Hubungan antara perubahan sosial globalisasi dan kearifan lokal

tirto.id -

Globalisasi kini menjadi fenomena yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat dari seluruh penjuru dunia. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, terutama setelah hadirnya internet, turut mempercepat proses globalisasi yang membikin dunia semakin "menyatu."

Sebagai salah satu fenomena penting yang menarik perhatian para ahli ilmu sosial, globalisasi pun mendatangkan berbagai penafsiran dalam upaya pendefinisian konsepnya.

Merujuk konsepsi Roland Robertson, seperti dikutip dalam publikasi resmi UNY "Perspektif Global," pengertian globalisasi adalah

penyempitan 'dunia' secara intensif dan peningkatan kesadaran umat manusia akan perkembangan pesat koneksi global serta pentingnya memahami hal itu.

Definisi globalisasi lainnya diungkapkan Riza Noer Arfani dalam artikel "Globalisasi: Karakteristik dan Implikasinya" yang terbit di Jurnal Al-Manar (Edisi I/2004). Dia menulis pengertian globalisasi adalah kecenderungan umum terintegrasinya kehidupan masyarakat domestik atau lokal ke dalam komunitas global di berbagai bidang.

Mengutip modul Sosiologi: Antara Harapan dan Kenyataan terbitan Kemendikbud (2020:6), Martin Albrow mendefinisikan globalisasi adalah segala sesuatu yang terkait dengan proses terhubungnya masyarakat ke dalam komunitas dunia yang tunggal, atau terkoneksinya komunitas global dengan penduduk lokasi lainnya, yang menyebabkan perubahan pada keduanya.

Baca juga:

Sedangkan Anthony Giddens menyodorkan pengertian yang menjelaskan bahwa globalisasi adalah intensifikasi hubungan sosial yang berjalan secara mendunia sehingga menghubungkan peristiwa di satu lokasi dengan lokasi lainnya.

Lain halnya dengan ahli sosiologi Indonesia, Selo Soemardjan yang menyatakan bahwa globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar-masyarakat di seluruh dunia yang mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama.

Dari sudut pandang lain, Manfred B. Steger melalui buku Globalization: A Very Short Introduction (2003:8) menulis bahwa istilah globalisasi lebih layak dipakai buat menggambarkan proses sosial yang mengubah kehidupan masyarakat dunia menjadi sebuah kesatuan global. Maka itu, menurut Manfred, pada intinya globalisasi merujuk pada proses pergeseran bentuk komunikasi manusia.

Masalah Sosial Akibat Globalisasi di Tingkat Lokal

Dilihat dari bagaimana prosesnya terjadi, globalisasi setidaknya memiliki 2 ciri. Merujuk penjelasan dalam Modul Sosiologi Kelas XII (2020) terbitan Kemdikbud, kedua ciri itu adalah deteritorialisasi dan trans-nasionalisme.

Deteritorialisasi berarti proses menghilangnya batas-batas wilayah. Dengan kata lain, batas-batas teritorial tidak lagi menghalagi manusia untuk berinteraksi satu sama lain saat globalisasi terjadi.

Sementara trans-nasionalisme secara sederhana bermakna aktivitas yang dilakukan lintas-batas negara karena meningkatnya interkoneksi antarmanusia dan sebagai akibat memudarnya batas-batas negara. Fenomena ini, tampak nyata di sektor ekonomi, yakni dengan kemunculan banyak perusahaan besar berkarakter transnasional.

Proses globalisasi itu membuat banyak komunitas domestik atau lokal saat ini menjadi bagian dari rantai perdagangan dan pertukaran ide dalam skala global, serta terpengaruh pula oleh aktivitas perusahaan transnasional yang melampaui batas-batas lintas-negara.

Akibatnya, mengutip artikel "Masalah Globalisasi di Indonesia: Antara Kepentingan, Kebijakan, dan Tantangan" yang terbit dalam Jurnal Kajian Wilayah (Vol 5, No 1, 2014), banyak komunitas lokal menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan sosial, meskipun menerima pula manfaat dari proses globalisasi.

Baca juga:

Masih merujuk artikel yang sama, globalisasi memicu sejumlah masalah di tingkat lokal, salah satu sebabnya karena ia mendorong persaingan tajam di tengah sistem ekonomi liberal yang mendunia. Di sisi lain, proses globalisasi tidak bisa dihindari.

Kembali mengambil keterangan dalam buku

Sosiologi Kelas XII (2020) terbitan Kemdikbud, ada 3 permasalahan sosial akibat globalisasi di tingkat lokal-nasional yang penting dicermati. Penjelasan terkait ketiga permasalahan sosial itu adalah sebagai berikut.

1. Pembangunan cenderung bersifat ekonomi

Mengingat globalisasi berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi dalam sistem kapitalisme, masalah sosial di tingkat lokal yang ditimbulkannya sering kali berada dalam konteks pembangunan.

Pembangunan yang cenderung bersifat ekonomi, sebagai konsekuensi dari kebutuhan menyikapi persaingan tajam di tengah globalisasi, kerap membuat sejumlah aspek di bidang-bidang lain pun terlupakan.

Sebagai akibatnya, pembangunan yang terlalu berfokus pada kepentingan ekonomi memunculkan 2 krisis sekaligus.

Pertama, terjadi polarisasi kelas sosial yang memunculkan golongan yang sangat kaya dan golongan masyarakat yang sangat miskin.

Kedua, krisis lingkungan. Saat ini, sudah banyak kasus kerusakan lingkungan karena banyaknya aktivitas perekonomian yang lebih mementingkan aspek bisnis daripada keberlanjutan alam. Di level dunia, bahkan pembangunan yang terlalu berorientasi kepada kepentingan ekonomi dinilai menjadi biang kerok lahirnya krisis iklim.

2. Rusaknya tatanan sosial lokal dan nasional

Permasalahan sosial yang lain akibat globalisasi adalah rusaknya tatanan sosial, lingkungan alam, bahasa dan budaya di level lokal atau nasional. Kearifan lokal dan nilai-nilai luhur bangsa mudah tergerus karena pengaruh globalisasi.

3. Dominasi ekonomi oleh para pemilik modal

Globalisasi diikuti pula dengan persaingan tajam di sektor ekonomi. Sementara sistem kapitalisme liberal, memberi peluang lebih besar bagi para pemilik modal kakap memenangkan persaingan.

Akibatnya, globalisasi juga diikuti dengan adanya dominasi ekonomi oleh segelintir pemilik modal. Di tingkat lokal dan nasional, fenomena itu dapat memicu ketimpangan sosial dan ekonomi yang kian hari semakin tajam.

Tantangan Akibat Globalisasi di Tingkat Lokal & Nasional

Globalisasi telah berdampak pada berbagai bidang kehidupan. Cepatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, transportasi, serta integrasi ekonomi dunia di era globalisasi memicu berbagai tantangan di level lokal dan nasional.

Tantangan akibat globalisasi di tingkat lokal dan nasional itu perlu disikapi dengan tepat agar tidak berkembang menjadi masalah.

Berikut ini contoh sejumlah tantangan akibat globalisasi, yang dihadapi oleh komunitas di tingkat lokal ataupun nasional, beserta penjelasannya.

1. Sikap individualisme: semakin banyak orang yang individualistik dan mengabaikan

solidaritas atau kesetiakawanan sosial.

2. Memudarnya apresiasi terhadap budaya bangsa: Adanya komunikasi dan interaksi yang bersifat lintas-batas wilayah negara berpotensi melahirkan sikap kurang menghargai budaya dan jati diri bangsa sendiri.

3. Pandangan kritis terhadap ideologi bangsa: pemikiran yang meragukan ideologi negara semakin mudah berkembang karena masyarakat mampu membandingkan konsep kebangsaan satu negara dengan negara lain.

4. Diversifikasi masyarakat: berembangnya kompetisi masyarakat dengan profesi tertentu dalam berbagai bidang untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang bertaraf internasional.

5. Keterbukaan yang lebih tinggi: adanya tuntutan masyarakat terhadap pemerintahan yang lebih dialogis, demokratis, menjunjung supermasi hukum, transparan, akuntabel, dan efektif sekaligus efisien.

6. Tuntutan akan kemampuan bersaing yang lebih tinggi: persaingan yang semakin ketat pada era globalisasi menuntut peningkatan kualitas pendidikan untuk mencetak sumber daya manusia yang memiliki daya saing di kancah dunia.

Baca juga tulisan menarik lainnya Ai'dah Husnala Luthfiyyah Ans
(tirto.id - ahl/add)

Penulis: Ai'dah Husnala Luthfiyyah Ans Editor: Addi M Idhom Kontributor: Ai'dah Husnala Luthfiyyah Ans

Globalisasi mempengaruhi seluruh aspek penting kehidupan, termasuk sosial budaya. Perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Dari jaringan kawat telegram dan telepon yang menghubungan berbagai kota antar negara, sampai teknologi Internet yang diakses menggunakan komputer.

Sebelum membahasnya lebih jauh, mari kita telaah pengertian globalisasi. Ahli sosiologi Indonesia, Selo Soemardjan menyebut globalisasi sebagai terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sebuah sistem dan kaidah yang sama.

Baca Juga: Globalisasi: Pengertian, Dampak dan Manfaat

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kata globalisasi diambil dari global yang maknanya universal.

Globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia. Berikut dampak globalisasi bidang sosial budaya:

Dampak Positif Globalisasi Bidang Sosial Budaya

  • Meningkatkan pembelajaran mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir yang baik, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju.
  • Meningkatkan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa kemandirian, rasional, sportif, dan lain sebagainya.
  • Globalisasi berdampak terhadap perkembangan Bahasa Indonesia, banyak kata-kata dari bahasa asing, terutama bahasa Inggris sebagai Bahasa Internasional memperkaya kosa kata Bahasa Indonesia. Contohnya kata hallo, televisi, dan radio.

Dampak Negatif Globalisasi Bidang Sosial Budaya

  • Semakin mudahnya nilai-nilai barat masuk ke Indonesia baik melalui Internet, media televisi, maupun media cetak yang banyak ditiru oleh masyarakat.
  • Semakin memudarnya apresiasi terhadap nilai-nilai budaya lokal yang melahirkan gaya hidup individualisme.

Keberagaman Sosial Budaya Indonesia Ditengah Globalisasi

Hubungan antara perubahan sosial globalisasi dan kearifan lokal

Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari beranekaragam suku bangsa yang memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Di Indonesia ini terdapat 656 suku bangsa dengan bahasa lokal 300 macam.

Keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan milik Bangsa Indonesia yang harus kita jaga dan lestarikan sehingga mampu memberikan warna ketentraman dan kedamaian bagi rakyat Indonesia agar ke depan tidak banyak menimbulkan persoalan yang mengancam disintegrasi bangsa.

Keragaman dalam masyarakat majemuk merupakan sesuatu yang alami yang harus dipandang sebagai suatu identitas bangsa. Hal tersebut dapat dianalogikan seperti halnya jari tangan manusia yang terdiri atas lima jari yang berbeda, akan tetapi kesemuanya memiliki fungsi dan maksud tersendiri, sehingga jika semuanya disatukan akan mampu mengerjakan tugas seberat apapun.

Untuk menyadari hal tersebut, Bhinneka Tunggal Ika memiliki peran yang sangat penting. Pengembangan multikulturalisme mutlak harus dibentuk dan ditanamkan dalam suatu kehidupan masyarakat yang majemuk.

Jika hal tersebut tidak ditanamkan dalam suatu masyarakat yang majemuk, agar kemajemukan tidak membawa pada perpecahan dan konflik. Indonesia sebagaibangsa yang multikultural harus mengembangkan wawasan multikultural tersebut dalam semua tatanan kehidupan yang bernafaskan nilai-nilai kebhinekaan.

Membangun masyarakat multikultur di Indonesia harus diawali dengan keyakinan bahwa dengan bersatu kita memiliki kekuatan yang lebih besar.

Persatuan dan kesatuan bangsa yang terwujud dari sejumlah suku bangsa yang semula merupakan masyarakat yang berdiri sendiri dan mendukung kebudayaan yang beraneka ragam itu perlu diperkokoh dengan kerangka acuan yang bersifat nasional, yaitu kebudayaan nasional.

Suatu kebudayaan yang mampu memberi makna bagi kehidupan berbangsa dan berkepribadian, akan dapat dibanggakan sebagai identitas nasional.

Kebudayaan Indonesia secara sempit dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang telah ada sebelum terbentuknya Bangsa Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia adalah merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia.

Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab.

Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Buddha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.

Masalah yang biasanya dihadapi oleh masyarakat majemuk adalah adanya persentuhan dan saling hubungan antara kebudayaan suku bangsa dengan kebudayaan umum lokal, dan dengan kebudayaan nasional.

Keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan kekayaan dan keindahan wilayah negara Indonesia.