Nama nama nabi dan rasul yang disebut dalam alquran ada brainly


Keterangan Foto :

  • admin
  • 04 Mei 2017
  • Dibaca 12586 Kali
Al-Quran adalah Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah. "Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas". Dengan definisi tersebut di atas sebagaimana dipercayai Muslim, firman Allah yang diturunkan kepada Nabi selain Nabi Muhammad SAW, tidak dinamakan Al-Quran seperti Kitab Taurat yang diturunkan kepada umat Nabi Musa AS atau Kitab Injil yang diturunkan kepada umat Nabi Isa AS. Demikian pula firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak termasuk Al-Quran. Dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama lain yang digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri. Berikut adalah nama-nama tersebut dan ayat yang mencantumkannya: Al-Kitab QS (2:2), QS (44:2). Al-Furqan (pembeda benar salah) : QS (25:1). Adz-Dzikr (pemberi peringatan) : QS (15:9). Al-Mau'idhah (pelajaran/nasihat) : QS (10:57). Al-Hukm (peraturan/hukum) : QS (13:37). Al-Hikmah (kebijaksanaan) : QS (17:39). Asy-Syifa' (obat/penyembuh) : QS (10:57), QS (17:82). Al-Huda (petunjuk) : QS (72:13), QS (9:33). At-Tanzil (yang diturunkan) : QS (26:192). Ar-Rahmat (karunia) : QS (27:77). Ar-Ruh (ruh) : QS (42:52). Al-Bayan (penerang) : QS (3:138). Al-Kalam (ucapan/firman) : QS (9:6). Al-Busyra (kabar gembira) : QS (16:102). An-Nur (cahaya): QS (4:174). Al-Basha'ir (pedoman) : QS (45:20). Al-Balagh (penyampaian/kabar) QS (14:52). Al-Qaul (perkataan/ucapan) QS (28:51). Fungsi lain Al-Qur`an yang tidak kalah penting, adalah sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad saw., dan bukti bahwa semua ayatnya benar-benar dari Allah SWT. Selain hal tersebut Al-Quran berfungsi : Pertama, Sebagai bukti berasal dari Allah SWT. Dan apabila engkau (Muhammad) tidak membacakan satu ayat kepada mereka, mereka berkata, "Mengapa tidak engkau buat sendiri ayat itu?" Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. (Al-Qur`an) ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang beriman". (QS. 7/Al-A`rof: 203) Orang kafir beranggapan bahwa Al-Qur`an itu adalah karangan Nabi Muhammad saw, sehingga apabila wahyu tidak turun, maka mereka meminta kepada beliau untuk mengarang ayat. Tentu saja hal ini merupakan ejekan mereka kepada Nabi Muhammad. Kedua, Sebagai pembenar kitab-kitab suci sebelumnya, yakni Taurot, Zabur, dan Injil. "Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) yaitu Kitab (Al-Qur`an) itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya." (QS. 35/Fathir: 31). Ketiga, sebagai pelajaran dan penerangan. "Al-Qur`an itu tidak lain adalah pelajaran dan kitab yang jelas." (QS. 36/Ya Sin: 69). Keempat, sebagai pembimbing yang lurus. "Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur`an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok, sebagai bimbingan yang lurus.." (QS. 18/ Al-Kahfi: 1-2) Yang dimaksud "Dia tidak menjadikannya bengkok" adalah tidak ada dalam Al-Qur`an makna yang berlawanan dan tidak ada penyimpangan dari kebenaran. Kelima, sebagai pedoman hidup bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi yang meyakininya. "Al-Qur`an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini." (QS. 45/Al- Jatsiyah: 20). Keenam, sebagai peringatan. "Al-Qur`an itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam" (QS. 68/Al-Qolam: 52). Ketujuh, sebagai petunjuk dan kabar gembira. "Kami turunkan Kitab (Al- Qur`an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim). (QS. 16/An-Nahl: 89). Kedelapan, sebagai obat penyakit jiwa. "Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur`an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi orang yang beriman". (QS. 10/Yunus: 57). Supaya mudah dihapal dan dipahami. Memang, dengan turunnya Quran secara berangsur-angsur, sangatlah mudah bagi manusia untuk menghafal serta memahami maknanya. Lebih-lebih bagi orang-orang yang buta huruf seperti orang-orang arab pada saat itu; Quran turun secara berangsur-angsur tentu sangat menolong mereka dalam menghafal serta memahami ayat-ayatnya. Memang, ayat-ayat Quran begitu turun oleh para sahabat langsung dihafalkan dengan baik, dipahami maknanya, lantas dipraktekkan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Itulah sebabnya Umar bin Khattab pernah berkata : Pelajarilah Al-Quran lima ayat-lima ayat. Karena Jibril biasa turun membawa Quran kepada Nabi Shallahu Alaihi wa Sallam lima ayat-lima ayat. (HR. Baihaqi). Semoga bermanfaat. (Penulis : Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Lebak & Penulis Buku Kepemimpinan Pendidikan Transformasional, Buku Islam Dalam Transformasi Kehidupan).

Momen peringatan Iduladha tidak dapat kita pisahkan dari ritual dan pengorbanan yang dijalankan oleh Nabi Ibrahim. Karenanya, mari kita gunakan kesempatan baik ini untuk menadaburinya, melakukan refleksi atasnya, dan meneladaninya.

Allah berfirman:

(120) Sungguh, Ibrahim adalah seorang imam (yang dapat dijadikan teladan), patuh kepada Allah dan hanif. Dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang mempersekutukan Allah), (121) dia mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Allah telah memilihnya dan menunjukinya ke jalan yang lurus. (122) Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia, dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang yang shalih. (QS An-Nahl 16:120)

Allah menegaskan bahwa dalam diri Nabi Ibrahim terdapat teladan.  Hanya Nabi Ibrahim yang selalu kita sebut dalam shalat, selain Nabi Muhammad. Doa yang kita baca untuk Nabi Muhammad ketika tasyahud selalu disetarakan dengan doa kita ke Nabi Ibrahim.

Ya Allah berilah selawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi selawat kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim. Ya Allah berilah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim.

Nama Ibrahim disebut sebanyak 69 kali di 24 surat dalam Alquran. Nama Ibrahim juga diabadikan menjadi nama sebuah surat dalam Alquran, yaitu surat ke-14. Ibrahim adalah Bapak Para Nabi, Abulanbiya, karena sebanyak 19 keturunannya menjadi nabi, dari 25 nabi yang disebut dalam Alquran.

Predikat Nabi Ibrahim

Posisi istimewa Nabi Ibrahim juga diindikasikan dengan beragam predikat diberikan oleh Allah.

Pertama, Nabi Ibrahim sangat disayang oleh Allah dan karenanya berjuluk Kekasih Allah, Khalillulah. Pemberian predikat ini terekam pada ayat 125 Surat An-Nisa. Allah berfirman:

Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kekasih(-Nya). (QS An-Nisa 4:125).

Kedua, Nabi Ibrahim adalah manusia pilihan terbaik, Al-Musthafa. Allah berfirman:

Dan sungguh, di sisi Kami mereka termasuk orang-orang pilihan yang paling baik. (QS Shad 38:47).

Mengapa menjadi manusia pilihan? Ayat sebelumnya menjelaskan

Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishak dan Yakub yang mempunyai kekuatan-kekuatan yang besar dan ilmu-ilmu (yang tinggi). (QS Shad 38:45).

Ketiga, Nabi Ibrahim juga termasuk salah satu nabi yang dijuluki Ulilazmi, karena keteguhan hati yang dimilikinya. Selain Nabi Ibrahim, nabi yang dimasukkan ke dalam kelompok Ululazmi adalah Nabi Isa, Nabi Nuh, Nabi Musa, dan Nabi Muhammad. Nabi Muhammad pun diminta oleh Allah untuk meneladani ketabahan hati Ululazmi ini.

Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati dan janganlah engkau meminta agar azab disegerakan untuk mereka. Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan, mereka merasa seolah-olah mereka tinggal (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari. Tugasmu hanya menyampaikan. Maka tidak ada yang dibinasakan kecuali kaum yang fasik (tidak taat kepada Allah). (QS Al-Ahqaf 46:35).

Pelajaran dari Nabi Ibrahim

Beragam pelajaran bisa kita dapatkan dari perjalanan hidup Nabi Ibrahim untuk kita teladani.

Pelajaran pertama. Nabi Ibrahim mengajarkan kita untuk terus memurnikan keimanan kepada Allah, termasuk dengan mengasah logika untuk meneguhkannya.

Kesadaran tauhid ini bahkan sudah dimiliki oleh Nabi Ibrahim ketika masih muda belia. QS Al-Anbiya ayat 52-54 merekam dialog antara Nabi Ibrahim dan ayahnya, Azar, yang berprofesi sebagai pembuat berhala, serta kaumnya.

(52) (Ingatlah), ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya dan kaumnya, “Patung-patung apakah ini yang kamu tekun menyembahnya?” (53) Mereka menjawab, “Kami mendapati nenek moyang kami menyembahnya.” (54) Dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya kamu dan nenek moyang kamu berada dalam kesesatan yang nyata. (QS Alanbiya 21:51-54)

Episode debat antara Nabi Ibrahim dan kaumnya dapat mengingatkan kita untuk selalu meneguhkan keimanan kita, dengan argumen yang logis. Ayat 76-78 Surat Al-An’am merekam episode tersebut dengan sangat indah.

Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam.” (QS Al-An’am 6:76)

Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.” (QS Al-An’am 6:76)

Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini lebih besar.” Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, “Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” (QS Al-An’am 6:78)

Nabi Ibrahim meneguhkan keimanannya dengan menyatakan:

Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. (QS Al-An’am 6:79)

Keteguhan iman Nabi Ibrahim tak luntur sedikitpun bahkah ketika dihukum oleh Raja Namrud dan kaumnya dengan dibakar hidup-hidup. Allah menyelamatkannya dengan memerintahkan api menjadi dingin.

Kami (Allah) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!” (QS Al-Anbiya 21:69)

Hubungan yang tidak baik antara Nabi Ibrahim dan ayahnya, akhirnya membuat Nabi Ibrahim diusir. Namun demikian, Nabi Ibrahim sebagai anak tetap menghormati ayahnya. Inilah pelajaran kedua.

Nabi Ibrahim mendoakan ayahnya,

… dan ampunilah ayahku, sesungguhnya dia termasuk orang yang sesat. (QS Asy-Syu’ara 26:86)

Doa Nabi Ibrahim kepada Ayahnya juga terekam dalam ayat lain.

Dia (Ibrahim) berkata, “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. (QS Maryam 19:48)

Episode ini mengajarkan kepada kita, dalam kondisi apapun, sikap santun kepada orang tua tetap harus dijaga.

Dalam ayat lain, Alquran mengajarkan kepada kita untuk selalu bersikap lemah lembut kepada dan merendahkan hati kita di hadapan orang tua kita. Kita diminta oleh Allah menggunakan kata yang mulia (qaulan kariman). Kita dilarang membentak dan meremehkan mereka.

Ini adalah pelajaran penting ketika semakin banyak anak muda melupakan akhlak bagaimana bersikap dengan orang tua.

Pelajaran ketiga. Di sisi lain, sebagai ayah, Nabi Ibrahim sangat menghargai anaknya, Nabi Ismail.

Dialog Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ketika diperintah Allah untuk disembelih menggambarkan itu semua. Meski Nabi Ibrahim jelas diperintah oleh Allah, namun tidak serta merta menyembelih Nabi Ismail. Nabi Ibrahim bahkan bertanya kepada Nabi Ismail tentang pendapatnya. Sangat demokratis.

Nabi Ibrahim menganggap Nabi Ismail sebagai orang dewasa yang telah siap memilih, sebagaimana diceritakan pada QS Ash- Shaffat ayat 102:

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. (QS Ash- Shaffat 37: 102)

Episode ini juga memberikan pelajaran keempat, bahwa Nabi Ibrahim mencontohkan keikhlasan untuk mengorbankan anak yang dicintainya di jalan Allah. Kita bisa bayangkan tingginya rasa sayang Nabi Ibrahim kepada Nabi Ismail, yang lahir setelah penantian 86 tahun. Nabi Ishaq lahir 13 tahun setelah Nabi Ismail, ketika Nabi Ibrahim berumur 99 tahun.

Sanggup mengorbankan sesuatu yang kita cintai, seperti harta, di jalan Allah dengan ikhlas adalah salah satu sifat orang bertakwa. Hewan kurban yang kita sembelih mulai hari ini adalah satu cara kita meneladani Nabi Ibrahim.

Pelajaran kelima. Nabi Ibrahim sangat peduli dengan masa depan keturunannya, baik dari aspek keimanan maupun kesejahteraan. Doa Nabi Ibrahim berikut mengindikasikan itu.

Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS Ibrahim 14: 37)

Tentu masih banyak pelajaran yang dapat kita teladani dari Nabi Ibrahim. Di akhir khutbah ini, mari kita rangkum pelajaran tersebut:

  1. Sebagai hamba Allah, kita belajar untuk selalu menemurnikan dan meneguhkan imam; kita juga belajar keikhlasan dalam mengorbankan sesuatu yang kita cintai;
  2. Sebagai anak, kita belajar untuk tetap menghormati dan mendoakan orang tua, dalam kondisi apapun;
  3. Sebagai orang tua, kita belajar untuk menghargai anak dan mendengar pendapatnya;
  4. Sebagai pendahulu, kita belajar untuk peduli dengan masa dengan keturunan, tidak hanya dari sisi iman, tetapi juga kesejahteraan.

Mari, momentum Iduladha ini kita jadikan untuk memperbaiki diri. Semoga dengan pertolongan Allah, kita selalu merasa ringan dan mudah dalam mengikuti teladan yang diberikan oleh Nabi Ibrahim.

Disarikan dari khutbah Iduladha 1440 di Alun-alun Utara, Yogyakarta pada 10 Zulhijah 1440/11 Agustus 2019.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA