Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang alat musik kolintang

Bagi sebagian, menggunakan bahasa daerah mungkin masih menjadi hal yang lumrah. Pun demikian dengan merayakan upacara adat tertentu, sebagai bagian dari upaya melestarikan budaya bangsa. Tapi, bagaimana dengan memainkan alat musik tradisional, seperti gamelan, kolintang, atau yang lainnya?

Alih-alih memainkan, menemukan alat musik tradisional saja mungkin bukan lagi perkara mudah saat ini. Apalagi di banyak tempat. Karenanya, memulai dari mengenalnya terlebih dahulu mungkin bisa menjadi opsi. Paling tidak, tahulah seperti apa Kolintang itu.

Kolintang atau kulintang adalah alat musik yang terdiri dari barisan gong kecil yang diletakkan mendatar. Alat musik ini dimainkan dengan diiringi oleh gong tergantung yang lebih besar dan drum, dan merupakan bagian dari budaya gong Asia Tenggara, yang telah dimainkan selama berabad-abad. Dimana? Di Kepulauan Melayu Timur, termasuk Filipina, Indonesia Timur, Malaysia Timur, Brunei, dan Timor.

Bicara mengenai perkembangannya, Kolintang berangkat dari tradisi pemberian isyarat sederhana sebelum akhirnya menjadi bentuk seperti sekarang. Kegunaannya bergantung pada peradaban yang menggunakannya. Dengan pengaruh dari Hindu, Buddha, Islam, Kristen, dan Barat, alat musik ini merupakan tradisi gong yang terus berkembang.

(Baca juga: Cari Tahu Lebih Jauh Tentang Gamelan)

Di Indonesia, Kolintang dikenal sebagai alat musik perkusi bernada dari kayu yang berasal dari daerah Minahasa Sulawesi Utara. Kayu yang dipakai untuk membuat alat musik ini adalah kayu lokal yang ringan namun kuat seperti kayu Telur (Alstonia sp), kayu Wenuang (Octomeles Sumatrana Miq), kayu Cempaka (Elmerrillia Tsiampaca), kayu Waru (Hibiscus Tiliaceus), dan sejenisnya yang mempunyai konstruksi serat paralel.

Nama kolintang sendiri berasal dari suaranya: tong (nada rendah), ting (nada tinggi) dan tang (nada biasa). Dalam bahasa daerah, ajakan “Mari kita lakukan TONG TING TANG” adalah “Mangemo kumolintang”, yang akhirnya berubah menjadi kata kolintang.

Kulintang termasuk alat musik dari keluarga marimbaphone yang telah dimodifikasi dalam berbagai bentuk penampilan dengan melodi kromatik. Marimba merupakan alat musik perkusi bernada dengan bilahan dari kayu dan resonator pipa, yang banyak dipakai di luar negeri.

Alat musik ansambel ini dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya Kolintang Melodi (ina taweng) yang berfungsi sebagai penentu lagu; Kolintang Pengiring, yang terdiri dari Alto (uner atau katelu) sebagai pengiring nada tinggi, Tenor (karua) sebagai pengiring nada rendah, dan Cello (sella) sebagai penentu irama dan pengiring (accompanion) bass; Kolintang Bass yang menghasilkan nada rendah (loway).

Berawal dari Sulawesi Utara hingga berbagai negara di dunia, alat musik tradisional Kolintang telah diakui keindahannya di dunia internasional. Mengutip dari wawancara goodnewsfromindonesia.id dengan Beiby Sumanti, pendiri Sanggar Bapontar, diceritakan bahwa Kolintang telah sukses melakukan pertunjukan di berbagai negara, salah satunya berhasil menghibur para tamu pada acara Malam Tamu Ratu Denmark di Istana Kepresidenan.

Selain sudah dikenal eksistensinya pada kancah internasional, Kolintang memiliki beberapa fakta menarik yang membuat alat musik tradisional khas Miahasa, Sulawesi Utara ini layak diperjuangkan untuk memperoleh pengakuan dunia. Mari kita simak beberapa fakta menariknya.

Asal usul nama Kolintang terinspirasi dari nada yang dikeluarkan dari suatu alat musik seperti “Tong” untuk nada rendah, “Ting” untuk nada tinggi, dan “Tang” untuk nada tengah, serta menggunakan istilah “ber tong ting tang” sambil mengungkapkan kalimat “Maimo Kumolintang” untuk mengajak orang memainkannya, sehingga lambat laun ungkapan tersebut berubah menjadi Kolintang.

Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang alat musik kolintang
Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang alat musik kolintang

sumber: indonesiakaya.com

Pada zaman dahulu, musik Kolintang digunakan untuk upacara ritual adat yang berhubungan dengan pemujaan roh leluhur, namun seiring berjalannya waktu musik Kolintang lebih difungsikan sebagai pengiring tarian, pengiring lagu, atau pertunjukan musik. Selain itu, kreativitas para generasi muda juga telah menciptakan kolaborasi antara Kolintang dengan alat musik modern sebagai pengiring lagu dengan genre pop, jazz dan rock. Kolintang terbuat dari kayu khusus yang ringan namun cukup padat kemudian disusun membentuk garis-garis sejajar. Pada umumnya kayu yang digunakan adalah kayu telur, kayu bandaran, kayu wnuang, dan kayu kakinik. Selanjutnya kayu dari pohon tersebut dikeringkan terlebih dahulu sebelum diproses menjadi bilah bilah kecil, yang mana bilah tersebut dikurangi panjangnya hingga menghasilkan nada yang sesuai.

Berdasarkan suara yang dihasilkan, alat musik Kolintang terbagi menjadi 9 jenis, yaitu loway (bass), cella (cello), karua (tenor 1), karua rua (tenor 2), uner (alto 1), uner rua (alto 2), katelu (ukulele), ina esa (melodi 1), ina rua (melodi 2), dan ina taweng (melodi 3).

Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan mallet (tongkat kecil dengan bagian ujung dibalut sebuah kain atau benang). Biasanya mallet berjumlah tiga yang diberi nomor tersendiri untuk memainkannya. Mallet nomor 1 biasanya digunakan di tangan kiri, sedangkan nomor dua dan tiga dipegang di tangan kanan biasanya di sela-sela jari sesuai dengan accord yang dimainkan.

Selain itu, saat ini Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara sedang memperjuangkan Kolintang menjadi bagian dari Warisan Budaya tak Benda asal Indonesia versi The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Tentunya kita sebagai warga Indonesia turut berbangga apabila Kolintang dapat diakui secara resmi sebagai budaya dunia.

Penulis: Ivkrama Sandya Yudha, Kanwil DJKN Suluttenggomalut