Perbedaan PENELITIAN ilmiah dan non ilmiah dalam bentuk tabel

Shaugnessy dan zechmeister (1997) membahas perbedaan metode ilmiah dan non ilmiah yang di gambarkan pada tabel di bawah ini

Aspek

Non ilmiah

Ilmiah

Pendekatam terhadap masalah

intuitif

Empiris

konsep teori

Ambigu dengan arti yang berlebihan

Defenisi jelas, opresional spesigik

Hipotesis

Tidak dapat dibuktikan

Dapat dibuktikan

Observasi gejala

Tidak terkontrol, seadanya

Sisrematis, terkontrol

Alat ukur

Tidak akurat, tidak tepat, tidak sesuai

Akurat tepat sesuai

Kontrol

Tidak ada

Selalu di lakukan

pelaporan hasil penelitian

bias, subjek

tidak bias, objektif

sikap peneliti

tidak kritis menerima apa adanya

kritis, skeptis, mencari bukti

penyimpulan terhadap hubungan antara variabel

menghubungkan 2 kejadian secara terburu-buru

mencari hubungan antara variabel secara sadar dan sistematis

sifat penelitian

tidak dapat diulang

dapat diulang

     

  Pendekatan Ilmiah :

  1. Perumusan masalah jelas dan spesifik.
  2. Masalah merupakan hal yang dapat diamati dan diukur secara empiris
  3. Jawaban permasalahan didasarkan pada data
  4. Proses pengumpulan dan analisis data, serta pengambilan keputusan berdasarkan logika yang benar.
  5. Kesimpulan yang didapat siap/terbuka untuk diuji oleh orang lain.

Pendekatan Non Ilmiah :

  1. Perumusan masalah yang kabur atau abstrak.
  2. Masalah tidak selalu diukur secara empiris dan dapat bersifat supranatural/dogmatis.
  3. Jawaban tidak diperoleh dari hasil pengamatan data di lapangan.
  4. Keputusan tidak didasarkan pada hasil pengumpulan data dan analisis data secara logis.
  5. Kesimpulan tidak dibuat untuk diuji ulang oleh orang lain.

Perbedaan Penelitian Berdasarkan Keilmiahan :
Penelitian Ilmiah Menggunakan kaidah-kaidah ilmiah (Mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian ilmiah/meyakinkan. Ada dua kriteria dalam menentukan kadar/tinggi-rendahnya mutu ilmiah suatu penelitian yaitu: a. Kemampuan memberikan pengertian yang jelas tentang masalah yang diteliti.

b. Kemampuan untuk meramalkan: sampai dimana kesimpulan yang sama dapat dicapai apabila data yang sama ditemukan di tempat/waktu lain

Penelitian non ilmiah a. Berdasarkan Spesialisasi Bidang (ilmu) garapannya : Sebagian penelitian yang non ilmiah didapati pada bidang garapan sebagai berikut : 1. Bisnis (Akunting, Keuangan, Manajemen Pemasaran) 2. Komunikasi (Massa, Bisnis, Kehumasan / PR, Periklanan) 3. Hukum (Perdata, Pidana, Tatanegara, Internasional) 4. Pertanian (agribisnis, Agronomi, Budi Daya Tanaman, Hama Tanaman)

5. Teknik, Ekonomi (Mikro, Makro, Pembangunan), dll.

b. Berdasarkan dari hadirnya variabel (ubahan) : variabel adalah hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap, yang menunjukkan variasi baik kuantitatif maupun kualitatif. Variabel : masa lalu, sekarang, akan datang.

Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan/ menggambar-kan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi) adalah penelitian deskriptif ( to describe = membeberkan/ menggambarkan). Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang adalah penelitian eksperimen.

Syarat-syarat/kriteria agar suatu penelitian dikatakan sebagai Penelitian Ilmiah

  1. Sifat atau ciri dari penelitian:
    1.  Pasif, hanya ingin memperoleh gambaran tentang suatu keadaan atau persoala
    2. Aktif, ingin memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesa
    3. Posisi penelitian sendiri pada umumnya adalah menghubungkan:
      1)  Keinginan manusia,

2)   Permasalahan yang timbul,

3)   Ilmu pengetahuan, dan

4)   Metode ilmiah.

  1. Ciri-ciri penelitian ilmiah adalah:
    a.  Purposiveness, fokus tujuan yang jelas;
  2. Rigor, teliti, memiliki dasar teori dan disain metodologi yang baik; c.  Testibility, prosedur pengujian hipotesis jelas d.  Replicability, Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis; e.   Objectivity, Berdasarkan fakta dari data aktual : tidak subjektif dan emosional; f.   Generalizability, Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna;

    g.   Precision, Mendekati realitas dan confidence peluang kejadian dari estimasi

  3. Parsimony, Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitiannya.

Penelitian yang dilakukan dengan metode ilmiah disebut penelitian ilmiah. Suatu penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai penelitian ilmiah. Umumnya ada lima karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :

  1. Sistematik
                 Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks
  2. Logis
    Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
  3. Empirik artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian.

    Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu ; Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain), Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu dan Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).

  4. Obyektif,
    artinya suatu penelitian menjahui aspek-aspek subyektif yaitu tidak mencampurkannya dengan nilai-nilai etis
  5.  Replikatif,
    artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.

Karlina 114020084 Manajemen C Fakultas Ekonomi Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

METODE ILMIAH DAN METODE NON ILMIAH

A.    Pengertian Metode Ilmiah dan Non Ilmiah

1. Metode Ilmiah

Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol. Metode ilmiah merupakan rangkaian struktur kerja yang tidak dapat dipisahkan.

Metode Ilmiah adalah cara untuk menunjukkan dan memberikan bukti akan kebenaran suatu teori dan atau pernyataan terkait dengan yang akan dikemukakan. Suatu Penelitian Ilmiah akan berhasil dengan baik apabila dilakukan dengan struktur metode ilmiah.

Seperti : Perumusan masalah, Penyusunan Kerangka Berpikir/ Dasar Teori, Penarikan Hipotesis, Eksperimen/Percobaan, Analisis Data, Penarikan Kesimpulan.

2. Metode Non Ilmiah

Metode non ilmiah merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah. Namun dalam pemecahan masalah tersebut hanya berdasarkan pada  pendapat atau anggapan dari para ahli pikir atau dari para penguasa yang dianggap benar. Padahal anggapan itu belum tentu dapat dibuktikan kebenarannya.

B.     Perbedaan Metode Ilmiah dan Non Ilmiah

1.      Metode Ilmiah

Suatu Penelitian Ilmiah akan berhasil dengan baik apabisa dilakukan dengan struktur metode ilmiah. Struktur metode ilmiah memiliki beberapa langkah sebagai berikut:

a.      Perumusan masalah

Perumusan masalah merupakan langkah untuk mengetahui masalah yang akan dipecahkan sehingga masalah tersebut menjadi jelas batasan, kedudukan, dan alternatif cara untuk memecahkannya. Perumusan masalah juga berarti pertanyaan mengenai suatuobjek secara tertulis, sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan objek tersbut.

b.      Penyusunan Kerangka Berpikir/ Dasar Teori

Penyusunan Kerangka berpikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan antara berbagai faktor yang berkaitan dengan objek dan dapat menjawab permasalahan. Keterangan keterangan dalam menyusun suatu dasar teori dapat diperoleh dari buku-buku laporan hasil penelitian orang lain. Wawancara dengan pakar, atau melalui pengamatan langsung (observasi) di lapangan. Dasar teori berguna sebagai dasar menarik hipotesis.

c.       Penarikan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan terhadap permasalahan atau pertanyaan yang diajukan berdasarkan kesimpulan kerangka berpikir/dasar teori. Dikatakan sebagai jawaban sementara karena hipotesis ini baru mengandung kebenarannya yang bersifat logis dan teoritis. Kebenarannya belum bersifat empiris, , karena belum terbukti melalui eksperimen.

d.      Eksperimen/Percobaan

Untuk menguji hipotesis dapat dilakukan dengan melakukan observasi dan percobaan atau eksperimen. Dari eksperimen atau percobaan tersebut akan diperoleh data. Data inilah yang akan dianalisa untuk memudahkan penarikan kesimpulan.

Dalam melakukan eksperimen diperlukan beberapa variabel penelitian. Variabel penelitian adalah faktor-faktor yang berpengaruh dalam suatu eksperimen. Variabel penelitian tersebut ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Dengan adanya variabel penelitian akan diperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang berpengaruh dalam eksperimen sehingga lebih mudah untuk menarik kesimpulan. Jenis-jenis penelitian sebagai berikut:

a. Variabel Bebas adalah variabel yang sengaja dibuat tidak sama dalam eksperimen.

b. Variabel Terikat adalah variabel yang muncul akibat perlakuan dari variabel bebas.

c. Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan     variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.

e.       Analisis Data

Data diperoleh dari hasil eksperimen. data hasil eksperimen dapat dibedakan menjadi 2 jenis sebagai berikut:

1. Data kualitatif yaitu data yang tidak disajikan dalam bentuk angka tetapi dalam bentuk deskripsi. Contoh data ciri morfologi.

2. Data kuantitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk angka. Contoh data hasil pengukuran tinggi batang suatu tanaman. Data kuantitatif harus diolah dalam bentuk tabel, grafik, atau diagram sehingga mudah dipahami orang lain.

f.        Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan harus mengacu pada hasil eksperimen. Kesimpulan dari suatu penelitian harus diambil berdasarkan semua data yang diperoleh. Penarikan kesimpulan bukan berdasarkan hasil rekayasa atau kkeinginan peneliti. Bukan pula untuk menuruti kemauan pihak tertentu dengan cara memanipulasi data. Kesimpulan harus memiliki hubungan yang jelas dengan permasalahna dan hipotesis.

Ada 2 kemungkinan yang ada dalam pengmbilan kesimpulan, yaitu hipotesis diterima dan hipotesis ditolak.

2.      Metode Non Ilmiah

Ada beberapa pendekatan metode non ilmiah yang banyak digunakan, yaitu; pendapat otoritas, pengalaman, penemuan secara kebetulan dan coba-coba (Trial and Error), metode a priori dan sebagainya.

a.      Pendapat Otoritas

  Pendapat otoritas ilmiah berasal dari orang-orang yang biasanya telah menempuh pendidikan formal tertinggi atau orang yang telah mempunyai pengalaman kerja ilmiah dalam suatu bidang/ilmu. Pendapat-pendapat mereka sering diterima orang tanpa diuji; selalu dipandang benar.

Kadang-kadang ada pendapat yang tidak benar namun karena merupakan pendapat orang yang mempunyai wewenang, orang awan menganggap pendapat itu suatau kebenaran. Sejarah membuktikan bahwa sebelum diperkenalkan teori Copernicus, orang percaya bahwa matahari adalah satelit dari bumi. Bumi adalah pusat dari alam semesta. Copernicus dan kawan-kawanya dengan gigih membuktikan teori baru yang sekarang dipercaya kebenarannya bahwa sebenarnya bumi dan satelit-satelit yang lainya berbutar mengelilingi matahari. Ini sekaligus mengakhiri teori salah yang telah sekian lama selalu dianggap benar karena teori itu berasal dari orang yang memiliki wewenang.

b.      Pengalaman

Untuk memperoleh sesuatu yang mereka inginkan manusia seringkali menggunakan pengalaman-pengalamannya. Contoh misalnya anak kecil kerapkali menggunakan pengalaman-pengalamannya untuk mendapatkan sesuatu yang dikehendaki dari orang tuanya. Misalnya; anak kecil menggunakan pengalamanya bahwa kalau ia selalu patuh terhadap orang tua dan berprestasi selalu mendapat ganjaran dari orang tuanya. Sebaliknya, kalau ia tidak patuh dan tidak berprestasi ia kena marah. Dengan pengalaman-pengalaman seperti itu, anak-anak cenderung patuh dan ingin mendapatkan prestasi yang setinggi-tingginya agar memperoleh pujian dan ganjaran dari orang tuanya.

Pengalaman memang kadang-kadang banyak membantu. Tetapi jika tidak digunakan secara kritis bisa merugikan. Anak kecil yang terbiasa rakus kalau di rumah ; Selalu memilih kue-kue yang besar waktu ibunya membagi kue-kue kemungkinan anak itu akan memilih hadiah yang dibungkus dalam bungkusan yang lebih besar meskipun mungkin isinya barang yang tak berharga.

c.       Penemuan Coba-coba ( Trial and Error )

 Penemuan secara kebetulan banyak terjadi dan banyak diantaranya sangat berguna, Misalnya, Newton menemukan hukum grafitasi bumi waktu ia secara kebetulan melihat buah apel yang jatuh. Archimedes, menemukan dalil Archimedes yang sangat terkenal  itu sewaktu ia mandi berendam dalam suatu bak yang penuh air. Ada seorang penderita malaria yang secara kebetulan menemukan obat penyakitnya pada waktu mandi dikolam yang berisi air pahit yang berasal dari kulit pohon kina yang pohonya tumbang ke dalam parit. Penemuan-penemuan seperti itu di peroleh tanpa rencana, tidak pasti, dan tidak melalui langkah-langkah yang sistimati dan terkendali.

Penemuan coba-coba ( trial and error ) di peroleh tanpa kepastian untuk memperoleh suatu kondisi tertentu untuk pemecahan suatu masalah. Usaha seperti ini umumnya merupakan serangkaian percobaan tanpa arah dan tanpa keyakinan yang pasti untuk suatu pemecahan masalah. Pemecahan terjadi secara kebetulan setelah dilakukan serangkaian usaha coba-coba. Penemuan tersebut pada umumnya tidak efisien dan tidak terkontrol.

d.      Metode A Priori

Metoda a priori juga disebut metoda intuisi. Dalam pendekatan ini orang menentukan pendapat mengenai sesuatu berdasar atas pengetahuan yang langsung ( didapat dengan cepat tanpa proses dan pemikiran yang matang). Dalil-dalil dan kesimpulan yang diterima menurut metode tersebut semata-mata berdasar alasan yang tidak dipertimbangkan dengan pengalaman.

C.     Memahami Metode Ilmiah

Perkembangan pola pikir manusia dimualai dari zaman Babilonia (kurang lebih 650SM) dimana orang percaya pada mitos, ramalan  asib berdasarkan perbintangan. Bahkan percaya adanya banyak dewa. Pengetahuan itu mereka peroleh dengan berbagai cara, antara lain:

1.      Prasangaka

Yaitu suatu anggapan benar padahal baru merupakan kemungkinan benar atau kadang-kadang malah tidak mungkin benar. Contoh, pada zaman Babilonia, orang percaya bahwa hujan dapat turun dari surge sampai kebumi melalui jendela-jendela yang ada di langit. Dengan prasangka, orang sering mengambil keputusan yang keliru. Prasangka hanya berguna untuk mencari kemungkinan suatu kebenaran.

2.      Intuisi

Yaitu suatu pendapat seseorang yang diangkat dari erbendaharaan pengetahuannya terdahulu melalui suatu proses yang tidak disadari. Jadi, seolah-olah begitu saja muncul pendapat itu tanpa difikir. Pengetahuan yang dicapai denngan cara demikian sukar dipercaya, ungkapan-ungkapan sering juga masuk akal namun belum tentu cocok dengan kenyataan. Contoh, seorang astrolog disamping rumusannya sering menggunakan intuisinya dalam memberikan ramalan nasib seseorang.

3.      Trial and error

Yaitu metode coba-coba atau untung-untunngan. Cara ini dapat diibaratkan seperti seekor kera yang mencoba meraih pisang dalam sebuah kerangken dari percobaab Kohler, seorang psikolog Jerman. Kera itu dengan cara coba-coba akhirnya dapat juga meraih pisang dengan menggunakan tongkat.

Banyak penemuan hasil “real and errorsangat berguna bagi manusia, misalnya, ditemukannya rendaman kulit kina untuk obat malaria. Penemuan dengan cara coba-coba ini jelas tidak efisien sebagai suatu cara untuk mencari kebenaran.

Pada zaman Yunani orang cenderung untuk mengikuti ajaran dari para ahli piker atau para penguasa. Namun, ajaran-ajaran ini ternyata banyak yang keliru karena ahli-ahli piker itu terlalu mengandalkan atas pemikiran atau akal sehat, dan kebenaran yang dianut itu adalah yang masuk akalnya. Contohnya, setiap hari kita melihat matahari terbit dari timur lalu terbenam dari barat. Maka masuk akallah bila dikatakan bahwa matahari beredar mengelilingi bumi. Pengetahuan yang didapat dengan cara tersebut diatas termasuk pada golongan pengetahuan yang tidak ilmiah.

Pengetahuan dapat dikatakan ilmiah bila pengetahuan itu memenuhi 4 syarat yaitu:

1.      Objektif

Artinya pengetahuan itu sesuai objeknya, maksudnya adalah bahwa kesesuaian atau dibuktikan denga hasil pengindraan. Contoh, Galileo dapat dianggap tokoh perintis ilmu pengetahuan khususnya IPA karena ia berani menentang kepercayaan yang ada pada masa itu yang berlawanan dari hasil pengamatannya. Ia mengajarkan pada murid0muridnya untuk tidak begitu saja mempercayai ajaran Aristoteles dan hendaknya melakukan eksperimen serta membuat kesimpulan atas obserfasinya itu. Singkatnya, Galileo mendambakan kebenaran yang objektif atas dasar empiri.

2.      Metodik

Artinya pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu dan terkontrol.

3.      Sitematik

Artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu system, tidak berdiri sendiri (satu dengan yang lain saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh).

4.      Berlaku umum

Artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau oleh beberapa orang saja, tetapi semua orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten. Contoh : melalui teropongnya Galileo menemukan adanya gunung-gunung di bulan. Pengetahuan ini tak hanya berlaku bagi Galileo tetapi setiap orang bila menggunakan teropong yang sama dengan cara yang sama akan memperoleh pengetahuan yang sama, yaitu bahwa di bulan ada gunung-gunung.

D.    Memahami Metode Ilmiah Sebagai Dasar IPA

H.W. Fowler mengatakan bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Sedangkan Nokes didalam bukunya “Science in Education” menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus. Kedua perbedaan diatas sebenarnya tidak berbeda.

Memang benar bahwa IPA merupakan suatu ilmu teoritis, tetapi teori tersebut didasarkan atas pengamatan percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam. Betapapun indahnya suatu teori dirumuskan, tidaklah dapat dipertahankan kalau tidak sesuai dengan hasil-hasil pengamatan atau observasi.

Fakta-fakta tentang gejala kebendaan atau alam diselidiki, dan diuji berulang-ulang melalui percobaan-percobaan (eksperimen), kemudian berdasarkan hasil eksperimen itulah dirumuskan keterangan ilmiahnya atau teorinya. Teori pun tidak berdiri sendiri. Teori selalu didasari oleh suatu hasil pengamatan.

Contoh :

1. Maxwell tidak akan sampai menyusun teori gelombang elektromagnetik, kalau seandainya Faraday tidak berhasil dalam percobaan-percobaannya mengenai induksi elektromagnetik.

2. Planet Neptunus tidak akan diketemukan secara teoritis seandainya sebelumnya tidak ada pengamatan yang menyaksikan suatu keanehan dalam lintasan planet-planet lainnya.

Jadi dapatlah disetujui bahwa ipa adalah suatu pengetahuan teori yang diperoleh atau disususn dengan cara yang khas khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikiana seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Cara untuk memperoleh ilmu yang demikian ini terkenal dengan nama metode ilmiah.

Metode ilmiah pada dasarnnya merupakan suatu cara yang logis untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Metode ilmiah inilah merupakan dasar metode yang digunakan dalam IPA.

Sejak abad ke 16 para ilmuan mulai menggunakan metode itu ddalam mempelajari alam semesta ini. Mereka menyadari adanya suatu masalah. Pemecahan masalah itu dilakukan tahap demi tahap dengan urutan langkah-langkah yang logis, dikumpulkannya fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah tersebut, mengujinya berulang-ulang melalui eksperimen tersebut yang diyakini kebenarannya. Pendekatan yang digunakan kadang-kadang bersifat induktif dan kadang-kadang bersifat deduktif.

Pendekatan induktif iaalah mengambil kesimpulan umum berdasar dari sekumpulan oengetahuan, sedangkan yang bersifat deduktif ialah berdasarkan hal-hal yang sudah dianggap benar diambil suatu kesimpulan dengan menggunakan hal-hal yang dianggap benar itu.

Sejak digunakannya metode ilmiah didalam penelitian ilmiah, dimulailah ipa modern yang kemudian berkembang sangat pesat. Perintis-perinyis ipa modern ialah Galililoe Galililei (1564-1642), Isaac Newton (1642-1727) dan Robert Boyle (1626-16910), sedangkan yang khusus dalam ilmu kimia ialah Antoine Lurente Lavoiser (1743-1793).

Lavoiser melalui eksperimen-eksperimen yang dilakukannya berulang-ulang telah dapat membuktikan bahwa pada proses pembakaran terjadi reaksi antara bahan yang dibakan denngan oksigen yang terdapat di hawa udara jadi bukan karena bahan yang dibakar tersebut mengandung flogiston seperti anggapan orang-orang sebelumnya. Berdasarkan penemuanya itu lavoiser telah membukatikan bahwa teori flogiston itu salah dan sebagai gantinya dikemukakan teori oksigen yang masih berlaku sampai saat ini. Sukses lavoiser ini diperoleh karena dia menggunakan metode ilmiah dalam penelitiannya.

Adapun langkah-langkah didalam metode ilmiah adalah:

1. Perumusan masalah

2. Penyusunan Kerangka Berpikir/ Dasar Teori

3. Penarikan Hipotesis

4. Eksperimen/Percobaan

5. Analisis Data

6. Penarikan Kesimpulan menjadi hasil teori ilmiah

Secara umum, penilitian dapat diartikan sebagai proses mengumpulkan dan menganalisis data atau informasi secara sistematis sehingga menghasilkan kesimpulan yang sah. Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode ilmiah merupakan langkah yang hierarkis (berjenjang atau berurutan) dan logis. Tahapan-tahapannya sitematis, bukan acak. Dalam penelitian, langkah dengan menggunakan metode ilmiah tersebut secara tipikal dapat dirinci sebagai berikut.

1.      Mengenali dan menentukan masalah yang akan diteliti.

2.      Mengkaji teori yang sudah ada yang relevan dengan masalah yang hendak diteliti.

3.      Mengajukan hipotesis atau pertanyaan penelitian.

4.      Membuat desain penelitian untuk menguji hipotesis tersebut.

5.      Mengumpulkan data dengan menggunakan prosedur yang mengacu pada desain penelitian.

6.      Menganalisis data.

7.     

Menginterpretasikan data dan menarik kesimpulan.

Dalam penelitian, suatu penarikan kesimpulan yang tidak menggunakan pendekatan atau metode ilmiah dapat dikatakan tidak sah. Kenapa? Hal ini perlu disadari oleh peneliti pemula karena dalam praktik ada beberapa prosedur dasar dalam penarikan kesimpulan yang tampak sah ternyata justru sebaliknya, tidak sah karena pendekatan yang ia gunakan bukan pendekatan ilmiah. Jika prosesnya tidak sah maka produk yang dihasilkan juga tidak sah secara ilmiah.

Suatu produk penelitian (dalam hal ini pengetahuan) yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah paling tidak mempunyai beberapa karakteristik, antara lain:

1.      Objektif

2.      Bahasa jelas

3.      Dapat diverifikasi, dan

4.     

Bagi orang awam, pengertian objektif adalah lawan dari subjektif, tidak bias, dan terbuka terhadap kritik. Dari sudut pandang prosedural dalam rangkaian proses penelitian, kata objektif ini mengacu pada prosedur pengumpulan dan analisis data sehingga si peneliti tidak mungkin menginterpretasikan hasil penelitiannya secara salah. Dengan kata lain, jika ada orang lain melakukan penelitian tersebut dengan prosedur seperti yang ia lakukan maka hasil yang diperoleh akan sama. Objektivitas ini sangat penting dalam penelitian dan deskripsi prosedur perlu sejelas mungkin agar terbuka peluang bagi peneliti lain untuk mereplikasi penelitian tersebut.

Kadar objektivitas dalam banyak hal ditentukan oleh objek dan tempat penelitian. Contohnya, kadar objektivitas penelitian fisika di laboratorium relatif lebih tinggi daripada penelitian biologi di lapangan atau di kebun percobaan. Yang perlu disadari adalah bahwa masalah objektivitas bukan merupakan hal yang mudah karena penelitian sosial bukan dilakukan terhadap benda mati melainkan kepada manusia yang mempunyai perilaku berubah-ubah/sukar diramal. Oleh karenanya diperlukan kecermatan yang tinggi jika hasil yang diharapkan kelak ingin benar-benar dapat dipercaya.

Kejelasan atau akurasi merupakan aspek kedua yang perlu diperhatikan dalam penelitian. Dalam penelitian banyak sekali bahasa atau istilah teknis yang mungkin hanya dikenali oleh orang-orang tertentu. Bahasa yang digunakan harus jelas dan tepat. Salah satu cara untuk mengindahkan prinsip kejelasan berbahasa ini adalah membuat definisi operasional istilah yang digunakan sehingga orang lain tidak salah dalam menangkap makna yang ingin dituangkan dalam laporan penelitian.

Aspek ketiga adalah keterbukaan untuk diverifikasi. Ini berkaitan erat dengan dua aspek sebelumnya. Bila kedua aspek tersebut diindahkan, maka baik desain maupun hasil penelitian tersebut bersifat terbuka dan dapat ditindaklanjuti baik dalam bentuk penelitian ulang oleh peneliti lain atau penelitian yang lebih mendalam. Dalam dunia penelitian, hasil replikasi bisa sama, bisa juga berbeda dengan hasil penelitian semula. Istilah keterbukaan untuk diverifikasi disini berarti segala informasi dalam penelitian tersebut terbuka bagi publik untuk direplikasi, ditelaah kembali, dan di kritik, dikonfirmasi atau bahkan ditolak oleh peneliti lain.

Aspek keempat, pendekatan yang dilakukan dalam dunia penelitian adalah pendekatan benar oleh orang awam apabila sesuatu itu berjalan baik, tanpa mempertanyakan kembali mengapa sesuatu dianggap benar, karena kalau tidak benar maka tidak akan berjalan baik. Tetapi bagi seorang peneliti, pengertian empiris itu didasarkan pada bukti yang ditunjukkan dengan data. Dimana data tersebut diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan dengan prosedur yang sistematis serta objektif.

Jika para peniliti tidak dapat membedakan antara pendekatan ilmiah dan non ilmiah maka akibatnya akan fatal. Hail jerih payah penelitian tidak akan sah karena tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Irawan (1977) membedakan pendekatan ilmiah dan non ilmiah  berdasarkan  masalah yang dirumuskan, jawaban yang diberikan, proses pengumpulan dan analisis data serta penyimpulan hasil dan pemanfaatan hasil. Perhatikan tabel berikut agar pembaca lebih memahami perbedaan pendekatan ilmiah dan non-ilmiah.

Tabel Perbedaan Pendkatan Penelitian Ilmiah dan Non-Ilmiah

Metode Ilmiah

Metode Non-Ilmiah

Permasalahan harus dirumuskan secara jelas, spesifik dan Nampak variable yang diteliti

Permasalahan yang dipertanyaakan sering tidak jelas, tetapi bersifat umum dan sumir

Jawaban yang diberikan terhadap permasalahan harus didukung dengan logis dan benar

Jawaban apapun tidak perlu didukung data

Proses pengumpulan data, analisis data, dan penyimpulan harus dilakukan dengan logis dan benar

Tidak ada proses pengumpulan data atau analisis data, meskipun mungkin ditutup dengan kesimpulan

Kesimpulan siap diuji oleh siapapun yang meragukan validitasnya

Pengujian terhadap kesimpulan boleh dilakukan ataupun tidak tanpa membawa akibat yang berarti bagi kesimpulan pertama

Hanya digunakan untuk mengkaji hal-hal yang diamati, dapat dikur, empiris

Boleh saja digunakan untuk mengkaji hal apapun termasuk yang paling misterius, supranatural, dan dogmatis


Page 2