Jelaskan perbedaan pendekatan kardinal dan ordinal dalam teori perilaku konsumen

5.PERBEDAAN PENDEKATAN KARDINAL DAN PENDEKATANORDINAL

15Pendekatan Kardinal dan pendekan Ordinal sejatinya memilikipersamaan yaitu sama-sama merupakan pendekatan untuk menilaitingkatkepuasankonsumenatasprodukataujasa.Namundemikian,keduanya memiliki perbedaan dalam proses penggunaanya.1.Perbedaan Pendekatan Kardinal dan Ordinal dalam TabelPerbedaan utamaKardinalOrdinalPendekatanKuantitatifKualitatifRealistisLebih RealistisKurang RealistisPengukuranUtilRangkingAnalisisMarginal UtilityKurva IndeferenDipromosikanolehEkonomi KlasikNeo-Klasik-EkonomModernPengertianKepuasan konsumen darikonsumsi barang ataujasa yang dapatdinyatakan secaranumericKepuasan konsumen darikonsumsi barang ataujasa yang tidak dapatdinyatakan secaranumerik2.Perbedaan Pendekatan Kardinal dan Pendekantan Ordinal Secara KonsepAda 2 pendekatan yang di implementasikan dalam teori prilakukonsumen, yakni pendekatan utilitas kardinal dan pendekatan utilitas ordinal.Pendekatan utilitas Kardinal menegaskan bahwa utilitas dapat di ukursecara langsung melalui angka-angka,oleh karena hal inilah pendekatan ini diistilahkanjugadengankardinal(cardinalapproach)yaitudenganmenggunakan konsep Total Utility (TU) dan Marginal Utility (MU).

16Pendekatan utilitas ordinal menegaskan bahwa utilitas tidak dapat dihitung, melainkan hanya dapat di bandingkan oleh karena hal inilahpendekatan ini di istilahkan juga dengan (ordinal approach), yaitu denganmenggunakan konsep kurva indeferen ( indeferance curve ) dan garisanggaran (budget time).

17BAB IIIANALISISWalaupun dalam awal munculnya transportasi online sangat digandrungi karenatarif yang terjangkau bagi semua kalangan, namun, jika ada kenaikan tarif yangsignifikan dan dianalisa berdasarkan teori perilaku konsumen maka konsumenpasti akan beralih ke alternatif lain yang memiliki tarif sepadan denganpendapatannya. Atau konsumen lebih sering menggunakan Promo yang diberikanoleh ojek online itu sendiri. Karena pada hakikatnya, konsumen hanya inginsesuatu yang terjangkau dengan apa yang didapatnya.

18BAB IVKESIMPULANKonsumen pasti ingin mendapatkan keuntungan di setiap apa yang dilakukansehari-hari. Maka terori-teori tentang perilaku konsumen dan lainnya sangatmembantu produsen dalam menggali bisnisnya agar mendapat keuntungan bagibisnisnya, dan tidak luput juga keuntungan untuk pihak konsumen karenaprodusen telah mempertimbangkan keadaan konsumen sehingga barang-barangyang di jual produsen dapat dibeli berdasarkan konsumennya. Jika pendapatankonsumen meningkat maka tingkat penjualan produsen pun akan ikut naik.Ditambah jika dorongan oleh daya tarik barang tersebut.

19DAFTAR PUSTAKA-jumlah-penumpang-bakal-turun-71-persendi akses pada tanggal 17 Oktober 2019-Effect-and-Price-Effect-Influence-Consumers-Equilibriumdi akses pada tanggal11 Oktober 2019Mai,Chandra. &Toto Widiarto, 2018,TEORI EKONOMI MIKRO.JakartaSelatan : Unindra Press

End of preview. Want to read all 22 pages?

Upload your study docs or become a

Course Hero member to access this document

Perbedaan pendekatan kardinal dan ordinal bila dilihat dari pengertiannya, yaitu:

Merupakan pendekatan nilai guna yang dapat menilai manfaat yang diberikan dengan mengukur dari kuantitas atau pun jumlahnya suatu barang yang dikonsumsi.

Merupakan pendekatan yang dapat menilai manfaat yang diberikan oleh masyarakat dari kegiatan konsumsi suatu barang namun jumlah suatu barang yang dikonsumsi tidak bisa dihitung jumlahnya.

Jika konsumen ingin membelanjakan uangnya Rp. 100.000 tentunya untuk membeli barang X, karena memberikan marginal utiliti sebesar 50 unit guna, sementara jika dibelanjakan untuk barang Y hanya akan memberikan marginal utiliti sebesar 40 unit guna.

Demikan pula uang Rp. 100.000 yang kedua akan dibelikan barang X, karena memberikan unit guna sebesar 45, sementara jika dibelikan barang Y hanya akan mendapatkan 40 unit guna. Setelah Rp. 100.000 yang ketiga konsumen berada dalam keadaan indifferen, baik dibelikan barang X ataupun barang Y akan memberikan unit guna yang sama yaitu 40 unit guna.

Penganalisaan ini dapat dilakukan terus sampai uang konsumen sebanyak Rp. 1.300.000 habis. Akhirnya didapatkan konsumen membeli 7 barang X dan 6 barang Y dengan total guna 425 unit guna. Guna barang X [ 50 +45 + 40 + 35 + 30 + 25 + 20 = 245 unit guna] dan barang Y [40 + 36 + 32 + 28 + 24 + 20 = 180 unit guna ], sehingga totalnya 425 unit guna.

Seandainya konsumen membeli barang X 6 unit dan barang Y 7 unit, sama-sama menghabiskan uang sebanyak Rp. 1.300.000 , namun unit guna total yang diperoleh hanyalah 411 unit guna. Secara matematis, tingkat keseimbangan konsumen terjadi apabila:

Mua

=

Mub

=

Muc

=

……….

Muz

Pa

Pb

Pc

Pz

Dengan batasan penghasilan dan harga barang-barang besarnya tertentu;

axPa + bxPb + cxPc + ……… + zxPz = I = penghasilan konsumen.

Pa, Pb, Pc, …….. Pz : harga masing-masing barang perunit.

Misalkan konsumen memiliki penghasilan Rp. 1.600.000,00 pada periode tertentu. Ia ingin membelanjakan penghasilannya untuk barang A dan B, yang harganya masing-masing Rp. 200.000 dan Rp. 100.000 per unit. Preferensi konsumen tersebut tercermin pada tabel dibawah ini.

Tabel Guna Batas A Pada Berbagai Tingkat Kuantitas

Barang A

Barang B

Jumlah

Guna Batas

Jumlah

Guna Batas

1

40

1

30

2

35

2

26

3

30

3

22

4

25

4

18

5

20

5

14

6

15

6

10

7

10

7

6

8

5

8

2

Konsumen berada dalam keseimbangan bilamana ia membeli barang A sebanyak 5 unit dan barang B sebanyak 6 unit. Pada tingkat pembelian ini:

Batasan penghasilan dan tingkat harga dalam hal ini juga dipenuhi,

5 x Rp. 200.000,00 + 6 x Rp. 100.000,00 = Rp. 1.600.000,00.

Jadi konsumen membelanjakan semua penghasilannya. Jika konsumen mengalihkan uangnya yang untuk barang A Rp. 100.000 untuk membeli barang B, maka konsumen akan kehilangan 10 unit guna untuk mendapatkan 6 unit guna.

Sebaliknya jika konsumen mengalihkan uangnya Rp. 100.000 dari B untuk membeli barang A, maka konsumen akan kehilangan guna total sebesar 2,5 unit. Konsumen membeli barang A mendapatkan 7,5 unit guna, sementara kehilangan 10 unit guna barang B. Jadi jelas guna total konsumen tersebut dimaksimumkan pada tingkat konsumsi barang A = 5 unit, dan barang B = 6 unit.

Pendekatan Ordinal

Pendekatan ordinal menggunakan pengukuran ordinal [bertingkat] dalam menganalisis kepuasan konsumen. Artinya kepuasan konsumen tidak dapat diukur dengan angka tetapi hanya dapat diukur dengan peringkat, misalnya tidak puas, puas, lebih puas, sangat puas dan seterusnya.

Pendekatan ini juga sering disebut denganpendekatan indeferens. Sebagaimana pendekatan kardinal, pendekatan ordinal juga beranggapan bahwa tingkat utilitas total yang dicapai seorang konsumen merupakan fungsi dari kuantitas barang yang dikonsumsi.

Di samping itu anggapan lain yang sama adalah konsumen akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya sesuai dengan anggaran yang dimilikinya. Namun demikian pendekatan ini memiliki anggapan yang berbeda dengan pendekatan kardinal. Pendekatan ordinal tidak menganggap bahwa tingkat utilitas dapat diukur secara angka tetapi konsumen hanya memiliki skala preferensi.

Skala preferensi adalah suatu kaidah dalam menentukan pilihan terhadap barang yang akan dikonsumsi. Skala preferensi tersebut memiliki ciri sebagai berikut:

1|Konsumen mampu membuat peringkat kepuasan terhadap barang. Artinya konsumen mampu membedakan tingkat kepuasan dalam pemenuhan barang, misalnya minum es jus lebih puas dibandingkan minum es teh.

2|Peringkat kepuasan tersebut bersifat transitif artinya jika es jus lebih disukai daripada es teh, sedangkan es teh lebih disukai daripada es jeruk, maka es jus lebih disukai daripada es jeruk, bukan sebaliknya.

3|Konsumen akan selalu ingin mengkonsumsi jumlah barang yang lebih banyak karena konsumen tidak pernah terpuaskan.