Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menyaring budaya asing yang masuk adalah

Jakarta -

Fungsi dan kedudukan Pancasila dalam menyaring budaya asing sangat penting bagi bangsa Indonesia. Hal ini disebutkan dalam paper Peranan Pancasila dalam Menumbuhkan Kesadaran Nasionalisme Generasi Muda di Era Global dari Universitas Diponegoro (Undip).

"Pancasila dijadikan acuan para generasi muda dalam bersikap bertindak dan bertutur kata yang sesuai dengan lima sila yang saling menjiwai dan dijiwai," tulis Ana Irhandayaningsih dalam paper tersebut yang merupakan pengajar jurusan ilmu perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Undip.

Pertanyaan fungsi dan kedudukan Pancasila dalam menyaring budaya asing, terkait dengan globalisasi yang terjadi di seluruh bidang kehidupan. Globalisasi menjadikan sekat antara budaya asli Indonesia dan asing makin tipis atau nyaris tidak ada.

Akibatnya, budaya asing makin mudah masuk dan diserap generasi muda Indonesia. Tentu tak ada masalah jika yang diserap hanya budaya yang berdampak baik pada kepribadian bangsa. Sayangnya budaya yang berdampak buruk ikut mempengaruhi kehidupan bangsa.

"Di era globalisasi ini peran Pancasila tentulah sangat fatal untuk tetap menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia. Dengan berlandaskan Pancasila diharapkan pengaruh budaya asing bisa disaring," tulis paper tersebut.

Penyaringan atau filterisasi memungkinkan generasi muda hanya memilih budaya baik untuk diikuti, hingga mempengaruhi kehidupan dan karakter. Hasilnya generasi muda menjadi pribadi yang berjiwa nasionalisme dan cinta tanah air, meski diuji dengan berbagai kondisi dan jatuh bangun bangsa.

Fungsi dan kedudukan Pancasila dalam menyaring budaya asing yang melahirkan sikap nasionalisme, tentu tidak bersifat sempit. Rasa nasionalisme dan cinta tanah air diwujudkan dengan menghargai bangsa lain, meski tetap mengutamakan kepentingan negara di atas hal lain. Termasuk kepentingan sendiri atau golongan tertentu.

Globalisasi sejatinya bisa menambah wawasan dan mempererat hubungan Indonesia dengan negara lain. Hal ini dapat dicapai bila Pancasila digunakan sebagai dasar untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme. Semua tindakan harus selalu menggunakan nilai-nilai Pancasila sebagai landasan utama.

Gimana detikers, sudah paham ya fungsi dan kedudukan Pancasila dalam menyaring budaya asing?

Simak Video "Riuh Klakson Saat Penutupan Jalan di Depan Monumen Pancasila Sakti"


[Gambas:Video 20detik]
(row/lus)

Ilustrasi Fungsi dan Kedudukan Pancasila dalam Hal Menyaring Budaya Asing. Foto: dok. Sasun Bughdaryan (Unsplash.com)

Proses globalisasi merupakan salah satu hal yang sangat lumrah dijumpai saat ini. Maka dari itu, penting bagi kita untuk tetap menyaring budaya asing yang kurang sesuai dengan budaya yang ada di dalam negeri. Dalam hal menyaring budaya asing kedudukan Pancasila berfungsi sebagai panduan atau dasar. Untuk mengetahui pemaparan selengkapnya, mari kita simak ulasan lengkap berikut ini.

Pancasila dikenal sebagai salah satu dasar sekaligus pedoman hidup bagi masyarakat Indonesia. Dalam Pancasila, terdapat nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya untuk diterapkan dalam kehidupan bersosial sehari-hari. Pentingnya menerapkan nilai Pancasila dalam kehidupan ini disebutkan dalam buku berjudul Pendidikan Kewarganegaraan: Kecakapan Berbangsa dan Bernegara yang disusun oleh Aa Nurdiaman (2007:15)

Dipaparkan dalam buku tersebut bahwa berdasarkan fungsi dasar pancasila sebagai dasar negara, segala tindak tanduk atau perbuatan semua warga negara harus mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Hal ini karena Pancasila merupakan sumber nilai yang menuntun sikap, perilaku atau perbuatan Warga Negara Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Ilustrasi Fungsi dan Kedudukan Pancasila dalam Hal Menyaring Budaya Asing. Foto: dok. Mikhail Pavstyuk (Unsplash.com)

Maka dari itu, penting untuk kita menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan nilai Pancasila rupanya juga penting untuk menyaring budaya asing yang masuk akibat adanya globalisasi. Dalam hal menyaring budaya asing kedudukan Pancasila berfungsi sebagai panduan atau dasar.

Pembahasan mengenai kedudukan dan fungsi Pancasila tersebut dipaparkan secara rinci dalam buku berjudul Buku Ajar Pengantar Hukum Indonesia yang disusun oleh Sri Hajati, ‎Ellyne Dwi Poespasari, ‎Oemar Moechthar (2019: 267).

Dikutip dari buku tersebut bahwa era globalisasi ditopang dengan teknologi informasi yang mempermudah interaksi sosial antar individu dan masyarakat seolah tanpa batas, sehingga terjadi pertukaran kebudayaan dan/atau transaksi kebudayaan dari kebudayaan satu berpindah pada kebudayaan lainnya.

Ilustrasi Fungsi dan Kedudukan Pancasila dalam Hal Menyaring Budaya Asing. Foto: dok. Álvaro Serrano (Unsplash.com)

Sehingga hal ini akan mempengaruhi perilaku individu dan secara global akan mempengaruhi watak masyarakat dan bangsa. Untuk mencegah hal tersebut, maka diperlukan fungsi filter Pancasila dalam menyaring pelbagai macam bentuk kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila serta hukum adat masyarakat Indonesia.

Pemaparan lengkap mengenai fungsi dan kedudukan Pancasila dalam hal menyaring budaya asing ini dapat kita ketahui untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. (DAP)

Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menyaring budaya asing yang masuk adalah

MUTIARAINDOTV – SEMARANG, Budaya adalah salah satu cara hidup atau identitas yang dimiliki oleh sebuah kelompok orang di daerah tertentu dan bersifat turun-temurun. Setiap tempat, pastilah memiliki identitas untuk menunjukan kepada daerah lain tentang keunggulan tempat itu. Dengan budaya, kita dapat mengenal atau dikenal oleh masyarakat yang berada jauh dari tempat kita. Selain itu, kita dapat melihat perilaku masyarakat. Secara tidak langsung, budaya dapat mempengaruhi perilakuperilaku baik budaya dari luar maupun dari lokal itu sendiri. Contoh budaya adalah Tari Saman, Pendet, Barong, Wayang, Batik, dan lain-lain. Budaya bisa membawa kita ke arah yang lebih baik, namun juga bisa ke arah yang negatif. Berdasarkan hal itulah kita harus menjaga kelestarian budaya yang telah kita miliki. Jangan sampai budaya yang menjadi ciri khas atau identitas negara kita diklaim atau justru diakui oleh negara asing. Terkadang kita sendiri memang tidak sadar telah mengabaikan banyak budaya lokal dan justru tertarik mempelajari budaya luar. Contoh sederhana yang dapat kita ambil adalah lagu daerah dan tari daerah. Tari dan lagu daerah adalah aset budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Namun, sangat sedikit anak atau generasi jaman sekarang yang hapal atau tahu akan.

Di sisi lain, Seligman (2002) mengemukakan bahwa budaya mempengaruhi kekuatan karakter seseorang. Sebagai penyokong kekuatan karakter, budaya menyediakan institusi, ritual, panutan, peribahasa, pepatah, dan cerita anak-anak. Hal ini membuat individu sejak anak-anak dan remaja menjadi terbimbing untuk mengembangkan karak-ter yang sesuai dengan budayanya. Panutan dan teladan dalam suatu budaya memberikan gambaran tentang kekuatan atau keutamaan tertentu. Panutan yang dimaksud bisa jadi tokoh nyata (misalnya Panglima Sudirman yang melambangkan kepahlawanan) dan kisah legendaris (misalnya Ki Hajar Dewantara dengan kecintaannya terhadap pendidikan). tari ataupun lagu daerah.

Generasi sekarang justru lebih banyak menyerap budaya asing yang belum tentu baik untuk diri sendiri. Generasi sekarang lebih hapal dengan lagu manca negara dibandingkan dengan lagu daerah atau lagu nasional. Generasi sekarang lebih banyak hapal dengan bahasa luar dibandingkan dengan bahasanya sendiri. Lebih banyak anak yan tertarik untuk mencoba gaya busana luar dibandingkan dengan gaya busana lokal. Menjadi up to date memang baik. Mengikuti jaman juga salah satu hal yang wajib untuk dilakukan. Namun, alangkah baiknya jika kita juga melakukan penyaringan terhadap apapun yang masuk ke dalam negara yang kiranya dapat mempengaruhi budaya lokal. Jangan sampai karena terlalu asik menikmati budaya luar kita lupa dengan budaya kita sendiri. Saat budaya asing datang, kita hanya harus menyaringnya. Mengambil yang baik dan meninggalkan yang buruk. Bukan justru menjadikannnya pengganti dari budaya lokal negara kita. Selain itu, jangan sampai sikap nasionalisme menjadi hilang. Kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa kita adalah kekayaan yang tak ternilai oleh apapun. Pengklaiman budaya yang pernah terjadi merupakan cambuk untuk semuanya bahwa kita telah lalai dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal Indonesia.

Dengan bersikap demikian, bukan berarti kita tidak menerima budaya lain masuk ke Indenesia. Kita hanya harus berani bertindak tegas dalam menjaga kelestarian budaya Indonesia. Diharapkan dengan menyaring budaya luar masuk ke dalam budaya lokal, budaya lokal sendiri tidakan hilang. Kita akan menjadi salah satu negara yang memiliki budaya lokal yang tak ternilai harganya. Tidak akan ada lagi kasus klaim mengklaim budaya antara negara. Negara asing juga tidak akan berani menerobos pertahanan kita terhadap budaya bangsa. Tindakan terakhir yang dapat dilakukan adalah memberikan sanksi yang tegas bagi mereka yang mencoba mengambil budaya lokal Indonesia. Jika, tindakan itu segera dilakukan besar kemungkinannya budaya negara kita akan aman dan akan terus ada hingga anak cucu kita. Penanaman sikap cinta budaya dapat dimulai sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi, bahkan hingga dewasa. Terus wapada dan tetap cinta akan budaya lokal Indonesia.

Penulis : Sony Apriandi & Tim 9