Minggu, 7 Agustus 2022 | 08:30 WIB Show
Sabtu, 6 Agustus 2022 | 21:00 WIB
Sabtu, 6 Agustus 2022 | 18:45 WIB
Sabtu, 6 Agustus 2022 | 15:30 WIB
Sabtu, 6 Agustus 2022 | 14:40 WIB
Kamis, 4 Agustus 2022 | 11:45 WIB
Rabu, 3 Agustus 2022 | 16:10 WIB
Selasa, 2 Agustus 2022 | 22:00 WIB
Senin, 1 Agustus 2022 | 18:15 WIB
Sabtu, 30 Juli 2022 | 16:10 WIB
Sabtu, 30 Juli 2022 | 08:10 WIB
Sabtu, 30 Juli 2022 | 06:20 WIB
Sabtu, 30 Juli 2022 | 05:20 WIB
Jumat, 29 Juli 2022 | 10:30 WIB
Kamis, 28 Juli 2022 | 22:00 WIB
Kamis, 28 Juli 2022 | 21:45 WIB
Rabu, 27 Juli 2022 | 17:15 WIB
Selasa, 26 Juli 2022 | 11:45 WIB
Selasa, 26 Juli 2022 | 09:45 WIB
Senin, 25 Juli 2022 | 22:00 WIB Page 2Idul Fitri merupakan waktu tepat bagi kita untuk memberikan perhatian lebih dengan mengunjungi dan bersimpuh di depan mereka, meminta maaf atas segala kesalahan yang telah kita buat selama ini kepada mereka. Inilah saat penting bagi kita untuk berbuat baik kepada orang tua kita. Inilah ladang amal bagi kita selaku anak yang berbakti kepada orang tua. Jika kita dengan ikhlas peduli, memberi kasih sayang dan membantu meringankan beban hidupnya, yakinlah, surga balasannya. Jasa dan perjuangan mereka tidak akan bisa kita balas dan bayar lunas. Demi Allah, sebanyak apa pun yang pernah kita berikan, apa pun yang pernah kita serahkan kepada orang tua kita, tidak akan setimpal dengan perjuangan dan pengorbanan mereka membesarkan kita. Baca Juga: Hari Hemophilia Sedunia 2022 WFH Usung Tema Access for All Mari mengingat perjuangan orang tua ketika kita masih kecil tak bisa berbuat apa-apa. Dengan penuh cinta orang tua kita menggendong kita, mencium kita dan merawat kita sampai kita bisa seperti sekarang ini. Bagaimana sebaliknya ketika saat ini mereka tergeletak sakit sendirian di rumahnya? Sempatkah kita menengoknya? Berapa kali kita mengusap keningnya, menyuapinya dan menggantikan pakaiannya ketika ia terbaring sakit diatas tempat tidurnya? Page 3Seringkah kita memeluknya dengan penuh cinta sembari tersenyum sebagaimana ia lakukan saat kita kecil di pangkuannya? Baca Juga: 50 Ucapan Mohon Maaf Lahir Batin Idul Fitri 2022 untuk Teman, Keluarga, Rekan Kerja, Bos dan Pelanggan Di hari nan fitri inilah, waktu yang tepat bagi seorang anak untuk meraih kedua tangannya yang sudah nampak keriput dimakan usia. Rengkuhlah tubuhnya, ciumlah tangan yang dulu kekar mengasuh kita, namun sekarang sudah lemah seraya bersimpuh meminta maaf kepadanya. Mintalah keridhoan dan keikhlasannya untuk bekal hidup kita. Dan marilah berdoa agar ia selalu mendapatkan perlindungan dan kesehatan serta kemudahan dari Allah SWT. Semoga mereka tetap terjaga iman islamnya dan ketika ia dipanggil oleh Allah SWT mereka menjadi hamba yang husnul khatimah dan kita diberikan ketabahan dalam menghadapinya. Baca Juga: Tarif Tol Trans Jawa untuk Kendaraan Golongan I, Persiapan Mudik Lebaran 2022 Namun jika orang tua kita saat ini sudah tidak bersama kita lagi di dunia, ia mengajak untuk meluangkan waktu untuk berziarah ke makam mereka. Lihat dan bersihkanlah pusara mereka yang menunggu doa dari kita dan keluarga. Ia pastinya akan tersenyum melihat kehadiran dan doa yang kita kirimkan. Sebaliknya mereka pasti akan sangat bersedih ketika kita tidak datang mendoakan karena hanya itulah yang mereka harapkan dialam sana. Page 4
Page 5
TRIBUNSUMSEL.COM-Idul Fitri 2021 akhirnya tiba. Pemerintah telah menetapkan 1 Syawal jatuh pada hari Kamis, 13 Mei 2021. Pemerintah telah mengeluarkan panduan pelaksanaan shalat Idul Fitri 1442 H/2021 M di masa pandemi Covid-19. Daerah yang mengalami tingkat penyebaran Covid-19 tergolong tinggi (zona merah dan zona oranye) agar melaksanakan shalat di rumah masing-masing. Salat Idul Fitri 1 Syawal 1442 H/2021 M dapat diadakan di masjid dan lapangan hanya di daerah yang dinyatakan aman dari Covid-19, yaitu zona hijau dan zona kuning berdasarkan penetapan pihak berwenang. Adapun khutbah dilakukan sesudah shalat Id dua kali, yaitu pada khutbah pertama membaca takbir 9 kali dan pada khutbah kedua membaca takbir 7 kali dan pembacaannya harus berturut- turut. Berikut contoh khutbah Idul Fitri sedih tentang orang tua dikutip dari Penyuluh Agama Islam Tulung Agung : الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله أَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله أَكْبَرُ – الله أَكْبَرُ – الله أَكْبَرُ الله أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْراً، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ، لاَإِلهَ إِلاَّالله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلهَ إِلاَّالله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. الحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِياَفَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّالله ُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االداَّعِيْ إِلىَ الصِّراَطِ المُسْتَقِيْمِ . اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَماَّ بَعْدُ فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا الله َحَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ Jamaah sholat Idul Fitri yang dimuliakan Allah. Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan beribadah kepada kita, khususnya pada bulan Ramadhan 1442 H. yang baru saja kita lalui, bahkan ibadah shalat Id kita pada pagi ini, Karenanya kita berharap semoga semua itu dapat menguatkan kita beribadah kepada Allah SWT dalam menjalani sisa kehidupan kita di dunia, juga dapat meningkatkan Ketaqwaan yang membuat kita bisa keluar dari berbagai persoalan hidup dan mengangkat derajat kita men jadi amat mulia di hadapan Allah SWT. Halaman selanjutnya arrow_forward Ilustrasi menyampaikan khutbah Idul Fitri 2022Seusai melaksanakan sholat Idul Fitri, biasanya umat Islam diimbau tidak meninggalkan tempat sholat untuk mendengarkan khutbah Idul Fitri. Sebagai referensi pelaksanaan khutbah Idul Fitri 2022, berikut contoh teks khutbahnya dengan berbagai tema. Idul Fitri merupakan momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh umat Islam di dunia. Pada hari tersebut, para muslim berkesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara dan saling bermaaf-maafan. Momen perayaan Idul Fitri ditandai dengan pelaksanaan sholat Ied di pagi hari. Menyadur dalam buku Panduan Muslim Sehari-Hari oleh DR. KH. M. Hamdan Rasyid, MA dan Saiful Hadi El-Sutha, hukum sholat Idul Fitri adalah sunnah muakkad atau sangat dianjurkan. Setelah sholat selesai, dilanjutkan dengan penyampaian khutbah yang disampaikan oleh imam atau khatib. Jamaah sangat dianjurkan untuk mendengarkan khutbah tersebut demi memperoleh kesempurnaan ibadahnya. Khutbah Idul Fitri umumnya berisi tentang hikmah dari hari raya tersebut dan hal ihwal tentang zakat fitrah, qurban, dan lain sebagainya. Pelaksanaannya biasanya dilakukan sebanyak dua kali atau terdapat jeda sebentar di antara khutbah pertama dan kedua. Ilustrasi khatib yang menyampaikan khutbah Idul Fitri 2022 dengan berbagai tema. Foto: UnsplashContoh Khutbah Idul Fitri 2022Berikut urutan penyampaian khutbah Idul Fitri yang pertama:
Sementara itu, urutan penyampaian khutbah Idul Fitri yang kedua yakni:
Langsung saja, sebagai bahan rujukan khatib pada khutbah Idul FItri 2022, berikut contoh teksnya dengan mengusung berbagai tema. 1. Kematian adalah Hal yang PastiMengutip dalam buku Panduan Khutbah Ied Keluarga terbitan Tim Penyusun MUI, berikut teks khutbahnya: Saudara Muslim yang dirahmati Allah, alhamdulillahi rabbil ‘alamin kita telah tiba di hari kemenangan. Setelah satu bulan Allah SWT beri kesempatan untuk lebih dekat dengan-Nya, kini kita berada di hari yang fitri. Kita memang harus bersyukur atas kesempatan yang Allah berikan kepada kita. Dua tahun kita hidup dengan pandemi, banyak manusia yang wafat, banyak yang ditinggalkan oleh kerabatnya, sahabatnya, dan keluarganya karena wabah ini. Semoga mereka yang pulang lebih dahulu dibandingkan kita mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT dan dijaukan dari siksa kubur, Aamiin Ya Rabbal Alamin. Saudaraku, kematian adalah satu-satunya hal yang pasti kita jumpai di dunia ini. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat Ali Imran ayat 185 yang berbunyi: كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ - ١٨٥ Artinya: "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya." Itulah contoh isi khutbah tentang kematian yang pertama. Pemberi khutbah dapat mengingatkan jemaah untuk bermuhasabah diri dan tetap menjadi pribadi yang lebih baik serta beriman Islam walaupun Ramadan tahun ini telah usai. Yusuf Burhanudin dalam buku miliknya yang berjudul Misteri Bulan Ramadhan, memaparkan contoh khutbah untuk momen Idul Fitri dengan tema dunia adalah fana. Jemaah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah, alhamdulillahi rabbil ‘alamin kita telah tiba di bulan Syawal setelah Allah SWT berikan kesempatan untuk meraih keberkahan Ramadan. Bila ibadah kita meningkat di bulan Ramadan, semoga ada rahmat dan kebaikan yang diperoleh. Bila ibadah masih kurang, semoga Allah perkenankan kita untuk beribadah lebih baik kepada-Nya. Ramadan memang singkat, hanya 29 – 30 hari. Namun, dunia juga sangat singkat, Saudara Muslim. Dunia ini fana, tidak ada satu pun di dunia ini yang kekal sebab kekekalan hanyalah milik Allah SWT. Apa contohnya? Saat wafat, kita tidak membawa apa pun. Jabatan, harta, gelar, bahkan selembar uang kertas pun tidak kita bawa. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat Gafir ayat 39 yang bunyinya: يٰقَوْمِ اِنَّمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ ۖوَّاِنَّ الْاٰخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ - ٣٩ Artinya: "Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal." Setelah itu, penceramah dapat mengingatkan kembali untuk senantiasa mengingat Allah. Masih merujuk pada sumber yang sama dengan contoh khutbah sebelumnya, berikut teks khutbah dengan tema memaafkan. Assalammualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas karunia dan rahmat-Nya kita dapat bertemu kembali pada momen Idul Fitri yang istimewa ini. Sholawat dan salam tak lupa kita curahkan kepada panutan kita, Nabi Muhammad SAW. Hadirin yang dirahmati Allah. Kita telah bertemu kembali dengan Idul Fitri. Hari istimewa di mana kita kembali dengan hati yang suci setelah sebulan berpuasa di bulan Ramadhan. Idul Fitri identik dengan silaturahmi dan saling memaafkan. Meminta maaf dan memaafkan kadang menjadi hal yang sulit karena gengsi atau sulitnya melupakan kesalahan orang lain pada kita. Namun, ada kalanya kita harus melupakan semua gengsi itu dan meminta maaf apabila kita ada salah kepada teman atau saudara, serta memaafkan orang lain. Oleh karena itu, di hari yang fitri ini, marilah kita saling bermaaf-maafan satu sama lain dan membangun kembali silahturahmi. Sekian khutbah ini saya sampaikan. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam menyampaikan khutbah. Selamat merayakan Idul Fitri. Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Ilustrasi mendengarkan khutbah Idul FItri. Foto: Unsplash4. Menjaga Kesehatan Saat Bersilahturahmi di Masa PandemiMenghimpun dalam buku berjudul Makna Idul Fitri - 32 Khutbah Jumat Cak Nur karangan Nurcholish Madjid, simak teks khutbah Idul Fitri dengan tema menjalin silaturahmi di tengah pandemi. Assalammualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kita bisa berkumpul kembali di momen Idul Fitri ini dalam keadaan sehat wal afiat. Sholawat dan salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Tidak terasa ini adalah Idul Fitri ketiga yang kita rayakan pada masa pandemi. Selama masa pandemi, banyak yang tidak bisa bertemu dengan keluarga di kampung halaman dan hanya bisa bersilahturahmi lewat video call atau telepon. Saat ini, sudah banyak yang mendapatkan vaksin hingga dosis ketiga. Namun, kita tetap harus menjaga kesehatan selama bersilahturahmi dengan teman maupun keluarga. Pada saat menghadiri halal bi halal, acara syawalan, atau kumpul keluarga besar tetaplah menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Tetaplah menjaga jarak dan memakai masker. Tetap jaga kesehatan, apalagi jika ada anak kecil dan lansia di keluarga Anda. Islam mengajarkan kita untuk menjaga kebersihan. Oleh karena itu, pada saat bersilahturahmi saat Idul Fitri, kita juga harus menjaga kebersihan rumah karena kebersihan adalah pangkal kesehatan serta supaya keluarga kita tetap terjaga kesehatannya. Sekian khutbah tentang menjaga kesehatan saat bersilahturahmi di masa pandemi ini saya sampaikan. Mohon maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam menyampaikannya. Selamat Hari Raya Idul Fitri. Selamat merayakannya bersama keluarga. Wassalammualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. 5. Makna Idul Fitri dan SyawalSelanjutnya, tiga khutbah di bawah ini dihimpun dari buku KHUTBAH IDUL FITRI Meraih Esensi Kemenangan Melalui Pengukuhan Nilai-Nilai Ramadhan tulisan Dr. Muhsyanur, M.Pd. اللهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ للهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ، وللهِ الحمدُ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَتَمَّ لَنَا شَهْرَ الصِّيَامِ، وَأَعَانَنَا فِيْهِ عَلَى الْقِيَامِ، وَخَتَمَهُ لَنَا بِيَوْمٍ هُوَ مِنْ أَجَلِّ الْأَيَّامِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، الواحِدُ الأَحَدُ، أَهْلُ الْفَضْلِ وَالْإِنْعَامِ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ إلَى جَمِيْعِ الْأَنَامِ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ التَّوْقِيْرِ وَالْاِحْتِرَامِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ، وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ، وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وللهِ الحمدُ Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah, Pada saat ini kita semua patut bersyukur bahwa bulan suci Ramadhan baru saja kita lalui bersama dengan baik. Ini berarti kita semua telah lulus ujian, yakni berhasil menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh sesuai dengan ketentuan syari’at. Sekarang juga, kita patut bergembira karena di samping telah berhasil menambah pundi-pundi pahala, juga dosa-dosa kita diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu sebagai berikut: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ Artinya: "Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." Dari hadits tersebut lahirlah makna Idul Fitri yang dalam konteks Indonesia tidak hanya secara bahasa bermakna Hari Raya setelah berakhirnya Ramadhan, atau yang dalam Kamus Al-Maany dimaknai sebagai اَليَوْمُ اْلأوَّلُ الَّذِي يَبْدَأُ بِهِ الإفْطَارُ لِلصَّائِمِيْنَ (hari pertama bagi orang-orang yang berpuasa Ramadhan mulai kembali berbuka [dengan makan dan minum seperti di hari-hari biasa]), tetapi juga secara konseptual bermakna “kembali suci” seperti ketika kita baru terlahir ke dunia. Makna secara konseptual tersebut, yakni “kembali suci”, secara budaya telah diterima umat Islam Indonesia dari generasi ke generasi dengan merujuk pada maksud hadits di atas. Setidaknya hal ini merupakan doa kita semua kepada Allah dan semoga dikabulkan. Amin. Namun demikian perlu ada ketegasan bahwa yang dimaksud “kembali suci” dalam konteks ini adalah terbebas dari dosa-dosa kepada Allah subhanahu wata’ala saja karena hanya menyangkut hablum minallah. Sedangkan “kembali suci” dari dosa-dosa kepada manusia tidak otomatis terjadi karena hal ini menyangkut hablum minannas. Semua persoalan yang terkait dengan sesama manusia harus diselesaikan sendiri antar sesama manusia. Oleh karena itu, kita akan benar-benar mencapai Idul fitri dalam arti “kembali suci” seperti ketika baru terlahir ke dunia apabila urusan dosa-dosa dengan sesama manusia bisa kita selesaikan dengan berakhirnya Ramadhan. Tentu saja lebih baik urusan dosa dengan sesama manusia bisa kita selesaikan sesegera mungkin tanpa menunggu berakhirnya Ramadhan. Jadi maksudnya, jangan sampai hingga datangnya bulan Syawal ini kita masih memiliki dosa-dosa dengan sesama manusia yang belum terselesaikan. Jika itu terjadi, maka sudah pasti dosa-dosa kepada sesama manusia tersebut akan menghalangi kembalinya kita kepada “fitrah” atau “suci”. Hal inilah yang kemudian melahirkan tradisi saling bermaaf-maafan diantara umat Islam yang di Indonesia dikenal dengan Halal bi halal. Tradisi ini tentu saja baik karena dapat memperbaiki hubungan antar sesama manusia yang kadang-kadang memang sulit terhindar dari konflik, ketegangan dan bahkan permusuhan. Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah, Datangnya Idul Fitri membawa kita semua kembali pada kesucian sebagaimana telah diuraikan di atas. Lalu, bagaimanakah kita menyikapi hari-hari setelah kita kembali pada keadaan suci ini? Setidaknya ada dua jawaban sebagai berikut: Pertama, kita hendaknya meneruskan kebaikan yang sudah dicapai selama Ramadhan. Dalam kaitan ini Syekh Muhammad ibn ‘Umar Nawawi al-Bantani mengingatkan salah satu dari kesepuluh amaliah sunnah Ramadhan dalam kitabnya berjudul Nihâyah al-Zain fî Irsyâd al-Mubtadi’in, yakni istiqamah dalam menjalankan amaliah Ramadhan dan melanjutkan amaliah-amaliah tersebut di bulan-bulan berikutnya. Kedua, menjaga agar kita tidak mengalami kebangkrutan amal yang telah kita raih baik sebelum dan selama Ramadhan dengan cara tidak menzalimi orang lain. Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah, Mudah-mudahan apa yang khatib sampaikan tadi terkait dengan apa yang harus kita lakukan setelah Ramadhan, dapat bermanfaat bagi kita semua, dan khususnya bagi khatib pribadi. Mudah-mudahan pula kita semua senantiasa mendapat petunjuk dari Allah subhanahu wata’ala sehingga hal-hal jelek seperti yang tadi khatib kemukakan benar-benar dapat kita hindari bersama, dan akhirnya kita semua kelak diterima di sisi Allah subhanahu wata’ala dan ditempatkan di surga bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan orang saleh lainnya. Amin… Amin ya Rabbal 'alamin. 6. Merayakan Perbedaan dengan Bermaaf-maafanاللهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ للهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ، وللهِ الحمدُ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَتَمَّ لَنَا شَهْرَ الصِّيَامِ، وَأَعَانَنَا فِيْهِ عَلَى الْقِيَامِ، وَخَتَمَهُ لَنَا بِيَوْمٍ هُوَ مِنْ أَجَلِّ الْأَيَّامِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، الواحِدُ الأَحَدُ، أَهْلُ الْفَضْلِ وَالْإِنْعَامِ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ إلَى جَمِيْعِ الْأَنَامِ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ التَّوْقِيْرِ وَالْاِحْتِرَامِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ، وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ، وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وللهِ الحمدُ Jamaah Shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah, Salah satu tujuan agama Islam diturunkan ke dunia ini yaitu untuk mewujudkan dan menjaga persaudaraan antarsesama manusia dengan segenap perbedaannya. Dalam QS. Hûd 118 Allah SWT berfirman: وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ ٱلنَّاسَ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗۖ وَلَا يَزَالُونَ مُخۡتَلِفِينَ Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya Ia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi umat manusia senantiasa berbeda-beda. Dalam QS. Yûnus 99 Allah SWT berfirman: وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ لَأٓمَنَ مَن فِي ٱلۡأَرۡضِ كُلُّهُمۡ جَمِيعًاۚ أَفَأَنتَ تُكۡرِهُ ٱلنَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُواْ مُؤۡمِنِينَ Artinya: "(Wahai Muhammad), jika Tuhanmu menghendaki, niscaya semua orang di muka bumi secara keseluruhan beriman (kepadamu). Maka apakah engkau (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?" Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan Allah, Ayat-ayat di atas hendak menegaskan bahwa perbedaan yang terjadi di sekitar kita bagian dari ketetapan Allah dalam menciptakan makhluk-Nya, sehingga kita tidak boleh memaksakan kehendak supaya semua makhluk menjadi sama. Perbedaan merupakan anugerah yang patut kita syukuri dengan cara saling mengenali, memahami dan mengerti sehingga tercipta kehidupan yang rukun, aman, damai dan penuh dengan persaudaraan yang puncaknya kita dapat saling tolong menolong dalam kebaikan demi kemudahan menjalani kehidupan bersama. Dalam berhubungan antar manusia atau disebut dengan mu’âmalah, Islam mengajarkan supaya mengedepankan dua prinsip, yaitu berlaku adil (al-‘adl) dan berbuat baik (al-ihsân) Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan Allah, Jadi, Islam selain mengakui bahwa manusia berbeda-beda dalam banyak hal, dalam waktu bersamaan Islam juga mewajibkan umatnya untuk selalu menjaga persaudaraan dan melarang keras bermusuhan. Pada hari ini kita merayakan Idul Fitri yang salah satu tradisinya di kita saling meminta maaf, bermaaf-maafan atau halal bi halal, hal ini menjadi momentum terbaik bagi kita untuk merajut kembali ukhuwwah basyariyah (persaudaraan antarumat manusia) dan ukhuwwah wathaniyah (persaudaraan sebangsa setanah air) atas salah atau khilaf yang barangkali pernah kita lakukan kepada keluarga, orang tua, tetangga, teman dan yang lainnya. Demikian khutbah yang dapat saya sampaikan, mohon maaf atas segala kesalahan. Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin. Assalamualaikum warrahmatullahi wabarrakatuh. Hadirin yang berbahagia, marilah kita menyambut momen Idul Fitri dengan penuh sukacita. Hari Idul Fitri adalah momen yang seharusnya dirayakan dengan kebahagiaan. Namun, bagaimana jadinya jika masih ada sebagian kalangan yang merasa sedih dalam memperingati hari kemenangan ini. Seperti halnya kisah anak yatim yang hidup sebatang kara, lalu diadopsi oleh Rasulullah SAW. Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad as-Syakir al-Khuwairy dalam kitab Durratun Nashihin memaparkan salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik tentang anak yatim. Ia bersedih pada momen hari Idul Fitri karena menjalani hidup sebatang kara usai ditinggal wafat orang tuanya. Rasulullah SAW akhirnya mengasuhnya karena merasa iba. Suatu hari, Rasulullah SAW hendak menunaikan sholat ‘Id. Ia mendapati anak-anak begitu bersemangat dan ceria menyambut hari kemenangan ini, kecuali seorang anak yang berpakaian kumal. Saat itu, anak berbaju kumal tersebut tengah menangis, sehingga membuat Rasulullah merasa iba. Saat ditanya apa yang membuatnya bersedih, ia menjawab: “Wahai laki-laki di hadapanku, ayahku telah meninggal ketika mengikuti perang bersama Rasulullah. Setelah itu, ibuku menikah lagi dan melahap semua harta-hartaku. Lalu, bapak tiriku mengusirku dari rumah.” “Sejak saat itu, aku tidak lagi mempunyai makanan, minuman, pakaian dan rumah. Saat Idul Fitri, aku melihat banyak anak-anak berbahagia bersama ayah-ayah mereka. Aku pun sedih dan menangis.” Usai mendengar penjelasan anak yatim tersebut, Rasulullah merasa iba dan memutuskan untuk mengadopsinya. “Wahai anak kecil, bersediakah jika aku menjadi bapakmu, ‘Aisyah menjadi ibumu, Ali menjadi pamanmu, Hasan dan Husein menjadi kedua saudara laki-lakimu, dan Fatimah menjadi saudara perempuanmu?” tawar Rasulullah. Anak itu akhirnya tahu, bahwa laki-laki yang ada di depannya ternyata Rasulullah. “Bagaimana mungkin aku tidak senang wahai Rasulullah,” jawab sang anak dengan rasa gembira. Akhirnya, Rasulullah membawanya pulang ke rumah. Beliau juga memberinya pakaian yang layak, makan sampai kenyang, dan memberinya wewangian. Setelah itu, anak yatim tersebut dapat bermain dengan ruang gembira bersama teman-teman seusianya. Amanat yang dapat dipetik dari kisah tersebut, jangan biarkan seseorang merasa sedih di hari raya Idul Fitri. Entah itu anak-anak atau orang dewasa, kita perlu mengajaknya untuk bersuka cita dan menikmati hari kemenangan setelah 30 hari menjalani puasa Ramadhan. Page 2 |