Menurut Imam Syafi i barang siapa yang menginginkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat maka ia harus *?


Hadis ke-9

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ

“Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah berilmu.Barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu.Barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dengan ilmu.”

Ungkapan yang sering disebutkan sebagai hadis Nabi Muhammad SAW di atas ternyata tidak terdapat di berbagai kitab hadis manapun. Di dalam pencarian di dalam lebih dari 100 kitab hadis dalam al-maktabah asy-syamilah baik dalam kutub mutun al-hadis, kitab-kitab takhrij, al-ilal dan lain-lain, penyusun sama sekali tidak mendapatkan keterangan tentang pernyataan yang diklaim sebagai hadis Nabi di atas.

Justru Imam an-Nawawi asy-Syafi’iy dalam al-Majmu syarh al-Muhadzab juz 1 hal 20, juga Imam as-Syarbini as-Syafi’iy dalam Mughni al-Muhtaj hal.31 menegaskan bahwa ungkapan di atas adalah perkataan Imam as-Syafi’i.

Menurut Imam Syafi i barang siapa yang menginginkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat maka ia harus *?

IMAM SYAFI’I adalah penyampai nasehat tentang keinginan dunia dan akhirat yang harus dicapai dengan ilmu. Beberapa sumber menyebut nasehat ini sebagai perkataan Rasulullah namun setelah ditelusuri dengan seksama, tak ada hadis yang berbunyi demikian.

Pembahasan

Bunyi lengkap dari ungkapan tersebut adalah sebagai berikut:

“Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah berilmu. Barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu. Barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dengan ilmu.”

Ungkapan ini menerangkan keutamaan ilmu, bahwa dengan ilmu maka seseorang bisa meraih dunia sekaligus akhirat. Agama sendiri ditujukan bagi mereka kaum yang berpikir (berilmu).

Dalam 100 lebih kitab hadis, tidak dijumpai ungkapan tersebut di atas. Oleh sebab itu, nasehat ini bukanlah bersumber dari hadis melainkan dari ucapan atau ungkapan seseorang yang bukan Rasulullah.

Sebenarnya ungkapan ini bersumber dari nasehat IMAM AS-SYAFI'I. Hal ini disebutkan oleh Imam an-Nawawi asy-Syafi’iy di dalam kitabnya yakni al-Majmu syarh al-Muhadzab pada juz 1 halalaman. 20. Imam lain yang menyebutkan demikian adalah   Imam as-Syarbini as-Syafi’iy. Ungakapan ini ia sebutkan milik imam As- Syafi'i di dalam kitab Mughni al-Muhtaj tepatnya pada halaman 31.

Jadi, jawaban yang benar adalah D. IMAM AS-SYAFI'I


Pelajari lebih lanjut:

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

Detil Jawaban

Kode           : 9.14.2

Kelas          : 3 SMP

Mapel          : Pendidikan Agama Islam

Bab             : Hadis Menuntut Ilmu

Kata Kunci : Imam, Syafi'i, Dunia, Akhirat, Tugas PAI

Menurut Imam Syafi i barang siapa yang menginginkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat maka ia harus *?

  • Menurut Imam Syafi i barang siapa yang menginginkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat maka ia harus *?

  • Menurut Imam Syafi i barang siapa yang menginginkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat maka ia harus *?

    cara jawabnya detail dan jelas bgt

Menurut Imam Syafi i barang siapa yang menginginkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat maka ia harus *?

Oleh : Bohri Rahman, Lc*

Kita sering dihadapkan dengan pertanyaan yang menggelitik, bagaimana hukum hadis ini hadis itu, tanpa ada aba-aba terlebih dahulu?. Kita sering mendengar para Kiyai, Tuan Guru, para Mubalig dan Tokoh masyarakat dalam pidato mereka, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, begini dan begitu, tanpa menyebutkan perawi atau kualitas hadisnya.

Kita juga menjumpai dalam buku-buku bacaan dan kitab-kitab literatur kita ketika masih duduk di bangku sekolah atau Pondok Pesantren, seorang penulis ada yang tiba-tiba mencantumkan, dari Umar bin Khattab bahwa rasulullah saw bersabda begini dan begitu, tanpa disertai dengan keterangan kualitas hadis dan imam yang meriwayatkannya.

Hal ini membuat kita banyak bertanya. Siapakah perawi hadis tersebut?. Dalam kitab apakah disebutkan? Bagaimanakah kualitasnya, apakah shahih atau hasan atau dhaif atau dhaif jiddan atau maudu’?. Benarkah apa yang mereka sandarkan adalah sabda Rasulullah SAW? Boleh jadi itu bukan sabda Rasulullah namun merupakan kata-kata hikmah yang dilantunkan seorang Imam kepada muridnya atau merupakan ungkapan orang yang tidak jelas statusnya.

Penulis sebelum berangkat mengais ilmu di al-Azhar, pada malam harinya ada ritual pengajian dan pelepasan yang disampaikan oleh sang Tuan Guru, dengan harapan memberikan motivasi kepada penulis. Dalam pidato yang beliau sampaikan beliau mengutip sebuah ungkapan dan menyandarkannya kepada rasulullah tanpa ada keraguan sedikitpun, dengan semangat beliau berkata : Rasulullah saw bersabda :

  • من أراد الدنيا فعليه بالعلم ومن أراد الأخرة فعليه بالعلم ومن أرادهما فعليه بالعلم.

Barangsiapa yang menginginkan ( kebahagian) dunia hendaknya ia dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan akhirat, hendaknya ia dengan ilmu dan barangsiapa yang menginginkah kebahagian keduanya, hendak ia dengan ilmu.

Entah dari mana beliau mengambil dan membacanya kemudian mencopotnya begitu saja lalu menyandarkannya kepada Rasulullah. Memang saya sangat yakin bahwa beliau bermaksud baik dan tidak sengaja berdusta atas nama Rasulullah saw.  Namun tetap saja patal karena merupakan kebohongan atas diri rasulullah saw sekalipun tanpa disengaja. Hal itu  terjadi akibat dari ketidaktahuan, tidak ada penelitian dan pengkajian terlebih dahulu.

Setelah penulis mencari dalam kitab-kitab hadis yang bersanad dan kitab takhrij, penulis tidak menjumpai ungkapan di atas adalah hadis rasulullah, namun merupakan ungkapan Imam Syafi’I rahimahullah yang dinukil oleh Imam Nawawi dalam muqaddimah karya beliau[1] : al Majmu’.  Imam Nawawi berkata

قال الشافعي رحمه الله تعالى : العلم أفضل من من صلاة النافلة وقال : ليس بعد الفرائض أفضل من طلب العلم، وقال : من أراد الدنيا فعليه بالعلم ومن أراد الآخرة فعليه بالعلم.

Imam Syafi’i RA berkata : Menuntut ilmu lebih utama daripada shalat sunnah. Beliau berkata : Tidak ada amalan setelah amalam fardhu yang lebih utama daripada menuntut ilmu. Dan beliau juga berkata : Barangsiapa yang menginginkan (kebahagian) dunia hendak lah dengan ilmu barangsiapa yang menginginkan (kebahagian)  akhirat hendaklah dengan ilmu. “.

Dengan demikian, ungkapan yang selalu terngiang di telinga dan sering terlontarkan bahkan tanpa disadari selalu disandarkan kepada rasulullah, dengan adanya kajian dan penelusuran langsung dari literatur aslinya maka didapatkan bahwa ungkapan tersebut adalah penggalan dari perkataan Imam Asy Syafi’i Rahimahullah, bukan sabda Rasulullah saw.

[1] . Al Imam Annawawi, al Majmu’ fi Syarhil Muhazdab. Dar al Fikr, Beirut.

* Kandidat Master Universitas Azhar Kairo-Mesir Jurusan Hadist dan ilmu-ilmunya, pemerhati masalah-masalah hadist dan keagamaan serta kontributor ISCO (Islamic Studies Center Online).

mail :

sumber : ISCO (Islamic Studies Center Online)

Seorang muslim dituntut mencasi pribadi yang cerdas serta memiliki pengetahuan yang luas. Segala pengetahuan yang dapat membantu manusia dalam menjalani kehidupan dapat diperoleh dengan cara belajar. Betapa Allah mengagungkan ilmu dan orang-orang yang belajar tergambar dalam firman pertama-Nya, yakni perintah untuk membaca, Allah berfirman artinya :

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia (Allah) telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam. Dia (Allah) mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS. 96 Al  ‘Alaq : 1-5).

Membaca sendiri merupakan salah satu cara untuk memeroleh ilmu pengetahuan. Berbagai ilmu dari masa-kemasa dituangkan melalui tulisan.

Allah swt. menjamin akan meninggikan derajat  orang-orang berilmu dan memudahkan segala urusan dunia dan akhiratnya sebagaimana petikan ayat al-aur,an dan perkataan imam Syafi’i berikut:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.“ (Al Mujadilah : 11).

مَنْ اَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَ اْلاَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ

“Barangsiapa yang ingin sukses di dunia maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang ingin sukses di akhirat maka hendaklah dengan ilmu, dan barangsiapa yang ingin sukses pada keduanya (dunia dan akhirat) maka hendaklah dengan ilmu (pula)” –Imam Syafi’i

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kunci meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat dapat diperoleh dengan belajar.

Departemen Syiar UKM ASC

link Poster: Download

SneakersbeShops® , Shop Online For Luxury, High-End Fashion, Expensive & Authentic Designer Brands | Off-White x Air Jordan 1 NRG UNC The Ten — Resist Game