Mengapa metode ceramah tidak pernah ditinggalkan dalam proses belajar mengajar?

"Jangan sampai pembelajaran via daring yang berlangsung selama ini membekukan kreativitas guru dalam pembelajaran."

PEMBELAJARAN makin bermakna ketika guru dapat menerapkan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Banyak metode pembelajaran yang harus dikuasai guru dengan baik, seperti metode ceramah, metode demonstrasi, metode diskusi, metode resitasi dan lain-lain. Seorang guru mesti memiliki kepekaan tersendiri untuk bisa menentukan metode yang sesuai dengan kompetensi yang akan dijangkau para peserta didik.

Ramuan metode yang pas akan membuah hasil pembelajaran yang gemilang. Selain itu, potensi peserta didik pun bisa berkembang dengan baik. Karena itu, guru harus menguasai metode pembelajaran yang mumpuni yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik, lingkungan ,sekolah dan daya dukung yang dimiliki peserta didik, serta yang tidak boleh dilupakan adalah karakter peserta didik itu sendiri.

Metode yang variatif bisa diterapkan dengan baik manakala pembelajaran masih berupa pembelajaran luring, sebelum pandemi Covid-19 meluluhlantakkan semua lini kehidupan. Metode ceramah kembali mendapat tempat dalam pembelajaran pada masa pandemi ini. Guru memang kurang bisa memaksimalkan potensi peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran daring.

Dalam pembelajaran kondisi normal, metode ceramah memang makin dikurangi meski tidak bisa dihilangkan sama sekali. Penyampaian secara lisan ini memang bertumpu pada dominasi guru di kelas. Artinya, peserta didik hanya sebagai cawan penerima saja. Seberapa banyak yang dikuasai guru itulah yang akan diterima peserta didik.

Peserta didik cenderung kurang aktif dalam pembelajaran. Gampang ditebak kalau peserta didik pun jadi mudah mengantuk, suasana pembelajaran juga cenderung verbal karena guru hanya memberondong siswa dengan katakata. Sementara guru seperti mercusuar yang kokoh dan gagah berdiri di tengah padang rerumputan kering kecokelatan.

Jangan sampai pembelajaran via daring yang berlangsung selama ini membekukan kreativitas guru dalam pembelajaran. Pembelajaran via daring memang hanya temporal sifatnya namun ini bisa menjadi titik tumpu untuk memasuki arena baru. Tak ada yang bisa memprediksi kapan virus korona datang dan kapan akan pergi. Semua seperti masih menjadi misteri. Sementara, pembelajaran tidak pernah mengenal titik henti. Pembelajaran harus tetap ditegakkan.

Adaptasi yang baru akan berlanjut ke tahap yang lebih permanen tak ada yang mampu memberi garansi ekspektasi. Metode ceramah seperti mendapat angin segar, mendapat habitat yang nyaman lagi. Paling tidak, pembelajaran masih bisa berdiri tegak dengan metode ceramah.

Pembelajaran daring memang telah mengoyak aroma pembelajaran tatap muka yang sedikit banyak menimbulkan persinggungan emosi sosial guru dengan peserta didik. Sungguh sulit asmosfer seperti itu dinikmati pada proses pembelajaran selama pandemi. Jembatan emosi antara guru dan peserta didik dibatasi oleh layar.

Ruang emosi diisolasi sedemikian rupa untuk bisa menghirup udara kebebasan. Tidak begitu nyaman memang, namun mau bagaimana lagi, kondisi darurat memaksa demikian. Metode ceramah pun menjadi sedikit penawar rindu akan suasana pembelajaran tatap muka yang sudah satu semester ini ditinggalkan oleh peserta didik. Tak ada rotan akar pun jadi.

Kendala sinyal, terbatasnya ponsel (untuk peserta didik yang di wilayah pinggiran) dan ketidaksamaan gelombang dalam penguasaan adalah masalah klasik yang belum juga terpecahkan. Sementara pandemi Covid-19 masih setia menebarkan aroma kematian di mana-mana. Metode ceramah pun seperti datang untuk menjadi pelipur lara di tengah pandemi Covid-19 yang menggemparkan dunia. (40)

Endang Sri Wahyuni SPd MPd, Kepala SMP7 Blora.


Page 2

Mengapa metode ceramah tidak pernah ditinggalkan dalam proses belajar mengajar?

Mengapa BUMN Membentuk Holding?

Minggu, 17 Juli 2022 | 08:38 WIB

Mengapa metode ceramah tidak pernah ditinggalkan dalam proses belajar mengajar?

Pancasila dan Ancaman Pengasong Khilafah

Jumat, 8 Juli 2022 | 13:46 WIB

Mengapa metode ceramah tidak pernah ditinggalkan dalam proses belajar mengajar?

Pemuda Pancasila dan Rumah Kemartabatan

Kamis, 7 Juli 2022 | 23:18 WIB

Mengapa metode ceramah tidak pernah ditinggalkan dalam proses belajar mengajar?

Mencari Format Ideal Penjabat Kepala Daerah

Rabu, 6 Juli 2022 | 22:12 WIB

Mengapa metode ceramah tidak pernah ditinggalkan dalam proses belajar mengajar?

Keragaman Lebah, Pangan dan Manusia

Minggu, 22 Mei 2022 | 22:18 WIB

Mengapa metode ceramah tidak pernah ditinggalkan dalam proses belajar mengajar?

Buku dan Literasi Indonesia

Selasa, 17 Mei 2022 | 18:38 WIB

Mengapa metode ceramah tidak pernah ditinggalkan dalam proses belajar mengajar?

Semarang Menuju Kota Megapolitan

Selasa, 10 Mei 2022 | 15:51 WIB

Mengapa metode ceramah tidak pernah ditinggalkan dalam proses belajar mengajar?

Punjungan

Minggu, 1 Mei 2022 | 14:30 WIB

Mengapa metode ceramah tidak pernah ditinggalkan dalam proses belajar mengajar?

Labur, Lebur, Luber (3L)

Jumat, 29 April 2022 | 21:07 WIB

Mengapa metode ceramah tidak pernah ditinggalkan dalam proses belajar mengajar?

Persiapan Jelang Mudik Covid-19

Selasa, 12 April 2022 | 20:06 WIB

Mengapa metode ceramah tidak pernah ditinggalkan dalam proses belajar mengajar?

Demokrasi Pengelolaan Laut

Rabu, 6 April 2022 | 11:00 WIB

Mengapa metode ceramah tidak pernah ditinggalkan dalam proses belajar mengajar?

Minyak Goreng, Sembako dan Politik Pangan

Rabu, 16 Maret 2022 | 11:12 WIB

Mengapa metode ceramah tidak pernah ditinggalkan dalam proses belajar mengajar?

Pentingnya Manifest Muatan Barang

Sabtu, 12 Maret 2022 | 06:40 WIB


Page 3

"Jangan sampai pembelajaran via daring yang berlangsung selama ini membekukan kreativitas guru dalam pembelajaran."

PEMBELAJARAN makin bermakna ketika guru dapat menerapkan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Banyak metode pembelajaran yang harus dikuasai guru dengan baik, seperti metode ceramah, metode demonstrasi, metode diskusi, metode resitasi dan lain-lain. Seorang guru mesti memiliki kepekaan tersendiri untuk bisa menentukan metode yang sesuai dengan kompetensi yang akan dijangkau para peserta didik.

Ramuan metode yang pas akan membuah hasil pembelajaran yang gemilang. Selain itu, potensi peserta didik pun bisa berkembang dengan baik. Karena itu, guru harus menguasai metode pembelajaran yang mumpuni yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik, lingkungan ,sekolah dan daya dukung yang dimiliki peserta didik, serta yang tidak boleh dilupakan adalah karakter peserta didik itu sendiri.

Metode yang variatif bisa diterapkan dengan baik manakala pembelajaran masih berupa pembelajaran luring, sebelum pandemi Covid-19 meluluhlantakkan semua lini kehidupan. Metode ceramah kembali mendapat tempat dalam pembelajaran pada masa pandemi ini. Guru memang kurang bisa memaksimalkan potensi peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran daring.

Dalam pembelajaran kondisi normal, metode ceramah memang makin dikurangi meski tidak bisa dihilangkan sama sekali. Penyampaian secara lisan ini memang bertumpu pada dominasi guru di kelas. Artinya, peserta didik hanya sebagai cawan penerima saja. Seberapa banyak yang dikuasai guru itulah yang akan diterima peserta didik.

Peserta didik cenderung kurang aktif dalam pembelajaran. Gampang ditebak kalau peserta didik pun jadi mudah mengantuk, suasana pembelajaran juga cenderung verbal karena guru hanya memberondong siswa dengan katakata. Sementara guru seperti mercusuar yang kokoh dan gagah berdiri di tengah padang rerumputan kering kecokelatan.

Jangan sampai pembelajaran via daring yang berlangsung selama ini membekukan kreativitas guru dalam pembelajaran. Pembelajaran via daring memang hanya temporal sifatnya namun ini bisa menjadi titik tumpu untuk memasuki arena baru. Tak ada yang bisa memprediksi kapan virus korona datang dan kapan akan pergi. Semua seperti masih menjadi misteri. Sementara, pembelajaran tidak pernah mengenal titik henti. Pembelajaran harus tetap ditegakkan.

Adaptasi yang baru akan berlanjut ke tahap yang lebih permanen tak ada yang mampu memberi garansi ekspektasi. Metode ceramah seperti mendapat angin segar, mendapat habitat yang nyaman lagi. Paling tidak, pembelajaran masih bisa berdiri tegak dengan metode ceramah.

Pembelajaran daring memang telah mengoyak aroma pembelajaran tatap muka yang sedikit banyak menimbulkan persinggungan emosi sosial guru dengan peserta didik. Sungguh sulit asmosfer seperti itu dinikmati pada proses pembelajaran selama pandemi. Jembatan emosi antara guru dan peserta didik dibatasi oleh layar.