan mutiara. Objek lain di luar tubuh manusia misalnya bintang, bulan, matahari, dan gunung. Penggunaan bintang sebagai objek akan membantu para yogi menguatkan pendirian dan keyakinan pada ajaran Dharma, jika bulan yang digunakan membawa ke arah kedamaian batin, matahari untuk kekuatan fisik, dan gunung untuk kesejahteraan. Objek di luar badan yang lain misalnya patung dan gambar dari dewa-dewi, guru spiritual. yang bermanfaat bagi terserapnya vibrasi kesucian dari objek yang ditokohkan itu. Kemampuan pengikut Yoga melaksanakan Dharana dengan baik dapat memudahkan yang bersangkutan mencapai Dhyana dan Samadhi.

b.      Dhyana

Dhyana adalah suatu keadaan di mana arus pikiran tertuju tanpa putus-putus pada objek yang disebutkan dalam Dharana itu, tanpa tergoyahkan oleh objek atau gangguan atau godaan lain baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Gangguan atau godaan yang nyata dirasakan oleh Panca Indria baik melaluipendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah maupun rasa kulit. Gangguan atau godaan yang tidak nyata adalah dari pikiran sendiri yang menyimpang dari sasaran objek Dharana. Tujuan Dhyana adalah aliran pikiran yang terus menerus kepada Sang Hyang Widhi melalui objek Dharana, lebih jelasnya Yogasutra Maharsi Patanjali menyatakan: “Tantra Pradyaya Ekatana Dhyanam” terjemahannya; Arus buddhi (pikiran) yang tiada putus-putusnya menuju tujuan (Sang Hyang Widhi). Kaitan antara Pranayama, Pratyahara dan Dhyana sangat kuat, dinyatakan oleh Maharsi Yajanawalkya sebagai berikut: ”Pranayamair Dahed Dosan, Dharanbhisca Kilbisan, Pratyaharasca Sansargan, Dhyanena Asnan Gunan”: Artinya: Dengan Pranayama terbuanglah kotoran badan dan kotoran buddhi, dengan Pratyahara terbuanglah kotoran ikatan (pada objek keduniawian), dan dengan Dhyana dihilangkanlah segala apa (hambatan) yang berada di antara manusia dan Sang Hyang Widhi.

c.       Samadhi

Samadhi adalah tingkatan tertinggi dari Astangga Yoga, yang dibagi dalam dua keadaan yaitu:

a.      Samprajnatta Samadhi atau Sabija Samadhi, adalah keadaan di mana yogi masih mempunyai kesadaran.

b.      Asamprajnata-Samadhi atau Nirbija-Samadhi, adalah keadaan di mana yogi sudah tidak sadar dengan diri dan lingkungannya, karena batinnya penuh diresapi oleh kebahagiaan tiada tara, diresapi oleh cinta kasih Sang Hyang Widhi. Baik dalam keadaan Sabija-Samadhi maupun Nirbija-Samadhi, seorang yogi merasa sangat berbahagia, sangat puas, tidak cemas, tidak merasa memiliki apapun, tidak mempunyai keinginan, pikiran yang tidak tercela, bebas dari “Catur Kalpana” (yaitu: tahu, diketahui, mengetahui, Pengetahuan), tidak lalai, tidak ada ke-”aku”-an, tenang, tentram dan damai. Samadhi adalah pintu gerbang menuju Moksha, karena unsur-unsur Moksha sudah dirasakan oleh seorang yogi. Samadhi yang dapat dipertahankan terus-menerus keberadaannya, akan sangat memudahkan pencapaian Moksha.

”Yada Pancavatisthante,

Jnanani Manasa Saha,

Buddhis Ca Na Vicestati,

tam Ahuh Paramam Gatim”

(Katha Upanisad II.3.1).

Terjemahannya:

Bilamana Panca Indria dan pikiran berhenti dari kegiatannya dan buddhi sendiri kokoh dalam kesucian, inilah keadaan manusia yang tertinggi

Demikian Yoga Asanas sudah dan semestinya dilaksanakan oleh umat sedharma dengan demikian Moksha dan jagadhita yang dicita-citakan dapat terwujud sebagaimana mestinya. Selanjutnya ada baiknya kita memahami Sang Hyang Widhi (Tuhan) dalam Ajaran Yogãsana untuk mewujudkan kesejahteraandan kebahagiaan hidup dalam kehidupan ini.

V.            Sang Hyang Widhi (Tuhan) dalam Ajaran Yogãsanas

Patanjali menerima eksistensi Sang Hyang Widhi (Isvara) di mana Sang Hyang Widhi menurutnya adalah The Perfect Supreme Being, bersifat abadi, meliputi segalanya, Maha Kuasa, Maha Tahu, dan Maha Ada. Sang Hyang Widhi adalah purusa yang khusus yang tidak dipengaruhi oleh kebodohan, egoisme, nafsu, kebencian dan takut akan kematian. Ia bebas dari Karma, Karmaphala dan impresi-impresi yang bersifat laten.  Patanjali beranggapan bahwa individu-individu memiliki esensi yang sama dengan Sang Hyang Widhi, akan tetapi oleh karena ia dibatasi oleh sesuatu yangdihasilkan oleh keterikatan dan karma, maka ia berpisah dengan kesadarannya tentang Sang Hyang Widhi dan menjadi korban dari dunia material ini. Tujuan dan aspirasi manusia bukanlah bersatu dengan Sang Hyang Widhi, tetapi pemisahan yang tegas antara Purusa dan Prakrti (Sarasamuccaya, hal 371). Hanya satu Tuhan (Sang Hyang Widhi). Menurut Vijnanabhisu: “dari semua jenis kesadaran meditasi, bermeditasi kepada kepribadian Sang Hyang Widhi adalah meditasi yang tertinggi.

(Sarasamuccaya, 372) Ada bebagai obyek yang dijadikan sebagai pemusatan meditasi yaitu bermeditasi pada sesuatu yang ada di luar diri kita, bermeditasi kepada suatu tempat yang ada pada tubuh kita sendiri dan yang tertinggi adalah bermeditasi yang di pusatkan kepada Sang Hyang Widhi. Kebodohan menyatakan bahwa ada dualisme dari satu realitas yang disebut Sang Hyang Widhi (Tuhan). Ketika kebodohan dihilangkan oleh pengetahuan, maka dualisme hilang dan kesatuan penuh akan dicapai. Ketika seseorang mengatasi kebodohan, maka dualisme hilang, ia menyatu dengan The Perfect Single Being tetapi kesempurnaan The Single Being itu selalu ada dan tetap tersisa sebagai sesuatu yang sempurna dan satu. Tak ada perubahan dalam lautan, seberapa banyakpun sungai-sungai yang mengalirkan airnya dan bermuara padanya. Ketidakberubahan adalah keadaan dasar dari kesempurnaan.

VI.            Mempraktikkan Sikap-sikap Yogãsanas

Berikut ini dapat disajikan beberapa praktik Yoga Asanas yang patut dilaksanakan:

1.      Nama gerakan Yoga: Utrãsana

Manfaat dari gerakan Yoga Utrãsana: Utrãsana bermanfaat untuk: menjaga kelenturan atau flexibility dari tulang punggung (spine), meningkatkan sirkulasi darah ke daerah kepala, dan untuk menyelaraskan sistem pencernaan dan metabolisme dalam tubuh.

2.      Nama Gerakan Yoga: Druta Halãsana

Manfaat dari gerakan Yoga Druta Halãsana: Druta Halãsana bermanfaat untuk meregangkan (stretches) dan merangsang otot-otot punggung, persendian tulang belakang (spinal joints) dan syaraf-syaraf tulang punggung. Asanas ini juga dapat, meningkatkan aliran darah ke leher, mengaktifkan kelenjar thyroid dan untuk tetap menjaga flexibility dari tulang punggung. Perlu diketahui: disarankan bagi praktisi yang mempunyai masalah dengan tulang punggung dan hipertensi, untuk menghindari melakukan Asanas ini.

3.      Nama Gerakan Yoga: Bhumi Pada Mastakãsana

Manfaat dari gerakan Yoga Bhumi Pada Mastakãsana: Gerakan Yoga Bhumi Pada Mastakãsana dapat meningkatkan aliran darah ke otak, membantu dalam masalah tekanan darah rendah dan juga mempunyai manfaat untuk menguatkan otot-otot kepala dan leher. Perlu diketahui: disarankan bagi praktisi yang mempunyai masalah dengan tekanan darah tinggi untuk tidak melakukan Asanas ini.

4.     

Nama Gerakan Yoga: Mayurãsana

Manfaat dari gerakan Yoga Mayurãsana: Mayurãsana bermanfaat untuk menguatkan lengan, menjaga fleksibilitas pergelangan tangan, menyelaraskan proses-proses metabolisme dalam tubuh.  Perlu diketahui: disarankan bagi praktisi yang mempunyai masalah dengan tulang pergelangan tangan, untuk menghindari melakukan Asanas ini.

5.     

Nama Gerakan Yoga: Hanumãsana

Manfaat dari gerakan Yoga Hanumãsana: Hanumãsana bermanfaat untuk meregangkan (stretches) dan merangsang otot-otot punggung dan paha, menyelaraskan organ-organ reproduksi dan untuk tetap menjaga flexibility dari tulang punggung. Perlu diketahui: disarankan bagi praktisi yang mempunyai masalah dengan tulang punggung, untuk menghindari melakukan Asanas ini.

6.      Nama Gerakan Yoga: Pascimotanãsana

Manfaat dari gerakan Yoga Pascimotanãsana: Pascimotanãsana

bermanfaat: meregangkan urat lutut, pinggang dan mengendorkan tulang paha, menghilangkan kelebihan lemak pada daerah perut, menyelaraskan organ-organ panggul, menghilangkan berbagai penyakit seksual wanita, meringankan sakit limpa, ginjal, sembelit, luka usus, dan menyembuhkan sakit kencing manis serta ambeien.

7.     

Nama Gerakan Yoga: Triãsana

Manfaat dari gerakan Yoga Triãsana: Triãsana bermanfaat untuk pengobatan berbagai penyakit kelamin (gangguan seksual), menyelaraskan indung telur dan rahim, reproduksi wanita dan nyeri haid.

8.     

Nama Gerakan Yoga: Gomukhãsana

Manfaat dari gerakan Yoga Gomukhãsana: Gomukhãsana bermanfaat untuk menghilangkan sakit punggung, bahu dan leher kaku, menyembuhkan penyakit seksual, menyehatkan ginjal, menyembuhkan pegal pinggang, rematik, menguatkan dada.

9.     

Nama Gerakan Yoga: Sarvangãsana

Manfaat dari gerakan Yoga Sarvangãsana: Sarvangãsana bermanfaat untuk memulihkan keseimbangan peredaran darah/pembersihan darah, memperbaiki sistem pencernaan (gangguan usus & perut), kesehatan reproduksi, jaringan saraf dan kelenjar, mencegah dan mengobati keputihan, mencegah kembung dan menghilangkan kelebihan lemak. Menguatkan jantung yang lemah, menguatkan tenaga piker, menjaga elastisitas tulang punggung/mencegah pengapuran, menyembuhkan rematik otot, sengal pinggang dan sakit kepala, merawat otot dubur dan paha. Perlu diketahui: disarankan bagi praktisi yang mempunyai masalah dengan

wanita haid dilarang melatih/berlatih Asanas ini.

Sumber:

Mudana, I Ngh. dan I GN. Dwaja. 2017. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA