Sebutkan 10 contoh pewarna makanan yang tidak diinginkan serta efek pada kesehatan

Sebutkan 10 contoh pewarna makanan yang tidak diinginkan serta efek pada kesehatan

Pewarna makanan banyak digunakan dalam industri kuliner dan pangan dengan alasan untuk mempercantik produk makanan. Warna-warna cerah pada makanan memang menarik dan menggugah selera. Tapi pernahkah Anda bertanya-tanya mengenai apakah pewarna makanan yang digunakan aman atau tidak? Lalu apa bahayanya?

Pewarna makanan adalah zat aditif yang ditambahkan untuk meningkatkan warna makanan atau minuman. Selain itu, pewarna makanan juga dapat meningkatkan daya tarik, merangsang indera penglihatan, menyeragamkan dan menstabilkan warna, serta menutupi atau mengatasi perubahan warna. Pewarna makanan tersedia dalam berbagai bentuk, seperti cairan, bubuk, gel, atau pasta.

Pewarna Makanan yang Diizinkan

Pewarna makanan terbagi menjadi dua, yaitu alami dan sintetis (kimia). Pewarna alami terbuat dari bahan alami seperti tumbuhan, hewan, dan mineral. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna, daftar pewarna alami yang diperbolehkan adalah kurkumin, riboflavin, karmin dan ekstrak cochineal, klorofil, karamel, karbon tanaman, beta-karoten, ekstrak anato, karotenoid, merah bit, antosianin, dan titanium dioksida.

Sedangkan pewarna sintesis yang diperbolehkan, namun dibatasi penggunaannya, antara lain tartrazin, kuning kuinolin, kuning FCF, karmoisin, ponceau, eritrosin, merah allura, indigotin, biru berlian FCF, hijau FCF, dan cokelat HT. Pewarna makanan sintesis tersebut diperoleh secara kimia dengan mencampur dua atau lebih zat menjadi satu zat baru.

Pewarna Makanan yang Berbahaya

Pemerintah sudah memberikan daftar pewarna yang boleh digunakan dalam makanan. Tetapi kenyataannya masih ada saja pewarna bukan untuk makanan yang dicampurkan dalam penganan. Dua di antaranya yang sering ditemukan di Indonesia adalah rhodamin B dan metanil yellow.

Rhodamin B

Rhodamin B merupakan pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal, dan berwarna hijau atau ungu kemerahan. Biasanya pewarna ini digunakan untuk mewarnai tekstil, kertas, dan produk kosmetik. Namun tak jarang rhodamin B justru dicampurkan ke dalam makanan, seperti kerupuk dan jajanan kue, serta minuman.

Rhodamin B memiliki nama lain seperti D and C Red no 19. Food Red 15, ADC Rhodamine B, Aizen Rhodamine, dan Acid Brilliant Pink B. Pewarna ini diduga dapat menyebabkan kanker, namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan perkiraan tersebut.

Metanil Yellow

Metanil yellow adalah pewarna sintetik berbentuk serbuk, berwarna kuning kecokelatan, dan larut dalam air dan alkohol. Pewarna yang satu ini umumnya digunakan sebagai pewarna tekstil, kertas, tinta, plastik, kulit, cat, dan sebagainya.

Makanan atau minuman yang dicampur dengan metanil yellow biasanya akan berwarna kuning mencolok, berpendar, dan terdapat titik warna (warna tidak rata). Pewarna ini bisa dijumpai pada aneka jajanan seperti kerupuk, mie, tahu, dan gorengan.

Bila dikonsumsi, metanil yellow dapat menyebabkan iritasi saluran cerna, mual, muntah, sakit perut, diare, demam, lemah, dan hipotensi (tekanan darah rendah). Mengonsumsi metanil yellow dalam jangka panjang dikhawatirkan dapat memengaruhi sistem saraf pusat dan menyebabkan kanker kandung kemih. Namun juga masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan dugaan ini.

Berhati-hatilah ketika membeli makanan atau minuman berwarna. Bisa-bisa bukan nutrisi yang Anda dapatkan dari penganan tersebut, melainkan penyakit yang dapat mengancam kesehatan tubuh. Pastikan produk-produk yang Anda konsumsi terdaftar di BPOM. Sebaiknya konsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang, dan alami tanpa pengawet atau pewarna, agar Anda terhindar dari risiko penyakit.

Repost : https://www.alodokter.com/pewarna-makanan-yang-diperbolehkan-dan-dilarang

Kembali ke atas

Ada zat pewarna yang perlu dihindari

Pewarna makanan digunakan untuk mempercantik makanan dan minuman.

Tentu saja, semua jenis pewarna ini diatur ketat oleh Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) jika hendak digunakan.

Jenis pewarna makanan memiliki dua kategori, yaitu pewarna makanan alami dan sintetis.

Moms perlu waspada pada makanan yang diberi bahan pewarna untuk keperluan lain, misalnya pewarna tekstil.

Pewarna yang tidak dikhususkan untuk makanan dan minuman memiliki sejumlah risiko kesehatan yang serius.

Ketahui lebih lanjut tentang jenis pewarna makanan berikut ini ya, Moms.

Baca Juga: Pewarna pada Skincare Bayi, Amankah?

Jenis Pewarna Makanan Alami dan Sintetis

Sebutkan 10 contoh pewarna makanan yang tidak diinginkan serta efek pada kesehatan

Foto: biggerbolderbaking.com

Menurut BPOM, pewarna alami adalah bahan tambahan pangan yang dibuat melalui proses ekstraksi, isolasi, atau derivatisasi (sintesis parsial) dari tumbuhan, hewan, mineral, atau sumber alami lain.

Pewarna makanan alami bisa dibilang sebagai ‘kosmetik’ paling tua untuk makanan karena sudah digunakan sejak dahulu.

Hingga kini, pemakaian pewarna makanan alami juga dianggap lebih aman dan minim efek samping.

Beberapa jenis pewarna yang tergolong alami mengandung zat-zat, seperti:

1. Karoten (merah tua, kuning, atau jingga)

Pewarna makanan alami yang terdapat pada buah atau sayur dengan warna serupa, misalnya wortel, ubi merah, dan labu.

Karoten merupakan pewarna yang larut dalam lemak sehingga baik digunakan untuk mewarnai berbagai produk susu.

2. Klorofil (hijau)

Warna ini ditemukan pada semua tumbuhan yang berwarna hijau, termasuk bayam dan daun mint.

Klorofil merupakan aspek penting bagi tanaman karena digunakan dalam proses fotosintesis.

3. Antosianin (ungu dan biru)

Pewarna makanan alami ini biasanya didapatkan dari buah, seperti anggur, blueberi, dan cranberi.

Pewarna ini mampu larut dalam air sehingga bisa digunakan untuk membuat agar-agar, soft drink, dan sirup.

Baca Juga: Waspada! 5 Makanan Ini Ternyata Berbahaya Bagi Otak Bayi

Selain ketiga pewarna alami tersebut, BPOM juga menyebutkan jenis pewarna makanan alami yang sudah diolah menjadi produk siap pakai dan memiliki izin edar BPOM.

Pewarna tersebut adalah kurkumin, riboflavin, karamel, merah bit, hingga titanium dioksida.

Sementara itu, jenis pewarna makanan sintetis juga aman digunakan, asalkan memang diperuntukkan bagi bahan tambahan pangan dan tidak digunakan berlebihan.

Ada 11 jenis pewarna sintetis yang disebut aman oleh BPOM, yaitu:

  • Tartrazin CI. No. 19140 (Tartrazine)
  • Kuning kuinolin CI. No. 47005 (Quinoline yellow)
  • Kuning FCF CI. No. 15985 (Sunset yellow FCF)
  • Karmoisin CI. No. 14720 (Azorubine (carmoisine))
  • Ponceau 4R CI. No. 16255 (Ponceau 4R (cochineal red A))
  • Eritrosin CI. No. 45430 (Erythrosine)
  • Merah allura CI. No. 16035 (Allura red AC)
  • Indigotin CI. No. 73015 (Indigotine (indigo carmine))
  • Biru berlian FCF CI No. 42090 (Brilliant blue FCF)
  • Hijau FCF CI. No. 42053 (Fast green FCF)
  • Coklat HT CI. No. 20285 (Brown HT).

Baca Juga: 12 Cara Atasi Keracunan Makanan Basi Dengan Bahan Alami

Jenis Pewarna Makanan yang Berbahaya

Sebutkan 10 contoh pewarna makanan yang tidak diinginkan serta efek pada kesehatan

Foto: leitesculinaria.com

Meskipun banyak pewarna makanan yang sudah memiliki izin edar dan pemakaian, ada beberapa jenis pewarna makanan yang berbahaya.

Setidaknya, ada dua pewarna makanan yang harus dihindari.

1. Rhodamine B

Jenis pewarna makanan ini sebetulnya digunakan untuk pewarna kertas, tekstil, sabun, kayu, dan kulit.

Namun, tak jarang rhodamin B juga dicampur ke dalam makanan seperti kerupuk, kue, dan berbagai jenis minuman.

Rhodamine B juga sering digunakan sebagai reagensia di laboratorium untuk menguji beberapa bahan kimia yang menggunakan air raksa.

Secara fisik, rhodamin B merupakan padatan kristal hijau atau serbuk ungu kemerahan, sedangkan warna yang dihasilkan adalah merah kebiruan yang mencolok.

Rhodamin B memiliki nama lain, seperti D and C Red 19, Food Red 15, ADC Rhodamine B, Aizen Rhodamine BHC, dan Acid Brilliant Pink B.

Bila masuk ke tubuh manusia, misalnya lewat makanan, rhodamine B dapat mengakibatkan keracunan hingga menumpuk di tubuh dan memicu munculnya sel-sel kanker.

2. Kuning Metanil

Jenis pewarna makanan ini merupakan pewarna pada tekstil dan cat, serta bisa juga digunakan sebagai indikator reaksi netralisasi (asam-basa).

Kuning metanil terbuat dari asam metanilat dan difenilamin yang berbahaya jika digunakan sebagai pewarna makanan.

Ketika zat kimia berbahaya ini masuk ke tubuh manusia, reaksi bahayanya mungkin tidak akan terasa pada saat itu juga.

Namun, penumpukan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan munculnya tumor dalam jaringan hati, kandung kemih, saluran pencernaan, atau jaringan kulit.

Bila dikonsumsi, melansir Healthline, metanil yellow dapat menyebabkan iritasi saluran cerna, mual, muntah, sakit perut, diare, demam, lemah, dan tekanan darah rendah.

Selain itu, mengonsumsi metanil yellow dalam jangka panjang dikhawatirkan dapat memengaruhi sistem saraf pusat dan menyebabkan kanker kandung kemih.

Meski demikian, efek samping metanil yellow ini masih ditelitilebih lanjut.

Baca Juga: 3 Area di Rumah yang Berisiko Bikin Anak Keracunan

Cara Mencegah Anak Mengonsumsi Pewarna Makanan

Sebutkan 10 contoh pewarna makanan yang tidak diinginkan serta efek pada kesehatan

Foto: ubuy.com

Melansir Cleveland Clinic, sangat disarankan untuk meminimalkan pewarna makanan sintetis dalam makanan anak-anak, walaupun termasuk golongan aman.

Dan jika ada risiko kanker dalam keluarga, Moms harus lebih waspada dalam menghindari pewarna buatan.

Empat strategi ini dapat membantu Moms membatasi penggunaan pewarna makanan buatan yang dikonsumsi Si Kecil, yaitu:

1. Baca Label

Pilih makanan yang menggunakan pewarna makanan alami dari ekstrak buah dan sayuran. Bit, jus blueberry, atau beta karoten adalah alternatif yang baik.

Lalu, obat anak (sirup obat batuk cair atau tablet kunyah) juga bisa mengandung pewarna makanan, lho. Jadi carilah versi yang bebas pewarna ya, Moms.

2. Buat Pewarna Homemade

Moms akan memiliki kendali penuh saat membuat makanan sendiri.

Moms bisa membuat pewarna makanan alami dari:

  • Merah muda: stroberi, raspberry
  • Merah: bit, tomat
  • Oranye: wortel, paprika, ubi jalar
  • Kuning: kunyit
  • Hijau: matcha, bayam, daun suji
  • Biru: bunga telang
  • Ungu: blueberry, ubi jalar ungu
  • Coklat: kopi, teh, coklat
  • Hitam: arang aktif, tinta cumi

Baca Juga: 3 Bekal Sehat dan Praktis Saat Menitipkan Anak di Daycare

3. Kurangi Makanan Kemasan

Makanan yang dikemas dalam kemasan sudah diproses dan hampir selalu mengandung pewarna makanan.

Batasi makanan olahan bila memungkinkan. Sebagai gantinya, Moms bisa membuat camilan sendiri di rumah dengan bahan yang lebih aman dan sehat.

4. Berikan Pilihan yang Sehat

Hindari memberi Si Kecil makanan olahan selama mungkin. Jika mereka terbiasa makan makanan ini, akan sulit untuk menghilangkannya.

Ketika Moms menemukan makanan dengan pewarna, bicarakan dengan Si Kecil tentang mengapa makanan berwarna cerah mungkin bukan pilihan terbaik untuk tubuh mereka.

Jika Si Kecil suka minuman manis, dorong mereka untuk memilih jus apel daripada minuman olahraga atau soda.

Dan selalu berikan contoh perilaku yang baik ketika Moms berada di sekitar Si Kecil, ya.

Baca Juga: 8 Bakteri Penyebab Keracunan Makanan pada Anak, Waspada!

Itu dia Moms informasi seputar jenis pewarna makanan yang aman dan berbahaya untuk dikonsumsi.

Sebagai gantinya, Moms juga bisa lho membuat pewarna alami dari bahan-bahan dapur. Selamat mencoba!

  • https://food52.com/blog/16265-how-to-make-all-natural-food-dyes-from-ingredients-in-your-kitchen
  • https://foodrevolution.org/blog/safe-food-coloring/
  • https://health.clevelandclinic.org/is-food-coloring-safe-for-kids/
  • https://www.healthline.com/nutrition/food-dyes#TOC_TITLE_HDR_5
  • https://hellosehat.com/nutrisi/tips-makan-sehat/jenis-pewarna-makanan-berbahaya/