Karang penghalang ombak di pantai timur benua australia disebut

TERUMBU KARANG 1.1 Terumbu Karang Pada dasarnya terumbu karang dibagi menjadi 3 menurut bentuknya, walaupun beberapa saintis ada yang membagi bentuk terumbu karang menjadi 5 atau lebih. Namun pada beberapa bentuk tambahan yang lain pada dasarnya merupakan pecahan dari tiga kelompok besar pembagian bentuk terumbu karang tersebut. Ketiga bentuk terumbu karang tersebut adalah sebagai berikut : 1. Fringing Reef (terumbu karang tepi).

Fringin Reef adalah terumbu karang yang tumbuh ditepi suatu pulau atau ditepi sepanjang pantai yang luas menghadap langsung ke laut. Fringing Reef adalah tipe terumbu karang yang banyak dijumpai di daerah perairan Asia Tenggara dimana sebagian besar pulau-pulau yang memiliki perairan yang jernih dan dangkal dilindungi oleh terumbu karang penghalang dari gempuran ombak. Perusakan terumbu karang berdampak pada eksistensi banyak pulau-pulau yang berada di tengah lautan besar yang dilindungi terumbu karang dari pengaruh badai dan ombak. Jadi secara langsung maupun tidak terumbu karang tipe ini termasuk salah satu terumbu karang yang juga berperanan besar dalam menopang perekonomian suatu daerah atau negara.

2. Barrier Reef (terumbu karang penghalang).
Terumbu karang tipe barrier atau penghalang tumbuh dan berkembang jauh dari pantai, dan antara terumbu karang dan pantai terdekat dibatasi oleh sebuah lagoon. Terumbu karang penghalang paling terkenal ditemukan di sebelah timur Benua Australia yang dikenal dengan nama Great Barrier Reef (GBR). Great barrier reef pada dasarnya merupakan rentetan banyak terumbu karang dan memiliki ukuran total panjang mencapai sekitar 2.000 km. Terumbu karang ini merupakan salah satu ekosistem terumbu karang yang terbaik didunia pada saat ini. Terumbu karang Great Barrier Reef didukung oleh beragam organisme, baik yang berasal dari kelompok hewan maupun yang berasal dari kelompok tumbuhan,baik yang berada di dalam kolom air maupun yang berada di dasar perairan. Seperti organisme dari kelompok ikan saja, keseluruhan Great Barrier Reef diperkirakan memiliki lebih dari 2.000 spesies (Mather dan Bennett, 1993).

3. Atoll (terumbu karang berbentuk cincin atau melingkar).
Atoll berasal dari kata “atolu”, yang berasal dari bahasa daerah di Kepulauan Maldives. Terumbu karang Atoll adalah terumbu karang berbentuk cincin atau terumbu karang berbentuk melingkar. Terumbu karang berbentuk atoll pada dasarnya berasal dari ketiga rentetan peristiwa terbentuknya tipe terumbu karang tersebut. Yaitu bermula dari terumbu karang tipe fringing reef, kemudian berubah menjadi barrier reef dan terakhir baru terbentuk atoll. Pada suatu pulau fulkano, pada awalnya terumbu karang tumbuh dan berkembang di sekeliling pantai pulau tersebut membentuk terumbu karang tepi (fringing reef). Kemudian dengan terjadinya pengosongan magma, pulau fulkano tersebut berangsur-angsur tenggelam. Secara singkat, sejalan dengan pertambahan waktu dimana pulau fulkano secara perlahan-lahan tenggelam semantara terumbu karang tetap berkembang dan tumbuh pada tempat yang sama menuju permukaan air. Keadaan ini memisahkan terumbu karang yang terus berkembang dengan dengan tepi pantai Pulau Fulkano yang semakin tenggelam, dan perairan yang berada diantara pantai dan terumbu tersebut disebut lagoon. Kondisi dimana diantara pantai dan terumbu karang telah terbentuk sebuah lagoon pada saat tersebut terumbu karang yang semula sebagai terumbu karang tepi telah berubah menjadi terumbu karang penghalang. Setelah sepenuhnya pulau fulkano tenggelam, maka terbentuk terumbu karang berbentuk atoll. Teori terbentuknya terumbu karang atoll ini dikenal dengan “subsidence theory” yang dikemukakan Darwin pada tahun 1842, yang sampai saat ini masih diakui kebenarannya.

1.2 Faktor Pembatas Sebagai organisme yang termasuk kelompok yang bersifat sasil di dasar perairan, karang rentan dengan terjadinya perubahan lingkungan. Karena tidak memiliki kemampuan untuk menghindar dari perubahan kondisi lingkungan sebagai kelompok hewan yang bias bergerak bebas. Beberapa faktor pembatas utama dalam menentukan kehadiran dan kelangsungan hidup karang pada suatu perairan meliputi faktor kedalaman, fluktuasi temperatur, salinitas, cahaya, arus, substrat yang cocok dan kecerahan perairan. 1) Kedalaman Karang hermatypic ditemukan dari daerah permukaan atau dari daerah intertidal sampai kedalaman 70 m, akan tetapi pada umumnya ditemukan sampai kedalaman 50 m. Sebagian besar hidup dengan subur sampai kedalaman 20 m, dan lebih rinci lagi keanekaragaman spesies dan pertumbuhan terbaik ditemukan pada kedalaman antara 3 sampai 10 m. Faktor kedalaman ini berpengaruh terhadap hewan karang berhubungan dengan intensitas cahaya yag masuk kedalam perairan. Cahaya yang masuk ke dalam perairan sangat dibutuhkan simbion karang zooxanthellae sebagai penyuplai utama kebutuhan karang sebagai inang. Hewan karang hanya akan ditemukan sampai kedalaman dimana cahaya masih ditolerir zooxanthellae yang hidup di dalam jaringan tubuh karang. Disamping itu perbedaan kedalaman juga dapat mempengaruhi bentuk koloni suatu karang. 2) Temperatur Karang hermatypic sebagai pembentuk utama terumbu karang dikenal sebagai organisme dan ekosistem yang berhubungan dengan perairan yang hangat, yang hanya ditemukan di daerah tropis sampai daerah sub-tropis. Pertumbuhan karang hermatypic tumbuh dan berkembang dengan subur antara suhu 25°C sampai 29°C. Kenyatan di alam karang hermatypic sendiri tidak memiliki fluktuasi temperatur yang sempit. Secara umum diketahui suhu terendah untuk organisme ini sebagian besar hidup di atas suhu 18°C pada musim dingin dan suhu tertinggi sekitar 32°C pada musim panas. Batas temperatur minimum untuk terumbu karang sudah jelas, yaitu tidak lebih kecil dari 18°C. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan hewan karang sendiri. Organisme karang yang berada di daerah subtropis yang telah dipelajari secara rinci malahan ditemukan pada perairan dengan suhu terendah mencapai 11°C. Kondisi ini ditemukan di perairan sub-tropis Jepang,dimana sekitar 25% dari seluruh organisme karang hidup pada daerah perairan dengan suhu waktu musim dingin turun sampai 11°C, dan sekitar 50% dari spesies karang hidup pada temperatur perairan laut dengan penurunan suhu secara berkelanjutan pada musim dingin sampai 14°C. Sementara karang ahermatypic memiliki pertumbuhan maksimum antara suhu 4,5°C sampai 10°C, akan tetapi bisa ditemukan sampai suhu -1,1°C. 3) Salinitas Salinitas merupakan salah satu faktor pembatas yang sangat penting bagi karang. Organisme karang hidup dengan sangat baik pada salinitas 35‰, atau sama dengan salinitas rata-rata lautan (samudra). Kisaran salinitas pada umumnya karang masih ditemukan antara 27‰ sampai 40‰, dan pertumbuhan terbaik karang berkisar antara 34‰ sampai 36‰. Beberapa jenis karang yang tahan terhadap salinitas yang tinggi adalah dari jenis Acropora dan Porites. Seperti karang Acropora di Lautan Hindia mampu bertahan hidup sampai salinitas 40‰ dalam beberapa jam. Sedangkan karang yang paling tahan terhadap peningkatan salinitas adalah dari kelompok Porites, yang mampu bertahan hidup sampai pada salinitas 48‰. Salinitas mematikan seluruh jenis karang terjadi di atas 48‰. Salinitas terendah yang bias ditolelir karang sekitar 27‰. Akan tetapi pada dasarnya juga tergantung lingkungan dimana organisme karang berada, karena ada kalanya pada saat-saat tertentu berbagai jenis karang juga masih ditemukan pada salinitas sampai mendekati 0‰. Terutama bagi berbagai jenis karang yang berada di daerah intertidal pada saat surut terendah. 4) Cahaya Cahaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi karang hermatypic. Cahaya dibutuhkan karang dalam bentuk hubungan tidak langsung. Pada prinsipnya cahaya dibutuhkan oleh simbion karang zooxanthellae yang hidup di dalam jaringan tubuh karang hermatypic yang merupakan penyuplai utama kebutuhan hidup karang. Sementara karang ahermatypic tidak membutuhkan cahaya sehingga bisa hidup pada setiap kedalaman. 5) Arus (Pergerakan Air) Sirkulasi air sangat penting dalam suatu perairan bagi organisme yang berada di dalamnya, baik untuk perairan darat maupun perairan laut. Peranan utama pergerakan air bagi organisme perairan adalah berhubungan dengan penyediaan oksigen dan makanan. Bagi karang penyuplai nutrient terbesar berasal dari simbionnya zooxanthellae, namun arus diperlukan karang dalam memperoleh makanan dalam bentuk zooplankton dan oksigen serta dalam membersihkan permukaan karang dari sedimen. Karang sendiri memiliki kemampuan dalam membersihkan permukaan tubuhnya (koloninya) dari sedimen, tetapi dalam jumlah yang sangat terbatas. Sehingga jenis karang yang ditemukan dalam perairan yang memiliki tingkat sedimentasi yang tinggi hanya terbatas pada jenis karang tertentu. Arus juga berperanan besar dalam proses fertilisasi dan distribusi karang, terutama dalam masa spawning dan larva. Pengaruh arus diperkirakan bisa menyuplai larva untuk perairan Hawaii dari organisme karang yang berasal dari bagian barat perairan Laut Pasifik, mengingat larva karang tertentu mampu bertahan hidup sampai ratusan hari. Seperti larva karang Pocillopora damicornis dapat bertahan hidup dan masih mampu menempel setelah 103 dalam bentuk larva (Richmond, 1987). 6) Substrat Pada umumnya larva karang mampu menempel pada berbagai tipe sustrat keras, seperti berbagai jenis batu-batuan, skeleton karang yang telah mati, kerangka atau cangkang berbagai jenis hewan dasar laut baik yang bebas bergerak maupun yang hidup menetap. Tidak terkecuali untuk benda-benda keras yang mengapung di permukaan air bisa menjadi objek untuk tempat penempel larva planula karang. Secara umum pasir halus atau substrat halus yang bergerak serta dasar perairan berlumpur tidak menjadi substrat target bagi planula karang dalam penempalan. Substrat termasuk faktor pembatas sangat penting bagi karang, karena dalam fase hidup karang hanya bebas bergerak dalam jumlah waktu terbatas terutama pada saat larva planula. Fase berikutnya memerlukan substrat untuk tempat menempel dan melekat secara permanen untuk selama hidupnya. Kecuali pada beberapa jenis karang dari kelompok Fungia yang setelah dewasa kembali melepaskan diri dari substrat tempat menempel dari saat larva planulae menjelang dewasa. 7) Kecerahan Perairan

Kecerahan perairan sebenarnya berhubungan dengan padatan tersuspensi dan cahaya yang sampai ke dalam perairan. Intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan akan semakin besar dan semakin dalam bila perairan memiliki tingkat kecerahan yang tinggi. Kedua faktor ini dipengaruhi oleh padatan tersuspensi di dalam air. Bila padatan tersuspensi tinggi menyebabkan tingkat kekeruhan juga tinggi, yang mengakibatkan cahaya yang masuk ke dalam perairan sangat terbatas. Kecerahan dan cahaya merupakan dua faktor yang tidak dapat dipisahkan dari karang. Kedua faktor ini menjadi faktor pembatas melalui hubungan secara tidak langsung dengan hewan karang sebagai inang bagi zooxanthellae. Karena hamper 100% kebutuhan hidup sebagian besar karang berasal dari simbionnya zooxanthellae yang hidup di dalam jaringan tubuh karang, yaitu sekitar 95% sampai 99%. Zooxanthellae sebagai mikro-algae (kelompok tumbuhan) dari kelompok dinoflagellata merupakan organisme yang memiliki klorofil di dalam tubuhnya, yang memerlukan intensitas cahaya matahari yang cukup dalam memproses makanan.

DAFTAR PUSTAKA

Richmond R.H. 1987. Energetics, competency, and long distance dispersal of planula larvae of coral
Pocillopora damicornis. Mar. Biol., 93: 527-533.

Thamrin. 2006. Karang, Biologi Reproduksi & Ekologi. Pekanbaru: Minamandiri Pres. Hal: 5-15.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA