Ilmu yang mempelajari tentang keindahan bahasa Alquran disebut

JABAR | 26 Desember 2020 13:00 Reporter : Andre Kurniawan

Merdeka.com - Sebagai umat Islam, membaca Al-Qur'an adalah suatu kewajiban. Ibadah ini bahkan memiliki balasan pahala yang luar biasa, di mana keutamaan dari membaca Al-Qur'an ini satu hurufnya diganjar dengan satu kebaikan dan dilipatkan menjadi sepuluh kebaikan.

"Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: "Rasulullah Saw bersabda: "Siapa yang membaca satu huruf dari Alquran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan satu huruf 'Alif Laam Miim' akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf." (HR. Tirmidzi).

Membaca Al-Qur'an memang memberikan banyak pahala serta keutamaan yang besar bagi seseorang. Namun, dalam membaca Al-Qur'an, kita tidak bisa asal membacanya begitu saja. Setiap kata dalam Alquran memiliki arti, dan jika salah dalam membacanya, bisa mengubah arti dari kata tersebut.

Dalam membaca Al-Qur'an, ada ilmu yang disebut dengan tajwid. Tajwid adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, yaitu jawwada, yujawwidu, tajwiidan, yang artinya membaguskan.

Sedangkan menurut istilah yang melansir dari tajwid.web.id, tajwid adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara melafalkan huruf yang benar dan di benarkan, baik berkaitan dengan sifat, mad, dan sebagainya, misalnya Tarqiq, Tafhim dan selain keduanya.

Pada pengertian tajwid tersebut dijelaskan bahwa ilmu tajwid berkaitan dengan pelafalan huruf-huruf hijaiyah dan tata cara dalam melafalkan huruf-huruf tersebut dengan baik dan benar. Karena akan ada huruf-huruf yang dibaca panjang, tebal, tipis, berhenti terang, berdengung, dan sebagainya.

2 dari 4 halaman

Ilmu yang mempelajari tentang keindahan bahasa Alquran disebut

©REUTERS/Fayaz Aziz

Imam Jalaluddin As-Suyuty memberikan pengertian tentang tajwid, di mana tajwid adalah,

"Memberikan huruf akan hak-haknya dan tertibnya, mengembalikan huruf kepada makhraj dan (sifatnya) serta menghaluskan pengucapan dengan cara yang sempurna tanpa berlebih-lebihan, serampangan, tergesa-gesa dan dipaksakan."

Melansir dari madrasatelquran.com, dalam hal pembacaan Al-Qur'an, sebenarnya tajwid adalah seperangkat aturan linguistik dan pengucapan yang digunakan dalam membaca Al-Qur'an untuk membacanya dengan cara yang baik dan benar.

Tajwid adalah salah satu ilmu Al-Qur'an yang diatur oleh aturan statis yang berasal dari pembacaan lisan Al-Qur'an oleh Nabi Muhammad (SAW). Dengan kata lain, tajwid dapat diartikan sebagai seni menjaga lidah agar tidak melakukan kesalahan dalam membaca firman Allah.

Saat Anda belajar Al-Qur'an dengan tajwid, Anda akan dapat mengucapkan huruf dan kata dalam ayat Al-Qur'an dengan benar dan memberikan hak setiap huruf dalam membacaAl-Qur'an. Selain itu, tajwid juga menambahkan suara yang indah pada pembacaan Al-Qur'an.

Tajwid adalah ilmu untuk membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar. Setiap huruf Arab memiliki Makhraj (titik keluar atau artikulasi dari mana asalnya) dan Sifaat (atribut atau karakteristik). Mengetahui Makhraj dan Sifaat setiap huruf adalah bagian penting dari tajwid. Terkadang dua huruf memiliki tanda keluar yang sangat mirip, yang membuatnya mudah untuk digabungkan.

Jadi, jika seseorang tidak mengetahui atribut masing-masing huruf, dia dapat mengubah makna kata dalam bacaan Al-Qur'an. Oleh karena itu, mempelajari dan menerapkan aturan tajwid dalam membaca Al-Qur'an dapat mencegah pembacanya melakukan kesalahan seperti itu.

3 dari 4 halaman

Ilmu yang mempelajari tentang keindahan bahasa Alquran disebut
©2013 Merdeka.com/Arie Basuki

Sebagai disiplin ilmu, tajwid memiliki tujuan tersendiri. Adapun tujuan tajwid adalah:

1. Agar pembaca dapat melafalkan setiap huruf Hijaiyah dengan benar, yang sesuai dengan makhraj dan sifatnya.

2. Agar dapat memelihara kemurnian bacaan Al-Qur'an melalui tata cara membaca yang benar, sehingga keberadaan bacaan Al-Qur'an saat ini sama dengan bacaan yang pernah diajarkan oleh Rasulullah. Allah SWT juga berfirman dalam salah satu ayatnya:

"Sesungguhnya mengumpulkan Alqur’an dan membacanya adalah tanggung jawab kami, jika kami telah membacakan, maka kamu ikuti bacaan itu." (Q.S. Al-Qiyamah : 17-18).

3. Menjaga lisan pembaca, agar tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan terjerumus ke perbuatan dosa.

Pentingnya Tajwid

Al-Qur'an adalah firman Allah SWT, pesan ilahi, rahmat, dan petunjuk dari Allah SWT untuk seluruh umat manusia. Al-Qur'an berisi pengetahuan, aturan, dan rekomendasi tentang segala aspek untuk kehidupan di dunia dan di akhirat. Jadi, sangat penting membaca Al-Qur'an dengan tajwid untuk menghindari kesalahan dalam mengucapkan setiap kata-kata dalam Al-Qur'an. Pasalnya, melakukan kesalahan dalam satu huruf, dapat menyebabkan kesalahpahaman atau salah tafsir terhadap keseluruhan ayat.

Mempelajari aturan tajwid membantu kita mengucapkan huruf Arab persis seperti yang seharusnya dilafalkan, sehingga kata-kata kita memiliki arti yang diinginkan. Misalnya, ilmu ini mengajarkan kita bahwa "ص" dan "س" diucapkan secara berbeda.

4 dari 4 halaman

Ilmu yang mempelajari tentang keindahan bahasa Alquran disebut
©2013 Merdeka.com/Arie Basuki

Menurut Muhammad Mahmud, hukum mempelajari ilmu tajwid adalah fardu kifayah, yaitu kewajiban yang boleh diwakilkan oleh sebagian orang Muslim saja. Namun untuk praktik, ilmu tajwid adalah fardu ain, sehingga wajib dilakukan oleh setiap kaum muslimin.

Dilihat dari hukum tersebut, ilmu tajwid dapat diklasifikasikan sebagai ilmu yang dapat membantu perbaikan bacaan Alquran. Allah SWT berfirman,

"Dan bacalah Alquran itu dengan bacaan yang tartil." (Q.S. Al-Muzammil : 4).

Pada firman di atas disebutkan lafal "tartil" di mana lafal tersebut memiliki dua makna.

Pertama: makna hissiyah, yaitu dalam membaca Al-Qur'an diharapkan dalam kondisi yang tenang, pelan, tidak terburu-buru, disuarakan dengan baik, bertempat di tempat yang baik, dan tata cara lainnya yang berhubungan dengan segi indrawi (penglihatan).

Kedua: makna maknawi, yaitu dalam membaca Al-Qur'an harus dengan ketentuan tajwidnya, baik berkaitan dengan makhraj, sifat, mad, waqaf, dan sebagainya. Makna kedua inilah yang pernah disebutkan oleh Ali bin abi Thalib, bahwa yang dimaksud tartil adalah ilmu tajwid yang berarti,

"Perbaikan bacaan huruf-hurufnya serta mengetahui tempat pemberhentian kalimat."

(mdk/ank)

Rabu, 05 Februari 2020 - 05:15 WIB

15 Ilmu Ini Harus Dikuasai Jika Ingin Menafsirkan Al-Qur'an

Rasulullah SAW pernah bersabda, "barangsiapa mengemukakan pendapatnya sendiri tentang isi Al-Qur'an , maka ia telah melakukan kesalahan walaupun pendapatnya itu benar". Untuk menafsirkan kandungan Al-Qur'an, diperlukan keahlian dalam 15 bidang ilmu.

Untuk diketahui, Al-Qur'anul-Karim memiliki zahir dan batin. Adapun maksud zahir Al-Qur'an adalah lafaz-lafaz Al-Qur'an yang dapat dibaca oleh semua orang. Sedangkan Batin Al-Qur'an adalah makna atau maksud Al-Qur'an yang dapat dipahami menurut keahlian masing-masing.

Ibnu Mas'ud RA berkata, "Jika kita ingin memperoleh ilmu, maka pikirkan dan renungkanlah makna-makna Al-Qur'an , karena di dalamnya terkandung ilmu orang-orang dahulu dan sekarang." Namun untuk memahaminya, seseorang harus menunaikan syarat dan adab-adabnya terlebih dahulu.

Jangan hanya bermodalkan pengetahuan beberapa lafaz bahasa Arab atau melihat terjemahan Al-Qur'an, seseorang berani menafsirkan Al-Qur'an dengan pendapatnya sendiri. Berikut 15 bidang ilmu yang harus dikuasai jika ingin menafsirkan Al-Qur'an .

1. Ilmu Lughat.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mahasiswa IPICOM Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 

Hanim Rosyidah 

Al-Qur'an adalah kitab suci umat islam yang Allah turunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad dengan menggunakan bahasa Arab yang bukan merupakan bahasa Arab pada umumnya, akan tetapi dengan bahasa Arab yang keindahannya tidak ada bandingannya. Maka sangat wajar apabila bahasa Al-Qur'an tidak bisa ditiru oleh manusia, sebab Al-Qur'an bukanlah karya manusia, tetapi Al-Qur'an adalah kalam Allah yang Maha Agung yang diturunkan khusus untuk umat muslim. Pada zaman dahulu banyak sastrawan bangsa Arab yang ingin meniru Al-Qur'an dengan gaya bahasanya masing-masing, tetapi usaha mereka tidak berhasil. Al-Qur'an tetap menjadi kalam Allah yang agung yang tidak ada seorangpun yang bisa menandinginya.

Sekarang ini, Al-Qur'an banyak mempengaruhi perkembangan bahasa Arab dan juga sastra Arab. Keindahan Al-Qur'an tidak hanya mempengaruhi bangsa dan bahasa Arabnya saja, tetapi juga mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Tidak ada manusia yang bisa menandingi dan meniru keindahan bahasa Al-Qur'an. Allah telah menantang bagi siapapun manusia yang dapat meniru Al-Qur'an dan juga akan Allah beri pelajaran atau hukuman bagi siapapun yang berusaha meniru Al-Qur'an. Contoh nyatanya adalah Musailamah Al-Kadzdzab, ia mencoba membuat sebuah surat yang persis seperti surat Al-Qori'ah. Pada saat itu bukannya ia mendapat banyak pujian dari orang Arab, akan tetapi ia mendapatkan ejekan dan cibiran, bahkan menjadi bahan tertawaan masyarakat sekitar karena apa yang dilakukannya adalah perbuatan bodoh dan menampakkan kelemahan jati dirinnya di hadapan orang Arab.

Keindahan gaya bahasa Al-Qur'an membuat Al-Qur'an disegani oleh kawan dan ditakuti oleh lawan. Hati orang Quraisy yang pada zaman Rosullah SAW boleh jadi belum menerima Islam, belum beriman pada dakwah islam, akan tetapi hati orang-orang Quraisy pada saat itu tetap tidak dapat memungkiri keindahan gaya bahasa Al-Qur'an, keindahan lantunan ayat suci Al-Qur'an. Jika mendengar lantunan ayat Al-Qur'an dibacakan, sontak orang Quraisy tersebut terheran-heran, terkagum-kagum, bahkan terpesona dengan betapa indahnya lantunan ayat suci Al-Qur'an tersebut. Namun karena hati mereka tertutup, belum bisa menerima Islam, maka mereka menyatakan Al-Qur'an yang indah itu hanya sebagai sebuah sihir belaka.

Dilihat dari gaya bahasanya, bahasa Al-Qur'an menggabungkan dua pendekatan sekaligus, pendekatan rasional dan pendekatan estetik. Al-Qur'an menggabungkan keindahan dan kebenaran sehingga menyentuh hati dan akal manusia. Keistimewaan bahasa Al-Qur'an terletak pada gaya pengungkapannya. Ungkapan yang ada di dalam Al-Qur'an tidak akan ada di ungkapan kitab atau karya sastra lainnya, Al-Qur'an menggunakan pemilihan kata yang lebih sopan, halus, dan etis. Berbeda dengan kitab para penyair Arab, mereka biasanya menggunakan kata-kata yang tidak etis dalam karangan syair mereka.

Allah menurunkan Al-Qur'an sebagai surat mulia untuk para hamba-Nya yang mau menerima dan gaya bahasa Al-Qur'an adalah variasi yang digunakan untuk mengungkapkan dan menyampaikan maksud yang Allah ingin sampaikan kepada hamba-Nya. Layaknya surat pada umumnya, Al-Qur'an juga berisikan berita gembira, peringatan, perintah dan larangan serta petunjuk-petunjuk. Akan tetapi surat yang berupa Al-Qur'an ini mempunyai gaya bahasa tersendiri dalam penyampaian isi atau maksudnya, tidak hanya memperhatikan gagasan yang disampaikan, tetapi juga memperhatikan manusia dan dunianya.

Penyampaian isi atau maksud Al-Quran di sesuaikan dengan kondisi psikologi, sosial, alam, dan politik bangsa Arab. Dalam hal ini ada beberapa gaya bahasa yang digunakan dalam Al-Qur'an, yaitu tashbih, isti'arah, majaz, dan kinayah. Gaya bahasa tersebut adalah eleman pembangun kesempurnaan dan keindahan ungkapan atau ekspresi Al-Qur'an.

  • Tashbih. Secara bahasa tashbih artinya menyerupakan atau penyerupaan. Sedangkan menurut istilah tashbih adalah menyerupakan dua perkara atau lebih yang memiliki kesamaan sifat. Tashbih mempunyai empat unsur utama, yakni mushabbah (sesuatu yang diperbandingkan), mushabbah bih (perangkat perbandingan), wajh al-shibh (alasan perbandingan), dan adat al-tashbih (perangkat perbandingan).
  • Isti'arah. Isti'arah adalah ungkapan yang sering berlaku pada setiap bahasa. Menurut para sarjana bahasa, mereka mendifinisikan isti'arah secara tradisional sebagai gambaran retoris yang paling penting. Secara bahasa isti'arah artinya meminjam atau peminjaman, sedangkan menurut istilah berarti peminjaman kata untuk digunakan di kata lain karena ada beberapa faktor.
  • Majaz. Sebenarnya majaz tidak memiliki perbedaan yang jauh dengan isti'arah karena pada kenyataannya isti'arah adalah bagian dari majaz. Keduanya memiliki perbedaan yang terletak pada hubungan antara makna dasar dengan makna yang lain. Yang dimaksud dengan majaz ini adalah tidak adanya relasi atau hubungan antara makna dasar dengan makna yang lainnya. Jika ada kesesuaian maka itu adalah isti'arah.
  • Kinayah. Penggunaan gaya bahasa kinayah dalam Al-Qur'an lebih sedikit dibandingkan penggunaan gaya bahasa lain. Fungsi dari penggunaan kinayah ini sebagai penyempurna dari keindahan ungkapan

Allah menjadikan Al-Qur'an sebagai semulia-mulianya kitab yang memuat dalil tegas tentang segala aspek kehidupan dan juga aspek pengetahuan. Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di menjelaskan bahwa pada Al-Qur'an terdapat ilmu dan kebaikan yang sangat banyak yang bisa dijadikan sebagai pedoman hidup. Di dalamnya terdapar petunjuk untuk keluar dari kesesatan, obat dari segala penyakit, cahaya untuk menerangi kegelapan dan juga memuat setiap hukum yang diperlukan oleh manusia. Sebagai manusia, kita harus menadaburi ayat-ayatnya, merenungkan maknanya, dan mengajarkannya kepada orang lain. Seseorang akan mendapatkan berkah dan kebaikan yang ada dalam Al-Qur'an jika ia benar-benar mempelajari, mengamalkan dan mengajarkannya. Seperti perkataan Nabi Muhammad dalam kitab shahih Imam Bukhori, yakni

"Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya"

Dalam hadits tersebut, tedapat dua amalan yang barang siapa ia mengerjakan (belajar dan mengamalkan), maka orang tersebut akan menjadi manusia terbaik diantara saudara-saudara muslim lainnya. Al-Qur'an memiliki gaya bahasa yang indah dan berbeda karena Al-Qur'an adalah firman Allah yang diturunkan langsung kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril. Al-Qur'an adalah sumber pertama dan dijadikan sebagai acuan utama dalam ajaran islam.


Page 2

Mahasiswa IPICOM Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 

Hanim Rosyidah 

Al-Qur'an adalah kitab suci umat islam yang Allah turunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad dengan menggunakan bahasa Arab yang bukan merupakan bahasa Arab pada umumnya, akan tetapi dengan bahasa Arab yang keindahannya tidak ada bandingannya. Maka sangat wajar apabila bahasa Al-Qur'an tidak bisa ditiru oleh manusia, sebab Al-Qur'an bukanlah karya manusia, tetapi Al-Qur'an adalah kalam Allah yang Maha Agung yang diturunkan khusus untuk umat muslim. Pada zaman dahulu banyak sastrawan bangsa Arab yang ingin meniru Al-Qur'an dengan gaya bahasanya masing-masing, tetapi usaha mereka tidak berhasil. Al-Qur'an tetap menjadi kalam Allah yang agung yang tidak ada seorangpun yang bisa menandinginya.

Sekarang ini, Al-Qur'an banyak mempengaruhi perkembangan bahasa Arab dan juga sastra Arab. Keindahan Al-Qur'an tidak hanya mempengaruhi bangsa dan bahasa Arabnya saja, tetapi juga mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Tidak ada manusia yang bisa menandingi dan meniru keindahan bahasa Al-Qur'an. Allah telah menantang bagi siapapun manusia yang dapat meniru Al-Qur'an dan juga akan Allah beri pelajaran atau hukuman bagi siapapun yang berusaha meniru Al-Qur'an. Contoh nyatanya adalah Musailamah Al-Kadzdzab, ia mencoba membuat sebuah surat yang persis seperti surat Al-Qori'ah. Pada saat itu bukannya ia mendapat banyak pujian dari orang Arab, akan tetapi ia mendapatkan ejekan dan cibiran, bahkan menjadi bahan tertawaan masyarakat sekitar karena apa yang dilakukannya adalah perbuatan bodoh dan menampakkan kelemahan jati dirinnya di hadapan orang Arab.

Keindahan gaya bahasa Al-Qur'an membuat Al-Qur'an disegani oleh kawan dan ditakuti oleh lawan. Hati orang Quraisy yang pada zaman Rosullah SAW boleh jadi belum menerima Islam, belum beriman pada dakwah islam, akan tetapi hati orang-orang Quraisy pada saat itu tetap tidak dapat memungkiri keindahan gaya bahasa Al-Qur'an, keindahan lantunan ayat suci Al-Qur'an. Jika mendengar lantunan ayat Al-Qur'an dibacakan, sontak orang Quraisy tersebut terheran-heran, terkagum-kagum, bahkan terpesona dengan betapa indahnya lantunan ayat suci Al-Qur'an tersebut. Namun karena hati mereka tertutup, belum bisa menerima Islam, maka mereka menyatakan Al-Qur'an yang indah itu hanya sebagai sebuah sihir belaka.

Dilihat dari gaya bahasanya, bahasa Al-Qur'an menggabungkan dua pendekatan sekaligus, pendekatan rasional dan pendekatan estetik. Al-Qur'an menggabungkan keindahan dan kebenaran sehingga menyentuh hati dan akal manusia. Keistimewaan bahasa Al-Qur'an terletak pada gaya pengungkapannya. Ungkapan yang ada di dalam Al-Qur'an tidak akan ada di ungkapan kitab atau karya sastra lainnya, Al-Qur'an menggunakan pemilihan kata yang lebih sopan, halus, dan etis. Berbeda dengan kitab para penyair Arab, mereka biasanya menggunakan kata-kata yang tidak etis dalam karangan syair mereka.

Allah menurunkan Al-Qur'an sebagai surat mulia untuk para hamba-Nya yang mau menerima dan gaya bahasa Al-Qur'an adalah variasi yang digunakan untuk mengungkapkan dan menyampaikan maksud yang Allah ingin sampaikan kepada hamba-Nya. Layaknya surat pada umumnya, Al-Qur'an juga berisikan berita gembira, peringatan, perintah dan larangan serta petunjuk-petunjuk. Akan tetapi surat yang berupa Al-Qur'an ini mempunyai gaya bahasa tersendiri dalam penyampaian isi atau maksudnya, tidak hanya memperhatikan gagasan yang disampaikan, tetapi juga memperhatikan manusia dan dunianya.

Penyampaian isi atau maksud Al-Quran di sesuaikan dengan kondisi psikologi, sosial, alam, dan politik bangsa Arab. Dalam hal ini ada beberapa gaya bahasa yang digunakan dalam Al-Qur'an, yaitu tashbih, isti'arah, majaz, dan kinayah. Gaya bahasa tersebut adalah eleman pembangun kesempurnaan dan keindahan ungkapan atau ekspresi Al-Qur'an.

  • Tashbih. Secara bahasa tashbih artinya menyerupakan atau penyerupaan. Sedangkan menurut istilah tashbih adalah menyerupakan dua perkara atau lebih yang memiliki kesamaan sifat. Tashbih mempunyai empat unsur utama, yakni mushabbah (sesuatu yang diperbandingkan), mushabbah bih (perangkat perbandingan), wajh al-shibh (alasan perbandingan), dan adat al-tashbih (perangkat perbandingan).
  • Isti'arah. Isti'arah adalah ungkapan yang sering berlaku pada setiap bahasa. Menurut para sarjana bahasa, mereka mendifinisikan isti'arah secara tradisional sebagai gambaran retoris yang paling penting. Secara bahasa isti'arah artinya meminjam atau peminjaman, sedangkan menurut istilah berarti peminjaman kata untuk digunakan di kata lain karena ada beberapa faktor.
  • Majaz. Sebenarnya majaz tidak memiliki perbedaan yang jauh dengan isti'arah karena pada kenyataannya isti'arah adalah bagian dari majaz. Keduanya memiliki perbedaan yang terletak pada hubungan antara makna dasar dengan makna yang lain. Yang dimaksud dengan majaz ini adalah tidak adanya relasi atau hubungan antara makna dasar dengan makna yang lainnya. Jika ada kesesuaian maka itu adalah isti'arah.
  • Kinayah. Penggunaan gaya bahasa kinayah dalam Al-Qur'an lebih sedikit dibandingkan penggunaan gaya bahasa lain. Fungsi dari penggunaan kinayah ini sebagai penyempurna dari keindahan ungkapan

Allah menjadikan Al-Qur'an sebagai semulia-mulianya kitab yang memuat dalil tegas tentang segala aspek kehidupan dan juga aspek pengetahuan. Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di menjelaskan bahwa pada Al-Qur'an terdapat ilmu dan kebaikan yang sangat banyak yang bisa dijadikan sebagai pedoman hidup. Di dalamnya terdapar petunjuk untuk keluar dari kesesatan, obat dari segala penyakit, cahaya untuk menerangi kegelapan dan juga memuat setiap hukum yang diperlukan oleh manusia. Sebagai manusia, kita harus menadaburi ayat-ayatnya, merenungkan maknanya, dan mengajarkannya kepada orang lain. Seseorang akan mendapatkan berkah dan kebaikan yang ada dalam Al-Qur'an jika ia benar-benar mempelajari, mengamalkan dan mengajarkannya. Seperti perkataan Nabi Muhammad dalam kitab shahih Imam Bukhori, yakni

"Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya"

Dalam hadits tersebut, tedapat dua amalan yang barang siapa ia mengerjakan (belajar dan mengamalkan), maka orang tersebut akan menjadi manusia terbaik diantara saudara-saudara muslim lainnya. Al-Qur'an memiliki gaya bahasa yang indah dan berbeda karena Al-Qur'an adalah firman Allah yang diturunkan langsung kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril. Al-Qur'an adalah sumber pertama dan dijadikan sebagai acuan utama dalam ajaran islam.


Ilmu yang mempelajari tentang keindahan bahasa Alquran disebut

Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya


Page 3

Mahasiswa IPICOM Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 

Hanim Rosyidah 

Al-Qur'an adalah kitab suci umat islam yang Allah turunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad dengan menggunakan bahasa Arab yang bukan merupakan bahasa Arab pada umumnya, akan tetapi dengan bahasa Arab yang keindahannya tidak ada bandingannya. Maka sangat wajar apabila bahasa Al-Qur'an tidak bisa ditiru oleh manusia, sebab Al-Qur'an bukanlah karya manusia, tetapi Al-Qur'an adalah kalam Allah yang Maha Agung yang diturunkan khusus untuk umat muslim. Pada zaman dahulu banyak sastrawan bangsa Arab yang ingin meniru Al-Qur'an dengan gaya bahasanya masing-masing, tetapi usaha mereka tidak berhasil. Al-Qur'an tetap menjadi kalam Allah yang agung yang tidak ada seorangpun yang bisa menandinginya.

Sekarang ini, Al-Qur'an banyak mempengaruhi perkembangan bahasa Arab dan juga sastra Arab. Keindahan Al-Qur'an tidak hanya mempengaruhi bangsa dan bahasa Arabnya saja, tetapi juga mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Tidak ada manusia yang bisa menandingi dan meniru keindahan bahasa Al-Qur'an. Allah telah menantang bagi siapapun manusia yang dapat meniru Al-Qur'an dan juga akan Allah beri pelajaran atau hukuman bagi siapapun yang berusaha meniru Al-Qur'an. Contoh nyatanya adalah Musailamah Al-Kadzdzab, ia mencoba membuat sebuah surat yang persis seperti surat Al-Qori'ah. Pada saat itu bukannya ia mendapat banyak pujian dari orang Arab, akan tetapi ia mendapatkan ejekan dan cibiran, bahkan menjadi bahan tertawaan masyarakat sekitar karena apa yang dilakukannya adalah perbuatan bodoh dan menampakkan kelemahan jati dirinnya di hadapan orang Arab.

Keindahan gaya bahasa Al-Qur'an membuat Al-Qur'an disegani oleh kawan dan ditakuti oleh lawan. Hati orang Quraisy yang pada zaman Rosullah SAW boleh jadi belum menerima Islam, belum beriman pada dakwah islam, akan tetapi hati orang-orang Quraisy pada saat itu tetap tidak dapat memungkiri keindahan gaya bahasa Al-Qur'an, keindahan lantunan ayat suci Al-Qur'an. Jika mendengar lantunan ayat Al-Qur'an dibacakan, sontak orang Quraisy tersebut terheran-heran, terkagum-kagum, bahkan terpesona dengan betapa indahnya lantunan ayat suci Al-Qur'an tersebut. Namun karena hati mereka tertutup, belum bisa menerima Islam, maka mereka menyatakan Al-Qur'an yang indah itu hanya sebagai sebuah sihir belaka.

Dilihat dari gaya bahasanya, bahasa Al-Qur'an menggabungkan dua pendekatan sekaligus, pendekatan rasional dan pendekatan estetik. Al-Qur'an menggabungkan keindahan dan kebenaran sehingga menyentuh hati dan akal manusia. Keistimewaan bahasa Al-Qur'an terletak pada gaya pengungkapannya. Ungkapan yang ada di dalam Al-Qur'an tidak akan ada di ungkapan kitab atau karya sastra lainnya, Al-Qur'an menggunakan pemilihan kata yang lebih sopan, halus, dan etis. Berbeda dengan kitab para penyair Arab, mereka biasanya menggunakan kata-kata yang tidak etis dalam karangan syair mereka.

Allah menurunkan Al-Qur'an sebagai surat mulia untuk para hamba-Nya yang mau menerima dan gaya bahasa Al-Qur'an adalah variasi yang digunakan untuk mengungkapkan dan menyampaikan maksud yang Allah ingin sampaikan kepada hamba-Nya. Layaknya surat pada umumnya, Al-Qur'an juga berisikan berita gembira, peringatan, perintah dan larangan serta petunjuk-petunjuk. Akan tetapi surat yang berupa Al-Qur'an ini mempunyai gaya bahasa tersendiri dalam penyampaian isi atau maksudnya, tidak hanya memperhatikan gagasan yang disampaikan, tetapi juga memperhatikan manusia dan dunianya.

Penyampaian isi atau maksud Al-Quran di sesuaikan dengan kondisi psikologi, sosial, alam, dan politik bangsa Arab. Dalam hal ini ada beberapa gaya bahasa yang digunakan dalam Al-Qur'an, yaitu tashbih, isti'arah, majaz, dan kinayah. Gaya bahasa tersebut adalah eleman pembangun kesempurnaan dan keindahan ungkapan atau ekspresi Al-Qur'an.

  • Tashbih. Secara bahasa tashbih artinya menyerupakan atau penyerupaan. Sedangkan menurut istilah tashbih adalah menyerupakan dua perkara atau lebih yang memiliki kesamaan sifat. Tashbih mempunyai empat unsur utama, yakni mushabbah (sesuatu yang diperbandingkan), mushabbah bih (perangkat perbandingan), wajh al-shibh (alasan perbandingan), dan adat al-tashbih (perangkat perbandingan).
  • Isti'arah. Isti'arah adalah ungkapan yang sering berlaku pada setiap bahasa. Menurut para sarjana bahasa, mereka mendifinisikan isti'arah secara tradisional sebagai gambaran retoris yang paling penting. Secara bahasa isti'arah artinya meminjam atau peminjaman, sedangkan menurut istilah berarti peminjaman kata untuk digunakan di kata lain karena ada beberapa faktor.
  • Majaz. Sebenarnya majaz tidak memiliki perbedaan yang jauh dengan isti'arah karena pada kenyataannya isti'arah adalah bagian dari majaz. Keduanya memiliki perbedaan yang terletak pada hubungan antara makna dasar dengan makna yang lain. Yang dimaksud dengan majaz ini adalah tidak adanya relasi atau hubungan antara makna dasar dengan makna yang lainnya. Jika ada kesesuaian maka itu adalah isti'arah.
  • Kinayah. Penggunaan gaya bahasa kinayah dalam Al-Qur'an lebih sedikit dibandingkan penggunaan gaya bahasa lain. Fungsi dari penggunaan kinayah ini sebagai penyempurna dari keindahan ungkapan

Allah menjadikan Al-Qur'an sebagai semulia-mulianya kitab yang memuat dalil tegas tentang segala aspek kehidupan dan juga aspek pengetahuan. Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di menjelaskan bahwa pada Al-Qur'an terdapat ilmu dan kebaikan yang sangat banyak yang bisa dijadikan sebagai pedoman hidup. Di dalamnya terdapar petunjuk untuk keluar dari kesesatan, obat dari segala penyakit, cahaya untuk menerangi kegelapan dan juga memuat setiap hukum yang diperlukan oleh manusia. Sebagai manusia, kita harus menadaburi ayat-ayatnya, merenungkan maknanya, dan mengajarkannya kepada orang lain. Seseorang akan mendapatkan berkah dan kebaikan yang ada dalam Al-Qur'an jika ia benar-benar mempelajari, mengamalkan dan mengajarkannya. Seperti perkataan Nabi Muhammad dalam kitab shahih Imam Bukhori, yakni

"Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya"

Dalam hadits tersebut, tedapat dua amalan yang barang siapa ia mengerjakan (belajar dan mengamalkan), maka orang tersebut akan menjadi manusia terbaik diantara saudara-saudara muslim lainnya. Al-Qur'an memiliki gaya bahasa yang indah dan berbeda karena Al-Qur'an adalah firman Allah yang diturunkan langsung kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril. Al-Qur'an adalah sumber pertama dan dijadikan sebagai acuan utama dalam ajaran islam.


Ilmu yang mempelajari tentang keindahan bahasa Alquran disebut

Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya


Page 4

Mahasiswa IPICOM Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 

Hanim Rosyidah 

Al-Qur'an adalah kitab suci umat islam yang Allah turunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad dengan menggunakan bahasa Arab yang bukan merupakan bahasa Arab pada umumnya, akan tetapi dengan bahasa Arab yang keindahannya tidak ada bandingannya. Maka sangat wajar apabila bahasa Al-Qur'an tidak bisa ditiru oleh manusia, sebab Al-Qur'an bukanlah karya manusia, tetapi Al-Qur'an adalah kalam Allah yang Maha Agung yang diturunkan khusus untuk umat muslim. Pada zaman dahulu banyak sastrawan bangsa Arab yang ingin meniru Al-Qur'an dengan gaya bahasanya masing-masing, tetapi usaha mereka tidak berhasil. Al-Qur'an tetap menjadi kalam Allah yang agung yang tidak ada seorangpun yang bisa menandinginya.

Sekarang ini, Al-Qur'an banyak mempengaruhi perkembangan bahasa Arab dan juga sastra Arab. Keindahan Al-Qur'an tidak hanya mempengaruhi bangsa dan bahasa Arabnya saja, tetapi juga mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Tidak ada manusia yang bisa menandingi dan meniru keindahan bahasa Al-Qur'an. Allah telah menantang bagi siapapun manusia yang dapat meniru Al-Qur'an dan juga akan Allah beri pelajaran atau hukuman bagi siapapun yang berusaha meniru Al-Qur'an. Contoh nyatanya adalah Musailamah Al-Kadzdzab, ia mencoba membuat sebuah surat yang persis seperti surat Al-Qori'ah. Pada saat itu bukannya ia mendapat banyak pujian dari orang Arab, akan tetapi ia mendapatkan ejekan dan cibiran, bahkan menjadi bahan tertawaan masyarakat sekitar karena apa yang dilakukannya adalah perbuatan bodoh dan menampakkan kelemahan jati dirinnya di hadapan orang Arab.

Keindahan gaya bahasa Al-Qur'an membuat Al-Qur'an disegani oleh kawan dan ditakuti oleh lawan. Hati orang Quraisy yang pada zaman Rosullah SAW boleh jadi belum menerima Islam, belum beriman pada dakwah islam, akan tetapi hati orang-orang Quraisy pada saat itu tetap tidak dapat memungkiri keindahan gaya bahasa Al-Qur'an, keindahan lantunan ayat suci Al-Qur'an. Jika mendengar lantunan ayat Al-Qur'an dibacakan, sontak orang Quraisy tersebut terheran-heran, terkagum-kagum, bahkan terpesona dengan betapa indahnya lantunan ayat suci Al-Qur'an tersebut. Namun karena hati mereka tertutup, belum bisa menerima Islam, maka mereka menyatakan Al-Qur'an yang indah itu hanya sebagai sebuah sihir belaka.

Dilihat dari gaya bahasanya, bahasa Al-Qur'an menggabungkan dua pendekatan sekaligus, pendekatan rasional dan pendekatan estetik. Al-Qur'an menggabungkan keindahan dan kebenaran sehingga menyentuh hati dan akal manusia. Keistimewaan bahasa Al-Qur'an terletak pada gaya pengungkapannya. Ungkapan yang ada di dalam Al-Qur'an tidak akan ada di ungkapan kitab atau karya sastra lainnya, Al-Qur'an menggunakan pemilihan kata yang lebih sopan, halus, dan etis. Berbeda dengan kitab para penyair Arab, mereka biasanya menggunakan kata-kata yang tidak etis dalam karangan syair mereka.

Allah menurunkan Al-Qur'an sebagai surat mulia untuk para hamba-Nya yang mau menerima dan gaya bahasa Al-Qur'an adalah variasi yang digunakan untuk mengungkapkan dan menyampaikan maksud yang Allah ingin sampaikan kepada hamba-Nya. Layaknya surat pada umumnya, Al-Qur'an juga berisikan berita gembira, peringatan, perintah dan larangan serta petunjuk-petunjuk. Akan tetapi surat yang berupa Al-Qur'an ini mempunyai gaya bahasa tersendiri dalam penyampaian isi atau maksudnya, tidak hanya memperhatikan gagasan yang disampaikan, tetapi juga memperhatikan manusia dan dunianya.

Penyampaian isi atau maksud Al-Quran di sesuaikan dengan kondisi psikologi, sosial, alam, dan politik bangsa Arab. Dalam hal ini ada beberapa gaya bahasa yang digunakan dalam Al-Qur'an, yaitu tashbih, isti'arah, majaz, dan kinayah. Gaya bahasa tersebut adalah eleman pembangun kesempurnaan dan keindahan ungkapan atau ekspresi Al-Qur'an.

  • Tashbih. Secara bahasa tashbih artinya menyerupakan atau penyerupaan. Sedangkan menurut istilah tashbih adalah menyerupakan dua perkara atau lebih yang memiliki kesamaan sifat. Tashbih mempunyai empat unsur utama, yakni mushabbah (sesuatu yang diperbandingkan), mushabbah bih (perangkat perbandingan), wajh al-shibh (alasan perbandingan), dan adat al-tashbih (perangkat perbandingan).
  • Isti'arah. Isti'arah adalah ungkapan yang sering berlaku pada setiap bahasa. Menurut para sarjana bahasa, mereka mendifinisikan isti'arah secara tradisional sebagai gambaran retoris yang paling penting. Secara bahasa isti'arah artinya meminjam atau peminjaman, sedangkan menurut istilah berarti peminjaman kata untuk digunakan di kata lain karena ada beberapa faktor.
  • Majaz. Sebenarnya majaz tidak memiliki perbedaan yang jauh dengan isti'arah karena pada kenyataannya isti'arah adalah bagian dari majaz. Keduanya memiliki perbedaan yang terletak pada hubungan antara makna dasar dengan makna yang lain. Yang dimaksud dengan majaz ini adalah tidak adanya relasi atau hubungan antara makna dasar dengan makna yang lainnya. Jika ada kesesuaian maka itu adalah isti'arah.
  • Kinayah. Penggunaan gaya bahasa kinayah dalam Al-Qur'an lebih sedikit dibandingkan penggunaan gaya bahasa lain. Fungsi dari penggunaan kinayah ini sebagai penyempurna dari keindahan ungkapan

Allah menjadikan Al-Qur'an sebagai semulia-mulianya kitab yang memuat dalil tegas tentang segala aspek kehidupan dan juga aspek pengetahuan. Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di menjelaskan bahwa pada Al-Qur'an terdapat ilmu dan kebaikan yang sangat banyak yang bisa dijadikan sebagai pedoman hidup. Di dalamnya terdapar petunjuk untuk keluar dari kesesatan, obat dari segala penyakit, cahaya untuk menerangi kegelapan dan juga memuat setiap hukum yang diperlukan oleh manusia. Sebagai manusia, kita harus menadaburi ayat-ayatnya, merenungkan maknanya, dan mengajarkannya kepada orang lain. Seseorang akan mendapatkan berkah dan kebaikan yang ada dalam Al-Qur'an jika ia benar-benar mempelajari, mengamalkan dan mengajarkannya. Seperti perkataan Nabi Muhammad dalam kitab shahih Imam Bukhori, yakni

"Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya"

Dalam hadits tersebut, tedapat dua amalan yang barang siapa ia mengerjakan (belajar dan mengamalkan), maka orang tersebut akan menjadi manusia terbaik diantara saudara-saudara muslim lainnya. Al-Qur'an memiliki gaya bahasa yang indah dan berbeda karena Al-Qur'an adalah firman Allah yang diturunkan langsung kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril. Al-Qur'an adalah sumber pertama dan dijadikan sebagai acuan utama dalam ajaran islam.


Ilmu yang mempelajari tentang keindahan bahasa Alquran disebut

Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya