Pendapat mengenai nilai tukar rupiah yang melemah akhir akhir ini

Home Market Berita Market

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah terkoreksi cukup tajam terhadap euro, poundsterling, dan dolar franc swiss pada perdagangan hari ini, Rabu (18/5/2022). Apa pemicunya?

Melansir Refinitiv, pukul 11:15 WIB, rupiah terkoreksi cukup tajam terhadap euro sebanyak 1,64% ke Rp 15.442/EUR dan rupiah melemah terhadap poundsterling 1,65% di Rp 18.291,61/GBP.

Hal serupa terjadi pada dolar franc swiss yang menguat terhadap Mata Uang Tanah Air sebesar 1,09% ke Rp 14.736,37/CHF.

Kemarin, Presiden bank sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde telah meminta kepada anggota dewan ECB yang beranggotakan bank sentral dari 19 negara Eropa untuk menyisihkan lebih banyak waktunya untuk berdebat dan membatasi presentasi mereka.

Menurut juru bicara ECB bahwa mereka memberikan analisis yang lebih komprehensif dalam dokumen pendukung sebelum pertemuan sehingga presentasi dapat lebih ringkas untuk menghindari pengulangan dan lebih banyak waktu untuk penilaian prospek ekonomi dengan mengambil keputusan yang lebih kolektif.

Pada awal pekan lalu, Lagarde juga mengatakan bahwa ECB akan mengakhiri program stimulusnya di awal kuartal ketiga yang diikuti oleh kenaikan suku bunga yang bisa saja terjadi di beberapa pekan kemudian.

"Kenaikan suku bunga pertama, yang diinformasikan oleh panduan ECB ke depan tentang suku bunga, akan terjadi beberapa saat setelah akhir pembelian aset bersih ... (dan) ini bisa berarti periode hanya beberapa minggu," tambahnya dikutip dari Reuters.

Sementara itu, di wilayah Inggris, krisis biaya hidup terburuk terjadi dalam tiga dekade dan tidak akan mencapai puncaknya hingga akhir tahun ini, jika mengacu pada jajak pendapat Reuters. Namun, Bank of England (BOE) tetap akan lebih agresif dalam menaikkan suku bunga acuan daripada yang diperkirakan.

Diketahui, inflasi Inggris telah mencapai 7% di Maret dan menjadi inflasi tertinggi sejak 30 tahun. Bahkan, Gubernur BOE Andrew Bailey mengatakan bahwa lonjakan inflasi saat ini merupakan tantangan terbesar bank sentral sejak memperoleh kemerdekaan pada tahun 1997.

Tidak heran, jika rupiah pun terkoreksi tajam terhadap mata uang di Benua Biru. Pasalnya, euro dan poundsterling sedang menguat didorong oleh ekspektasi pasar bahwa ECB dan BOE akan menaikkan suku bunga acuannya di pertemuan selanjutnya untuk mengendalikan inflasi.

Sementara itu, dolar franc swiss merupakan mata uang safe haven yang aman karena stabilitas pemerintahan dan sistem finansial yang dimiliki Swiss.

Wajar saja, jika dolar franc swiss masih menjadi mata uang kepercayaan investor di tengah perang antara Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung, serta meningkatnya potensi resesi dan perlambatan ekonomi global.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/vap)

TAG: euro rupiah nilai tukar rupiah hari ini poundsterling

Pendapat mengenai nilai tukar rupiah yang melemah akhir akhir ini
Ilustrasi Rupiah Turun. ©2015 Merdeka.com/Angeline Agustine

JATIM | 10 Maret 2021 16:15 Reporter : Edelweis Lararenjana

Merdeka.com - Berita mengenai melemahnya nilai rupiah seolah tak pernah ada habisnya. Melemahnya rupiah lebih mendominasi dibanding penguatannya. Hal ini tentu berdampak pada berbagai sektor perekonomian di dalam negeri.

Pelemahan yang terus-menerus akan mempersulit perencanaan bisnis, akibatnya perhitungan biaya produksi menjadi kacau. Hal ini membuat perhitungan harga jual produk yang masih menggunakan bahan baku impor menjadi serba sulit dan tidak pasti.

Mengutip artikel dari Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI, pelemahan rupiah tidak lepas dari tingginya permintaan atau kebutuhan akan dolar AS di dalam negeri.

Di sisi lain, kebutuhan dolar AS belum cukup diimbangi dengan pasokan atau persediaan dolar AS di negeri ini. Oleh karena itu, upaya menekan kebutuhan akan dolar AS di dalam negeri perlu dilakukan. Sementara, upaya mendorong kegiatan ekonomi yang bisa menambah pasokan dolar AS pun juga diperlukan.

Berikut uraian selengkapnya mengenai penyebab rupiah melemah dan bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indonesia yang menarik untuk diketahui.

2 dari 4 halaman

Secara alami, nilai tukar mata uang dipengaruhi oleh kondisi penawaran-permintaan (supply-demand) pada mata uang tersebut. Jika permintaan meningkat, sementara penawarannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan mengalami kenaikan.

Sebaliknya jika penawaran pada mata uang itu meningkat, sementara permintaannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan melemah. Faktor penyebab melemahnya nilai tukar rupiah dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal.

Berikut penjelasan mengenai penyebab rupiah melemah dari segi faktor internal dan eksternal, dilansir dari artikel Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI.

3 dari 4 halaman

Faktor internal dalam penyebab rupiah melemah mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Kebijakan transaksi berjalan (total ekspor barang dan jasa dikurangi impor barang dan jasa) yang mengalami defisit sejak 2012 (lebih banyak impor daripada ekspor). Defisit berjalan ini dikhawatirkan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi tidak berkesinambungan. Untuk mengurangi defisit transaksi berjalan tersebut, tampaknya otoritas moneter memilih langkah memperlambat pertumbuhan ekonomi dan membiarkan rupiah cenderung melemah.

2. Keluarnya sebagian besar investasi portofolio asing dari Indonesia yang menurunkan nilai tukar rupiah karena dalam proses ini investor asing menukar rupiah dengan mata uang utama dunia, seperti dolar AS untuk diputar dan di investasikan di negara lain. Hal ini berarti akan terjadi peningkatan penawaran atas mata uang rupiah. Peristiwa tersebut akan simetris dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang akan cenderung menurun sejalan dengan kecenderungan penurunan nilai rupiah.

3. Politik anggaran negara terkait utang. Melemahnya rupiah tidak hanya berdampak pada kenaikan harga komoditas impor saja, namun juga dari utang luar negeri, karena utang luar negeri ditetapkan dengan mata uang asing dan masih ada yang tidak diasuransikan (lindung nilai). Akibatnya, karena utang harus dibayar dengan mata uang dolar AS, sedangkan nilai tukar rupiah dipastikan melemah, maka besaran utang otomatis meningkat.

4 dari 4 halaman

Faktor eksternal penyebab rupiah melemah lebih disebabkan oleh menguatnya ekonomi Amerika Serikat (AS). Pertumbuhan ekonomi AS yang kuat menimbulkan spekulasi Bank Sentral AS (The Fed) akan segera menaikkan suku bunga (Fed Rate).

Sementara di Eropa, Jepang, dan Tiongkok justru sedang membutuhkan dukungan kebijakan moneter untuk mencegah perekonomiannya jatuh ke masa resesi. Dengan kata lain, suku bunga di AS cenderung mengalami kenaikan, sedangkan suku bunga di negara lain cenderung tetap atau bahkan menurun.

Suku bunga yang tinggi di AS telah memicu aliran dana ke aset-aset dalam dolar AS (selain saham dan obligasi). Selain itu, kekhawatiran ekonomi global akan terus melambat telah membuat investor dunia mencari tempat yang aman untuk investasi mereka.

(mdk/edl)

Pendapat mengenai nilai tukar rupiah yang melemah akhir akhir ini

Pendapat mengenai nilai tukar rupiah yang melemah akhir akhir ini
Lihat Foto

SHUTTERSTOCK/MACIEJ MATLAK

Ilustrasi rupiah, simak persyaratan dan cara pengajuan KUR BNI online dan offline terbaru

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah mengalami pelemahan atau terdepresiasi hingga pekan ketiga Mei 2022.

Gubernur BI Perry Warjiyo melaporkan, nilai tukar rupiah pada 23 Mei 2022 mengalami pelemahan sebesar 1,2 persen dibanding posisi akhir April 2022.

Sementara itu, jika dilihat dari posisi awal tahun atau secara tahun berjalan (year to date/ytd), nilai tukar rupiah telah melemah 2,87 persen.

Baca juga: Bitcoin dan Ethereum Menguat, Cek Harga Kripto Hari Ini

Meskipun demikian, Perry mengatakan depresiasi yang dialami rupiah masih lebih baik dibanding mata uang sejumlah negara lain.

"Depresiasi ini relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya," kata dia dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Mei 2022, Selasa (24/5/2022).

"Sebagai contoh, India yang terdepresiasi 4,11 persen, Malaysia 5,1 persen, dan Korea Selatan 5,97 persen," tambahnya.

Pelemahan nilai tukar rupiah sejalan aliran modal portofolio investasi yang mencatatkan net outflow sebesar 1,2 miliar dollar AS hingga 20 Mei 2022.

Baca juga: Penurunan Pendapatan Snap Picu Aksi Jual, Wall Street Ditutup di Zona Merah

"Depresiasi ini sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global di tengah terjaganya pasokan valas domestik dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian Indonesia," kata Perry.

Ia meyakini, ke depan pergerakan nilai tukar rupiah masih akan tetap terjaga didukung oleh kondisi fundamental Indonesia yang baik, serta melalui berbagai bauran kebijakan moneter yang telah disiapkan bank sentral.

"Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar," ucap dia.

Baca juga: Kemenperin Sebut Subsidi Minyak Goreng Curah Bakal Dicabut Mulai 31 Mei 2022

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya