Penggunaan bahan bakar minyak bumi yang tidak terkendali dapat menyebabkan polusi

Suara.com - Teknologi terbaru terus dikembangkan, dalam upaya meningkatkan efektivitas penggunaan bahan bakar dan menyediakan bahan bakar alternatif yang bisa digunakan manusia. Hal ini dikarenakan efek bahan bakar fosil yang saat ini digunakan, ternyata buruk untuk kondisi kehidupan dunia, mulai dari kerusakan lingkungan, pemanasan global, sehingga terganggunya kegiatan manusia secara umum.

Efek Bahan Bakar Fosil

Mengapa pemanasan global menjadi efek bahan bakar fosil yang digunakan? Sederhananya, penggunaan atau pembakaran bahan bakar fosil yang saat ini digunakan di hampir setiap lini kehidupan menghasilkan gas residu, berupa Karbondioksida.

Gas ini sendiri tidak seluruhnya dapat diserap oleh tumbuhan (yang jumlahnya juga terus berkurang), sehingga berada di lapisan udara atas. Ketika kadar Karbondioksida terlalu tinggi, maka munculah fenomena efek rumah kaca, yang membuat bumi semakin panas dari waktu ke waktu.

Baca Juga: Bahan Bakar Fosil: Proses Pembentukan, Jenis, dan Kegunaannya

  • Ketersediaan yang Terbatas

Jumlah bahan bakar fosil sendiri, baik minyak bumi atau batu bara, sangat terbatas. Eksploitasi besar-besaran yang dilakukan selama ini membuat jumlahnya terus menipis. Padahal faktanya, pembentukan bahan bakar fosil ini memakan waktu jutaan tahun hingga dapat digunakan.

Tentu saja, jika terus bergantung pada bahan bakar jenis ini, lama kelamaan manusia akan mengalami kesulitan jika sumber bahan bakar yang digunakan habis.

Mungkin dampak yang paling dekat dan efek bahan bakar fosil yang paling terasa adalah polusi udara yang semakin lama semakin membuat nafas tidak nyaman. Memang, majunya teknologi memungkinkan kendaraan atau mesin melakukan pembakaran dengan lebih baik, namun residu yang tercipta terus meningkat sehingga membuat udara semakin tidak nyaman dihirup.

Untuk merasakan perbedaan jelasnya, Anda bisa mencoba berkunjung ke area pegunungan atau perkebunan, dimana udara terasa lebih segar. Di perkotaan sendiri, udara terasa tak nyaman karena sudah terkontaminasi dengan hasil pembakaran bahan bakar fosil.

Efek buruk bahan bakar fosil sebenarnya sudah lama dipahami. Untuk itulah teknologi dan energi alternatif terus dikembangkan, agar dapat membantu mengurangi tingkat Karbondioksida dan zat berbahaya lain hasil pembakaran bahan bakar fosil.

Baca Juga: Manfaat Sinar Matahari bagi Makhluk Hidup, Apa Saja?

Dalam beberapa tahun belakangan nampaknya sudah muncul banyak alternatif. Semoga saja, kedepan makin banyak alternatif yang bisa digunakan dengan biaya yang lebih terjangkau sehingga dapat digunakan masyarakat luas.

Itulah penjelasan tentang efek bahan bakar fosil yang perlu kamu ketahui. Semoga informasi ini makin membuat kita bijak dalam memanfaatkan energi dan teknologi yang ada ya. 

Kontributor : I Made Rendika Ardian

Jumlah penduduk dunia terus meningkat setiap tahunnya, sehingga peningkatan kebutuhan energi pun tak dapat dielakkan. Dewasa ini, hampir semua kebutuhan energi manusia diperoleh dari konversi sumber energi fosil, misalnya pembangkitan listrik dan alat transportasi yang menggunakan energi fosil sebagai sumber energinya. Secara langsung atau tidak langsung hal ini mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan makhluk hidup karena sisa pembakaran energi fosil ini menghasilkan zat-zat pencemar yang berbahaya. Pencemaran udara terutama di kota-kota besar telah menyebabkan turunnya kualitas udara sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan bahkan telah menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Menurunnya kualitas udara tersebut terutama disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil yang tidak terkendali dan tidak efisien pada sarana transportasi dan industri yang umumnya terpusat di kota-kota besar, disamping kegiatan rumah tangga dan kebakaran hutan. Hasil penelitian dibeberapa kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya) menunjukan bahwa kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara.

Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian sumber energi dari alam untuk memenuhi kebutuhan manusia akan selalu menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (misalnya udara dan iklim, air dan tanah). Berikut ini disajikan beberapa dampak negatif penggunaan energi fosil terhadap manusia dan lingkungan:

Dampak Terhadap Udara dan Iklim

Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak bumi, batu bara) juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NO2),dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan pencemaran udara (hujan asam, smog dan pemanasan global).

Emisi NO2 (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NO2 ke udara. Di udara, setengah dari konsentrasi NO2 berasal dari kegiatan manusia (misalnya pembakaran bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik dan transportasi), dan sisanya berasal dari proses alami (misalnya kegiatan mikroorganisme yang mengurai zat organik). Di udara, sebagian NO2 tersebut berubah menjadi asam nitrat (HNO3) yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam.

Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar NO2di udara, setengah dari konsentrasi SO2 juga berasal dari kegiatan manusia. Gas SO2 yang teremisi ke udara dapat membentuk asam sulfat (H2SO4) yang menyebabkan terjadinya hujan asam.

Emisi gas NO2 dan SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air di awan dan membentuk asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) yang merupakan asam kuat. Jika dari awan tersebut turun hujan, air hujan tersebut bersifat asam (pH-nya lebih kecil dari 5,6 yang merupakan pH “hujan normal”), yang dikenal sebagai “hujan asam”. Hujan asam menyebabkan tanah dan perairan (danau dan sungai) menjadi asam. Untuk pertanian dan hutan, dengan asamnya tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman produksi. Untuk perairan, hujan asam akan menyebabkan terganggunya makhluk hidup di dalamnya. Selain itu hujan asam secara langsung menyebabkan rusaknya bangunan (karat, lapuk).

Smog merupakan pencemaran udara yang disebabkan oleh tingginya kadar gas NO2, SO2, O3 di udara yang dilepaskan, antara lain oleh kendaraan bermotor, dan kegiatan industri. Smog dapat menimbulkan batuk-batuk dan tentunya dapat menghalangi jangkauan mata dalam memandang.

Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke udara. Emisi CO2 tersebut menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat, sehingga terjadi peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global. CO2 tersebut menyerap sinar matahari (radiasi inframerah) yang dipantulkan oleh bumi sehingga suhu atmosfer menjadi naik. Hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut.

Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang berasal, antara lain, dari gas bumi yang tidak dibakar, karena unsur utama dari gas bumi adalah gas metana. Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan pemasanan global.

Batu bara selain menghasilkan pencemaran (SO2) yang paling tinggi, juga menghasilkan karbon dioksida terbanyak per satuan energi. Membakar 1 ton batu bara menghasilkan sekitar 2,5 ton karbon dioksida. Untuk mendapatkan jumlah energi yang sama, jumlah karbon dioksida yang dilepas oleh minyak akan mencapai 2 ton sedangkan dari gas bumi hanya 1,5 ton

Dampak Terhadap Perairan

Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan pengangkutan minyak bumi yang tidak layak, misalnya: bocornya tangker minyak atau kecelakaan lain akan mengakibatkan tumpahnya minyak (ke laut, sungai atau air tanah) dapat menyebabkan pencemaran perairan. Pada dasarnya pencemaran tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia.

Dampak Terhadap Tanah

Dampak penggunaan energi terhadap tanah dapat diketahui, misalnya dari pertambangan batu bara. Masalah yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul terutama dalam pertambangan terbuka (Open Pit Mining). Pertambangan ini memerlukan lahan yang sangat luas. Perlu diketahui bahwa lapisan batu bara terdapat di tanah yang subur, sehingga bila tanah tersebut digunakan untuk pertambangan batu bara maka lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk pertanian atau hutan selama waktu tertentu.

sumber : http://www.kamase.org/

tolong bantu kak pliz​

7. Siswa kelaa VI terdiri atas 40 siswa perempuan dan 48 siswa laki-laki. Siswa kelas tersebut akan dibagi menjadi beberapa kelompok dengan banyak sis … wa perempuan dan laki-laki dalam setiap kelompok sama banyak. Paling banyak kelompok yang dapat dibentuk adalah.... A. 8 kelompok B. 12 kelompok C. 16 kelompok D. 24 kelompok​

arti lambang dari sila ke-4 pancasila​

tahap daur arsip.... ​

tahap pemakayan arsip​

Quis15. Tulisna tuladhane teks narasi faktual!​

Lani and Rani made 40 Frames altogether Lani made 8 fewer frames than Rani. How many frames did Rani made? Dgn Cara ​

FPB dari 12 jam dan 30 adalah?

perilaku sesuai dengan nilai-nilai dalam sila kedua Pancasila adalah​

Setelah masa prapaskah kita memasuki masa apa? Ini agama Katholik kelas 6 SD bukan ujian nasional