Jelaskan secara sederhana apa itu kebijakan makroprudensial?

MANADO, KOMPAS.TV-Mengantispasi dampak sistemik atau potensi penyebaran masalah dari satu Bank bermasalah yang dapat mengakibatkan kesulitan likuiditas Bank-bank lain, yang berpotensi menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap sistem perbankan dan mengancam stabilitas sistem keuangan. Maka Bank Indonesia menjalankan kebijakan Makroprudensial untuk mengurangi adanya risiko sistemik dalam perbankan.

Kebijakan Makroprudensial adalah kebijakan yang ditujukan untuk meningkatkan ketahanan sistem keuangan dan untuk mengantispasi resiko sistemik yang timbul akibat keterkaitan antar institusi dan kecenderungan institusi keuangan untuk mengikuti siklus ekonomi sehingga memperbesar risiko sistemik.

Namun, untuk lebih lengkap dalam menjalankan prinsip kehatia-hatian perbankan, selain kebijakan Makroprodensial, juga diperlukan bauran kebijakan. Bauran kebijakan Bank Indonesia adalah  empat elemen pokok yaitu kebijakan Suku bunga, Nilai tukar, Manajemen aliran modal asing dan Kebijakan Makroprudensial.

Arbonas Hutabarat Kepala Kantor Bank Indonesia perwakilan Sulawesi Utara usai sosialisasi dan edukasi kebijakan Makroprudensial di salah satu hotel di Manado mengatakan, bauran kebijakan yang dijalankan Bank Indonesia bersifat antisipatif  terhadap apa yang akan terjadi, bukan reaktif terhadap keadaan yang terjadi.

Bank Indonesia memiliki beberapa peran, diantaranya sebagai stabilisator sistem keuangan, peciptaan kinerja yang sehat, menjaga dan mengatur sistem pembayaran. Sedangkan dalam hal sistem kerja Bank Indonesia harus berdasarkan prinsip interdependensi, transparansi dan akuntabilitas.

Bank Indonesia akan terus mensosialisasikan kebijakan Makroprudesnial karena belum banyak masyarakat yang tahu.

#kompastvmanado #bankindonesia #makroprudensial

Jimmy Dapar Kompas tv Manado

Tag :

Saksikan Siaran Kompastv :

Chanel 46 UHF

Fb : Kompastv Manado

Yt : Kompastv Manado

Alamat Studio Kompastv Manado

Jl.Anugerah No.08 Kelurahan Winangun

Kecamatan Malalayang, Kota Manado

Sulawesi Utara

Penulis : KompasTV-Manado

Sumber : Kompas TV

Foto : Kompas.com

Selama masa bencana covid-19 ini, seluruh negara di dunia terancam akan mengalami resesi ekonomi, tak terkecuali Indonesia. Lembaga-lembaga keuangan dunia seolah kompak mengatakan bahwa semua degara akan mengalami kontraksi (penurunan) pertumbuhan ekonomi. 

Malah banyak negara kelompok ekonomi utama dunia (G-20) akan mengalami pertumbuhan negarit (dibawah nol persen) kecuali tiga negara yaitu: China, India dan Indonesia, yang ddiramalkan masih berada di angka positif.

Dalam menjaga jangan sampai terjadi resesi, disinilah peran Bank Sentral masing-masing negara menerapkan prinsip kehati-hatian dalam membuat dan menerapkan kebijakab dibidang keuangan (moneter). Dengan kata lain Bank Sentral (Bank Indonesia) selalu berupaya semaksimal mungkin menjaga kestabilan sistem keuangan negara. 

Pengertian diatas itulah yang biasa disebut dengan kebijakan Makroprudensial. Kebijakan ini harus diambil agar resesi yang pernah dialami Indonesia di tahun 1998 tidak terulang. Di mana masyarakat melakukan penarikan besar-besaran terhadap simpanannya di bank-bank dalam negeri.

Akibat aksi tersebut membuat banyak bank kolaps. Itulah yang disebut dengan Risiko Sistemik, dimana akibat aksi pada satu bank berakibat pada buruk bank-bank lain.   

Secara sederhana kebijakan makroprudensial merupakan penerapan prinsip kehati-hatian (prudent) pada sistem keuangan guna menjaga keseimbangan antara tujuan makroekonomi dan mikroekonomi.

Fokus kebijakan makroprudensial tidak hanya mencakup institusi keuangan, namun meliputi pula elemen sistem keuangan lainnya, seperti pasar uang, perusahaan besar, industri, pasar-pasar, usaha kecil dan rumah tangga, dan infrastruktur keuangan. 

Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan Negara, inilah yang menjadi tugas dan peran utama bank sentral, BANK INDONESIA. BI sangat berhati-hati dalam menjaga nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang negara lain dan dalam mengatur peredaran uang di masyarakat.

Nilai tukar rupiah harus dijaga kestabilannya atau (kalau bisa) menguat secara normal. Turunnya nilai tukar mengakibatkan naiknya harga barang (import) sehingga menganggunperekonomian dalam negeri. Karena industri kita masih sangat tergantung bahan dan komponen yang didatangkan dari luar.  

Jumlah uang yang beredar di masyarakat juga terus dipantau dan dijaga agar sesuai dengan laju dan tumbuhnya perekonomian . Uang yang beredar tidak boleh terlalu sedikit, juga tidak boleh terlalu banyak yang bisa mengakibatkan inflasi (turunnya nilai tukar uang terhadap barang). Hal ini sangat memberatkan rakyat biasa.

Lalu, sebagai masyarakat biasa ditimgkat rumah tangga dan/atau pelaku Usaha Kecil apa yang dapat kita lakukan dalam mendukung Bank Indonesia menjaga kestabilan tersebut.


Page 2

Selama masa bencana covid-19 ini, seluruh negara di dunia terancam akan mengalami resesi ekonomi, tak terkecuali Indonesia. Lembaga-lembaga keuangan dunia seolah kompak mengatakan bahwa semua degara akan mengalami kontraksi (penurunan) pertumbuhan ekonomi. 

Malah banyak negara kelompok ekonomi utama dunia (G-20) akan mengalami pertumbuhan negarit (dibawah nol persen) kecuali tiga negara yaitu: China, India dan Indonesia, yang ddiramalkan masih berada di angka positif.

Dalam menjaga jangan sampai terjadi resesi, disinilah peran Bank Sentral masing-masing negara menerapkan prinsip kehati-hatian dalam membuat dan menerapkan kebijakab dibidang keuangan (moneter). Dengan kata lain Bank Sentral (Bank Indonesia) selalu berupaya semaksimal mungkin menjaga kestabilan sistem keuangan negara. 

Pengertian diatas itulah yang biasa disebut dengan kebijakan Makroprudensial. Kebijakan ini harus diambil agar resesi yang pernah dialami Indonesia di tahun 1998 tidak terulang. Di mana masyarakat melakukan penarikan besar-besaran terhadap simpanannya di bank-bank dalam negeri.

Akibat aksi tersebut membuat banyak bank kolaps. Itulah yang disebut dengan Risiko Sistemik, dimana akibat aksi pada satu bank berakibat pada buruk bank-bank lain.   

Secara sederhana kebijakan makroprudensial merupakan penerapan prinsip kehati-hatian (prudent) pada sistem keuangan guna menjaga keseimbangan antara tujuan makroekonomi dan mikroekonomi.

Fokus kebijakan makroprudensial tidak hanya mencakup institusi keuangan, namun meliputi pula elemen sistem keuangan lainnya, seperti pasar uang, perusahaan besar, industri, pasar-pasar, usaha kecil dan rumah tangga, dan infrastruktur keuangan. 

Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan Negara, inilah yang menjadi tugas dan peran utama bank sentral, BANK INDONESIA. BI sangat berhati-hati dalam menjaga nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang negara lain dan dalam mengatur peredaran uang di masyarakat.

Nilai tukar rupiah harus dijaga kestabilannya atau (kalau bisa) menguat secara normal. Turunnya nilai tukar mengakibatkan naiknya harga barang (import) sehingga menganggunperekonomian dalam negeri. Karena industri kita masih sangat tergantung bahan dan komponen yang didatangkan dari luar.  

Jumlah uang yang beredar di masyarakat juga terus dipantau dan dijaga agar sesuai dengan laju dan tumbuhnya perekonomian . Uang yang beredar tidak boleh terlalu sedikit, juga tidak boleh terlalu banyak yang bisa mengakibatkan inflasi (turunnya nilai tukar uang terhadap barang). Hal ini sangat memberatkan rakyat biasa.

Lalu, sebagai masyarakat biasa ditimgkat rumah tangga dan/atau pelaku Usaha Kecil apa yang dapat kita lakukan dalam mendukung Bank Indonesia menjaga kestabilan tersebut.


Jelaskan secara sederhana apa itu kebijakan makroprudensial?

Lihat Finansial Selengkapnya


Page 3

Selama masa bencana covid-19 ini, seluruh negara di dunia terancam akan mengalami resesi ekonomi, tak terkecuali Indonesia. Lembaga-lembaga keuangan dunia seolah kompak mengatakan bahwa semua degara akan mengalami kontraksi (penurunan) pertumbuhan ekonomi. 

Malah banyak negara kelompok ekonomi utama dunia (G-20) akan mengalami pertumbuhan negarit (dibawah nol persen) kecuali tiga negara yaitu: China, India dan Indonesia, yang ddiramalkan masih berada di angka positif.

Dalam menjaga jangan sampai terjadi resesi, disinilah peran Bank Sentral masing-masing negara menerapkan prinsip kehati-hatian dalam membuat dan menerapkan kebijakab dibidang keuangan (moneter). Dengan kata lain Bank Sentral (Bank Indonesia) selalu berupaya semaksimal mungkin menjaga kestabilan sistem keuangan negara. 

Pengertian diatas itulah yang biasa disebut dengan kebijakan Makroprudensial. Kebijakan ini harus diambil agar resesi yang pernah dialami Indonesia di tahun 1998 tidak terulang. Di mana masyarakat melakukan penarikan besar-besaran terhadap simpanannya di bank-bank dalam negeri.

Akibat aksi tersebut membuat banyak bank kolaps. Itulah yang disebut dengan Risiko Sistemik, dimana akibat aksi pada satu bank berakibat pada buruk bank-bank lain.   

Secara sederhana kebijakan makroprudensial merupakan penerapan prinsip kehati-hatian (prudent) pada sistem keuangan guna menjaga keseimbangan antara tujuan makroekonomi dan mikroekonomi.

Fokus kebijakan makroprudensial tidak hanya mencakup institusi keuangan, namun meliputi pula elemen sistem keuangan lainnya, seperti pasar uang, perusahaan besar, industri, pasar-pasar, usaha kecil dan rumah tangga, dan infrastruktur keuangan. 

Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan Negara, inilah yang menjadi tugas dan peran utama bank sentral, BANK INDONESIA. BI sangat berhati-hati dalam menjaga nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang negara lain dan dalam mengatur peredaran uang di masyarakat.

Nilai tukar rupiah harus dijaga kestabilannya atau (kalau bisa) menguat secara normal. Turunnya nilai tukar mengakibatkan naiknya harga barang (import) sehingga menganggunperekonomian dalam negeri. Karena industri kita masih sangat tergantung bahan dan komponen yang didatangkan dari luar.  

Jumlah uang yang beredar di masyarakat juga terus dipantau dan dijaga agar sesuai dengan laju dan tumbuhnya perekonomian . Uang yang beredar tidak boleh terlalu sedikit, juga tidak boleh terlalu banyak yang bisa mengakibatkan inflasi (turunnya nilai tukar uang terhadap barang). Hal ini sangat memberatkan rakyat biasa.

Lalu, sebagai masyarakat biasa ditimgkat rumah tangga dan/atau pelaku Usaha Kecil apa yang dapat kita lakukan dalam mendukung Bank Indonesia menjaga kestabilan tersebut.


Jelaskan secara sederhana apa itu kebijakan makroprudensial?

Lihat Finansial Selengkapnya


Page 4

Selama masa bencana covid-19 ini, seluruh negara di dunia terancam akan mengalami resesi ekonomi, tak terkecuali Indonesia. Lembaga-lembaga keuangan dunia seolah kompak mengatakan bahwa semua degara akan mengalami kontraksi (penurunan) pertumbuhan ekonomi. 

Malah banyak negara kelompok ekonomi utama dunia (G-20) akan mengalami pertumbuhan negarit (dibawah nol persen) kecuali tiga negara yaitu: China, India dan Indonesia, yang ddiramalkan masih berada di angka positif.

Dalam menjaga jangan sampai terjadi resesi, disinilah peran Bank Sentral masing-masing negara menerapkan prinsip kehati-hatian dalam membuat dan menerapkan kebijakab dibidang keuangan (moneter). Dengan kata lain Bank Sentral (Bank Indonesia) selalu berupaya semaksimal mungkin menjaga kestabilan sistem keuangan negara. 

Pengertian diatas itulah yang biasa disebut dengan kebijakan Makroprudensial. Kebijakan ini harus diambil agar resesi yang pernah dialami Indonesia di tahun 1998 tidak terulang. Di mana masyarakat melakukan penarikan besar-besaran terhadap simpanannya di bank-bank dalam negeri.

Akibat aksi tersebut membuat banyak bank kolaps. Itulah yang disebut dengan Risiko Sistemik, dimana akibat aksi pada satu bank berakibat pada buruk bank-bank lain.   

Secara sederhana kebijakan makroprudensial merupakan penerapan prinsip kehati-hatian (prudent) pada sistem keuangan guna menjaga keseimbangan antara tujuan makroekonomi dan mikroekonomi.

Fokus kebijakan makroprudensial tidak hanya mencakup institusi keuangan, namun meliputi pula elemen sistem keuangan lainnya, seperti pasar uang, perusahaan besar, industri, pasar-pasar, usaha kecil dan rumah tangga, dan infrastruktur keuangan. 

Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan Negara, inilah yang menjadi tugas dan peran utama bank sentral, BANK INDONESIA. BI sangat berhati-hati dalam menjaga nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang negara lain dan dalam mengatur peredaran uang di masyarakat.

Nilai tukar rupiah harus dijaga kestabilannya atau (kalau bisa) menguat secara normal. Turunnya nilai tukar mengakibatkan naiknya harga barang (import) sehingga menganggunperekonomian dalam negeri. Karena industri kita masih sangat tergantung bahan dan komponen yang didatangkan dari luar.  

Jumlah uang yang beredar di masyarakat juga terus dipantau dan dijaga agar sesuai dengan laju dan tumbuhnya perekonomian . Uang yang beredar tidak boleh terlalu sedikit, juga tidak boleh terlalu banyak yang bisa mengakibatkan inflasi (turunnya nilai tukar uang terhadap barang). Hal ini sangat memberatkan rakyat biasa.

Lalu, sebagai masyarakat biasa ditimgkat rumah tangga dan/atau pelaku Usaha Kecil apa yang dapat kita lakukan dalam mendukung Bank Indonesia menjaga kestabilan tersebut.


Jelaskan secara sederhana apa itu kebijakan makroprudensial?

Lihat Finansial Selengkapnya