Kita tidak dapat mendengar suara jika berada di

Oleh: Joko Sarwono* (Pakar Rekayasa Akustik)

Suara adalah getaran yang merambat melalui suatu medium (misal udara). Getaran dicirikan oleh dua hal, yaitu simpangan yang menunjukkan energi, dan frekuensi yang menunjukkan seberapa banyak gerak bolak-balik melewati titik setimbangnya. Dalam peristilahan suara, energi tadi terkait dengan sifat lembut-kerasnya suara, sedangkan frekuensi terkait dengan sifat rendah-tingginya suara.

Sifat lembut-kerasnya suara berkaitan juga dengan jarak antara sumber suara (yang bergetar) dengan penerima energi suara tersebut, serta medium di mana sumber dan penerima berada. Sifat rendah-tingginya suara berkaitan dengan geometri atau ukuran dari sumber yang bergetar dan indera yang menangkap energi getaran yang dirambatkan tadi.

Ukuran lembut-kerasnya suara biasanya dinyatakan dalam skala decibel (dB), sedangkan ukuran rendah-tinggi suara biasanya dinyatakan dalam satuan Hertz (Hz).

Manusia dan binatang memerlukan informasi berupa suara untuk berkomunikasi dan bertahan hidup (survival), sehingga oleh Sang Pencipta dibekali dengan indera yang dapat menangkap energi getaran yang dihasilkan oleh suatu objek yang bergetar pada jarak tertentu dan merambat lewat medium tertentu. Indera ini biasa disebut pendengaran atau telinga.

Kita tidak dapat mendengar suara jika berada di

Karena kebutuhan komunikasi dan kemampuan bertahan hidup yang berbeda, manusia dan berbagai jenis binatang memiliki ukuran dan bentuk telinga yang berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan rentang lembut-keras dan rendah-tingginya suara yang dapat ditangkap oleh telinga manusia dan berbagai binatang menjadi berbeda-beda.

Manusia hanya memiliki kemampuan untuk mendengar pada rentang lembut-keras antara 0 – 140 dB, dan rendah-tinggi pada frekuensi antara 20 – 20000 Hz. Anjing memiliki kemampuan untuk mendengar rentang rendah-tinggi pada frekuensi 15 – 50000 Hz, lumba-lumba memiliki rentang 150 – 150000 Hz, sedangkan kelelawar pada frekuensi 1000 – 120000 Hz.

Jadi, baik manusia maupun binatang sama-sama memiliki keterbatasan mendengar dengan telinga biologisnya, tidak bisa mendengar semua suara. Kemampuan mendengar binatang pada umumnya berada pada rentang yang tetap, karena binatang tidak memiliki kemampuan untuk memodifikasi indera pendengaran mereka. Sementara itu manusia mempunyai akal untuk dapat memperlebar jangkauan mendengar suara lembut-keras dan rendah-tinggi tersebut, yaitu dengan menciptakan alat bantu atau teknologi yang dapat dipergunakan untuk “mendengar” suara di luar rentang kemampuan telinganya.

Sumber gambar: http://www.clipartquery.com/clipart/IbVzH1/

*Joko Sarwono tercatat sebagai dosen Teknik Fisika ITB yang menggeluti keilmuan suara, yang diterapkan dalam aplikasi komunikasi antar makhluk hidup dan perancangan ruang audial yang nyaman untuk aktifitas makhluk hidup yang beraktifitas di dalamnya.


 

Headphone, earphone, dan headset merupakan aksesori alat dengar sederhana yang sering kita gunakan saat ingin mendengar musik atau menelpon. Penggunaan aksesori tersebut membantu kita lebih fokus mendengar suatu jenis suara yang kita inginkan. Namun, apakah Anda mengetahui dampak kesehatan yang ditimbulkan dari pemakaian aksesori tersebut?

 

Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, saat ini orang dengan usia 12-35 tahun di dunia memiliki risiko kehilangan kemampuan pendengaran akibat besarnya intensitas suara musik yang mereka dengar. Kebisingan atau suara yang didengar pada periode lama pada intentitas tertentu dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran (hearing loss) memiliki tingkatan (rendah hingga tinggi) yang ditentukan berdasarkan besar desibel (dB) atau intensitas suara. Seseorang dengan pendengaran normal mampu mendengar suara kurang dari 20 dB atau mampu mendengar pembicaraan bahkan di tempat yang bising. Seseorang yang tidak mampu mendengar suara dengan intensitas 95 dB atau lebih, dipastikan bahwa orang tersebut mengalami tuli.

 

Oleh sebab itu, kita perlu menjaga pendengaran kita dengan memastikan beberapa hal berikut seperti yang dilansir oleh National Health Service:

 
  1. Hindari suara yang keras
  2. Mendengar musik dengan batasan yang tepat
  3. Lindungi telinga saat mendengar suara yang keras
  4. Lakukan pencegahan saat di tempat kerja
  5. Teratur memeriksa kesehatan pendengaran
   

Lantas, bagaimana pemakaian Headphone yang aman?

 

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian headphone adalah volume dan lama waktu penggunaannya. Penggunaan headphone tidak membahayakan selama kita menjaga pemakaiannya sesuai dengan aturan yang aman. Bagaimanakah aturan yang aman dalam mendengarkan musik? Berikut tipsnya yang dilansir oleh Connectinghearing.com:

  1. Mengurangi volume. Volume yang direkomendasikan adalah maksimal 70 persen dari volume maksimum.
  2. Mengatur batasan volume di perangkat elektronik
  3. Menentukan seberapa lama waktu untuk mendengar musik
  4. Menggunakan aturan 60/60 yaitu, mendengar musik selama 60 menit pada 60 persen volume maksimumnya kemudian istirahat.
  5. Memilih aksesori yang aman. Earphone adalah aksesori dengan bantalan kecil yang disematkan  dekat lubang telinga, sedangkan headphone berukuran lebih besar yang menutup seluruh telinga. Earphone lebih berisiko menyebabkan gangguan pendengaran karena diletakkan dekat dengan gendang telinga dan secara umum suara yang dihasilkan lebih besar. Terlebih, earphone tidak menutup telinga secara keseluruhan sehingga suara dari luar akan lebih mudah terdengar dan menyebabkan kita menambah volume earphone. Namun, untuk beberapa orang seperti pengendara sepeda, earphone membuatnya tetap dapat mendengar suara dari luar.
  6. Menggunakan noise-cancelling headphone, merupakan headphone yang secara penuh dapat menghilangkan suara dari luar. Saat berada di keramaian, kita akan cenderung memperbesar volume yang tentunya memperbesar risiko gangguan pendengaran.
  7. Tidak mendengar musik pada volume 100 persen.
 

Pemakaian aksesori alat dengar sangat perlu kita perhatikan terutama seseorang yang sering mendengar musik. Hal yang paling penting adalah menjaga besar volume, lama waktu pemakaian, serta jenis aksesori yang kita gunakan. Pilihkan aksesori dengan kualitas suara yang bagus agar dapat membantu kita mendengar suara lebih jelas sehingga volume yang digunakan tidak besar.

 

Penulis: Mirza Oktariani, S.K.L

 

Sumber:

WHO. 2020. Basic Ear dan Hearing Care Resource. [https://www.who.int/news-room/initiatives/world-hearing-day-2020/information-materials]

https://www.nhs.uk/live-well/healthy-body/top-10-tips-to-help-protect-your-hearing/

https://health.clevelandclinic.org/how-to-rock-out-with-ear-buds-or-headphones-without-damaging-your-hearing/

https://www.connecthearing.com.au/blog/7-tips-for-listening-to-music-safely/

   

Sumber : UPTD Puskesmas Limo

Gelombang suara, yang merupakan getaran, masuk melalui telinga luar menuju telinga tengah lalu menggetarkan gendang telinga.

Kita tidak dapat mendengar suara jika berada di

Gendang telinga kemudian menggetarkan tulang-tulang pendengaran, yaitu tulang kecil yang ada di telinga tengah. Getaran suara akan berjalan melalui osikel (tiga tulang pendengaran) ke telinga dalam.

Kita tidak dapat mendengar suara jika berada di

Ketika getaran suara mencapai rumah siput, mereka akan menggerakan sel-sel khusus di sana yang dikenal sebagai sel rambut. Sel-sel rambut kemudian mengubah getaran menjadi impuls saraf listrik.

Kita tidak dapat mendengar suara jika berada di

Saraf pendengaran menghubungkan rumah siput dengan pusat pendengaran yaitu otak. Ketika impuls saraf listrik ini mencapai otak, mereka akan dikenali sebagai suara.

Kita tidak dapat mendengar suara jika berada di

Kita tidak dapat mendengar suara jika berada di

Kita dapat mendengar ketika gelombang suara melintasi udara dan masuk ke gendang telinga, melintasi telinga tengah, telinga dalam, dan akhirnya ke pusat pendengaran di otak kita. Telinga selalu aktif dan terus-menerus menghantarkan suara di sepanjang jalur pendengaran ini.

Simak video sederhana ini, untuk melihat jalur pendengaran manusia.