Pertunjukan wayang berfungsi sebagai media pendidikan media informasi dan media

mendapatkan pelanggan dengan mengganti merek suatu produk yang biasa dia pakai. Sekali pola tingkah laku atau sikap itu terbentuk, maka hal tersebut, maka hal tersebut dapat dikanalisasikan ke satu arah atau lainnya. 35 Dengan kata lain, media hanya mengikuti tingkah laku yang sudah terbentuk di masyarakat, sehingga pesan yang disampaikan oleh media bisa diterima dengan baik. c. Suplementasi: Yakni melakukan kontak langsung dengan komunikan. 36 Suplementasi mungkin sesuai dengan bentuk media komunikasi tradisional seperti pertunjukan wayang. Meskipun pertunjukan wayang hanyalah salah satu dari bentuk suplementasi dalam syarat keefektifan media.

4. Wayang Sebagai Media Komunikasi

Menurut KBBI, wayang diartikan sebagai boneka tiruan orang yg terbuat dr pahatan kulit atau kayu dsb yg dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan drama tradisional Bali, Jawa, Sunda, dsb, biasanya dimainkan oleh seseorang yg disebut dalang. 37 Menurut Amir Mertosedono dalam skripsi Eksistensi Wayang Kulit Sebagai Media Kritik Sosial, wayang juga diartikan seperti yang diungkapkan Nederlands Inie Land Valk Geschie Denis En Bestuur Bedijr En Samenleving 35 Ibid., hal. 396 36 Ibid. 37 kbbi.web.idwayang diakses pada Kamis,3Juli2014 dalam Mertosodono mengatakan bahwa wayang adalah suatu permainan bayangan pada kelir yang dibentangkan. 38 Jadi, bisa ditarik kesimpulan bahwa pertunjukan wayang adalah pertunjukan yang menggunakan boneka sebagai tokoh dan disajikan dalam bentuk bayangan pada kelir atau kain panjang yang dibentangkan. Wayang merupakan salah satu media komunikasi tradisional. Media tradisional sendiri adalah media komunikasi yang menggunakan seni pertunjukan tradisional, yang lahir dan berkembang di tengah pedesaan. 39 Oleh karena itu sering disebut sebagai pertunjukan atau teater rakyat. Sedangkan fungsi dari media tradisional adalah sebagai sarana hiburan, sarana pendidikan, sarana kontrol sosial, sarana diseminasi informasi, sarana pelestarian, dan pengembangan nilai-nilai budaya bangsa dan sarana perekat persatuan dan kesatuan bangsa. 40 Didalam buku Wayang Sebagai Media Komunikasi Tradisional Dalam Diseminasi Informasi, wayang memiliki dua fungsi utama dalam kaitannya dengan kehidupan sosial politik, yakni : 1. Sebagai terompet pemerintah untuk masyarakat, seperti saat digunakan pemerintah orde lama untuk menyampaikan kebijakan-kebijakan pemberantasan buta huruf PBH, manipol usdek, dan konfrontasi Indonesia-Malaysia. 38 Ahmad Dimyati, Eksistensi Wayang Kulit Sebagai Media Kritik Sosial. Skripsi, IAIN Mataram, Mataram, 2012. Hal. 31. 39 Kementrian Komunikasi dan Informatika RI, Op.Cit. 40 Kementrian Komunikasi dan Informatika RI, Op.Cit., Hal. 3 2. Sebagai alat untuk menyampaikan kehendak masyarakat untuk pemerintah, seperti ketika kaum nasionalis menggunakan wayang Pancasila untuk menyampaikan pesan kepada pemerintah Belanda agar segera meninggalkan Indonesia karena Indonesia yang sudah mencapai kemerdekaan. Dengan demikian, wayang dapat dijadikan alat komunikasi dua arah. 41 Wayang sebagai media komunikasi bisa dilakukan lewat beberapa bentuk, seperti : - Dialog, percakapan dua orang atau tiga orang tokoh-tokoh pewayangan; - Dhagelan, atau humor diantara punakawan; - Tembang atau nyanyian baik yang dinyanyikan dalang atau sinden. 42

5. Kritik Sosial

 


//marsudiraras.org/audio/BabarLayar.mp3

                Wayang adalah seni dekoratif yang merupakan ekspresi kebudayaan nasional. Disamping merupakan ekspresi kebudayaan nasional juga merupakan media pendidikan, media informasi, dan media hiburan.

Wayang merupakan media pendidikan, karena ditinjau dari segi isinya, banyak memberikan ajaran-ajaran kepada manusia. Baik manusia sebagai individu atau manusia sebagai anggota masyarakat. Jadi wayang dalam media pendidikan terutama pendidikan budi pekerti, besar sekali gunanya. Oleh karena itu wayang perlu dilestarikan, dikembangkan, lebih-lebih wayang kulit Purwa.

Wayang menjadi media informasi, karena dari segi penampilannya, sangat komunikatif didalam masyarakat. Dapat dipakai untuk memahami sesuatu tradisi, dapat dipakau sebagai alat untuk mengadakan pendekatan kepada masyarakat, memberikan informasi mengenai masalah-masalah kehidupan dan segala seluk-beluknya.

Wayang sebagai media hiburan, karena wayang dipakai sebagai pertunjukan didalam berbagai macam keperluan sebagai hiburan. Selain dihibut para peminat dibudayakan dan diperkaya secara sepiritual.

Jelas wayang dapat dipakai sebagai sarana pendidikan terutama pendidikan mental, karena didalamnya banyak tersirat unsur-unsur pendidikan mental dan watak.

Untuk membangung manusia seutuhnya, pembangunan mental adalah penting sekali. Oleh karena itu pengenalan nilai wayang, terutama wayang kulit Purwa yang banyak orang mengatakan bahwa wayang adalah kesenian klasik yang adi luhung, perlu digalakan. Lebih-lebih disekolah-sekolah sebagai pusat kebudayaan dan tempat pumpunan generasi muda yang menadi generasi penerus bangsa perlu dikenalkan, diserapkan, dan ditanamkan.

Unsur-unsur pendidikan dalam wayang kulit mengenai hal-hal seperti; masalah keadilan, kebenaran, kesehatan, kejujuran, kepahlawanan, kesusilan, psykhologi, filsafat, dan berbagai problema watak manusiawi yang sukar diungkapkan atau dipecahkan.

Media pendidikan dalam wayang kukit Purwa tidak hanay terdapat pada ceita-ceritanya, cara pentas atau pakelirannya, instruemen dan seni pedalangannya, tetapi juga pada perwujudan gambar wayang itu masing-masing. Wayang-wayang itu adalah gambaran watak manusia. Digambarkan tidak kurang dari 200 watak manusia pada kurang lebih 200 macam gambar wayang kulit Purwa.

Sebagian besar dasar watak banyak dilukiskan pada wujud raut muka yaitu pada posisi bentuk dan warnanya. Ada juga yang dilukiskan pada posisi ukuran tubuh dan bentuk tubuhnya. Perwujudan raut muka yang mengekspresikan watak terdapat pada bentuk-bentuk mata, hidung, mulut, warna roman muka, begitu juga pada posisi sikap wajah; yaitu luruh, longok, dan langaknya.

Sikap menunduk (luruh), melihat kedepan (longok), dan agak menengadah (langak), menggambarkab watak yang berbeda. Begitu juga wajah yang berwarna hitam, merah, putih, biru pada raut mukanya.

Dengan uraian diatas maka dalam kesenian wayang kulit Purwa perlu digalakan dan dikembangkan akan pengenalan wayang kulit Purwa pada gambarnya, menatahnya dan menyunggingnya. Bentuk gambarnya yang ekspresif dekoratif, tatahan dan sunggingan yang ornamental perlu dikenali dan dikembangkan sesuai dengan irama jaman dan perkembangan teknologi modern seperti sekarang ini dengan berpangkat pada seni rupa nasional.

MAGELANG – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Magelang menggelar sosialisasi media wayang kulit sebagai bahan pembelajaran pendidikan karakter bagi seluruh pendidik TK se-Kota Magelang, di Aula Disdikbud, Jumat (11/12/2020).

Workshop bertajuk “Seni Pertunjukan Wayang, Digitalisasi untuk Pendidikan Karakter Anak Usia Dini” ini diikuti 68 guru TK se-Kota Magelang. Mereka serius mengikuti materi yang disampaikan akademisi dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Kepala Disdikbud Kota Magelang, Agus Sujito mengatakan, pemilihan media wayang kulit, dinilai tepat sebagai pembentukan karakter. Selain itu, adanya penanaman nilai positif yang bisa diambil dari tokoh pewayangan.

“Kami memilih wayang agar ke depan bisa diaplikasikan guru-guru TK kepada anak didik mereka, untuk menanamkan nilai, dengan contoh konkret dan perilaku yang mencerminkan nilai positif tokoh wayang,” kata Agus.

Seluruh guru TK diharapkan mampu mengetahui masing-masing dari karakter pewayangan. Terlebih lagi, membuat wayang kulit sekarang ini bukanlah hal yang sulit.

“Bisa pakai wayang kertas atau metode lain, yang penting karakter atau tokoh pewayangan ini bisa sampai di benak anak-anak didik, terutama usia dini,” paparnya.

Dengan mengenalkan wayang kepada peserta didik usia dini, sebut Agus, para guru juga telah berperan melestarikan kebudayaan lokal. Di samping itu, media wayang kulit juga dianggap menarik sehingga menghindari kejenuhan siswa.

“Cerita wayang itu kan sangat menarik. Ini akan menggugah siswa untuk menikmati jalan ceritanya, mengenali tokoh-tokoh positifnya, kemudian menerapkan dalam kehidupan sehari-hari,” paparnya.

Ia melanjutkan, dalam setiap pagelaran, dalang bisa menyisipkan nilai-nilai dan muatan pendidikan moral melalui lakon yang dimainkan. Materi ini akan disesuaikan dengan tingkat pendidikan siswa. Harapannya, seni bisa menjadi filter terhadap perkembangan dampak era globalisasi.

“Anak usia dini merupakan ahli waris kekayaan budaya yang saat ini terus berusaha dilestarikan. Kami ingin membangun kecintaan siswa terhadap kebudayaan lokal melalui proses pendidikan di TK,” kata Agus.

Agus mencontohkan, karakter dalam cerita pewayangan asli Indonesia yang terkenal adalah Punakawan yang terdiri atas empat tokoh, yakni Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.

“Dari Semar misalnya, bisa diambil pelajaran bahwa seseorang harus tetap rendah hati, jujur, dan bijaksana. Rasa peduli Semar terhadap yang diabdinya sangatlah tinggi,” tuturnya.

Penulis : Prokompim/kotamgl
Editor: WH/Diskominfo Jtg

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA