Sebutkan 2 contoh sabar dalam menghadapi bencana Alam

Admin bpbd | 12 November 2014 | 66315 kali

Sebutkan 2 contoh sabar dalam menghadapi bencana Alam

Bencana alam sering menimbulkan korban, maka dari itu diperlukan langkah – langkah penyelamatan pada saat bencana, seperti :

  1. Tindakan penyelamatan yang harus diambil

Jika bencana alam sudah terjadi , langkah pertama yang harus diambil adalah penyelamatan diri . Beberapa langkah penyelamatan pada saat bencana , antara lain sebagai berikut:

a. Penyelamatan saat terjadi gempa bumi

  • Bersikap tenang dan jangan panik agar dapat melakukan tindakan penyelamatan diri dan keluarga dengan baik
  • Segera keluar rumah jika berada di dalam rumah. Carilah tempat yang agak lapang agar tidak tertimpa pohon atau bangunan yang mungkin runtuh.
  • Saat berada di dalam gedung bertingkat atau bangunan yang tinggi , kemungkinan untuk keluar sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama, tindakan yang harus diambil adalah berlindung di bawah meja atau tempat yang dapat menahan diri dari reruntuhan atau jatuhnya benda – benda.
  • Saat berada di jalan raya, kurangilah kecepatan kendaraan atau berhentilah di pinggir jalan , namun usahakan tempat pemberhentian jauh dari pohon, papan reklame, atau bangunan yang ada di sekitar jalan.
  • Saat berada di pusat keramaian, hindarkan diri dari berdesak-desakan untuk keluar pintu. Lebih baik cari tempat berlindung yang aman dari reruntuhan atau jatuhnya benda – benda.

b. Cara menghadapi tsunami

  • Apabila terjadi gempa, kemudian air laut surut secara tiba – tiba, segeralah lari menjauh dari pantai dan cari tempat yang lebih tinggi karena kemungkinkan tsunami akan terjadi
  • Jika gempa terjadi pada malam hari dengan kekuatan yang besar dan kemungkinan aliran listrik dan saluran telekomunikasi akan terputus. Jika hal itu terjadi dalam keadaan darurat segeralah mencari bangunan bertingkat dan naik keatas
  • Pemerintah memasang alat pemantau dini tsunami di pantai. Jika terjadi gempa dan disertai dengan tsunami, atat itu akan membunyikan suara sirine. Saat terdengar suara sirine segeralah menjauh dari pantai dn mencari tempat yang tinggi

c. Saat terjadi banjir

  • Saat banjir dudah memasuki rumah, lebih baik mengungsi ke tempat yang lebih aman.
  • Perhatikan kebersihan tempat, makanan, dan minuman. Saat terjadi banjir mudah sekali kuman penyakit tersebar dan berjangkit.
  • Waspada terhadap lingkungan sekitar agar terhindar dari hal – hal yang tidak diinginkan. Misal tersengat listrik.

d. Penanggulangan Akibat Kebakaran Hutan

  • Usahakan tidak terlalu banyak keluar rumah untuk menghindari asap.
  • Jika keluar rumah, gunakanlah masker untuk mengurangi pengaruh buruk asap terhadap pernapasan kita

    2. Evakuasi Korban Luka – Luka ke Rumah Sakit

Bencana alam terjadi secara tiba – tiba terkadang menimbulkan korban luka – luka maupun meninggal dunia. Korban yang mengalami luka – luka harus segera dievakuasi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan kesehatan. Bagi korban yang selamat dievakuasi ke tempat yang aman, sedangkan korban yang meninggal dunia, dievakuasi, dan dimakamkan. Evakuasi dilakukan oleh masyarakat sekitar yang tidak terkena bencana, sukarelawan, tim SAR atau dari TNI

      3. Pemberian Bantuan yang Dibutuhkan Korban

Korban bencana sangat membutuhkan bantuan. Bantuan yang sangat dibutuhkan, antara lain berupa makanan, minuman, pakaian, selimut, tenda – tenda, atau alat – alat sekolah. Bantuan tersebut bisa berasal dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat sekitar, masyarakat yang berasala dari daerah lain, lembaga swadaya masyarakat, lembaga sosial atau dari negara lain. Bantuan dapat berupa barang – barang maupun bantuan  kejiwaan atau mental untuk dapat menghadapi bencana tersebut dengan sabar dan tegar agar dapat kembali menata hidupnya. Bantuan tersebut dapat dilakukan melalui beberapa cara, misalnya

     a. Secara langsung diberikan kepada korban

     b. Melalui lembaga sosial

     c. Melalui lembaga – lembaga lain yang membuka posko bantuan, misal stasiun televisi

     4. Pemberian Bantuan Pemulihan Kondisi Pascabencana

Bencana alam membuat kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat menjadi kacau. Apalagi jika rumah penduduk maupun bangunan – bangunan lainnya mengalami kerusakan yang cukup parah, pasar, kantor, atau sekolah – sekolah yang mengalami kerusakan dapat menganggu aktivitas ekonomi dan kegiatan belajar – mengajar. Agar kondisi kembali pulih, pemerintah dan masyarakat bersama – sama berusaha untuk memberi bantuan yang diperlukan untuk pemulihan tersebut.

( sumber : https://sayatamma01.wordpress.com/2012/12/17/langkah-penyelamatan-jika-terjadi-bencana-alam/ )

Oase.id – Sabar secara istilah adalah menahan diri dari segala bentuk kesulitan dan kesedihan atau menahan diri dalam menghadapi sesuatu yang tidak disukai. Dalam Firman Allah pada Surat Al-Baqarah : 153 :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اسۡتَعِيۡنُوۡا بِالصَّبۡرِ وَالصَّلٰوةِ ؕ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيۡنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Lalu dalam kitab Matan Tanqihul Qaul, Imam Nawawi menjelaskan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Sabar itu ada empat macam; sabar dalam menjalankan fardu, sabar dalam menghadapi musibah, sabar menghadapi gangguan manusia, dan sabar dalam kefakiran."

Dari hadis di atas, Imam Nawawi menjelaskan kembali dalam kitabnya yaitu Matan Tanqihul Qaul:

1. Menjalankan fardhu

Terkadang, beberapa ibadah bisa saja memberatkan seperti puasa hingga pergi menunaikan haji. Walaupun terasa berat, sebagai umat muslim harus tetap bersabar dan terus melaksanakan kewajibannya dalam beribadah kepada Allah SWT.

Nabi ﷺ bersabda, "Sabar itu salah satu wasiat dari beberapa wasiat Allah ta'ala di bumi, barangsiapa menjaganya maka dia selamat dan barangsiapa menyia-nyiakannya maka dia celaka."

2. Menghadapi musibah

Rasulullah bersabda, "Jika Allah mencintai seorang hamba maka dia akan mencobanya dengan cobaan yang tidak ada obatnya. Jika dia sabar maka Allah memilihnya dan jika dia ridha maka Allah menjadikannya pilihan."
Tingkat selanjutnya adalah sabar dalam menghadapi musibah, ini bisa berupa bencana alam, kehilangan suatu benda, kecelakaan begitu pula dengan suatu wabah.

3. Menghadapi gangguan manusia

Setiap manusia pasti hidup bertetangga dan sering kali hidup berdampingan akan muncul konflik. Sebagai umat muslim yang taat, dalam situasi apapun dianjurkan untuk bersabar karena buah dari itu adalah ridha Allah SWT. Seperti dalam hadits, Nabi ﷺ bersabda, "Tidaklah seorang hamba menahan sesuatu yang lebih utama di sisi Allah selain menahan kemarahan karena mengharapkan ridha Allah taala."

4. Dalam kefakiran

Jika dalam usaha untuk memperoleh hidup yang baik masih juga dari harapan, maka bersabar lah niscaya pahala besar dari Allah SWT ganjarannya. Nabi Muhammad saw bersabda, "Sabar sesaat itu lebih baik dari dunia seisinya."

2 Keutamaan Sabar

Allah SWT memerintahkan langsung kepada umatnya untuk selalu bersabar dalam keadaan apapun. Maka dari itu ada keutamaan yang akan diperoleh dari sifat sabar yang diterapkan antara lain:

1. Ladang pahala

Firman Allah dalam surat Az Zummar ayat 10 yang berbunyi :

قُلۡ يٰعِبَادِ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوۡا رَبَّكُمۡ‌ ؕ لِلَّذِيۡنَ اَحۡسَنُوۡا فِىۡ هٰذِهِ الدُّنۡيَا حَسَنَةٌ ‌ ؕ وَاَرۡضُ اللّٰهِ وَاسِعَةٌ ‌ ؕ اِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوۡنَ اَجۡرَهُمۡ بِغَيۡرِ حِسَابٍ

Artinya: Katakanlah (Muhammad), "Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu." Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.

Allah SWT akan memberikan balasan yang luar biasa untuk hambanya berupa pahala yang tiada batas bagi mereka yang selalu sabar dalam menghadapi ujian.

2. Dicintai Allah SWT

Sabar salah satu tindakan yang mulia dan disukai Allah SWT, oleh karena itu siapapun orang yang selalu menerapkan dan mengusahakan kesabaran dalam menjalani kehidupannya akan lebih dicintai dan dekat dengan Allah SWT. QS. Ali 'Imran Ayat 146 :

وَكَاَيِّنۡ مِّنۡ نَّبِىٍّ قٰتَلَ ۙ مَعَهٗ رِبِّيُّوۡنَ كَثِيۡرٌ ۚ فَمَا وَهَنُوۡا لِمَاۤ اَصَابَهُمۡ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ وَمَا ضَعُفُوۡا وَمَا اسۡتَكَانُوۡا ‌ؕ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الصّٰبِرِيۡنَ

Artinya: “Dan berapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.”


(ACF)

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bencana merupakan bahasa alam untuk menegur manusia bahwa mereka telah melakukan tindakan yang merugikan diri mereka sendiri. Namun kebanyakan manusia tidak menyadarinya dan menganggap mereka justru melakukan perbaikan di muka bumi ini. Firman Allah, “Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." (QS Al-Baqarah [2]: 220)

Dalam ayat yang lain, Allah menerangkan bagaimana fiil manusia yang selalu berhasrat melakukan perusakan pada alam. ''Munculnya kerusakan di bumi dan lautan adalah karena sebab perbuatan tangan-tangan manusia agar mereka merasakan sebagian dari apa yang mereka kerjakan agar mereka kembali ke jalan yang benar.'' (QS Ar-Ruum [30]: 41).

Kebanyakan manusia memang lalai akan hal ini. Tapi bagi Allah, tidak akan luput pengawasaan bagi mereka yang melakukan perusakaan itu. “…dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu….” (QS Al-Baqarah [2]: 220)

Namun, peringatan kecil yang diberikan alam atas kemaksiatan dan kedzaliman yang mereka lakukan itu, alih-alih menjadikan mereka berpikir, malah mereka menjadi semakin rakus dan sombong. Mereka merasa aman dari ancaman Allah kepada orang-orang yang melakukan kerusakaan itu, padahal Allah berfirman, ''Apakah penduduk suatu negeri merasa aman dari kedatangan adzab Kami sedangkan mereka terlena dalam tidurnya. Apakah penduduk suatu negeri merasa aman dari kedatangan adzab Kami sedangkan mereka sedang asyik-asyik bermain dengan aktivitasnya. Apakah mereka merasa aman dari adzab Allah, tidak ada seorang pun yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.'' (QS Al-A'raf [7]: 97-99).

Sesungguhnya Allah sangat tidak suka terhadap orang-orang yang gemar melakukan kerusakan di muka bumi (lihat QS Al-Qashash [28]: 77). Seharusnya manusia bisa mengambil ibrah dari beberapa kejadian yang diakibatkan oleh alam yang melanda negeri ini. Banyak bencana alam terjadi karena keserakahan kita sendiri.

Bencana alam merupakan musibah yang sudah ditakdirkan Allah kepada kita. Secara makna musibah dalam bahasa Arab berarti mengenai, menimpa, atau membinasakan. Muhammad Husein Thabataba'i, ahli tafsir modern dalam kitabnya, Al-Mizan fi Tafsir al-Quran, menyatakan bahwa musibah adalah kejadian apa saja yang menimpa manusia yang tidak dikehendaki. Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muhammad bin Nasr at-Thabari pernah mengatakan, ''Apa yang menimpa manusia berupa hal-hal yang tidak dikehendaki, itu namanya musibah.''

Dalam Alquran terdapat beberapa ayat yang menyinggung persoalan 'musibah'; bala dan ujian atau cobaan. Seperti termaktub dalam surat Al Baqarah ayat 155, Al Maidah (5) ayat 49, dan At Taubah (9) ayat 50. Musibah yang menimpa seseorang atau suatu kelompok tertentu, berupa sakit, kerugian dalam usaha, kehilangan barang, meninggal dunia (musibah yang bersifat individual), dan bencana alam, peperangan, wabah penyakit, kekeringan yang berkepanjangan, dan musibah lain yang bersifat sosial.

Upaya untuk mengantisipasi musibah bukan saja pada tingkat pencegahan semata, tapi juga pada tingkat penanggulangan dari akibat yang ditimbulkannya. Karena membiarkan diri dalam kerusakan dan kebinasaan sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip Alquran dalam menjaga jiwa. Sebagaimana firman Allah, ''Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah sangat menyukai orang-orang yang berbuat baik.'' (QS Al Baqarah [2]: 195).

Relevansi antara musibah dan sabar, sangat berkaitan dan semestinya berjalan beriringan. Manusia tidak bisa mengelak dari musibah. Namun manusia bisa menyiasati agar dia tidak larut dalam kebinasaan ekses dari musibah yang dihadapinya. Untuk itu perlu adanya strategi agar tidak larut dalam kesedihan. Manusia memang sudah disifati dengan keluh-kesah bila mendapat musibah dan lalai kalau mendapat nikmat atau kelapangan setelah berlalunya musibah yang baru dihadapinya.

Di sinilah sabar memiliki posisi penting agar pengharapan lepas dari himpitan itu hanya semata-mata kepada Allah. Secara bahasa, sabar artinya tahammul, yakni daya tahan atau daya pikul. Sebuah kemampuan karunia Allah yang paling besar setelah iman. Musibah adalah ujian bagi keimanan seseorang (baca QS Muhammad [47]: 31). Semakin berat ujian yang dialami seorang hamba, maka Allah hendak mengangkat derajatnya lebih tinggi karena keimanannya akan meningkat. Namun bila sebaliknya, dia tidak sabar dalam menghadapi musibah itu dan lalai dalam mengingat Allah maka derajat keimanannya akan statis atau turun.

Berat ringannya ujian seorang hamba disesuaikan dengan kadar keimanan yang bersangkutan. Setelah lulus menjalani ujian ada pemutihan dosa-dosa dan ada promosi ke martabat/derajat yang lebih tinggi. Itulah yang terjadi pada Nabi Ayub AS; mendapat pujian ni'mal 'abd (hamba paling baik), karena dapat membuktikan kesabaran selama delapan belas tahun sakit semacam lepra, yang memakan seluruh tubuh, hanya menyisakan lidah dan jantungnya. Dalam ketiadaan harta semua orang menjauh, kecuali sang istri yang setia berkat iman di dada. Allah mengabulkan doa Ayub: mengangkat penyakitnya, mendatangkan kembali keluarga dan orang-orang yang bersamanya (QS Al Anbiya [21]: 83-84).

Begitu juga ujian-ujian yang teramat berat yang dipikul oleh utusan-utusan Allah yang mulia. Semakin berat beban yang mereka pikul, semakin sempurna derajatnya di sisi Allah. Dan Nabi Muhammad SAW adalah hamba yang paling mulia di sisi Allah karena kadar ujiannya paling besar juga.

Musibah dalam hidup ini bisa menimpa kita kapan saja. Tak ada yang ingin mendapat musibah dalam hidupnya. Namun itu mustahil adanya, karena musibah adalah salah pintu meningkatkan derajat seseorang. Tanpa kesabaran dalam menghadapi musibah atau ujian itu sama saja dengan orang jatuh lalu tertimpa tangga. Dia dapat dua kemalangan sekaligus, kesempitan hati karena musibah yang dialaminya dan kedudukan yang rendah di mata Allah dan makhluk. Orang yang tidak sabar cenderung bersikap pesimistis dan hanya akan menjadi beban bagi orang lain.

Sedangkan mereka yang menempatkan kesabaran sebagai perisai, berarti mereka memiliki modal penting untuk bangkit setelah musibah itu berlalu. Dalam kesabaran, tersedia energi yang dapat membuka peluang untuk lebih maju dari sebelumnya. Dalam artian, seorang muslim harus melihat musibah yang tengah dihadapinya itu sebuah batu loncatan untuk mengasah diri agar menjadi lebih baik. Karena musibah itu memberikan pelajaran dan hikmah bagi mereka, agar tidak terpuruk untuk kali kedua. Mereka akan lebih berhati-hati dan kemungkinan besar tidak akan terpelosok pada lubang yang sama.

Kembali pada fokus bicara kita di atas, di mana sering terjadi bencana alam di tanah air harus disikapi dengan dada yang lapang. Mungkin Allah tengah menguji hamba-hambaNya yang beriman, yang kebaikan berpulang kembali pada diri mereka. Ujian itu akan makin memantapkan kedudukan di sisi Allah sekiranya mereka bersabar menghadapinya. Namun sebaliknya, bila mereka tidak mampu menerima musibah yang terjadi ini sebagai ujian dari Allah, lalu mereka berputusasa dari mengharap pertolongan Allah apalagi jatuh keperbuatan maksiat, maka mereka termasuk orang-orang yang merugi.

Selain itu, bencana alam yang terus mendera bangsa ini bisa memberikan pelajaran pada kita untuk dapat mengharagai alam. Bijak dalam memanfaatkan sumberdaya yang tersedia di alam secara optimal tanpa melakukan eksploitasi yang berlebihan. Yang terpenting dari itu semua, musibah atau ujian yang meninpah silih berganti itu merupakan teguran Allah agar kita mau membuka mata hati. Menginsyafi atas segala maksita dan kezaliman yang kita lakukan kepada Allah, yang sejatinya kita menzalimi diri kita sendiri.

Beruntunglah orang-orang yang melewati segala musibah ini dengan sabar dan ikhlas dan mengharapkan pertolongan hanya kepada Allah untuk melapangkan himpitan itu. Karena mereka akan mendapat kedudukan yang lebih mulia dan derajat terhormat di sisi-Nya. Namun tak ada kebaikan apa-apa selain dari kerugian bagi mereka yang berputusasa mengharap pertolongan Allah dari musibah yang mendera mereka.