Istilah yang dipakai untuk peristiwa keturunan roh kudus adalah

Pengertian, Definisi, Arti - Pentakosta adalah suatu peristiwa dimana turunnya Roh Kudus keatas Para Rasul. Tepat lima puluh hari setelah Perayaan Kebangkitan Tuhan kita yang mati dikayu salib demi menebus dosa-dosa kita, dan setelah sepuluh hari kenaikan Tuhan. pengertianartidefinisidari.blogspot.com - Berdasarkan sejarah Pentakosta pertama-tama adalah suatu pesta atau hari raya bagi bangsa Israel yang dirayakan lima puluh hari sesudah Paskah untuk mengenang pemberian Sepuluh Perintah Allah kepada Musa di Gunung Sinai. Sama seperti tubuh kehilangan roh, dan kapal yang kehilangan nahkoda, kita tidak mungkin mampu menjalani hari sebagai pengikut Kristus, tanpa mengenal Roh Kudus. Hidup tanpa menyadari keberadaan Roh Kudus adalah sama dengan melupakan janji baptis kita. Inilah sesungguhnya harta kekayaan yang kita miliki dalam iman percaya kita; kasih Kristus dan Roh Penghibur, Roh yang membuat kita tidak akan pernah jadi anak-anak yatim piatu di dalam dunia ini. (Yohanes 14:18). Sebelum kita merayakan hadirnya Roh Kudus hari ini, ada baiknya pemahaman kita akan-Nya kembali disegarkan. Bicara mengenai apa itu Pentakosta?, secara umum ini berarti hari kelimapuluh, tidak bisa dilepaskan maknanya dari Pesta Panen Gandum pada Perjanjian Lama. Pentakosta pada zaman PL adalah perayaan syukur atas berkat Tuhan melimpah dalam panen orang Israel. Tradisi ini dilanjutkan dalam Perjanjian Baru melalui Kisah Pencurahan Roh Kudus (yang dirayakan 50 hari setelah Paskah) dalam Kisah Para Rasul. Intinya kurang lebih sama; rasa syukur atas berkat dan pemeliharaan Tuhan pada hidup umat-Nya melalui kehadiran Roh yang Kudus ya sahabat pengertianartidefinisidari.blogspot.com

Daftar Isi:

  1. SIMBOL PENTAKOSTA
  2. LAMBANG
  3. KESIMPULAN APAKAH PENTAKOSTA ITU

SIMBOL PENTAKOSTA

Makna Pentakosta semestinya membuat hidup beriman kita selalu bergairah. Karena itu simbol turunnya roh kudus pada hari pentakosta dalam ibadah biasanya dihubungkan dengan warna merah sebagai warna liturgis kehadiran api yang menyala, angin, air, dan burung merpati. Begitulah karakter Roh Kudus. Dia adalah Penolong (Yoh 14: 16, Penghibur (Yoh. 16: 7), Pemimpin (Yoh. 16: 13) dan Pengajar (Yoh. 14: 26). Dia Roh Allah sendiri yang hadir dalam diri untuk menolong dan menguatkan kita. Kehadiran Roh Kudus seperti api. Mestinya ini membuat kita bersemangat dalam melakukan berbagai pekerjaan baik dan pelayanan. Dalam alkitab, banyak hal-hal luar biasa dilakukan oleh Paulus, Silas, Barnabas, Paulus, Tomas, dan para rasul lainnya di dalam kuasa Roh Kudus, yang pastinya kita juga bisa, asal kita bergantung pada Roh Kudus. Masalahnya, justru manusia kristiani di zaman sekarang lebih suka mengabaikan tuntunan dan nasehat Roh Kudus dalam hati. Kenapa? Karena ikut kemauan Roh Kudus, akan menguduskan sekalipun menyakitkan. Sementara ikut keinginan sendiri lebih enak meski mengudiskan.

Istilah yang dipakai untuk peristiwa keturunan roh kudus adalah

Apa yang dikerjakan oleh Roh Kudus pagi ini dalam ibadah tentunya banyak sekali, dari mulai memimpin setiap pelayan ibadah untuk melayani dalam kesungguhan hati, sampai menyertai saudara dalam perjalanan ke gereja. Dari mulai menuntun para lansia untuk tetap bersemangat meski sudah tua, sampai menuntun anak-anak sekolah minggu mandi pagi dan semangat pergi sekolah minggu. Tidakkah, semua kegairahan ini menyukakan hati anda? Inilah karya Roh Kudus. Jadi Mari ucap bersyukur! karena Keberadaan-Nya yang seperti angin, bertiup sekehendak-Nya, mengingatkan kita bahwa karya Allah bisa berlaku di mana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja. Tuhan ingin setiap orang selamat, dan Dia bisa menyelamatkan siapa saja. Dan, untuk menjadi alat keselamatan-Nya, Tuhan bisa memakai siapa saja. Jadi pada hari raya Pentakosta, sampaikan ucapan selamat itu dan jangan putus asa, hanya karena kita memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan dalam melayani! Apa yang hina bagi dunia ini, justru dipakai Allah untuk mempermalukan dunia. Apa yang kecil di mata Tuhan bisa dipakainya jadi besar dalam tangan-Nya.

LAMBANG

Burung merpati adalah lambang hati yang bersih, kesucian hidup, komitmen dan kesetiaan. Pentakosta mengingatkan kita untuk terus memperbarui hidup dalam pertobatan. Orang kristen harus bertumbuh, tidak boleh bergulat dalam zona nyaman terus menerus. Ingatlah buah Roh; kasih, kesetiaan, kesabaran, kemurahan hati, kelemahlembutan, penguasaan diri, kebaikan dan damai sejahtera. Semuanya itu adalah tanda kita bertumbuh dewasa dalam iman. Ini tandanya, kita mesti terus berubah ke arah lebih baik, dari yang dulunya pemarah jadi peramah, dari yang tadinya suka selingkuh jadi setia, dari yang dulunya tidak suka dengan belajar Firman jadi suka mendengar dan merenungkan Firman, inilah karya Roh Kudus dalam diri orang percaya. Air membasuh kita dari segala kotoran. Air juga melambangkan baptisan yang sudah kita terima. Ingatlah bahwa baptisan kita sungguh bernilai. Karena itu, Roh Kudus yang sudah saudara dan saya terima  juga sangat berharga, jangan sia-siakan itu! Mungkin, saat ini, Roh Kudus mengetuk pintu hati kita untuk suatu maksud, mari kita dengarkan dan resapi kehadiran-Nya! Terkadang, dengan banyaknya pekerjaan yang kita lakukan, sebagai manusia super kuat, kita lupa bersaat teduh, lupa berhening, lupa mendengarkan suara hati kita di mana Roh yang Kudus berbicara. Juga, karena pelayanan sering kita lakukan, kita mengabaikan kekudusan dari Roh itu sendiri. Kita lupa berdoa sebelum melayani. Kita lupa meminta bimbingan Roh Kudus sebelum persiapan. Kita lupa membawa segala sesuatu dalam pertolongan-Nya. Padahal, tanpa kuasa Roh, tidak mungkin kita teguh tegak berdiri dalam iman. Tanpa pertolongan Roh, tidak mungkin ada kesatuan dalam Gereja. Tanpa bimbingan Roh, tidak mungkin, mulut kita fasih bicara, meski pengetahuan kita kurang, dan kita bisa melakukan banyak perkara dalam pelayanan kita. Ini semua adalah pekerjaan Roh. Masalahnya, anda dan saya merasakan gak kuasa Roh Kudus dalam hidup kita? Kalau jawabannya iya, kenapa masih ada kuatir berlebihan? Kenapa masih ada hati yang lemah lesu dan putus harap? Bukankah di mana ada kuasa Roh Kudus, ada kekuatan untuk memindahkan gunung, karena iman kita? Di mana ada kuasa Roh Kudus, selalu ada sukacita, harapan, semangat melayani, kerendahan hati, dan kasih kepada sesama? Nah, bersukacitalah!Dia hadir dulu, sekarang, dan nanti! Haleluya!

KESIMPULAN APAKAH PENTAKOSTA ITU

Pentakosta adalah suatu peristiwa dimana turunnya Roh Kudus keatas Para Rasul. Tepat lima puluh hari setelah Perayaan Kebangkitan Tuhan kita yang mati dikayu salib demi menebus dosa-dosa kita, dan setelah sepuluh hari kenaikan Tuhan. Pentakosta pertama-tama adalah suatu pesta bagi bangsa Israel yang dirayakan lima puluh hari sesudah Paskah untuk mengenang pemberian Sepuluh Perintah Allah kepada Musa di Gunung Sinai. Tapi Musa juga mendapatkan sesuatu yang lebih dari itu yaitu ketika Tuhan Allah  “mengambil Roh yang hinggap pada Musa, dan menaruhnya atas tujuh puluh tua-tua” (Bil 11:25). Karena dikuatkan oleh Allah, para tua-tua itu mulai bernubuat. Musa memaklumkan keinginannya agar “seluruh umat Tuhan menjadi nabi, karena Tuhan juga memberikan Roh-Nya hinggap pada mereka!” (Bil 11:29). Turun, Roh Allah, dalam hatiku; sucikan daku dan hidupkanlah; ubah lemahku oleh kuasaMu; kasihku padaMu murnikanlah. Tidak kuminta mimpi amat khas, tanda yang hebat, keajaiban pun; yang aku minta hanya inilah: singkirkan kesuraman jiwaku. Bukankah, Yesus, Dikau berpesan: Kasihi Allah, ikhlas dan penuh? Ajar kiranya salib kupegang; biar kucari dan mendapatkanMu. Ajarlah aku bahwa Kau dekat; ajar ‘ku tahan di gumulanku, - tidak bersangsi, tidak berkesah, bila tak Kaukabulkan doaku. Ajar ‘ku tulus mengasihiMu; diriku dalam Roh baptiskanlah. Hatiku altar persembahanku, cinta kasihMu nyala apinya.

(KJ 239 “TURUN, ROH ALLAH DALAM HATIKU”)

Istilah yang dipakai untuk peristiwa keturunan roh kudus adalah

1 Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. 2 Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; 3 dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. 4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. 5 Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. 6 Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. 7 Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: “Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? 8 Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: 9 kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, 10 Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, 11 baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.” 12 Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain: “Apakah artinya ini?” 13 Tetapi orang lain menyindir: “Mereka sedang mabuk oleh anggur manis.” (Kis. 2:1-13)

RENUNGAN

Cameron Towsend, seorang pemuda kelahiran Amerika Serikat tahun 1896, berkeinginan untuk mengabdi bagi negaranya dalam Perang Dunia I. Namun ternyata dia malah pergi bermisi ke Guatemala sambil menjual Alkitab bahasa Spanyol. Usahanya tersebut tidak membuahkan hasil karena mayoritas penduduk di sana adalah orang-orang Indian. Suatu kali, salah seorang penduduk malah bertanya kepadanya, “Jika Allahmu begitu pintar, mengapa Dia tidak berbicara dalam bahasa kami?”

Pertanyaan itu begitu mengusik hati Towsend. Dia yakin bahwa Tuhan mengerti bahasa suku tersebut (Cakchiquel). Akhirnya, Towsend menghabiskan waktu selama 17 tahun untuk mempelajari bahasa tersebut dan menerjemahkan seluruh Perjanjian Baru ke dalamnya. Inilah awal dimulainya pelayanan Wycliffe Bible Translators, sebuah lembaga misi yang khusus menekuni penerjemahan Alkitab.

Apa yang dialami oleh Towsend ini mengingatkan kita pada peristiwa Pentakosta. Pada hari itu, Roh Kudus dicurahkan kepada murid-murid Yesus. Kemudian, mereka, yang merupakan orang-orang Galilea, berkata-kata dalam berbagai bahasa yang dipakai orang-orang asing, seperti bahasa orang Partia, Media, Elam, Mesopotamia, hingga Arab (ay. 9-11). Setelah peristiwa Pentakosta, orang-orang percaya terus tersebar ke berbagai penjuru dunia untuk memberitakan Injil.

Dari sini kita dapat belajar bahwa Roh Kuduslah yang memampukan orang-orang percaya untuk menjadi saksi-saksi Kristus sebagaimana kitab Kisah Para Rasul. Tidak heran, beberapa ahli Alkitab menyatakan kitab ini sebenarnya lebih tepat disebut sebagai kitab Roh Kudus atau kitab Kisah Roh Kudus. Tanpa kekuatan Roh Kudus, tidak mungkin Injil dapat tersebar hingga berbagai pelosok dunia seperti sekarang ini.

Apa makna pencurahan Roh Kudus ini bagi orang-orang percaya pada masa kini? Sebagaimana Roh Kudus menggerakkan orang-orang percaya pada masa itu untuk menyebarkan Injil, kita pun yang telah menerima Roh Kudus selayaknya digerakkan untuk mengabarkan Injil. Kita bisa melanjutkan pelayanan Towsend (saat ini, sekitar 2000 bahasa masih belum mempunyai terjemahan Alkitab). Selain itu, kita pun bisa melakukan pekabaran Injil di dalam kehidupan sehari-hari, terutama kepada kenalan-kenalan kita yang belum percaya. Apapun bagian yang kita ambil, biarlah kemuliaan Tuhan dinyatakan sehingga banyak orang dari segala bangsa, suku, kaum, dan bahasa menyembah-Nya (Why. 7:9). Amin.

PENGGALIAN

Pentakosta merupakan istilah bahasa Yunani untuk menyebutkan salah satu perayaan dalam Perjanjian Lama, yaitu hari raya Tujuh Minggu (Im. 23:15-22, lihat juga Kel. 34:22; Bil. 28:26-31; Ul. 16:9-12). Hari raya ini jatuh pada hari kelimapuluh setelah Paskah (Paskah dalam Perjanjian Lama merayakan kasih Allah pada waktu melepaskan bangsa Israel dari Mesir, lih. Kel. 12:29-51). Itulah sebabnya  disebut Pentakosta (Pentēkostē dalam bahasa Yunani berarti “kelimapuluh”). Hari raya Pentakosta merupakan satu dari tiga hari raya terpenting Israel (Ul. 16:16). Pada hari raya ini, orang-orang Israel memperingati kebaikan Tuhan dalam akhir masa panen dan juga mengucap syukur atas kesuburan lahan pertanian.

Di awal kitab Kisah Para Rasul (Kis. 1:4-5, 8), Tuhan Yesus telah menjanjikan Roh Kudus akan dicurahkan kepada orang-orang percaya. Pencurahan Roh Kudus ini menandakan karya Tuhan Yesus dalam melakukan pembaruan kepada Yerusalem dan memungkinkan karya keselamatan-Nya menjangkau “sampai ke ujung dunia” (lihat Yes. 49:6). Janji ini tergenapi ketika mereka berkumpul pada hari Pentakosta. Oleh sebab itu, istilah Pentakosta kemudian digunakan oleh orang-orang Kristen sebagai peringatan atas turunnya Roh Kudus.

Peristiwa seputar kebangkitan Kristus hingga Pentakosta secara kronologis dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Tuhan Yesus, anak domba Paskah yang disembelih (1Kor. 5:7), mati sekitar hari raya Paskah menurut Yahudi (Yoh. 19:14);

2) Tuhan Yesus menampakkan diri secara berulang kali selama 40 hari dan naik ke surga (Kis. 1:3);

3) Sepuluh hari sesudahnya (50 hari sesudah Paskah), Roh Kudus dicurahkan.

Beberapa tanda ajaib yang menyertai peristiwa Pentakosta adalah:

Bunyi seperti tiupan angin keras. Angin sering dikaitkan sebagai perwujudan Roh Allah (2Sam. 22:16; Ayb. 38:1; Yeh. 37:9-10; Yoh.3:8). Ini menjadi tanda bahwa Allah sedang menyelesaikan pembaruan.

Lidah-lidah seperti nyala api. Api sering digambarkan sebagai lambang kehadiran Allah (Kel. 19:18; Yes. 66:15) dan juga penyucian atau penghakiman (Yes. 4:4; Yer. 7:20; Yl. 2:30-31; Mal. 3:2-4; 4:1). Penampakan lidah-lidah seperti nyala api ini dapat diartikan sebagai kehadiran Allah yang Kudus untuk berkomunikasi dengan umat-Nya dan menuntun mereka (lih. Kel. 3:2-5; 19:18; 24:27; 40:38).

Murid-murid bisa berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain. Apakah ini merupakan mukjizat pendengaran atau mukjizat berkata-kata? Dalam Kis. 2:6, 8 ditulis bahwa orang-orang mendengar bahasa asal mereka dikatakan oleh murid-murid. Sementara itu, klausa “seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya” dalam Kis. 2:4 menunjukkan murid-murid memang berkata-kata dalam bahasa yang asing bagi mereka. Jadi, ini merupakan mukjizat pendengaran dan berkata-kata sekaligus. Perlu ditekankan bahwa bahasa-bahasa yang dimaksud di dalam bagian ini benar-benar merupakan bahasa manusia. Ini lain dengan bahasa lidah yang kemungkinan bukan bahasa manusia, seperti yang tertulis dalam 1Kor. 12-14.

Mukjizat ini menyatakan bahwa penghukuman Allah melalui keberagaman bahasa pada peristiwa menara Babel (Kej. 11:1-9) telah usai. Allah menunjukkan niat-Nya untuk menyatukan orang-orang “dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa” (Why. 5:9-10; 7:9) di bawah pemerintahan Anak-Nya (Ef. 1:9-10), yang memberikan akses kepada Bapa melalui Roh Kudus (Ef. 2:14-18). Allah mewujudkan ini bukan melalui adanya bahasa tunggal, melainkan justru tetap menggunakan beragam bahasa. Pentakosta juga sangat terkait erat dengan dimulainya “Hari Tuhan” dalam kitab Yoel, sebagaimana yang dikhotbahkan Petrus dalam Kis. 2:14-21.

Pentakosta merupakan peristiwa yang sangat menentukan bagi tersebarnya Injil. Roh Kudus yang dicurahkan kepada orang-orang percaya menjadikan mereka memiliki keberanian dan kekuatan dalam mengabarkan Injil hingga ke ujung dunia.

PERTANYAAN DISKUSI

  1. Apakah berbahasa roh merupakan tanda yang mutlak dimiliki bagi orang yang sudah menerima Roh Kudus?Jelaskan jawaban Anda!

Panduan diskusi:

– “Bahasa roh” yang banyak dipraktikkan pada masa kini tidak sesuai dengan bahasa-bahasa yang dikatakan oleh para murid dalam Kis. 2:1-13. Di bagian ini, jelas disebutkan bahwa mereka berkata-kata dalam bahasa manusia. Bagian Alkitab yang mungkin bisa mendukung fenomena bahasa roh yang berbeda dengan bahasa manusia adalah 1Kor. 12-14.

– Namun di situ ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan:

  • Menurut 14:28, orang yang berbahasa roh dalam suatu pertemuan ibadah harus berdiam diri jika tidak ada orang lain yang menafsirkannya bagi jemaat yang mendengarnya. Jadi, orang yang berbahasa roh dalam pertemuan ibadah masa kini sebenarnya tidak mengikuti tuntunan Alkitab.
  • Alkitab tidak pernah menyatakan bahwa semua orang percaya harus memiliki karunia bahasa roh. Jika diteliti secara gramatika bahasa Yunani Koine (bahasa Yunani yang umum digunakan pada zaman Perjanjian Baru), ucapan Paulus dalam 12:29-30 menyiratkan bahwa tidak semua orang percaya harus bisa berbahasa roh. Terlebih lagi, Paulus justru menunjukkan ada hal yang lebih utama dibanding semua karunia, yaitu kasih (1Kor. 12:31-13:1-13).
  1. Apa makna Roh Kudus bagi diri Anda sendiri?

Panduan diskusi:

– Beberapa ayat yang menyebutkan pentingnya Roh Kudus dalam kehidupan dan pelayanan orang Kristen: menimbulkan kasih (Rm. 5:5); memberi tuntunan hidup (Rm. 7:6; 8:1-16; Gal. 5:16-26), mengenal Allah (1Kor. 2:10-16), memberi karunia (1Kor. 12:1-13; 14:1-40), pembaruan hidup (Tit. 3:5-6), dan sebagainya.

– Kehadiran Roh Kudus tidak hanya membuat kita bersukacita saja, tetapi juga memampukan kita untuk menjadi saksi-saksi-Nya. Inilah yang sebenarnya terjadi pada waktu Pentakosta. Tuntun peserta diskusi untuk benar-benar memahami poin ini dan ajak mereka memikirkan langkah-langkah nyata dalam kehidupan sehari-hari.