KOMPAS.com - Ratusan negara dari berbagai penjuru dunia kini telah berdiri dengan kondisi geografis dan demografis yang beragam. Show Banyak di antaranya yang mampu memanfaatkan kondisi tersebut dengan baik, sebaliknya, banyak pula yang justru dirugikan karena kondisi tersebut. Amerika Serikat, China, Jepang, dan Inggris sering menjadi sorotan karena unggul dalam berbagai hal termasuk perekonomian dari negara-negara lain. Baca juga: 9 Negara Terkaya di Dunia 2020, Indonesia Nomor Berapa? Di satu sisi, ada banyak negara kecil di dunia yang mengalami nasib yang sebaliknya. Dalam menilai kemampuan serta kekayaan sebuah negara, angka Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita masyarakatnya sering dijadikan sebagai patokan utama. Data dari International Monetary Fund World Economic Outlook menunjukkan bahwa saat ini sebagian besar negara dengan PDB per kapita terendah datang dari benua Afrika yang sebenarnya kaya akan mineral alam. Baca juga: Laut Kaspia, Mengapa Danau Terbesar di Dunia Ini Disebut sebagai Laut? Berikut 10 negara termiskin di dunia dilansir dari Global Finance: 1. Burundi
Lihat Foto Negara kecil yang satu ini masih harus berjuang menghadapi konflik etnis Hutu dan Tutsi. Sekitar 90 persen dari hampir 12 juta warganya bergantung pada pertanian subsisten. Sayangnya, kelangkaan pangan masih menjadi masalah utama. Tingkat kerawanan pangan di Burundi hampir dua kali lebih tinggi dari rata-rata negara di wilayah Sub-Shara Afrika. Bank Dunia mencatat akses ke air dan sanitasi masih sangat rendah, dan jumlah penduduk yang memiliki akses listirk kurang dari 5 persen. Kurangnya infrastruktur, korupsi yang merajalela, dan masalah keamanan merupakan faktor utama penyebab munculnya kondisi kemiskinan ekstrem di negara ini. Baca juga: Kasus Covid-19 di Benua Afrika Relatif Rendah, Kenapa? 2. Republik Afrika Tengah
Lihat Foto Kaya akan emas, minyak, uranium, dan berlian, Republik Afrika Tengah adalah negara yang sangat kaya yang dihuni oleh orang-orang yang sangat miskin. Namun, setelah mengklaim gelar termiskin di dunia, negara berpenduduk hanya 4,9 juta ini menunjukkan beberapa tanda kemajuan. Untuk pertama kalinya sejak kemerdekaannya dari Perancis pada 1960, Republik Afrika Tengah telah secara demokratis memilih seorang presiden pada 2016. Mantan profesor matematika dan perdana menteri Faustin Archange Touadera, yang berkampanye sebagai pembawa damai yang dapat menjembatani kesenjangan. Meski pemilihannya yang sukses dipandang sebagai langkah penting menuju rekonstruksi nasional, dengan sekitar 75 persen penduduk hidup di bawah garis kemiskinan dan sebagian besar negara masih dikendalikan oleh pemberontak anti-pemerintah dan kelompok milisi, jalan menuju pemulihan masih sangat banyak. Baca juga: Menengok Bagaimana Ebola Membantu Afrika Menghadapi Virus Corona... 3. Republik Demokratik Kongo
Lihat Foto Sejak memperoleh kemerdekaan dari Belgia pada 1960, Kongo telah menderita beberapa dekade akibat kediktatoran yang rakus, ketidakstabilan politik, dan kekerasan yang terus-menerus. Namun, Kongo seperti melihat harapan baru setelah 4 Januari 2019, Felix Antoine Tshisekedi Tshilombo, putra pemimpin oposisi legendaris Etienne Tshisekedi, terpilih sebagai presiden baru. Sementara itu, dengan 80 juta hektar lahan subur, lebih dari seribu mineral dan logam berharga di bawah permukaannya dan usia rata-rata warga negara hanya 17 tahun, Republik Demokratik Kongo, menurut Bank Dunia, memiliki potensi untuk menjadi salah satu negara Afrika terkaya dan pendorong pertumbuhan untuk seluruh benua. Baca juga: Mengapa Virus Corona di Afrika Muncul Lebih Lambat dari Perkiraan?
Indonesia merupakan negara agraris, yang artinya sektor pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup bekerja dalam sektor pertanian. Sebagai negara agraris, Indonesia dianugerahi kekayaan alam yang melimpah ditambah posisi Indonesia yang dinilai sangat strategis. Dilihat dari sisi geografis, Indonesia terletak pada daerah tropis yang memiliki curah hujan yang tinggi. Kondisi ini yang membuat Indonesia memiliki lahan yang subur dan banyak jenis tumbuhan yang dapat tumbuh dengan cepat. Baca JugaUmumnya, negara-negara agraris memiliki ciri yang khas. Tak hanya memilki lahan yang subur, ada beberapa hal yang menjadi ciri khas negara agraris, di antaranya: 1. Menghasilkan Berbagai Jenis Hasil PertanianNegara-negara agraris mampu menghasilkan bermacam-macam jenis hasil bumi dengan jumlah sangat besar. Hasil panen yang berlimpah ini membuat negara agraris mampu melakukan ekspor produk pertanian ke negara lain. Hal ini juga memengaruhi kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) yang banyak untuk dapat memenuhi produksi hasil pertanian. 2. Lahan yang Luas dan SuburUnsur terpenting dalam sektor agraria adalah lahan yang luas dengan kualitas yang baik. Keduanya akan memengaruhi hasil pertanian yang ditanam. Lahan yang luas dengan kualitas tanah yang buruk akan sulit dijadikan sebagai media tanam. Oleh karena itu, ciri-ciri negara agraris adalah memiliki lahan yang luas dan subur untuk mendukung jalannya roda pertanian. Air juga termasuk salah satu unsur yang memegang peran vital dalam menunjang perkembangan sektor pertanian. Tanpa adanya persediaan air melimpah, tingkat kesuburan tanah menjadi rendah. Namun, negara agraris tidak perlu khawatir karena persediaan air bersih di negara ini sangat melimpah, misalnya dari sungai, danau, atau dari air hujan. 4. Merupakan negara pengekspor komoditas hasil pertanianNegara agraris biasanya merupakan pengekspor komoditas pertanian yang dapat membantu memenuhi kebutuhan pangan dunia. Misalnya negara India, merupakan negara agraris pengekspor beras terbesar di dunia. World's Top Exports melaporkan, pada tahun 2020 India mengekspor sekitar 32,6% dari total ekspor beras dunia. Indonesia juga mengekspor hasil pertanian yang menjadi komoditas unggulan seperti kopi, udang, kakao, karet, dan kelapa sawit. Sebagai komoditas unggulan, tentu saja hasil pertanian memegang peran besar dalam perekonomian. 5. Memiliki ketahanan panganNegara agraris merupakan negara penghasil bahan pangan dalam jumlah besar, seperti beras, jagung, kopi, teh, kakao, sayuran, buah-buahan, ikan, dan juga daging dari subsektor perikanan dan perternakan. Hal tersebut membuat negara agraris memiliki ketahanan pangan. Negara agraris dapat memenuhi kebutuhan pokok pangan rakyatnya tanpa membutuhkan impor dari negara lain. Baca JugaSeperti yang telah dipaparkan sebelumnya, pertanian jadi zona utama yang diandalkan oleh negeri agraris di mana sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani. Dengan begitu keberadaan para petani sangat berarti untuk ikut dan berkontribusi tingkatkan kesejahteraan warga. Salah satu keuntungan jadi negeri agraris adalah mempunyai sumber energi manusia yang profesional dalam bidang pertanian. Sehingga negeri tersebut mampu penuhi kebutuhan pokoknya sendiri. Mengingat betapa berartinya zona pertanian di negeri agraris, pemerintah pun mulai melaksanakan pengembangan mulai dari pengolahan lahan yang benar, pemanfaatan bibit unggul, metode penanaman sampai panen yang telah memakai alat-alat berteknologi besar. Pasti tujuannya mendapatkan hasil pertanian yang baik dan bermutu. Adapun keuntungan menjadi negara agraris adalah, diantaranya yaitu:
Negara Agraris di DuniaSelain Indonesia, ada beberapa negara yang merupakan negara agraris diantaranya yaitu:
|