Pada tahun 1453 pusat perdagangan rempah-rempah dunia yang terdapat di kota

Portugis sejak kemunculannya bertekad menggeser dominasi Muslim di jalur perdagangan.

gatesofiana

konstantinopel

Rep: Mozaik Republika Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Dinasti Ottoman telah membakar semangat eksplorasi Eropa mengelilingi dunia, menemukan jalan lain menuju Asia Timur. Bila Bangsa Spanyol setelah berhasil merebut kembali wilayah Andalusia dari tangan kaum Muslim memlih untuk melanjutkan “Perang Salib” dengan cara menjelajahi Dunia Baru, Portugis sejak kemunculannya bertekad menggeser dominasi Muslim atas jalur perdagangan rempah-rempah dari India dan Asia Timur. 

Baca Juga

Penguasa Portugis Don Joao II mengirimkan ekspedisi ke wilayah Dinasti Mamluk yang berpusat di Mesir. Pasukan yang dipimpin Pero de Covilha dan Affonso de Paiva ini ditugaskan untuk mengontak penguasa Ethiopia dan untuk menemukan sumber rempah-rempah dari Timur. Pada waktu yang sama, Bartholomeu Diaz berhasil berlayar sampai Tanjung Harapan di ujung selatan Benua Afrika. Laporan Diaz pada 1488 dan laporan Covilha pada 1492 menyakinkan Dom Joao tentang laiknya ekspedisi menuju India dan Asia Timur dengan melayari Tanjung Harapan.

Kabar keberhasilan ekspedisi Columbus menunda rencana Joao. Tapi, ketika disadari bahwa Columbus ternyata tak menemukan India seperti tujuannya semula, Portugis melanjutkan ekspedisi ke selatan. Vasco da Gama melintasi Tanjung Harapan pada 1497 lalu menyusuri pantai timur Afrika sampai ke Malindi, dekat Zanzibar. Di sana, Vasco da Gama menemui Ahmad Ibnu Majid, navigator Arab yang juga pengarang kitab navigasi. Ibnu Majid membantu armada Portugis mengarungi Samudra Hindia dan mencapai Calicut di pantai barat India, pusat perdagangan rempah-rempah dari Timur. Rempah-rempah dimuat ke kapal bergabung bersama emas, gading gajah, dan budak dari Afrika. 

Armada Portugis juga mendirikan koloni di sepanjang rute mereka menuju India. Di sepanjang pelayaran, mereka selalu memerangi kota-kota Arab atau Muslim yang sebelumnya merajai jalur pelayaran itu. Pada 1501, Raja Portugis mengeluarkan dekrit bahwa kapal Muslim tak diperbolehkan berdagang rempah-rempah di India. pada 1502, Portugis mendapat bantuan dari Raja Hindu Channor dan Cochin mengobarkan perang terhadap Raja Samuri di Calicut yang menjadi pelindung pedagang Muslim.

Portugis berhasil menyekat pintu masuk selatan Laut Merah, sehingga hanya sedikit rempah-rempah yang mencapai Mesir. Armada Mamluk berkali-kali berhasil dihancurkan. Alfonso de Albuquerque berhasil memantapkan kekuasaan Portugis dengan merebut Goa dari Sultan Bijapur, Diu, dan Daman di India, Malaka, bahkan Pulau Hormuz di pintu masuk selatan Teluk Persia. Albuquerque gagal merebut Aden (Yaman). Tapi, sebagai gantinya menguasai pelabuhan Socotra di pantai timur Afrika sehingga menjadikan mereka penguasa tunggal jalur pelayaran Samudra Hindia dan menyingkirkan kapal-kapal Muslim.

“Jika kita berhasil merebut perdagangan Malaka dari tangan Mamluk, Kairo dan Makkah akan hancur dan tak ada rempah-rempah yang dikirim ke Venesia kecuali mereka membelinya dari Portugis,” kata Albuquerque. Lalu, dalam suratnya kepada Paus Leo X, Albuquerque akhirnya membuka motif utama penguasan jalur rempah-rempah itu seperti dikutip dari The Commentaries of the Great Afonso D'Albuquerque. “Telah dibukakan kepada kami penaklukan kerajaan Ormuz. Maka, jalan menuju ke Rumah Suci Yerusalem (negeri tempat sang penebus dosa dilahirkan) sekali lagi dapat direbut dari tangan kaum kafir yang secara jahat dan tak sah menguasainya.”

Ambisi Albuquerque untuk maju ke Laut Merah sampai ke Makkah, lalu menguasai kota suci umat Islam itu untuk ditukar dengan Yerusalem, tak pernah terwujud. Meski demikian, Albuquerque telah menjalin aliansi dengan raja Kristen penguasa Ethiopia yang disebut sebagai Prester John. Dia bahkan punya rencana besar untuk membuat Mesir kelaparan dengan mengalihkan aliran Sungai Nil melewati Ethiopia menuju ke Laut Merah. 

  • konstantinopel
  • dinasti ottoman
  • portugis

Pada tahun 1453 pusat perdagangan rempah-rempah dunia yang terdapat di kota

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Jakarta -

Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani membawa dampak bagi bangsa Eropa hingga nusantara.

Jatuhnya Konstantinopel oleh Turki Usmani menyebabkan bangsa Eropa mengalami krisis dan kesulitan di bidang perdagangan rempah-rempah yang dikuasai pedagang Islam.

Bagaimana jatuhnya Konstantinopel berdampak pada nusantara?

Sejarah jatuhnya Konstantinopel bermula dari penyerangan Konstantinopel oleh Sultan Usmani Muhammad II pada 1453. Sultan Usmani Muhammad II bergelar Al-Fatih, seperti dikutip dari buku Sejarah Indonesia: Masuknya Islam hingga Kolonialisme oleh Ahmad Fakhri Hutauruk.

Konstantinopel adalah ibukota Kekaisaran Romawi Timur yang merupakan ibukota Kekaisaran Romawi Timur. Konstantinopel juga merupakan pelabuhan transit perdagangan antara Asia dan Eropa.

Letak Konstantinopel yang strategis menyebabkan bangsa-bangsa di sekitarnya banyak yang ingin menguasai, termasuk umat Islam. Umat Islam termotivasi mengembangkan peradaban Islam dan mengambil wilayah strategis seperti Konstantinopel untuk mempermudah proses penyebaran Islam.

Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani atau Ottoman membuat riwayat Kekaisaran Romawi berakhir. Jatuhnya Konstantinopel juga membuat perdagangan dikuasai para pedagang Islam. Ibu kota berganti nama jadi Istanbul yang berarti "tahta Islam".

Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani membawa dampak bagi bangsa-bangsa Eropa yang menjadi kesulitan terutama dalam bidang perdagangan.

Penyebab kesulitan bangsa Eropa setelah jatuhnya Konstantinopel yaitu:

1. Kedudukan perdagangan bangsa Italia di Konstantinopel dihancurkan2. Daerah Konstantinopel tertutup untuk perdagangan

3. Konstantinopel tidak boleh dijadikan sebagai lintas barang dagangan dari Asia. Kebijakan pemerintah Turki Usmani ini mengancam kehidupan ekonomi bangsa Eropa Barat dan Eropa Timur seperti saat perpindahan bangsa di Eropa akibat serangan pasukan Islam.

Dampak jatuhnya Konstantinopel

Jatuhnya Konstantinopel membuat bangsa-bangsa di Eropa mulai berpikir untuk mencari daerah penghasil barang-barang yang dibutuhkan, terutama rempah-rempah secara langsung dari pedagangnya.

Bangsa Eropa mencari rempah-rempah karena amat dibutuhkan dan digemari terutama saat musim dingin tiba. Salah satu rempah-rempah yang dicari adalah cengkih, lada, pala, dan lain-lain.

Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani membawa dampak pada penjelajahan samudra. Penjelajahan samudra bangsa Eropa didukung oleh penemuan kompas, teropong, dan peta.

Penjelajahan samudra dipelopori oleh bangsa Portugis karena rakyatnya terbiasa berperang dengan Moor dan punya pelabuhan yang baik seperti Lisabon, Porto. Angkatan laut Portugis modern dan punya hubungan dagang dengan pelabuhan-pelabuhan di Mediterania serta negara-negara di Eropa Utara.

Penjelajahan samudra bertujuan untuk menemukan dunia baru dan menguasainya dari sisi ekonomi, politik, dan agama. Dunia baru yang dimaksud adalah wilayah atau bagian dunia di sebelah timur Eropa. Daerah timur ini dikenal sebagai penghasil rempah-rempah.

Kedatangan bangsa Eropa di nusantara bertujuan untuk mencari rempah-rempah dan menguasai perdagangannya. Nusantara dikenal sebagai kepulauan penghasil rempah-rempah saat itu.

Jadi, jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani membawa dampak pada penjelajahan samudra. Selamat belajar, detikers!

Simak Video "Erdogan ke Abu Dhabi, Sampaikan Belasungkawa untuk Sheikh Khalifa"



(twu/pal)

Pada tahun 1453 pusat perdagangan rempah-rempah dunia yang terdapat di kota

Pada tahun 1453 pusat perdagangan rempah-rempah dunia yang terdapat di kota
Lihat Foto

Wikimedia Commons

Lukisan yang menggambarkan pertempuran sebelum jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Ottoman.

KOMPAS.com - Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki merupakan peristiwa penting yang menjadi salah satu penanda berakhirnya Abad Pertengahan.

Selama berabad-abad, Konstantinopel adalah pusat dunia Barat sekaligus pertahanan Kristen terhadap Islam.

Selama itu pula, kota ini tidak lepas dari ancaman, namun selalu selamat dari penyerangan.

Hingga akhirnya, pasukan Turki Ottoman yang dipimpin oleh Mehmet II atau Muhammad Al-Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel.

Konstantinopel jatuh ke tangan Turki Ottoman pada 29 Mei 1453, setelah 53 hari dikepung oleh pasukan Mehmet II.

Konstantin XI selaku raja pun terbunuh saat ibu kota kekaisaran Bizantium atau Romawi Timur jatuh ke tangan muslim.

Konstantinopel yang terletak di tepi pantai Laut Marmora di dekat Selat Bosporus merupakan kota transit rempah-rempah pertama di sekitar Laut Tengah yang menghubungkan barang-barang antara Eropa dan Asia.

Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki kemudian membuat kondisi perdagangan bangsa Eropa mengalami kemandegan.

Sebab, Bangsa Turki Usmani banyak membuat peraturan yang menyulitkan lalu lintas pelayaran bangsa Eropa, terutama dalam memperoleh rempah-rempah.

Itulah mengapa, jatuhnya konstantinopel ke tangan Turki Ottoman menjadi salah satu faktor yang mendorong kedatangan bangsa Barat ke Indonesia.

Baca juga: Latar Belakang Kedatangan Bangsa Barat ke Indonesia