Laksamana Cheng Ho datang ke Indonesia tahun berapa?

Laksamana Cheng Ho membawa sedikitnya 73 kapal saat singgah di Cirebon.

Maspril Aries

Replika kapal Laksamana Cheng Hodi komplek Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS), Palembang. (Republika/Maspril Aries)

Rep: Lilis Srihandayani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Laksamana Cheng Hwa (Cheng Ho) memiliki jasa yang besar dalam penyebaran Islam di wilayah Jawa Barat (Jabar). Laksamana dari kekaisaran Cina itulah yang pertama kali membawa dua mubalig penyebar agama Islam ke Jabar, yakni Syekh Quro dan Syekh Nurjati.Dua mubalig itu ikut dalam ekspedisi Cheng Ho ke Cirebon. Namun sayang, jejak Laksamana Cheng Ho di Cirebon hingga kini banyak yang belum tergali.Hal itu terungkap dalam seminar internasional “Jejak-Jejak Laksamana Cheng Hwa”, yang diselenggarakan di salah satu hotel di Kabupaten Cirebon, Senin (26/11). Seminar tersebut menghadirkan narasumber pakar sejarah Laksamana Cheng Ho yang juga Direktur Cheng Ho Cultural Museum Malaka Tan Ta Sen, Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Padjajaran (Unpad) Nina Herlina, dan filolog Raffan S Hasyim.

Guru Besar Ilmu Sejarah Unpad Nina Herlina menjelaskan, Laksamana Cheng Ho melaksanakan ekspedisi ke sejumlah wilayah di nusantara dalam rentang waktu 1405-1433. Ekspedisi itu dilakukan dengan membawa misi perdamaian, budaya serta penyebaran agama Islam.


Laksamana Cheng Ho datang ke Indonesia tahun berapa?

Replika kapal Laksamana Cheng Hodi komplek Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS), Palembang. (Republika/Maspril Aries)

Saat singgah di Pelabuhan Muara Jati Cirebon, Cheng Ho membawa sedikitnya 73 kapal, dengan ukuran masing-masing panjang 120 meter dan lebar 50 meter. Saat itu, yang sedang berkuasa di Cirebon adalah Kerajaan Singhapura, yang berada di bawah kepemimpinan Kerajaan Galuh."Cheng Ho singgah di Pelabuhan Muara Jati Cirebon selama tujuh hari tujuh malam untuk mengisi perbekalan dan air bersih," kata Nina.Dalam ekspedisinya, Cheng Ho juga membawa dua mubaligh, Syekh Quro dan Syekh Nurjati yang  turun di Cirebon untuk menyebarkan Islam. Syekh Quro kemudian pergi ke Karawang dan mendirikan pesantren pertama di Jabar, dengan nama pesantren Syekh Quro.Sedangkan Syekh Nurjati, menetap dan menyebarkan Islam di Cirebon. Dia juga kelak menjadi guru dari Raden Walangsungsang (putra Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran) dan keponakannya yang merupakan salah seorang Wali Songo, Sunan Gunung Jati."Fakta sejarah, Islam dibawa masuk ke Jabar oleh orang Cina," ujar Nina.

Laksamana Cheng Ho datang ke Indonesia tahun berapa?

Patung Laksamana Cheng Ho

Nina pun menyayangkan banyaknya peninggalan Cheng Ho di Cirebon yang terbengkalai dan musnah bahkan belum tergali. Padahal, sejarah yang dibuktikan dengan artefak dan naskah, bisa menjadi sumber inspirasi masyarakat dan berdampak positif pada sektor ekonomi.Sementara itu, menanggapi banyaknya artefak peninggalan Cheng Ho yang terbengkalai, pakar sejarah Laksamana Cheng Ho, Tan Ta Sen, menawarkan kerja sama untuk menelusuri peninggalan Cheng Ho di Cirebon. Kegiatan itu akan dibiayai International Zheng He Society.Tan Ta Sen juga menyarankan agar dibentuk semacam Komite Penelitian dan Pengembangan Warisan Sejarah Cirebon. Nantinya komite itu akan melakukan penelitian dan pengembangan warisan sejarah Cirebon, termask kedatangan Laksamana Cheng Ho."Dengan adanya komite ini, pasti akan memaksa anggotanya untuk melaksanakan tugas dan kewajibanya sebaik mungkin," kata Tan Ta Sen.

  • laksamana cheng ho
  • penyebaran islam
  • islam di jabar

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Laksamana Cheng Ho masih keturunan bangsawan Persia.

republika

Laksamana Cheng Ho: Pengembara Muslim dari China. Laksamana Cheng Ho

Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 71 tahun sebelum Christoper Columbus menginjakkan kakinya di benua Amerika, tepatnya pada 1421, Laksamana Cheng Ho telah memimpin sebuah armada yang telah melakukan pelayaran ke berbagai penjuru dunia. Dengan panjang kapalnya yang mencapai 160 meter, ia memimpin kurang lebih 208 kapal berukuran besar, menengah, dan kecil yang disertai kurang lebih 27.800 awak kapal.

Baca Juga

Armada besar ini dipimpinnya dengan dibantu 3 panglima: Hong Bao, Zhou Man, dan Zhou Wen. Cheng Ho bersama pasukannya telah menjelajah samudera selama 28 tahun (1405-1433 M).

Laksamana Cheng Ho berasal dari bangsa Hui, salah satu bangsa minoritas China. Cheng Ho lahir pada 1371, dengan nama Ma He. Ia adalah putra kedua dari Ma Hazhi dan Wen. Ia memiliki seorang saudara laki-laki dan empat perempuan. Keluarganya berasal dari Kunyang (saat ini Jinning), selatan Kunming atau barat daya Danau Dian di provinsi Yunnan.

Cheng Ho masih keturunan bangsawan Persia. Ia adalah cicit dari Sayyid Ajjal Syams al-Din Umar, seorang berkebangsaan Persia yang memiliki posisi strategis di Kekaisaran Mongol. Sayyid Ajjal ditunjuk menjadi Gubernur Provinsi Yunnan pada masa pemerintahan Dinasti Yuan. Sejak kecil, Cheng Ho sudah fasih berbahasa Cina dan Arab. Ia belajar pada ayah dan kakeknya. Ia juga mempelajari geografi dunia.

Pada 1381, ayahnya wafat karena hukuman eksekusi menyusul kekalahan Yuan Utara oleh pasukan Dinasti Ming yang dikirim ke Yunnan untuk membendung pemberontakan orang-orang Mongol yang dipimpin oleh Basalawarmi.

Saat itu, Cheng Ho memasuki usia 11 tahun. Ia pun ditangkap dan dijadikan kasim di istana kaisar. Ia menjadi pelayan khusus Pangeran Zhu Di, anak keempat kaisar.

Pergaulannya dengan pangeran membuat Cheng Ho menjadi pemuda yang tangguh. Ia mahir berdiplomasi serta menguasai seni berperang. Tak heran, bila ia kemudian diangkat menjadi pegawai khusus pangeran.

Saat itu, Cheng Ho diberi nama “San Bao” yang berarti tiga permata. Posisinya pun makin kuat ketika Zhu Di diangkat menjadi kaisar pada 1402.

Cheng Ho merupakan abdi istana pertama yang memiliki posisi tinggi dalam militer China. Cheng Ho memiliki karakter militer sejati dengan prestasi militer yang cukup membanggakan sehingga ia dengan mudah meraih gelar laksamana. Hal ini juga karena postur tubuhnya yang tinggi, besar, dan berwibawa. Cheng Ho pun didaulat menjadi laksamana dan diperintahkan melakukan ekspedisi.

Pemerintahan Dinasti Ming menyeponsori tujuh kali ekspedisi laut Laksamana Cheng Ho. Sebagai Muslim yang taat, sebelum memulai ekspedisi pertamanya, rombongan besar yang dipimpinnya terlebih dahulu menunaikan shalat di sebuah masjid tua di kota Quanzhou (Provinsi Fujian). Ia memimpin ekspedisi ke wilayah yang saat itu dikenal dengan nama Lautan Barat.

Cheng Ho memimpin kapal yang diberi nama “Kapal Pusaka”. Kapal terbesar pada abad ke-15. Panjangnya mencapai 44,4 zhang (138 m) dan lebar 18 zhang (56 m). Model kapal itulah yang menjadi inspirasi petualang Spanyol dan Portugal serta pelayaran modern di masa kini.

Desainnya bagus, tahan terhadap serangan badai. Ia dibuat tanpa besi, serta dilengkapi teknologi yang saat itu tergolong canggih seperti kompas magnetik. Ukuran kapalnya 5 kali kapal Vasco da Gama dan Christoper Columbus. Bahkan ilmu engineering saat ini masih belum bisa membuat ulang kapal laut yang menyamai kapal Cheng Ho.

Ekspedisi pertama yang dilakukan Cheng Ho pada 1405-1407. Armada pertamanya berjumlah 62 kapal, yang terdiri dari kapal induk utama, kapal transportasi prajurit, kapal perang Fuchuan, kapal patroli, dan kapal pengangkut air bersih untuk keperluan armada. Armada ini mengangkut ribuan ton barang-barang khas dari China untuk diperdagangkan dan hadiah. Tujuan ekspedisi pertama Cheng Ho adalah Calicut yang dikenal sebagai pusat dagang terbesar di Pesisir Barat Daya India.

Pada ekspedisi kedua pada 1407, mereka menuju India lagi. Namun disinyalir Cheng Ho tidak ikut serta karena harus mengawasi perbaikan dan restorasi sebuah kuil. Ekspedisi ketiga berlangsung dari 1409 sampai 1411. Pelayarannya mengikuti rute pertama untuk mendirikan gudang dan benteng sebagai fasilitas perdagangan dan penimpanan barang. Saat itu, armada Cina diserang oleh Raja Ceylon (Sri Lanka) dan pasukannya. Akan tetapi, Cheng Ho mampu mengalahkannya dan menangkap rajanya yang kemudian dibawa ke Nanjing.

Cheng Ho kembali ditugaskan untuk melakukan ekspedisi keempat pada 1413-1415. Kali ini menuju Hormuz di Teluk Persia. Kota yang sangat masyhur sebagai kota kaya dan memiliki komoditas dagang berupa permata dan batu-batu mulia yang sangat disukai oleh Kaisar China. Pada 1417, armada Cheng Ho kembali mengunjungi Teluk Persia dan Pesisir Timur Afrika. Kali ini tujuannya adalah mengantarkan pulang para duta besar dari berbagai negara yang telah melakukan kunjungan ke Nanjing.

Pelayaran selanjutnya pada 1421, ekspedisi keenam. Armada Cheng Ho mengunjungi Asia Tenggara, India, Teluk Persia, hingga Afrika. Pada 1424 Kaisar Yong Le wafat. Ia digantikan putranya, Hong Xi. Di masa pemerintahan Kaisar Hong Xi, ekspedisi dihentikan.

Laksamana Cheng Ho datang ke Indonesia tahun berapa?

Patung Laksamana Cheng Ho - (Antara)

Para pembuat kapal dan pelautnya dikembalikan ke kampung halamannya masing-masing. Pada 1426, Kaisar Hong Xi meninggal dunia. Tahta selanjutnya diemban oleh putranya, Xuan De. Sifat dan gaya kepemimpinan Kaisar Xuan De lebih mirip ke kakeknya daripada ayahnya.

Sehingga, pada 1430, ia memerintahkan Laksamana Cheng Ho dan armada yang dipimpinnya untuk kembali membentangkan layar sekaligus melakukan ekspedisi terakhirnya. Tujuannya menjalin kembali hubungan China dengan Kerajaan Malaka dan Siam (Thailand). Bukan lagi untuk ekspansi, melainkan misi perdagangan, diplomatik, perdamaian, dan persahabatan.

Selain berekspedisi, Cheng Ho juga menuliskan perjalanannya dan peta navigasi yang berisi arah pelayaran, jarak di lautan dan berbagai pelabuhan. Sebanyak 24 peta navigasi yang dibuat Cheng Ho mampu mengubah peta navigasi dunia abad 15. Jalur perdagangan China berubah, tidak sekadar bertumpu pada ‘Jalur Sutera’ antara Beijing-Bukhara.

Sekalipun dokumentasi perjalanan Cheng Ho telah banyak yang dimusnahkan oleh Zhu Gaozi dan Zhu Zhanji yang ingin menutup akses dunia bagi Cina, tapi ternyata beberapa masih ada yang tercecer, termasuk salah satu peta perjalanan armada Cheng Ho. Sebuah peta buatan masa sebelum Columbus memulai ekspedisinya, lengkap dengan gambar benua Amerika serta sebuah peta astronomi milik Cheng Ho.

Bukti-bukti kuat tentang perjalanan Laksamana Cheng Ho ini mulai dibuka ke publik pada Januari 2006. Adalah Gavin Menzies, dalam bukunya 1421: the Year China Discovered America, yang mencoba mengemukakan teorinya bahwa penemu awal benua Amerika adalah Laksamana Cheng Ho. Bukan Christopher Columbus.

Laksamana Cheng Ho wafat setelah melakukan ekspedisi ketujuhnya. Tepatnya pada tahun ke-10 bertahtanya Kaisar Xuan De. Cheng Ho dimakamkan di pinggiran selatan Bukit Niushou di Nanjing.

Sebagai wujud penghormatan, pada 1983 dalam acara peringatan 580 tahun ekspedisi Laksamana Cheng Ho, makamnya kemudian direstorasi sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu, terpahat sebuah kalimat berbahasa Arab di atas makam tersebut yang tertulis Allahu Akbar.

  • laksamana cheng ho
  • pengembara muslim china
  • ekspedisi cheng ho

sumber : Suara Muhammadiyah

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...