Mengapa penelitian disebut postpositivisme karena tidak ada aspek lain

Berbeda dengan ilmu eksak, penelitian di bidang sosial tidak dapat dilihat dari satu sudut pandang saja. Karena itu, penelitian sosial perlu menetapkan paradigma terlebih dahulu sebelum dirancang dan dilakukan.

Menurut Thomas Kuhn, paradigma penelitian adalah cara pandang, keyakinan, dan kesepakatan peneliti mengenai cara fokus permasalahan dipahami dan dikaji. Egon G. Guba mengklasifikasikan paradigma penelitian sosial ke dalam tiga aspek, yaitu ontologi, epistemologi, dan metodologi.

Ontologi membahas apa yang ingin diketahui dalam penelitian. Epistemologi menanyakan bagaimana hal tersebut bisa diketahui. Sementara itu, metodologi mencari cara untuk mengetahui sesuatu.

Apa fungsi ketiganya dalam penelitian? Ontologi dan epistemologi membantu kita menentukan cara pandang terhadap masalah penelitian dan bagaimana memperoleh pengetahuan atau data tersebut. Di sisi lain, metodologi merupakan strategi yang akan kita gunakan untuk mendapatkan jawaban permasalahan lewat data penelitian.

(Baca juga: 4 Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian Sosial)

Berdasarkan tiga klasifikasi tersebut, terdapat lima paradigma penelitian, yaitu positivisme, konstruktivisme, pragmatisme, subjektivisme, dan kritis.

Positivisme

Jenis ini memercayai bahwa realitas dan kebenaran dari suatu fenomena bersifat tunggal. Realitas tersebut dapat diukur menggunakan instrumen yang valid dan reliabel. Karena itu, penelitian positivistik biasanya menggunakan pendekatan kuantitatif.

Konstruktivisme

Berkebalikan dengan positivisme, konstruktivisme justru menganggap bahwa tidak ada realitas ataupun kebenaran tunggal. Realitas sosial diinterpretasikan oleh individu maupun kelompok, sehingga hasil yang didapat akan beragam. Penelitian konstruktivistik umumnya memakai pendekatan kualitatif.

Pragmatisme

Paradigma pragmatisme memercayai bahwa realitas tidaklah bersifat tetap karena terus-menerus dinegosiasikan, diperdebatkan, dan diinterpretasi. Paradigma ini dapat dikatakan merupakan gabungan dari pandangan positivisme dan konstruktivisme. Biasanya, penelitian jenis ini menggunakan pendekatan gabungan kualitatif dan kuantitatif.

Subjektivisme

Subjektivisme beranggapan bahwa realitas adalah apa yang diyakini oleh peneliti sebagai kenyataan. Karena itu, pandangan dan interpretasi peneliti dianggap penting dalam penelitian. Paradigma subjektivisme umumnya digunakan dalam metode analisis wacana, arkeologis, genealogis, dan dekonstruktivisme.

Kritis

Paradigma kritis meyakini bahwa realitas sosial merupakan suatu sistem yang dikonstruksi dan berada di bawah sekelompok pihak yang berkuasa. Jenis-jenis penelitian yang mengadopsi paradigma ini di antaranya adalah analisis wacana kritis, kritik ideologi, hingga etnografi kritis.

Pengertian Paradigma Penelitian – Sebagai mahasiswa tentunya kita akrab dengan kata penelitian. Sepanjang masa kuliah, mahasiswa kerap bersinggungan langsung dengan penelitian maupun hal-hal terkait penelitian.

Banyak mata kuliah yang menggunakan penelitian sebagai dasar pembelajaran. Entah itu sebagai studi literatur, tugas, dan juga penelitian yang dilakukan sendiri seperti pengerjaan tugas akhir maupun skripsi…

Apa itu Penelitian?

Penelitian sendiri didefinisikan Hillway (1956) sebagai :

“metode studi dengan melalui proses penyelidikan yang hati-hati terhadap suatu permasalahan yang ditujukan guna menemukan solusi yang tepat untuk pemecahan masalah tersebut.”

Fellin, Tripodi dan Meyer (1996) mendefinisikan penelitian :

“Sebagai suatu cara sistematis untuk meningkatkan, memodifikasi dan meningkatkan pengetahuan. Yang mana, pengetahuan ini nantinya dapat disampaikan dan diuji oleh peneliti lain atau peneliti selanjutnya.”

Banyak komponen atau hal-hal yang kita butuhkan ketika akan melakukan penelitian. Salah satunya adalah paradigma penelitian yang akan kita gunakan.

Pengertian Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang digunakan oleh peneliti dalam memandang realita suatu permasalahan dan teori atau ilmu pengetahuan.

Guba dan Lincoln (1988) mendefinisikan paradigma penelitian sebagai cara peneliti memahami permasalahan tertentu dengan kriteria untuk menguji guna ditemukannya penyelesaian masalah.

Secara umum, ada 2 kelompok paradigma penelitian yang kerap digunakan oleh peneliti.

Paradigma yang paling banyak digunakan oleh peneliti adalah kuantitatif dan kualitatif.

Kedua paradigma ini memiliki kriteria dan metode tersendiri. Baik paradigma penelitian kuantitatif maupun kualitatif, keduanya memiliki karakteristik dan kelebihan serta kekurangan masing-masing.

Selain kedua paradigma tersebut, ada pula beberapa paradigma penelitian lainnya yang mendasari.

Beberapa paradigma tersebut antara lain paradigma Positivisme, paradigma Konstruktivisme, paradigma Pragmatisme, paradigma Subjektivisme, dan paradigma Kritis.

Jenis-Jenis Paradigma Penelitian

Untuk memudahkan kita dalam memahami paradigma penelitian ketika akan menyusun suatu karya ilmiah yang akan kamu kerjakan, namun ada baiknya kamu paham terlebih dahulu mengenai Jenis-jenis karya ilmiah itu sendiri

…Setelah kamu paham, berikut ini kita bahas mengenai jenis-jenis paradigma satu persatu :

1. Paradigma Penelitian Kuantitatif

Paradigma kuantitatif merupakan paradigma yang dilandasi dari filsafat positivisme, yang mana tidak mengakui adanya unsur teologi dan metafisik.

Mengapa penelitian disebut postpositivisme karena tidak ada aspek lain
Mengapa penelitian disebut postpositivisme karena tidak ada aspek lain

Paradigma ini meyakini bahwa ilmu pengetahuan adalah satu-satunya pengetahuan yang valid.

Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang didapat dari pengalaman yang sudah kita lalui.

,,,Dimana pengalaman tersebut kita rasakan oleh indera kita yang nantinya akan diolah oleh pikiran kita.

Karena berawal dari pengalaman kita sendiri, obyek penelitian biasanya tidak jauh-jauh dari hubungan dan sebab akibat antara fenomena atau pengalaman yang kita lalui.

Meskipun berasal dari pengalaman yang kita lalui, penelitian tetap berdasarkan fakta yang ada. Selain fakta, penelitian juga bisa dilandasi asumsi dengan melihat fakta yang ada.

Jadi paradigma ini menggunakan asumsi kita yang dibangun dari fakta yang kita peroleh dari proses berpikir kita akan fenomena atau kejadian tertentu.

Selain itu, paradigma Kuantitatif memiliki pandangan bahwa sumber ilmu salah satunya adalah pemikiran rasional data empiris.

Pemikiran ini didasari dari kesesuaian dengan teori terdahulu yang biasanya disebut sebagai koherensi.

….Dimana dalam prosesnya, diawali dari asumsi atau yang biasa kita sebut sebagai perumusan hipotesis. Untuk selanjutnya diverifikasi agar memperoleh teori baru.

Dalam memandang suatu peristiwa, paradigma Kuantitatif beranggapan bahwa variabel yang ada didalamnya bisa saja berubah tergantung dari kondisi dan situasi.

,,,Oleh karena itu, pada penelitian kuantitatif hanya menggunakan variabel tertentu saja.

Variabel yang digunakan biasanya hanya yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang akan kita lakukan.

2. Paradigma Penelitian Kualitatif

Paradigma penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang menempatkan manusia sebagai subjek penelitian.

Mengapa penelitian disebut postpositivisme karena tidak ada aspek lain
Mengapa penelitian disebut postpositivisme karena tidak ada aspek lain

Paradigma ini termasuk menganut model humanistik karena menjadikan manusia sebagai subjek penelitian di dalam fenomena atau peristiwa yang akan diteliti.

Paradigma kualitatif percaya bahwa manusia yang menentukan perilaku dirinya dan peristiwa sosial yang terjadi.

Filsafat fenomenologis milik Edmund Husserl yang kemudian dikembangkan dalam sosiologi oleh Max Weber menjadi landasan dari paradigma ini.

Pandangan ini menilai bahwa perilaku manusia didasari oleh pemikiran atau doktrin yang dimiliki oleh individu tersebut.

,,,Jadi ketika kita menggunakan paradigma Kualitatif, suatu peristiwa tidak hanya dipandang secara tunggal. Tetapi banyak aspek, unsur, dan hal lainnya yang membentuk perilaku tersebut.

Secara mudah, kita dapat menyebutnya sebagai alasan-alasan apa saja yang menggerakkan manusia untuk bertindak. Baik hal itu disadari maupun tidak disadari oleh individu tersebut.

Pada dasarnya, paradigma ini percaya bahwa manusia memiliki kontrol untuk menentukan pilihan perilaku mereka sendiri.

Selain menekankan pada manusia itu sendiri, paradigma kualitatif menilai bahwa peristiwa atau fenomena harus dilihat secara menyeluruh. Tidak cukup dengan hanya melihat peristiwa itu sendiri tanpa melihat alasan atau penyebab kejadian.

Ketika kita ingin melihat peristiwa disertai dengan penyebab terjadinya, maka paradigma Kualitatif menjadi pilihan yang tepat untuk kita gunakan.

Berbeda dengan paradigma penelitian Kuantitatif, paradigma penelitian Kualitatif tidak terbatas pada pengujian hipotesis dengan menggunakan teori sebelumnya.

Melainkan menemukan teori baru dari teori yang ada dengan sistematis. Sehingga , paradigma ini tetap mengakui fakta empiris sebagai sumber pengetahuan.

…Akan tetapi tidak digunakan untuk memverifikasi…

Karena dalam penelitian dengan paradigma ini mencoba untuk menggali faktor di balik fenomena, maka proses penelitian dianggap lebih penting dibandingkan hasil penelitian yang didapat.

Itu dia pembahasan lengkap tentang paradigma penelitian Kuantitatif dan paradigma penelitian Kualitatif.

Selain kedua paradigma yang sering dipakai secara umum ini, ada juga beberapa paradigma penelitian lainnya. Ada baiknya kita bahas bersama beberapa paradigma penelitian lainnya di bawah ini :

3. Positivisme

Paradigma Positivisme ini didasari pada hukum dan prosedur baku dan tunggal, dimana ilmu pengetahuan dianggap deduktif.

,,,Selain itu, juga melibatkan variabel-variabel di dalamnya.

Paradigma Positivisme ini menjadi cikal bakal paradigma penelitian kuantitatif.

4. Konstruktivisme

Berkebalikan dengan Positivisme, paradigma Konstruktivisme memandang ilmu pengetahuan atau kebenaran bersifat relatif.

…Tidak hanya tunggal, tetapi bisa berubah tergantung interpretasi tiap individu maupun kelompok.

Paradigma ini biasanya banyak digunakan dalam penelitian kualitatif.

5. Pragmatisme

Paradigma ini menilai bahwa suatu fakta atau realitas dari fenomena tidak selalu tetap.

…Ia bisa berubah setiap saat. Hal ini dapat berubah dikarenakan realitas masih dan akan terus bisa dinegosiasi atau ditawar…

Pada dasarnya, paradigma Pragmatisme merupakan gabungan dari paradigma Positivisme dan paradigma Konstruktivisme.

6. Subjektivitas

Pandangan peneliti merupakan fokus utama dari paradigma Subjektivitas.

…Subjektivitas percaya bahwa pandangan dan interpretasi peneliti merupakan faktor penting dalam penelitian.

Interpretasi peneliti dalam memandang suatu peristiwa atau kejadian dianggap sebagai kenyataan.

7. Paradigma Kritis

Berbeda dengan paradigma sebelumnya, paradigma kritis ini meyakini bahwa realitas yang terjadi merupakan hasil dari sistem yang telah dikonstruksi.

Selain itu, peristiwa atau fenomena yang terjadi sudah dikontrol oleh pihak maupun kelompok yang berkuasa.

….Ia tidak berjalan secara alami, bahkan kebetulan. Akan tetapi memang sudah dirancang sedemikian rupa untuk membentuk realitas tersebut…

Kesimpulan

Sebagai langkah untuk menyusun suatu penelitian karya ilmiah, memang membutuhkan banyak sumber referensi untuk diketahui, agar hasil yang di inginkan tercapai secara maksimal.

Apapun jenis paradigma yang akan kamu pakai, haruslah memiliki landasan daftar pustaka atau referensi, seperti beberapa buku rekomendasi berikut ini :

Nah, di atas adalah pembahasan beberapa paradigma penelitian yang ada. Dari yang umum dan sering digunakan, hingga yang mungkin jarang kita gunakan.

Semoga dengan membaca ini, bisa memudahkan kita untuk lebih memahami tentang metodologi penelitian yang sudah kita bahas bersama.

Baca juga artikel terkait dengan “Pengertian Paradigma Penelitian” :

Kontributor : Ana Widiawati
Editor : Ridwan Karim