Negara penghasil minyak bumi pada urutan ke-10 berasal dari benua

Venezuela merupakan negara yang memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, yakni 308,11 miliar barel pada 2020. Nilai tersebut setara dengan 17,54% dari total cadangan minyak dunia yang sebesar 1.732,37 miliar barel.

Arab Saudi berada di posisi kedua dengan cadangan minyak sebesar 297,53 miliar barel (17,17%). Setelahnya ada Kanada dengan cadangan minyak 168,09 miliar barel (9,7%), Iran 157,8 miliar barel (9,11%), dan Irak 145,02 miliar barel (8,37%).

Rusia memiliki cadangan minyak sebesar 107,8 miliar barel (6,22%). Kemudian, Kuwait dan Uni Emirat Arab masing-masing memiliki cadangan minyak sebesar 101,5 miliar barel (5,86%) dan 97,8 miliar barel (5,65%).

Cadangan minyak di Amerika Serikat sebesar 68,76 miliar barel (3,97%). Sementara, cadangan minyak di Libya tercatat sebanyak 48,36 miliar barel (2,79%).

Total cadangan minyak di 10 negara tersebut tercatat sebesar 1.496,46 miliar barel. Jumlah itu setara dengan 86,38% dari total cadangan minyak dunia pada tahun lalu.

Adapun, cadangan minyak Indonesia hanya sebesar 2,4 miliar barel (0,1%) dan menempati urutan ke-32 dunia. Cadangan minyak Indonesia tersebut merupakan yang terendah dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya.

(Baca: Berapa Cadangan Minyak Indonesia pada 2020?)

Konflik geopolitik yang tengah terjadi di daratan Eropa mempengaruhi pergerakan harga minyak bumi dunia.

Bloomberg mencatat pada hari pertama invasi Rusia ke Ukraina, Kamis (24/2), harga minyak mentah Brent melonjak 3,5% ke US$100 per barel, level tertingginya dalam tujuh tahun terakhir. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) juga melonjak 4,6% ke US$96,22 per barel, rekor tertinggi sejak Agustus 2014.

Menurut data British Petroleum (BP) Statistical Review of World Energy 2021, negara produsen minyak bumi terbesar saat ini adalah Amerika Serikat (AS) yang tercatat memproduksi 712,7 juta ton minyak atau 17% dari total produksi global tahun 2020.

Di bawah AS ada Rusia, yang tercatat memproduksi 524,4 juta ton minyak atau 12,6% dari total produksi global tahun 2020.

Di urutan selanjutnya ada Arab Saudi dengan produksi minyak 519,6 juta ton dan kontribusi global 12,5%. Diikuti Kanada dengan produksi 252,2 juta ton dan kontribusi global 6%, serta Irak dengan produksi 202 juta ton dan kontribusi global 4,8%.

(Baca Juga: Belanja Militer Rusia Masuk Lima Terbesar di Dunia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang antara Rusia dan Ukraina belum menunjukan tensi yang melemah. Panasnya konflik di kedua negara ini dinilai akan memiliki dampak bagi sejumlah komoditas, bahkan bisa mengalami kelangkaan.

Maklum saja, salah satu alasan kelangkaan sejumlah komoditas terjadi lantaran Rusia selama ini dikenal sebagai eksportir dan negara produsen beberapa komoditas kunci untuk ekosistem industri global.

Melansir Reuters, berikut beberapa komoditas yang berpotensi terancam pasokannya akibat konflik antara Rusia dan Ukraina:

Minyak Bumi

Rusia saat ini merupakan negara produsen minyak bumi terbesar ketiga di dunia, setelah Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi. Produksi minyak bumi Rusia kini mencapai 11 juta barel per hari.

Dari jumlah produksi tersebut, sekitar 7 juta barel minyak rutin diekspor Rusia ke berbagai negara. Konflik berkepanjangan bisa mengganggu rantai pasok komoditas ini.

Gas

Selain dikenal sebagai penghasil minyak bumi, Rusia juga menjadi negara penghasil gas alam terbesar kedua di dunia saat ini. Pasokan gas bumi dari Rusia bahkan memenuhi 40% kebutuhan komoditas ini di Benua Eropa.

Batu Bara

Rusia adalah negara terbesar keenam yang memproduksi batu bara. Jumlah produksi emas hitam dari Rusia kini mencapai 400 juta ton per tahun, atau setara 5% produksi batu bara global. Lebih dari separuh hasil produksi batu bara tersebut kerap diekspor Rusia ke berbagai negara, termasuk Cina sebagai importir utama.

Aluminium

Sepanjang 2021 lalu Rusia memproduksi 3,8 juta ton aluminium atau setara 6% jumlah produksi aluminium global. Aluminium yang diproduksi Rusia banyak diekspor ke negara di Asia, Eropa, dan Amerika Utara.

Kobalt

Rusia juga diprediksi memiliki tingkat produksi kobalt mencapai 7.600 ton per tahun di 2021 lalu. Produksi ini setara 4% dari total kobalt yang dihasilkan dunia sepanjang tahun lalu.

Produsen kobalt terbesar di Rusia adalah Nornickel. Perusahaan ini sepanjang 2021 sudah menjual lebih dari 5 ribu ton kobalt, yang mayoritas dikirim ke negara-negara eropa.

Tembaga

Rusia memproduksi 920 ribu ton tembaga olahan tahun lalu, sekitar 3,5% dari total dunia, menurut USGS. Dari jumlah tersebut, sebanyak 406.841 ton tembaga diproduksi Nornickel. Tembaga produksi Rusia banyak diekspor ke Asia dan Eropa.

Nikel

Nornickel juga dikenal sebagai produsen nikel olahan terbesar di dunia dari Rusia. Perusahaan ini menghasilkan 193.006 ton nikel pada 2021 atau sekitar 7% dari produksi tambang global yang diperkirakan mencapai 2,7 juta ton. Nikel produksi mereka dijual kepada konsumen industri global di bawah kontrak jangka panjang.

Paladium dan Platinum

Nornickel juga merupakan produsen paladium terbesar di dunia dan produsen utama platinum. Perusahaan ini menghasilkan 2,6 juta troy ounce paladium tahun lalu atau 40% dari produksi tambang global dan 641.000 ons platinum atau sekitar 10% dari total produksi tambang.

Emas

Rusia juga dikenal sebagai produsen emas ketiga terbesar di dunia setelah Australia dan China. Produksi emas negara ini setara 10% pasokan emas global.

Emas Rusia banyak diproduksi oleh dua perusahaan yaitu Polyus dan Plymetal. Emas produksi Rusia banyak dijual ke bank-bank komersial di negara itu. Setelahnya, emas tersebut kerap diekspor ke negara lain.

Titanium

Menurut data USGS, produksi Titanium Rusia sepanjang 2021 mencapai 27 ribu ton. Kemudian, jumlah produksi Titanium Ukraina pada saat yang sama adalah 5.400 ton. Jika dijumlah, produksi titanium kedua negara ini setara 15% pasokan komoditas ini secara global.

Baja

Rusia memproduksi 76 juta ton baja atau hampir 4% dari total global, menurut Asosiasi Baja Dunia. Severstal, NLMK, Evraz, MMK dan Mechel adalah produsen baja utama Rusia. Mereka mengekspor sekitar setengah dari produksi mereka terutama ke Eropa.

Berlian

Perusahaan Rusia Alrosa adalah produsen berlian kasar terbesar di dunia, menghasilkan 32,4 juta karat pada 2021. Jumlah ini setara 30% produksi berlian global. Hasil produksi berlian ini diekspor sebagian besar ke Belgia, India dan Uni Emirat Arab.

Pupuk

Rusia adalah produsen utama kalium, fosfat dan nitrogen yang mengandung pupuk - nutrisi tanaman dan tanah utama. Negara ini menghasilkan lebih dari 50 juta ton per tahun pupuk, 13% dari total global. Rusia kerap mengekspor pupuk produksinya ke Asia dan Brasil.

Biji-bijian/Biji Minyak

Rusia dan Ukraina merupakan pemasok gandum utama dunia. Jika dihitung, jumlah produksi gandum dua negara ini mencapai 29% dari ekspor global, yang sebagian besar dilakukan via pelabuhan di Laut Hitam.

Pergerakan kapal di Laut Azov yang lebih kecil telah ditangguhkan dan jika pengiriman terganggu dari Laut Hitam itu akan mengganggu pasokan untuk para importir utama, terutama di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Ukraina adalah salah satu dari empat eksportir jagung dan tepung jagung teratas di dunia bersama dengan Amerika Serikat, Argentina dan Brasil. Kedua negara juga menyumbang sekitar 80% dari ekspor global minyak bunga matahari.

Jika memang gangguan pasokan itu terjadi, tentunya akan juga berdampak kepada Indonesia, khususnya kepada impor minyak meskipun Indonesia tidak langsung mengimpor minyak dari Rusia. Hanya saja sebagian besar migasd Rusia di ekspor ke negara pengekspor migas RI.

Seperti yang diketahui, sebagai negara net importir atau pengimpor minyak. Yang menurut data SKK Migas, Indonesia tercatat mengimpor minyak sebanyak 500 ribu barel.

"Mengingat ketergantungan BBM sangat besar, Indonesia berpotensi terjadi krisis energi di tengah kelangkaan pasokan dan harga sangat mahal," ungkap Pengamat Energi dan Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi kepada CNBC Indonesia, Jumat (4/3/2022).

Fahmy mengatakan, fluktuasi harga minyak dunia uncomfortable by Pemerintah. Oleh karena itu, langkah controllable yang bisa dilakukan satu-satunya dengan meningkatkan lifting Migas. Yang mana pemerintah saat ini memiliki target 1 juta barrel minyak per hari.

Selain itu, pemerintah juga harus mempercepat pembangunan kilang untuk mengurangi ketergantungan impor pasokan minyak mentah dan BBM impor.

"Sebagai net importer ketergantungan terhadap crude dan BBM impor sangat tinggi. Solusinya adalah mengurangi ketergantungan dengan meningkatkan produksi crude dan BBM," tandas Fahmy.


(pgr/pgr)

TAG: migas batu bara emas komoditas perang rusia dan ukraina

Negara penghasil minyak bumi pada urutan ke-10 berasal dari benua

Negara penghasil minyak bumi pada urutan ke-10 berasal dari benua
Lihat Foto

shutterstock

Diperkirakan, cadangan minyak bumi dalam negeri, yang merupakan sumber utama energi Indonesia, akan habis pada 2025.

KOMPAS.com - Belum lama ini, BP Statistical Review of World Energy 2020 merilis data tahunan terkait pasar sumber energi dunia.

Salah satu poin yang dibahas dalam laporan itu adalah cadangan minyak di dunia.

Total cadangan minyak yang di bumi pada 2019 mencapai 1.733,9 triliun barrel, turun dari tahun sebelumnya dengan angka 1.735,9 triliun barrel.

Baca juga: Indonesia Jadi Negara dengan Utang Luar Negeri Terbesar ke-7 di Dunia

Dalam laporan itu, kawasan Timur Tengah masih menempati peringkat teratas sebagai penyumbang cadangan minyak terbesar di dunia dengan total mencapai 833,8 triliun barrel.

Disusul oleh kawasan Amerika Selatan dan Amerika Tengah yang memiliki cadangan minyak sebesar 324,1 triliun barrel.

Sementara kawasan Amerika Utara memiliki 244,4 triliun barrel, Eropa 14,4 triliun barrel, Afrika 125,7 triliun barrel, dan Asia Pasifik memiliki 45,7 triliun barrel.

Baca juga: 10 Negara Termiskin di Dunia, Semua dari Benua Afrika, Mana Saja?