Mengapa kemampuan menulis sangat penting bagi praktisi public relation

You are at:Home»Artikel»Pentingnya Kemampuan Jurnalistik Bagi Praktisi PR

Dalam bukunya “Manajemen Kehumasan” pakar pemasaran yang juga staf pengajar FEUI, Rhenald Kasali mengatakan kegiatan kehumasan didominasi oleh aktivitas tulis menulis dibanding kegiatan-kegiatan lainnya. “Sekitar 70 persen kegiatan humas merupakan aktivitas tulis-menulis, selebihnya merupakan aktivitas-aktivitas lainnya ” demikian dikatakan Rhenald seperti tertera dalam bukunya tersebut.

Dominannya kegiatan tulis-menulis dalam aktivitas kehumasan setidaknya terlihat dari beragamnya produk tertulis PR yang ditujukan untuk meningkatkan citra korporasi atau organisasi. Sebut saja siaran pers. majalah internal, newsletter, advertorial hingga company profile.

Mengingat kebutuhannya yang sangat tinggi, tentunya profesionalisme sumberdaya kehumasan dituntut untuk menguasai kemampuan tulis menulis dalam jurnalistik. Dengan begitu, fungsi kehumasan menjadi lebih efektif karena tujuan dan sasaran serta kinerja organisasi dapat terinformasikan dengan baik.

Keterbatasan kemampuan SDM akan mengakibatkan tidak efektifnya fungsi kehumasan dalam bidang jurnalistik. SDM yang mempunyai latar belakang pendidikan formal dalam bidang yang terkait dengan jurnalistik atau komunikasi saja masih belum mencukupi.

Untuk mendukung kegiatan kehumasan, sudah seharusnya setiap SDM kehumasan perlu dibekali  pendidikan dan pelatihan SDM dalam bidang jurnalistik. Paling tidak, beberapa materi yang perlu dikuasai di antaranya teknik reportase dan penulisan berita, kiat menulis artikel dan feature, teknik wawancara, bahasa jurnalistik, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan jurnalistik atau kemampuan tulis-menulis.

Dengan mempunyai kemampuan tulis menulis diharapkan SDM kehumasan dapat mendukung kegiatan kehumasan institusi seperti mampu menulis siaran pers, advertorial, newsletter, majalah internal hingga company profile.

Next Article E-PR, Sebuah Kampanye Kehumasan

GARUT. Kemampuan menulis bagi seorang public relations begitu penting saat ini. Terlebih di era digital, masyarakat begitu akrab dengan berbagai media yang menurutnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-harinya.

Hal itu dikatakan Sekretaria Umum Perhumas BPC Banndung, Muhammad Sufyan saat mengisi workshop yang bertajuk “Variety of Public Relations Skill” di Aula Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Garut, Rabu (4/10).

“Saat ini public relations harus bisa memanfaatkan berbagai media yang ada untuk memengaruhi opini publik dengan tulisan,” kata Sufyan yang juga merupakan Dosen Digital Public Relations, Telkom University.

Sufyan juga berpesan kepada para peserta agar memiliki kemampuan menulis yang bervariasi dan memiliki news value sehingga mampu dimuat oleh media.

“Kemampuan menulis mutlak dimiliki mahasiswa ilmu komunikasi, khususnya mahasiswa humas. Bukan hanya asal menulis, tapi humas juga harus memperhatikan konten dan pesan apa yang ingin disampaikan ke publik,” tambah Sufyan.

Selain itu, Manajer Humas Bank Indonesia (BI) Jawa Barat, Yayan Istiandi menekankan pentingnya kebaruan sebuah berita.

“Prinsipnya, humas itu harus membuat berita sesegera mungkin. Humas tidak boleh terlambat menaikkan berita ke media,” tutur pria yang juga merupakan pencipta Mars Perhumas ini.

Bagi Yayan, praktisi humas harus  memiliki kedekatan dan juga relasi yang luas dengan siapapun, termasuk dengan media.

“Dalam prinsip humas tidak ada istilah tidak kenal. Humas harus kenal dengan semua stakeholder-nya, termasuk dengan media,” ucap Yayan.

Workshop ini diakhiri dengan praktek membuat press release bagi seluruh peserta agar mampu mempraktekkan ilmu yang diperoleh dari pemaparan materi sebelumnya. (gan)

Public Relations merupakan fungsi manajemen dalam mengelola pesan kepada publik, baik internal maupun eksternal. Pesan yang disampaikan oleh PR bukan hanya melalui bahasa lisan, namun juga tulisan. Untuk itu dibutuhkan keterampilan menulis yang baik praktisi PR.

Ranah kerja para professional komunikasi kini semakin luas. PR harus mampu memberikan informasi kepada khalayak dan media untuk menciptakan atau menjaga nama baik suatu lembaga. PR yang menjadi ujung tombak suatu lembaga dituntut mampu menyampaikan informasi yang efektif melalui tulisan. Setidaknya dengan bahasa tulisan, distorsi pesan akan dapat diminimalisir.

Kemampuan menulis bagi seorang PR bukan hanya sekadar pelengkap atau formalitas tertentu, melainkan kemampuan yang memang harus dimiliki. Misalnya saja untuk membuat suatu press release, praktisi PR harus mampu menulis dengan baik sehingga pembaca, dalam hal ini pers, mampu memahami maksud pesan yang ingin disampaikan. Malah, sekarang ini beberapa wartawan sudah mulai membuka diri untuk meminta PR menulis news, bukan lagi press release. Dapat dibayangkan bukan, betapa PR juga dituntut untuk menjadi seorang jurnalis. Minimal, jurnalis bagi lembaganya.

PR menuangkan cerita perusahaan melalui tulisan. Mem-branding suatu perusahaan yang PR pegang, tidaklah cukup hanya dilakukan dengan beriklan. PR sangat diandalkan dalam pembuatan profil perusahaan. Seperti yang kita ketahui bersama, profil perusahaan (company profile) merupakan wajah perusahaan. Profil perusahaan merepresentasikan suatu perusahaan. Desain yang menarik dan tulisan yang baik dapat menciptakan reputasi yang baik pula bagi perusahaan. Booklet, flyer, poster, press kit, dan media-media lain yang dijadikan alat komunikasi efektif pula bagi PR dalam menyampaikan informasi, tentu harus dipadankan dengan rangkaian kalimat yang baik untuk menarik perhatian khalayak.

Untuk memperkecil pengeluaran perusahaan, PR harus cerdas dalam menjaga reputasi perusahaan. Salah stau caranya adalah membuat advertorial. Biaya advertorial akan jauh lebih menghemat biaya dibandingkan harus beriklan. Selain itu, tingkat redibilitas suatu advertorial juga lebih tinggi dibandingkan iklan. Namun dengan banyaknya advertorial yang diterima redaksi, tentualah kemampuan menulis PR bersaing disini. Untuk itu, penulisan yang baik, menarik, jujur, rapi, dan jelas, menjadi pertimbangan tersendiri bagi para jurnalis dalam memilih tulisan yang layak untuk dimuat.


Kini telah hadir era digital. Bukan berarti kemampuan menulis ditinggalkan. Situs web harus diisu dengan informasi-informasi penting perusahaan. PR memang dituntut untuk mampu membuat suatu tulisan yang baik. Tidak diragukan lagi bukan, betapa kemampuan menulisan bagi seorang PR sangat dibutuhkan.

Page 2

Keahlian menulis menjadi syarat mutlak dalam peningkatan proesionalisme dari para Praktisi Public Relations. Upaya pihak manajemen organisasi untuk membangun hubungan dengan beragam publik menuntut para praktisi tersebut agar tidak hanya mengembangkan kemampuan berbicara (lisan), tetapi juga kemampuan menulis (tulisan) yang dituangkan dalam beragam naskah. Public Relations Writing merupakan aktivitas menulis yang di desain untuk membangun dan menjaga hubungan yang positif dengan publik yang dapat mempengaruhi organisasi. Karena itu, tujuannya adalah menginformasikan dan mempengaruhi sikap dan perubahan perilaku publik. Menulis adalah pekerjaan yang memerlukan tiga elemen yaitu,

  1. pikiran,
  2. perasaan, dan
  3. tangan.

3 Elemen Menulis

Tujuan Penulisan Naskah PR


Tujuan Penulisan Naskah PR pada prinsipnya sama dengan membicarakan tujuan PR secara umum karena tujuan penulisan naskah PR merupakan tujuan dari Public Relations. Pekerjaan PR memang bukan pekerjaan akademis. Tetapi pekerjaan PR berkenaan dengan komunikasi. Untuk mengembangkan teknik menulis, seorang praktisi PR tetap memerlukan wawancara, bacaan, teman diskusi, penelitian (penguasaan masalah), dan latihan.

Karya-karya tulisan atau produk tulisan yang berfungsi sebagai media komunikasi PR meliputi : 

  • Siaran Pers (Press Release atau News Release) = Informasi singkat tentang suatu event yang diadakan oleh perusahaan dan disebarkan untuk di muat di media massa.
  • Cerita Latar (Backgrounders) = Informasi detail tentang perusahaan sebagai pelengkap informasi yang dimuat press release 
  • Iklan Perusahaan (Corporate Advertising) = iklan yang tujuannya bukan untuk menjual produk secara langsung, tetapi juga untuk menjual citra perusahaan. 
  • Majalah Dinding (Message Board) = informasi yang ditulis dan ditempelkan di papan terbuka agar karyawan/publik berkunjung 
  • Newsletter penerbitan berkala dari perusahaan tentang aktifitas keseharian perusahaan dan publiknya 
  • Artikel dan Editorial tulisan-tulisan PR yang dimuat di kolom artikel atau opini media massa 
  • Publikasi Ringan = publikasi yang disampaikan melalui media nirmassa :poster, buletin. brosur 
  • Profil Perusahaan (Company Profil) gambaran terkini perusahaan secara lengkap dan dikemas secara menarik 
  • Laporan Tahunan (Annual Report) deskripsi tentang apa saja yang telah dilakukan perusahaan termasuk laporan laba rugi 
  • Naskah Pidato dan Presentasi (Speeches & Presentation) Naskah tulisan yang dipresentasikan secara lisan.

Secara umum, proses menulis terdiri dari tiga tahap, yaitu perencanaan, penulisan, dan evaluasi.

1. Perencanaan (Planning) 

Adalah tahap awal yang menentukan proses lebih lanjut. Di sini penulis berfikir tentang hal-hal yang fundamental yang berfungsi mengarahkan tulisannya agar tetap fokus dan tidak melebar.

Tahapan dalam perencanaan mencakup :

  1. Merumuskan maksud dan tujuan penulis
  2. Tulisan untuk mata atau untuk telinga teknik tulisan untuk baca di sesuaikan dengan karakteristik media baca. Sedangkan teknik tulisan untuk telinga adalah :
    • Menulis seperti anda bicara
    • Bahasa sederhana, singkat, to the point
    • Menghindari istilah istilah asing
    • Menggunakan kata ganti personal “kita” agar lebih akrab
    • Hindari kata-kata yang hampir sama 
    • hindari pengulangan kata.
    • Tulisan harus didasari oleh pokok pikiran
    • Menganalisis khalayak aau orang yang menjadi sasaran pesan
    • Menetapkan media
2. Penulisan (organizing dan Composing) Merupakan imlementasi hal-hal yang ditetapkan pada tahap perencanaan. Di sini penulis menentukan corak penulisannya.ada tulisan bercorak narasi, deskripsi, eksposisi dan argumentasi. Pemilihan corak penulisan ini tergantung pada tujuan penulisan, apakah informasi, persuasi atau kolaborasi.


3. Evaluasi (Editing & Rewriting)

salah satu cara evaluasi adalah secara berkala, Public Relations melakukan riset terhadap hasil tulisannya. Riset tersebut antara lain untuk mengetahui tingkat keterbacaan, mengetahui motif dan tingkat kepuasan pembaca terhadap informasi yang disampaikan maupun readership study.

Evaluasi Pemantauan Pemuatan Tulisan

Selain itu, menurut Kasali (2005:169) pada tahap evaluasi, seorang praktisi PR juga perlu memantau pemuatan tulisan di media massa, dan menerima komentar dari pihak ketiga yang netral. Pemantauan akan meliputi hal-hal berikut :


" Pentingnya Keahlian Menulis Bagi PR - Penulisan Naskah Kehumasan "

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA