Pendapat tentang larangan merokok di tempat umum dalam Bahasa Inggris

Pendapat tentang larangan merokok di tempat umum dalam Bahasa Inggris

Agustus ini, larangan merokok sudah mulai diedarkan oleh Rektor UIN jakarta. Dari isi surat tersebut, larangan dibuat mengingat kondisi polusi udara di DKI Jakarta dan Jabodetabek yang mengkhawatirkan dan menjaga kesehatan Civitas Akademika UIN Jakarta dari asap rokok, Rektor UIN Jakarta menghimbau agar larangan merokok disebar di seluruh fakultas. Hal ini juga mengingat Undang-undang (UU) No. 36 tahun 2009 dan Peraturan Gubernur Ni. 75 tahun 2005 tentang kawasan tanpa rokok. Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes), sudah mulai menghimbau mengenai hal ini kepada warga fakultasnya.

Ketua Dema Fikes, Rifqi Ridho Hasditama mengatakan, dirinya sangat mendukung surat edaran tersebut karena larangan merokok di tempat umum sudah seharusnya di keluarkan dengan mengacu Peraturan Daerah Tanggerang Selatan nomor 4 tahun 2014 yang meliputi Institusi Pendidikan.

“Di Fikes peraturan ini sudah terlaksana. Saya menunggu kawasan tanpa rokok di seluruh fakultas UIN Jakarta direalisasikan,” ujarnya.

Ia mengatakan, surat tersebut akan ada dampaknya bagi lingkungan kampus. Jika bisa meminimalisir rokok, maka udara akan lebih sehat dan bersih yang juga akan meningkatkan kesehatan civitas akademika UIN Jakarta.

“Kebijakan ini belum bisa di ukur keefektifannya karena baru ditanda tangani dan belum seluruhnya dilaksanakan. Hal yang membuat efektif dengan diterbitkannya kawasan tanpa rokok dengan Surat Keputusan (SK),” tuturnya.

Ia mengatakan, edaran ini belum menyeluruh tersampaikan, bukan hanya mahasiswa yang harus disosialisasikan, tetapi juga berbagai elemen di lingkungan kampus, termasuk organisasi mahasiswa.

“Kesehatan dimulai dari diri sendiri, ketika bisa menyontohkan yang baik bagi yang lain, saya rasa kita bisa menjadi agen-agen kebaikan untuk yang lainnya. Karena, rokok-pun merupakan pilihan,” ujarnya.

Mahasiswa Fikes, jurusan Kesehatan Masyarakat, semester tujuh, Ridho mengatakan, dalam rangka membantu mengefektifkan kebijakan surat edaran ini, mahasiswa harus sadar, rokok bukanlah sesuatu yang baik, mengajak yang lain untuk memusnahkan rokok, dan sama-sama mensosialisasikan surat edaran ini.

“Yang dijadikan musuh bukanlah perokok, tetapi industri rokok. Petani tembakau bisa diperdayakan menjadi SDM yang berguna lainnya. Tidak memusuhi perokok, tetapi mengajak peroko untuk ,” ujarnya.

Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), jurusan Sastra Inggris, semester tiga, Ulil Albab mengatakan, dirinya menyetujui surat edaran tersebut, tetapi tanggapan mahasiswa sebagian tidak setuju.

“Mahasiswa perokok berat akan berontak, tetapi jika ada tindakan lanjut mungkin ada pengurangan merokok. Akan lebih baik, disediakannya smoking area,” ujarnya.

Sebagai perokok, ia tidak merasa keberatan mengenai hal itu. Di karenakan, ia berkuliah di FAH yang kampusnya tidak sebesar seperti kampus satu. Ia juga tidak keberatan jika merokok di luar kampus.

“Di surat tersebut dituliskan demi menjaga kondisi udara, tetapi mengapa Rektor menebang beberapa pohon yang sebagai paru-paru kampus. Jadi, semoga disediakannya smoking area, yang jauh dari gedung-gedung, agar perokok tetap mendapatkan hak-haknya untuk merokok,” sarannya.

Mahasiswa Fikes, jurusan Kesehatan Masyarakat, semester tiga, Diah Pitaloka Permata Sari mengatakan, konsumsi rokok di Indonesia semakin meningkat. Himbauan tersebut merupakan positif dan menjadikan UIN Jakarta turut berperan aktif dalam penanganan dan pengendalian rokok.

“Mengatasi pecandu rokok sedikit sulit, karena tidak bisa melarang seseorang untuk merokok. Hal ini bisa dilakukan dengan niat, komitmen untuk berhenti merokok,” tuturnya.

Ia menjelaskan, dampak rokok bagi perokok aktif sangat berbahaya untuk kesehatan, hal tersebut dapat dilihat dari kemasan produk rokok, tetapi dampak bagi perokok pasif juga berbahaya. Hal ini bisa diatasi dengan dibuatnya kawasan tanpa rokok, dan smoking area bagi perokok aktif.

(Hilyah Afifah)

Di bawah ini adalah beberapa contoh dialog Bahasa Inggris singkat 2 orang tentang merokok. Contoh dialog ini memiliki topiknya masing-masing yang terkait tentang rokok, seperti membicarakan bahaya merokok, melarang merokok di area tertentu, membeli rokok, dan sebagainya. Yuk mari kita lihat langsung dialognya.

Dialog 1.

A: Hey, where are you going? (Hei, kamu mau ke mana?)

B: I’m just going outside to smoke. (Aku hanya akan ke luar untuk merokok)

A: How many times should I tell you to quit smoking? It’s dangerous for your health. (Berapa kali aku harus memberitahumu untuk berhenti merokok? Itu berbahaya untuk kesehatanmu)

B: I know. Smoking can cause cancer, heart disease, stroke, and etcetera. (Aku tahu. Merokok dapat menyebabkan kanker, penyakit jantung, stroke, dan sebagainya)

A: Then why do you keep smoking? (Kalau begitu mengapa kamu tetap merokok?)

B: I can’t help it. It’s so addicting. (Aku tidak bisa menahannya. Merokok itu candu)

A: That’s why you should stop doing it. The more you smoke, the more your body becomes used of nicotine. Therefore, you always need smoking to feel normal. (Itulah mengapa kamu harus berhenti melakukannya. Semakin sering kamu merokok, semakin terbiasa tubuhmu terhadap nikotin. Untuk itu, kamu selalu butuh merokok untuk merasa normal)

B: I really want to stop, but it’s really hard. (Aku benar-benar ingin berhenti, tetapi itu sangat sulit)

A: Of course it’s hard, but you can do it. You can try by gradually reducing your nicotine use. That way, your body will adjust to the change. (Tentu saja sulit, tetapi kamu pasti bisa. Kamu bisa mencobanya dengan mengurangi penggunaan nikotin sedikit demi sedikit. Dengan cara itu, tubuhmu akan menyesuaikan)

B: That’s a good suggestion. Thanks. (Itu saran yang bagus. Terima kasih)

Dialog 2

A: Excuse me. (Permisi)

B: Yes? (Ya?)

A: Could you please not smoking here? (Bisa tolong jangan merokok di sini?)

B: Why? There is no a “no smoking” sign in this area. (Mengapa? Tidak ada papan dilarang merokok di area ini)

A: Well, this may not be a non-smoking area, but there are many children here. I’d appreciate it if you put out your cigarette. (Area ini memang bukan area bebas rokok, tetapi ada banyak anak-anak di sini. Saya akan menghargai jika Anda mematikan rokok Anda)

B: Oh, okay. Sorry. (Oh, oke. Maaf)

A: Thank you. If you’d like to continue smoking, you can go over there. There’s a smoking room in there. (Terima kasih. Jika Anda ingin melanjutkan merokok, Anda bisa pergi ke sana. Ada ruangan merokok di sana)

B: Okay. Thanks. (Oke. Terima kasih)

Dialog 3

A: Have you heard that Lucy has lung cancer? (Apakah kamu sudah tahu bahwa Lucy terkena kanker paru?)

B: That’s impossible! She’s the healthiest person I know. (Tidak mungkin! Dia orang tersehat yang aku tahu)

A: I also can’t believe it, but it’s true. She told me herself. (Aku juga tidak percaya, tetapi itu benar. Dia sendiri yang memberitahuku)

B: Oh, poor Lucy! How does she get the cancer? I mean she’s not a smoker. (Oh, kasian Lucy! Bagaimana dia bisa terkena kanker? Maksudku dia kan bukan perokok)

A: It’s most likely because she’s often exposed to cigar smoke. Her husband is a heavy smoker. (Kemungkinan besar karena dia sering terpapar asap rokok. Suaminya adalah seorang perokok berat)

B: That’s sad. I read this article that said that passive smokers may have a higher risk of getting diseases caused by smoking. (Itu menyedihkan. Aku pernah baca artikel yang menyebutkan bahwa perokok pasif bisa memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit yang disebabkan oleh rokok)

A: Yeah, it’s because smoke from cigar contains very harmful substances that can cause lung cancer, heart disease, respiratory infections, and any other health disorders.(Ya, itu karena asap dari rokok mengandung zat-zat yang sangat berbahaya yang bisa menyebabkan kanker paru, penyakit jantung, infeksi pernapasan, dan penyakit lainnya)

B: I really wish everyone stops smoking. My heart broke knowing my friend gets lung cancer from secondhand smoke exposure. (Aku benar-benar berharap setiap orang berhenti merokok. Hatiku hancur mengetahui temanku terkena kanker paru dari paparan asap rokok)

A: Yeah, me too. (Ya, aku juga)

Dialog 4

A: Excuse me. I’d like to buy a pack of cigarette ABC, please. (Permisi. Saya ingin membeli sebungkus rokok ABC)

B: May I see your ID card, please? (Boleh saya lihat KTP Anda?)

A: I don’t have it with me. (Saya tidak membawanya)

B: I’m sorry, I can’t sell you the cigarette if you don’t show me your ID card. I sell tobacco products to anyone age 18 or older only. (Maaf, saya tidak bisa menjual rokoknya kepada Anda jika Anda tidak menunjukkan KTP Anda. Saya menjual produk tembakau hanya kepada siapapun yang berusia 18 tahun atau lebih)

A: Can I show you my driver license instead? (Boleh saya menunjukkan kartu SIM saya saja?)

B: Certainly. I only need proof of your age. (Boleh. Saya hanya butuh bukti usia Anda)

A: Okay. Here’s my driver license. (Oke. Ini kartu SIM saya)

B: All right. Here’s your cigarette. Do you need anything else? (Baik. Ini rokoknya. Apakah Anda butuh butuh yang lainnya?)

A: No. That’d be all. (Tidak. Itu saja)

B: That’ll be $6. (Semuanya menjadi $6)

A: Here you are. (Ini uangnya)

B: Thank you. Here are the change and the receipt. (Terima kasih. Ini kembalian dan struknya)

A: Thanks. (Terima kasih)