Kriteria tinggi meja yang dianjurkan bagi pekerjaan yang memerlukan ketelitian adalah

You're Reading a Free Preview
Pages 5 to 9 are not shown in this preview.

TUGAS MATA KULIAH K3 FAAL DAN ERGONOMI KERJA OLEH:

FAUZAH FYANIDAH

H1D112201 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU

2016

BAB I
PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah tempat dimana proses berlangsungnya seseorang melakukan aktivitas kerja. Hal ini meliputi keadaan dan kondisinya, pengaturan tempat duduk, bentuk kursi, berbagai macam alat perlengkapan yang tersedia. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu sistematis untuk memenfaatkan informasi – informasi mengenai kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja dalam sistem yang baik, efektif, aman dan nyaman. Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkintimbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi berbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Berbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proseskerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”.

2.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah makalah ini sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan faal dan ergonomi kerja? 2. Bagaimana ergonomi di laboratorium? 3. Apa penyebab dan dampak akibat tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan ergonomi kerja?

4. Apa saja pedoman yang digunakan sebagai pegangan untuk penerapan ergonomi?

2.3. Tujuan Makalah Tujuan makalah ini sebagai berikut: 1. Mengetahui pengertian faal dan ergonomi kerja. 2. Mengetahui ergonimi di laboratorium. 3. Mengetahui penyebeb dan dampak yang akan terjadi apabila tidak melakukan pekerjaan sesuai ergonomi kerja.

4. Mengetahui pedoman yang digunakan sebagai pegangan untuk penerapan ergonomi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Faal dan Ergonomi Kerja 2.1.1 Definisi Faal Kerja

Faal kerja adalah ilmu tentang tubuh manusia saat bekerja. Bekerja adalah hasil koordinasi dari kerja sama indera, otak, syaraf dan otot yang ditunjang oleh jantung, paru, ginjal dan lain-lain. Secara fifiologis, bekerja adalah hasil kerja sama dalam koordinasi yang sebaik-baiknya dari saraf pusat dan perifer, panca dria (mata, telinga, peraba, perasa, dan lain-lain), serta otot dan rangka (kedua yang terakhir ini adalah pelaku utama perbuatan). Bekerja mungkin dikelompokan menjadi kerja otak (mental), dan kerja otot (fisik). Dalam faal kerja, perhatian utama difokuskan kepada kerja fisik atau otot. Untuk bekerja pertukaran zat dalam organ tubuh yang diperlukan sebagai sumber energi dan transportasi sisa metabolisme yang harus dibuang,jelas sangat penting peran peredaran darah ke dan dari susunan saraf serta otot-otot dan rangka (muskulo-skeletal) dan juga organ-organ lainnya. Selain jantung dan sistem peredaran darah, paru dan alat pernafasan lainnya, sistem gastro-intestinal (mulut, esofagus, usus, hati, dan lainnya) juga memainkan fungsi masing-masing dalam mendukung dan menunjang kelancaran berlangsungnya aktivitas dan rangkaian kegiatan dilakukannya pekerjaan.

2.1.2 Definisi Ergonomi Kerja Ergonomi berasal dari kata Yunani ergon (kerja) dan nomos (aturan), secara keseluruhan ergonomi berarti aturan yang berkaitan dengan kerja. Menurut Manuba, ergonomi adalah ”Ilmu” atau pendekatan multidisipliner yang bertujuan mengoptimalkan sistem manusia-pekerjaannya, sehingga tercapai alat, cara dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan efisien (Manuaba, A., 1981). Sedangkan menurut Sama’mur, ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal-optimalnya (Suma’mur, 1987). Ada pula pendapat Nurmianto yaitu ergonomi adalah ilmu tentang manusia dalam usaha untuk meningkatkan kenyamanan di lingkungan kerja (Nurmianto, 1996). Pengelompokkan bidang kajian ergonomi yang secara lengkap dikelompokkan oleh Dr. Ir. Iftikar Z. Sutalaksana (1979). Berikut ini adalah penjelasan dari bidang-bidang kajian tersebut. a. Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi manusia yang dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan bidang kajian ini adalah untuk perancangan sistem kerja yang dapat meminimasi konsumsi energi yang dikeluarkan saat bekerja. b. Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia untuk digunakan dalam perancangan peralatan dan fasilitas sehingga sesuai dengan pemakainya. c. Biomekanika yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan mekanisme tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan, misalnya keterlibatan otot manusia dalam bekerja dan sebagainya. d. Penginderaan, yaitu bidang kajian ergonomi yang erat kaitannya dengan masalah penginderaan manusia, baik indera penglihatan, penciuman, perasa dan sebagainya. e. Psikologi kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang berkaitan dengan efek psikologis dari suatu pekerjaan terhadap pekerjanya, misalnya terjadinya stres dan lain sebagainya.

Pada prakteknya, dalam mengevaluasi suatu sistem kerja secara ergonomi, kelima bidang kajian tersebut digunakan secara sinergis sehingga didapatkan suatu solusi yang optimal, sehingga seluruh bidang kajian ergonomi adalah suatu sistem terintegrasi yang semata-mata ditujukan untuk perbaikan kondisi manusia pekerjanya.

2.2 Ergonomi di Laboratorium Ergonomi berfungsi untuk menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai “to fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job”. Sebagian besar pekerja di dalam laboratorium bekerja dalam posisi yang kurang ergonomi, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain). Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja, menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi yaitu: – Bekerja dalam posisi atau postur normal; – Mengurangi beban berlebihan; – Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan; – Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh; – Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan; – Minimalisasi gerakan statis; – Minimalisasikan titik beban; – Mencakup jarak ruang; – Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman; – Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja; – Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti;

– Mengurangi stres.

2.3 Penyebab dan Dampak Akibat Tidak Melakukan Pekerjaan Sesuai dengan Ergonomi Kerja Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam 2 kelompok : 1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari: – Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain – Lingkungan kerja – Proses kerja – Sifat pekerjaan – Cara kerja 2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia yang dapat terjadi antara lain karena: – Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana – Cacat tubuh (bodily defect) – Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh.

– Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

Adapun bahaya yang akan dihadapi oleh pekerja dalam laboratorium jika kecelakaan terjadi antara lain : – Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak. – Bahan beracun, corrosive. – Bahaya radiasi – Luka bakar – Syok akibat aliran listrik – Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam

– Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.

Adapun beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium : – Terpeleset , biasanya karena lantai licin yang dapat berakibat luka ringan (memar), luka berat (memar otak). Pencegahan: Dengan memakai sepatu anti slip, jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, atau tali sepatu longgar. Kemudian hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata konstruksinya dan juga memperhatikan pemeliharaan lantai dan tangga. – Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila mengabaikan kaidah ergonomi yang dapat berakibat cedera pada punggung. Pencegahan: Beban jangan terlalu berat, jangan berdiri terlalu jauh dari beban, jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah tungkai bawah sambil berjongkok, dan Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.

– Risiko terjadi kebakaran (sumber : bahan kimia, kompor, listrik), bahan desinfektan yang mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama-sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas. Yang dapat mengakibatkan timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat bahkan kematian dan juga timbulnya keracunan akibat kurang hati-hati. Pencegahan: Konstruksi bangunan harus tahan api, sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar, pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran yaitu adanya sistem tanda kebakaran, yang manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan segera ataupun otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara otomatis, adanya jalan untuk menyelamatkan diri, perlengkapan dan penanggulangan kebakaran, penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.

Faktor fisik di laboratorium yang dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja meliputi: 1. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian 2. Pencahayaan yang kurang di ruang timbang, laboratorium, dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja. 3. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja 4. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar. 5. Terkena radiasi khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang menangani. Pencegahan : 1. Pengendalian cahaya di ruang laboratorium. 2. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai. 3. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi. 4. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai. 5. Pelindung mata untuk sinar laser.

6. Filter untuk mikroskop.

2.4 Pedoman Yang Digunaka Untuk Penerapan Ergonomi Pedoman yang dapat digunakan sebagai pegangan untuk penerapan ergonomi, yaitu :

1. Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,ukuran, susunan,dan penempatan mesin dan peralatan serta perlengkapan kerja; juga bentuk, ukuran dan penempatan alat kendali serta alat petunjuk, cara kerja mengoperasikan mesin dan peralatan yang merinci macam gerak, arah dan kekuatannya yang harus dilakukan.

Kriteria tinggi meja yang dianjurkan bagi pekerjaan yang memerlukan ketelitian adalah

Gambar 2.1 Posisi Tubuh Saat Bekerja di Depan Komputer

  1. Untuk standarisasi bentuk dan ukuran mesin dan peralatan kerja, harus diambil ukuran terbesar (misal rerata + 2 deviasi standar) sebagai dasar serta diatur suatu cara, sehingga dengan ukuran tersebut mesin dan peralatan kerja dapat dioperasikan oleh tenaga kerja yang ukuran antropometrisnya kurang dari ukuran standar. Sebagai contoh adalah kursi yang tingginya dapat dinaik turunkan sesuai dengan ukuran antropometris tenaga kerja yang duduk pada kursi tersebut, atau tempat duduk yang dapat disetel (diatur posisinya) mundur ke belakang atau maju ke depan untuk menyesuaikannya terhadap ukuran jarak unjuk lutut ke garis belakang punggung.
  2. Ukuran antropometris statis terpenting sebagai dasar desain danpengoperasian mesin atau peralatan kerja antara lain :

Berdiri : a. Tinggi badan berdiri ;

  1. Tinggi bahu;
  2. Tinggi siku ;
  3. Tinggi pinggul ;
  4. Panjang depa ;
  5. Panjang lengan ;

Duduk : a. Tinggi duduk ;

  1. Panjang lengan atas ;
  2. Panjang lengan bawah dan tangan ;
  3. Jarak lekuk lutut-garis punggung ;
  4. Jarak lekuk lutut-telapak kaki.
  5. Standar ukuran meja kerja bagi pekerjaan yang dilakukan dengan berdiri :
    1. Pada pekerjaan tangan (manual) yang dilakukan dengan cara berdiri, tinggi meja kerja sebaiknya 5-10 cm dibawah tinggi siku ;
    2. Apabila bekerja dilakukan dengan berdiri dan pekerjaan dikerjakan di atas meja dan dtaran tinggi siku dinyatakan sebagai dataran 0 maka bidang kerja:
  • Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian 0+(5-10) cm ;
  • Untuk pekerjaan ringan 0-(5-10) cm ;
  • Untuk pekerja berat yang perlu mengangkat barang berat dan memerlukan bekerjanya otot punggung 0-(10-20) cm.
  1. Dari segi otot, posisi duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk, sedangkan dari aspek tulang, terbaik adalah duduk yang tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak dalam keadaan yang lemas.Sebagai jalan keluar, dianjurkan agar digunakan posisi duduk yang tegak dengan di selingi istirahat dalam bentuk sedikit membungkuk.
  2. Tempat duduk yang baik memenuhi persyaratan sebagai berikut :
  3. Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan injakan kaki sehingga sesuai dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan datar ;
  4. Tinggi papan sandaran punggung dapat di atur dan menekan dengan baik kepada punggung :
  5. Lebar alas duduk tidak kurang dari lebar terbesar ukuran antropometris pinggul misalnya lebih dari 40 cm ;
  6. Tinggi meja kerja merupakan ukuran dasar sesuai dengan pedoman pada butir 4b.
  7. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan yang menjadi posisi duduk. Untuk pekerjaan yang dilakukan sambil berdiri, bagi tenaga kerja disediakan tenpat duduk dan diberi kesempatan untuk duduk.
  8. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37° ke bawah sedangkan untuk pekerjaan duduk 32-44° ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan posisi kepala yang berada pada keadaan istirahat (relaxed).
  9. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan juga oleh lengan bawah ; pegangan dari obyek kerja harus diletakkan di daerah ruang gerak tersebut ; hal ini lebih penting lagi bila sikap tubuh berada pada posisi tidak berubah.
  10. Macam gerakan yang kontinyu (tidak mendadak atau tersendat atau putus-putus) dan berirama lebih diutamakan, swedangkan gerakan yang sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan pakas asangat melelahkan. Gerakan keatas harus dihindarkan.Papan penyokong bagian anggota badan misalnya lengan atas atau lainnya dipakai untuk posisi kerja lengan yang melelahkan misalnya menahan beban suatu °berada pada pusat penyangga beban yaitu pinggul dan ditopang oleh sistem otot-tulang dengan pemanfaatan secara tepat potensi kekuatannya.
  11. Pembebanan kerja sebaiknya dipilih yang optimal, yaitu beban kerja yang dikerjakan dengan pengerahan tenaga paling efisien.Beban fisik maksimum menurut ILO sebesar 50 kg (untuk Indonesia beban demikian terlalu besar dan 35 kg adalah realistis). Cara mengangkat dan menolak serta menarik memperhatikan kaidah ilmu gaya mekanika dan dihindarkan penggunaan tenaga yang tidak perlu. Gaya dari beban diupayakan berada pada pusat penyangga beban yaitu pinggul dan ditopang oleh sistem oto-tulang dengan pemanfaatan secara tepat potensi kekuatannya.
  12. Gerakan ritmis seperti mendayung, mengayuh pedal, memutar roda atau menggergaji memerlukan frekuensi siklus gerak repetitif yang optimal dengan menggunakan tenaga yang efisien. Sebagai misal pada frekuensi siklus gerakan ritmis 60 kali setiap menitnya mengayuh pedal atau memutar roda dirasakan lebih enteng.
  13. Apabila seorang tenaga kerja (dengan atau tanpa beban) harus berjalan pada jalan yang menanjak atau naik tangga, maka derajat tanjakan optimum sebagai berikut :
  • Jalan menanajak 10°
  • Tangga rumah 30°
  • Tangga 70°

(dengan anak tangga yang berukuran berkisar anatara 20-30 cmtergantung pada beban kerja.)

  1. Kemampuan seseorang bekerja seharian adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisiensi dan kualitas kerja serta keselamatan, kesehatan dan kepuasan kerja sangat menurun.
  2. Waktu istirahat didasarkan kepada keperluan atas pertimbangan ergonomi.Harus dihindari istirahat sekehendak tenaga kerja atau istirahat curian diluar sistem kerja, yaitu istirahat oleh karena turunnya kemampuan dan kesanggupan tubuh untuk melakukan pekerjaan atau tenaga kerja sebenarnya telah menjadi lelah dan tidak kuat lagi bekerja.
  3. Beban tambahan akibat lingkungan kerja fisik, mental,psikologis,dan sosial sebaiknya sedapat mungkin dikurangi.
  4. Pemeliharaan indera penglihatan dilakukan sebaik-baiknya terutama dengan penyelenggaraan pencahayaan dan penerangan yang baik terutama berkaitan dengan kepentingan pelaksanaan pekerjaan.
  5. Kondisi mental psikologis dipelihara dan ditingkatkan dengan memberikan insentif atau perangsang dan juga bila perlu disinsentif, menggelorakan motivasi kerja untuk menaikkan produktivitas dan kesejahteraan, mewujudkan harmoni iklim kerja dan lain-lain.
  6. Beban kerja fisik dinilai antara lain dengan mengukur konsumsi O2, frekuensi nadi, suhu badan, dan lain-lainnya atau analisi kegiatan dari pekerjaan itu sendiri.
  7. Batas kemampuan atau kesanggupan bekerja sudah tercapai,apabila bilangan nadi kerja mencapai angka 30/menit diatas bilangan nadi istirahat,sedangkan nadi kerja tersebut tidak terus naik dan sehabis bekerja nadi pulih kembali kepada keadaan istirahat sesudah lebih kurang 15 menit.

Kriteria tinggi meja yang dianjurkan bagi pekerjaan yang memerlukan ketelitian adalah

Gambar 2.2 Posisi Tubuh Saat Mengangkat Beban

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada makalah ini metodologi yang digunakan yaitu studi literatur dari jurnal yang berjudul ”Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kimia” (Sunarto, 2004)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

            Berdasarkan jurnal Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kimia, bahwa ergonomi sangat penting ketika berada di laboratorium. Dijelaskan bahwa saat melakukan kerja di dalam labiratorium kita harus memperhatikan ergonomi kerja, karena apanila kita mengabaikannya bisa terjadi kecelaan kerja yang dapat menimbulkan luka maupun cidera.

            Ergonomi dalam laboratorium yaitu seperti posisi tangan saat memegang alat, posisi tubuh saat melakukan pekerjaan dengan alat laboratorium, mengangkat beban berat, dan banyak lagi. Apa bila kita mengabaikan ergonomi kerja kita bisa mengalami cacat atau sakit, seperti nyeri pada bahu dan leher, terhambatnya gerak aktif maupun pasif, nyeri pada tangan ketika mengangkat beban, nyeri pada siku atau persendian, dan kesemutan.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini sebagai berikut:

  1. Faal kerja adalah ilmu tentang tubuh manusia saat bekerja. Sedangkan ergonomi adalah aturan yang berkaitan dengan kerja.
  2. Ketika bekerja di laboratorium kita harus mengikuti prinsip ergonomi, yaitu: Bekerja dalam posisi atau postur normal; Mengurangi beban berlebihan; Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan; Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh; Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan; Minimalisasi gerakan statis; Minimalisasikan titik beban; Mencakup jarak ruang; Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman; Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja; Membuat agar displaydan contoh mudah dimengerti; dan Mengurangi stress.
  3. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari: mesin, peralatan, bahan dan lain-lain; lingkungan kerja; proses kerja; sifat pekerjaan dan cara kerja. Sedangkan perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia yang dapat terjadi antara lain karena: Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana, cacat tubuh (bodily defect), keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh dan sikap dan perilaku kerja yang tidak baik. Bahaya yang akan dihadapi oleh pekerja dalam laboratorium jika kecelakaan terjadi antara lain: bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak, bahan beracun, bahan corrosive, bahaya radiasi, luka bakar, syok akibat aliran listrik, luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam, bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.

5.2 Saran

            Saran yang dapat diberikan dari makalah ini adalah faal dan ergonomic kerja harus diperhatikan, karna apabila diabaikan akan menimbulkan resiko.

BAB VI

RINGKASAN DAN CONTOH SOAL

Faal dan ergonomi kerja saling berkaitan satu sama lain, hal ini dikarenakan faal kerja adalah ilmu tentang tubuh manusia saat sedang bekerja, sedangkan ergonomi kerja adalah aturan yang berkaitan dengan kerja. Faal dan ergonomi kerja sangat diperlukan, terutama saat bekerja di laboratoriun guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, sehingga tercipta sebuah kenyamanan dan ketenangan dalam proses bekerja di laboratorium. Bahaya akibat tidak mengikuti faal dan ergonomi kerja dapat disebabkan oleh kondisi yang berbahaya (bahaya dari lingkungan ataupun keadaan di sekitar manusia) maupun perbuatan bahaya (bahaya dari manusia).

Berikut 5 contoh soal:

  1. Apa yang dimaksud dengan daal kerja dan ergonomi kerja?

Jawab:

Faal kerja adalah ilmu tentang tubuh manusia saat bekerja. Sedangkan ergonomi adalah aturan yang berkaitan dengan kerja.

  1. Sebutka prinsip-prinsip ergonomi kerja?

Jawab:

  • Bekerja dalam posisi atau postur normal
  • Mengurangi beban berlebihan
  • Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan
  • Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh
  • Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan
  • Minimalisasi gerakan statis
  • Minimalisasikan titik beban
  • Mencakup jarak ruang
  • Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
  • Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja
  • Membuat agar displaydan contoh mudah dimengerti
  • Mengurangi stres.
  1. Sebutkan penyebab kecelakaan kerja?
  2. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:
  • Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain
  • Lingkungan kerja
  • Proses kerja
  • Sifat pekerjaan
  • Cara kerja
  1. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia yang dapat terjadi antara lain karena:
  • Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
  • Cacat tubuh (bodily defect)
  • Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh.
  • Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

  1. Sebutkan bahaya yang dihadapi pekerja dalam laboratorium jika terjadi kecelakaan?

Jawab:

  • Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak
  • Bahan beracun, corrosive
  • Bahaya radiasi
  • Luka bakar
  • Syok akibat aliran listrik
  • Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam
  • Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit

  1. Berikan contoh kecelakaan yang terjadi di laboratorium dan cara pencegahannya?

Jawab:

Terpeleset , biasanya karena lantai licin yang dapat berakibat luka ringan (memar), luka berat (memar otak). Cara pencegahan: Dengan memakai sepatu anti slip, jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, atau tali sepatu longgar. Kemudian hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata konstruksinya dan juga memperhatikan pemeliharaan lantai dan tangga.

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, A. 1991. Pengaruh Ergonomi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja. Jakarta.

Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya.

Rufaida, W. 2009. Ergonomic Assesment untuk Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Tugas Akhir Teknik Industri: Surabaya.

Sama’mur, P. K. 1987. Keselamatan Kerja dan Pebcegahan Kecelakaan. Jakarta.

Sutalaksana, Iftikar Z. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: ITB.

Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomic untuk Kesehatan Keselamatan Kerja dan Produktinitas. Surakarta: Uniba Press.