Nama gelar yang diberikan kepada sunan kudus adalah

KABAR LUMAJANG - Walisongo dikenal dalam sejarah Indonesia sebagai penyebar agama Islam di Pulau Jawa pada abad ke-14.

Kesembilan penebar dasar agama Islam di tanah Jawa ini tersebar di berbagai daerah, yaitu di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.

Tanpa paksaan, Walisongo mengajarkan masyarakat Indonesia mempelajari agama Islam.

Semua ajaran dakwa yang tersebar di berbagai wilayah meninggalkan bukti nyata mengenai perannya dalam mengajarkan agama Islam di Nusantara.

Baca Juga: Cak Nun Soroti Video Adzan Jihad yang Viral, 'Tidak Lazim Tapi Mungkin Bisa Dianggap Sesat'

Baca Juga: Sinopsis Hercai, Drama Turki Tayang di NET TV, Kisah Cinta Mustahil Dibalut Pembalasan Dendam

Walisongo atau sembilan wali Allah juga dikenal dengan sbeutan Sunan karena telah berjasa dalam menyebarkan agama Islam.

Masyarakat muslim di Indonesia mungkin sudah tidak asing dengan wali songo.

Wali artinya wakil atau menurut agama islam memiliki istilah waliyullah yaitu wali Allah/sahabat Allah. Sedangkan songo artinya sembilan.

Sunan Kudus adalah ulama yang dimasukkan dalam daftar Wali Songo. Nama lahirnya adalah Ja'far Shodiq. Ia adalah putra Sayyid Utsman Haji[1] dengan Siti Syari'ah (Putri Sunan Ampel).

Nama gelar yang diberikan kepada sunan kudus adalah

Sunan Kudus

Kaligrafi Sunan Kudus

Data pribadiLahir

Ja'far Ṣadiq


Kudus, MajapahitWafat1550

Kudus, masa Kesultanan Demak

AgamaIslamPasangan

  • Dewi Ruhil
  • Putri Pangeran Pecat Tandha Terung

Anak

  • Amir Hasan
  • Nyi Ageng Pembayun
  • Panembahan Palembang
  • Panembahan Mekaos Honggokusumo
  • Panembahan Qodhi
  • Panembahan Karimun
  • Panembahan Joko
  • Ratu Pakojo
  • Prodobinabar

Orang tua

  • Sunan Ngudung (ayah)
  • Siti Syari'ah (ibu)

DenominasiSunniDikenal sebagaiWali Sanga

Pada tahun 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah mesjid di desa Kerjasan, Kota Kudus, yang kini terkenal dengan nama Masjid Agung Kudus dan masih bertahan hingga sekarang. Sekarang Masjid Agung Kudus berada di alun-alun kota Kudus Jawa Tengah.

Peninggalan lain dari Sunan Kudus adalah permintaannya kepada masyarakat untuk tidak memotong hewan kurban sapi dalam perayaan Idul Adha untuk menghormati masyarakat penganut agama Hindu dengan mengganti kurban sapi dengan memotong kurban kerbau, pesan untuk memotong kurban kerbau ini masih banyak ditaati oleh masyarakat Kudus hingga saat ini.

Pada tahun 1550, Sunan Kudus meninggal dunia saat menjadi Imam sholat Subuh di Masjid Menara Kudus, dalam posisi sujud. kemudian dimakamkan di lingkungan Masjid Menara Kudus.

  • Ibrahim, Zahrah. 1986. Sastera Sejarah Interpretasi dan Penilaian. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Malaysia.
  • Purwadi dan Enis Niken H. 2007. Dakwah Wali Songo: Penyebaran Islam Berbasis Kultural di Tanah Jawa. Yogyakarta: Panji Pustaka.
  • Said, Nur. 2009. Pendidikan Multikultural Warisan Kanjeng Sunan Kudus. Kudus: CV Brillian Media Utama.
  • Sutrisno, Budiono Hadi. 2007. Sejarah Wali Songo: Misi Pengislaman di Jawa. Yogyakarta: Graha Pustaka.
  • Wahyudi, A, Khalid, A. Kisah Wali Songo Para Penyebar Agama Islam Di Tanah Jawa. Surabaya : Karya Ilmu.
  • (Indonesia) Sejarah Sunan Kudus dan Sunan Ngudung Diarsipkan 2008-08-13 di Wayback Machine.
  • (Indonesia) Dongeng tentang Sunan Kudus Diarsipkan 2010-12-14 di Wayback Machine.
  • (Indonesia) Silsilah Wali
 

Artikel bertopik biografi Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

  1. ^ Azmatkhan, Shohibul Faroji (2011). Ensiklopedi Nasab Imam Al-Husain. Penerbit Walisongo Center. hlm. 30. ISBN 9789798451164. 

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sunan_Kudus&oldid=21379169"

Salah seorang dari Wali Songo yang mendapat gelar waliyul ilmi karena kedalaman dan keluasan ilmu pengetahuan agama yang dimilikinya adalah?

  1. Sunan Kudus
  2. Sunan Gresik
  3. Sunan Ampel
  4. Sunan Bonang
  5. Sunan Kalijaga

Berdasarkan pilihan diatas, jawaban yang paling benar adalah: A. Sunan Kudus.

Dari hasil voting 987 orang setuju jawaban A benar, dan 0 orang setuju jawaban A salah.

Salah seorang dari Wali Songo yang mendapat gelar waliyul ilmi karena kedalaman dan keluasan ilmu pengetahuan agama yang dimilikinya adalah sunan kudus.

Pembahasan dan Penjelasan

Jawaban A. Sunan Kudus menurut saya ini yang paling benar, karena kalau dibandingkan dengan pilihan yang lain, ini jawaban yang paling pas tepat, dan akurat.

Jawaban B. Sunan Gresik menurut saya ini 100% salah, karena sudah melenceng jauh dari apa yang ditanyakan.

Jawaban C. Sunan Ampel menurut saya ini juga salah, karena dari buku yang saya baca ini tidak masuk dalam pembahasan.

Jawaban D. Sunan Bonang menurut saya ini salah, karena dari apa yang ditanyakan, sudah sangat jelas jawaban ini tidak saling berkaitan.

Jawaban E. Sunan Kalijaga menurut saya ini salah, karena setelah saya cari di google, jawaban tersebut lebih tepat digunkan untuk pertanyaan lain.

Kesimpulan

Dari penjelasan dan pembahasan diatas, bisa disimpulkan pilihan jawaban yang benar adalah A. Sunan Kudus

Jika masih punya pertanyaan lain, kalian bisa menanyakan melalui kolom komentar dibawah, terimakasih.

Kudus juga dikenal sebagai kota Wali, karena di sinilah ada dua wali yang merupakan bagian dari Walisongo, yaitu Raden Ja’far Shadiq [Sunan Kudus] yang dimakamkan di belakang Masjidil Aqsha [Menara Kudus], dan Raden Umar Said [Sunan Muria] yang dimakamkan di pegunungan Muria [Desa Colo Kecamatan Dawe]. Selain itu banyak wali yang dimakamkan di kota ini, seperti Kyai Telingsing, Sunan Kedu, KH Raden Asnawi, dan lain-lain...

Sunan Kudus.

Sunan Kudus atau Syeh Ja'far Shodiq adalah seorang yang tidak hanya merupakan senopati di Kerajaan Demak Bintaro namun juga ahli hukum agama Islam. Pada waktu itu suasana di Kudus banyak terdapat kedholiman. Banyak masyarakat yang suka foya-foya, judi, mabuk-mabukan dll. Hal tersebut membuat Sunan Kudus risau dapatkah orang-orang yang dholim itu disadarkan.Akhirnya melalui dakwah, Sunan Kudus berhasil mengajak mereka memeluk agama Islam.

Sunan Kudus atau Ja’far Shodiq adalah putra dari Raden Usman Haji. Sunan Kudus ahli di dalam ilmu agama, pemerintahan dan kesusasteraan. Tidak heran jika beliau menduduki jabatan-jabatan penting. Di dalam menyebarkan agama islam, beliau menggunakan cara-cara yang sangat bijaksana, melihat situasi dan kondisi masyarakat setempat. Ini terbukti dari :

Bangunan Masjid dan Menara Kudus disesuaikan dengan seni bangun atau arsitektur Hindu. Ini akan memberikan kesan bahwa agama yang dibawa oleh Sunan Kudus sama dengan agama Hindu. Jadi masyarakat tidak terkejut atau menolak.

Masyarakat Hindu menganggap bahwa sapi atau lembu adalah binatang suci yang tidak boleh diganggu. Sunan Kudus juga memerintahkan kepada masyarakat supaya jangan menyembelih lembu. Jika ini terjadi, maka masyarakat akan marah, sebab binatang kesayangannya diganggu.

Lubang pancuran yang berjumlah delapan buah dan berbentuk kepala arca. Angka delapan ini menurut orang Buddha diartikan delapan jalan kebenaran.

Sunan Kudus selain terkenal sebagai seorang wali, ahli dalam bidang agama, pemerintahan dan kesusasteraan, beliau juga dikenal sebagai pedagang yang kaya. Beliau mendapat gelar Waliyyul Ilmi, sehingga beliau diangkat sebagai penghulu [Qodi] di kerajaan Demak.

Sunan Muria.

Tentang nama Muria, berasal dari nama bukit yang bernama Marwah yang diberikan oleh Amir Haj [ R. Umar Said ] untuk menyebut daerah yang didiami sebagai tempat da’wahnya yaitu di daerah Kudus sebelah utara. Oleh masyarakat setempat Marwah diucapkan dengan Muria sampai sekarang. Nama Muria dipakai sebagai nama salah satu gunung yang semula bernama gunung Gundul atau Gundil. Sebelum Sunan Muria datang di daerah tersebut, nama daerah itu adalah Muriapada. Adapula yang berpendapat bahwa nama Muria berasal dari kata “ Mulia” sebab daerah tersebut didiami oleh seorang alim, seorang wali yang mulia.

Raden Umar Syaid, atau Raden Said dikenal dengan sebutan Sunan Muria, adalah termasuk salah seorang dari kesembilan wali yang terkenal di Jawa. Nama kecilnya ialah Raden Prawoto. Beliau adalah putra dengan Sunan Kalijaga dengan Dewi Soejinah putri Sunan Ngudung. Jadi, kakak dari Sunan Kudus.

Sebagai anggota dari walisongo, beliau bertugas menyiarkan agama Islam didaerah Jawa Tengah bagian utara. Sesuai dengan sifatnya yang sederhana, kurang tertarik kepada masalah-masalah politik, maka beliau lebih senang bertugas di desa-desa / daerah pegunungan. Tugas tersebut sangat berhasil. Beliau bergaul langsung dengan pedagang, nelayan dan rakyat jelata. Dengan melalui ceramah-ceramah, kursus-kursus, sarasehan dsb, ajaran yang di sampaikan dengan mudah diterima masyarakat. Dalam berda’wah, Sunan Muria cenderung kepada Ilmu Tasawwuf. Cara berda’wah sangat bijaksana. Kebudayaan Jawa tidak ditinggalkan, bahkan beliau menciptakan lagu-lagu Jawa, antara lain Macopat, Kinanti, Sinom dsb. Dalam strategi da’wah, beliau menitikberatkan pada pembinaan mental masyarakat. Perjuangan yang bersifat physik dan politik tidak pernah dilakukan.

Bagikan Berita :

Oleh:

Sayyid Iwan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan

Sunan Kudus….Siapa yang tidak kenal nama wali yang satu ini, Jika menyebut nama Walisongo, rasanya akan sangat aneh jika nama Sunan Kudus tidak disebut. Dalam ziarah ziarah makam walisongo, nama Sunan Kudus menjadi daftar “buruan” penting para penziarah. Saya sendiri tahun 2012 saat melakukan perjalanan religi 9 wali, menjadikan makam Sunan Kudus menjadi tempat yang wajib harus saya datangi, karena kalau saya tidak datangi betapa “kurang ajarnya” saya, karena melalui didikan dan binaaan beliaulah leluhur saya menjadi orang yang mengerti luar dalam tentang agama Islam. Leluhur saya dan Sunan Kudus memang seperti mata rantai yang tidak terpisahkan. Dalam sejarah Kesultanan Demak khususnya keluarga besar Kadipaten Jipang Panolan yang adipatinya Pangeran Aria Penangsang Azmatkhan, orang yang paling didengar dan dipatuhi kata-katanya adalah Sunan Kudus, tidak heran dalam catatan sejarah tentang Sunan Kudus, leluhur saya merupakan anak angkat, santri terbaik dan kesayangan dari Sunan Kudus. Bukan itu saja hubungan itu diperkuat dengan adanya putri Sunan Kudus yang menikah dengan Pangeran Arya Penangsang, Kedekatan mereka memang sangat terkenal, sehingga tidak heran saking dekatnya mereka, ketika fitnah melanda cucu Raden Fattah tersebut, nama Sunan Kudus ikut ikutan diseret, padahal Sunan Kudus dan muridnya itu justru berusaha menghindari adanya konflik konflik di Kesultanan tersebut. Dan orang yang paling berjasa dalam menyelamatkan keturunan cucu Raden Fattah tersebut adalah Sunan Kudus. Melalui nasehat beliaulah akhirnya cucu Raden Fattah tersebut hijrah kenegeri Sumatra Selatan demi menghindari perang saudara dan fitnah yang melanda keluarga besar Kadipaten Jipang Panolan tersebut. Dan walaupun keduanya sudah terpisah lokasi, namun ternyata hubungan kekeluargaan tetap terjalin. Sekalipun sejarah berkata lain tentang nasib Aria Penangsang yang dikatakan tewas, namun fakta sesungguhnya bahwa keturunan Aria Penangsang tetap masih lestari, itu karena jasa Sunan Kudus dan keluarga besarnya. Sehingga dengan adanya fakta seperti ini rasanya sangat keterlaluan jika makam Sunan Kudus tidak saya kunjungi. Sunan Kudus adalah keturunan ke-25 dari Nabi Muhammad SAW. Beliau merupakan keturunan Ahlul Bait dari jalur Bani Alawi yang ada di Hadramaut Yaman. Adapun Nasab dari Sunan Kudus adalah sebagai berikut : Sunan Kudus/Sayyid Ja’far Shodiq Azmatkhan/Waliyul Ilmi/Senopati Kesultanan Demak bin Sunan Ngudung/Raden Usman Haji/Senopati Demak bin Fadhal Ali Murtadha/Raja Pandita/Raden Santri/Empu Prapanca bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar As-Samarqandy/Ibrahim Asmorokondi bin Husain Jamaluddin Al Akbar Jumadhil Kubro bin Sultan Ahmad Syah Jalaluddin bin Abdullah Amir Khan bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammul Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi Atsani bin Muhammad Shohibus Souma’ah bin Alwi Al Awwal bin Ubaidillah/Abdullah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa Arrumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin/Ali Al-Ausath/Ali As-Sajjad bin Al-Husain As-Shibti/Abu Syuhada bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Al-Batul binti Nabi Muhammad Rasulullah Sunan Kudus adalah salah satu wali yang paling menonjol dalam jajaran walisongo. Nama besar beliau ini bahkan pernah menggetarkan Syarif Mekkah pada masanya. Dengan doanya Sunan Kudus wabah penyakit yang sedang melanda Mekkah pada masa itu berhasil disembuhkan, padahal sebelumnya Syarif Mekkah tersebut tidak terlalu menganggap jati diri seorang Sunan Kudus, namun berkat keikhlasan doa beliau akhirnya wabah tersebut lenyap. Sunan Kudus disamping sebagai seorang ulama, beliau juga terkenal ahli dalam ilmu filsafat, tatanegara, keperwiraan [militer] bahkan puisi. Itu masih ditambah dengan kealimannya dalam ilmu Tauhid, Ushuluddin, Mantiq dan Fiqh, sehingga dengan kemampuannya yang nyaris sempurna dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan ini, gelar WALIYUL ILMI disematkan padanya. Gelar itu juga merujuk pada kecerdikannya dalam berdakwah, ketika beliau berhasil menarik umat Hindu dan Budha ke dalam Islam tanpa paksaan. Inilah yang disebut para ahli sejarah islam sebagai jejak penting warisan Sunan Kudus dalam bidang toleransi sosial. Namun dibalik kemampuan beliau dalam berbagai disiplin ilmu baik agama maupun yang umum, tidak banyak yang tahu jika beliau sesungguhnya juga seorang ulama ahli nasab yang mumpuni dan ini kelak diturunkan kepada keturunannya, tidak heran banyak keturunan Sunan Kudus disamping alim sebagai ulama, kemampuan ilmu nasab mereka sangat luar biasa. Gelar waliyul Ilmi pada Sunan Kudus sebenarnya sudah mengisyaratkan itu. Sunan Kudus adalah Naqib Nasab pada masa walisongo khususnya Nasab keluarga besar walisongo. Bukan saja itu nasab-nasab lainpun beliau kuasai dengan baik. Jadi tidak benar jika penjagaan nasab tidak dilakukan keluarga besar walisongo. Sejak masa walisongo, Sunan Kudus sudah melakukan itu, bahkan tugas penjagaan nasab itu dilakukan itu bukan saja dari masa sunan kudus namun itu sudah dilakukan sejak masa Sayyid Abdul Malik Azmatkhan yang merupakan leluhur walisongo. Kenapa demikian? Karena catatan Sanad Ilmu Nasab Sunan Kudus bermuara kepada Sayyid Abdul Malik kemudian dilanjutkan kepada ayahnya Imam Alwi Ammul Faqih dan terus sampai ke Rasulullah SAW. Semua nasab-nasab keluarga besar walisongo Sunan Kuduslah yang memelihara, menjaga, meneliti, mencatat dan sudah tentu mentahqib lalu mensyahkannya, sehingga dengan fungsinya sebagai Naqib maka banyaklah yang selamat nasab-nasab keluarga besar walisongo. Keluarga walisongo memang mempunyai catatan nasab masing masing, namun demikian dari masing-masing keluarga walisongo itu terkumpul menjadi satu di tangan Sunan Kudus. Untuk menjadi seorang ahli nasab seperti Sunan Kudus tidaklah semua ulama bias mencapainya. Oleh karena tidak perlu heran dengan kemampuannya yang kompleks itu beliau sampai sampai dijuluki WALIYUL ILMI. Kemampuan Ilmu nasab Sunan Kudus pada perkembangan selanjutnya dilanjutkan kepada anaknya yaitu Sayyid Amir Hasan Azmatkhan dari Sayyid Amir Hasan terus dilanjutkan sampai generasi sekarang. Semua keturunan Sunan Kudus dari jalur Sayyid Amir Hasan Azmatkhan adalah ahli-ahli nasab yang saling sambung menyambung baik secara sanad ilmu, nasab darah dan sanad ilmu nasab. Salah satu keturunan Sunan Kudus yang sangat terkenal sebagai ahli nasab yang tidak banyak diketahui masyarakat umum [padahal ilmunya setara guru besar] adalah Sayyid Bahruddin Azmatkhan Al Hafizh yang hidup dari tahun 1899 Masehi sampai 1991 Masehi. Beberapa orang pernah bertanya kepada saya, siapa Sayyid Bahruddin ini? Kok baru saya dengar….Jawab saya, ya itu karena anda gak berkecimpung dalam dunia ilmu nasab, sehingga nama-nama ulama yang faham nasab tidak anda tahu, lagipula Sosok beliau ini sosok sederhana dan tidak mau terlihat [terkenal] dimata masyarakat, beliau low profile, tidak terlihat jika beliau ini ulama besar apalagi hebat dalam ilmu nasab. Bahkan beliau ini terkesan seperti sosok rakyat desa yang biasa biasa saja. Sayyid Bahruddin Azmatkhan adalah seorang pakar nasab yang Hafal Ribuan Nasab plus detailnya, Hafal Alquran dan Hafal Ribuan Hadist, beliau juga mursyid berbagai Thariqah. Beliau memang bertipikal tawadhu, tidak banyak orang tahu jika beliau adalah ulama ahli nasab. Namun beberapa ulama khos masa lalu khususnya NU pasti mengenal sosok Sayyid Bahruddin ini, apalagi beliau juga murid dari Mbah Kholil Bangkalan yang juga sama sama keturunan SUNAN KUDUS. Bahkan Sayyid Bahruddin ini nasabnya lebih tua satu tingkat dari mbah kholil, sekalipun demikian secara keilmuan Sayyid Bahruddin tetap berguru dengan Mbah Kholil Bangkalan. Sayyid Bahruddin ini melanjutkan perkembangan ilmu nasab yang telah dilakukan oleh datuk datuknya dengan mengadakan penelitian, penjagaan, pemeliharaan, pencatatan, pentahqiqan dan pengesahan nasab sejak dari tahun 1909 sampai wafatnya. Gerakan yang beliau lakukan jauh lebih awal daripada terbentuknya lembaga lembaga nasab yang ada dinegeri ini. Bahkan ayah dan kakek beliau juga tidak jauh beda dengan beliau ini gerakannya, bahkan gerakan keluarga besar Sunan Kudus tidak hanya Di Nusantara saja, mereka juga sudah merambah keluar Nusantara. Beliau banyak berkeliling keberbagai daerah untuk meneliti nasab, gerakan penelitian nasab dilakukan sepanjang hidupnya. Beliau melakukan tugas ini atas dasar keikhlasan demi terpeliharanya nasab nasab keluarga besar walisongo. Tidak ada yang membiayai kegiatan ini, semua murni karena panggilan jiwa dan keihklasan semata. Setelah beliau wafat, tugas tersebut kemudian diberikan tanggungj awabnya kepada cucunya yaitu As-Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam yaitu Assayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al Hafizh [Pangeran Penghulu Nata Agama]. Dari mulai Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam ini tugas terus berlanjut sampai sekarang. Semua hal-hal yang berkaitan dengan walisongo diberikan kepada cucu tersayang dari Sayyid Bahruddin ini. Kedekatan Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam ini dengan kakeknya memang sangat kuat terjalin, dari kecil Syekh Mufti sudah dididik langsung oleh kakeknya baik dari berbagai ilmu agama dan sudah tentu gemblengan ilmu nasab dan juga Tariqah. Sayyid Bahruddin memang sangat mencintai cucu beliau ini, sehingga akhirnya tidak perlu heran jika ilmu yang beliau miliki menurun kepada Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam. Semoga jasa keluarga besar Sunan Kudus dan keturunannya Allah ganjar dengan sebaik baiknya balasan. Amin…..

Wallahu A'lam Bisshowab....

Video yang berhubungan