Hal pertama yang berperan penting dalam Mempengaruhi perilaku seseorang untuk berwirausaha adalah

Menurut Alma (2013), wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Pengertian wirausaha disini menekankan pada setiap orang yang memulai sesuatu bisnis yang baru. Sedangkan proses kewirausahaan meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan peluang dengan menciptakan suatu organisasi.

Kewirausahaan adalah proses dinamik untuk menciptakan tambahan kemakmuran. Tambahan kemakmuran ini diciptakan oleh individu wirausaha yang menanggung resiko, menghabiskan waktu, dan menyediakan berbagai produk dan jasa (Alma, 2013).

Bastian dalam Wibowo (2011), kewirausahaan bisa dihasilkan dari learning by doing, juga dari semangat mengambil risiko tanpa takut, bukan lewat pendidikan khusus kewirausahaan atau manajemen. Menurut Wibowo (2011), wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya, dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya.

Menurut Rusdiana (2014), kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan/atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Scarborough dan Zimmerer dalam Wibowo (2011) mengatakan bahwa wirausaha merupakan orang memiliki karakter wirausaha, dan mengaplikasikan hakikat kewirausahaan itu dalam hidupnya. Dengan kata lain, wirausaha adalah orang yang memiliki jiwa kreativitas, dan inovatif yang tinggi dalam hidupnya.

Pendidikan Kewirausahaan

Menurut Sutrisno (2003), dalam Wibowo (2011), pendidikan yang berwawasan kewirausahaan adalah pendidikan yang menerapkan prinsipprinsip dan metodologi ke arah pembentukan kecakapan hidup (life skill) pada peserta didiknya melalui kurikulum yang terintegrasi yang dikembangkan di sekolah.

Pendidikan kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai usaha yang dilakukan lembaga pendidikan untuk menanamkan pengetahuan, nilai, jiwa dan sikap kewirausahaan kepada mahasiswa dan peserta didik guna membekali diri menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan inovatif. Hal ini juga bertujuan untuk menciptakan wirausaha-wirausaha baru yang handal dan berkarakter dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Astiti, 2014).

Menurut Asmani (2011), dalam Astiti (2014), pendidikan kewirausahaan adalah senjata penghancur pengangguran dan kemiskinan, dan menjadi tangga menuju impian setiap masyarakat untuk mandiri secara finansial, memiliki kemampuan membangun kemakmuran individu, sekaligus ikut membangun kesejahteraan masyarakat. Zimmerer, Scarborough dan Wilson (2008), dalam Wedayanti dan Giantari (2016), menyatakan bahwa salah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan disuatu negara terletak pada peranan universitas melalui penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan baik dalam kegiatan perkuliahan maupun kegiatan seminar dan praktik kewirausahaan. Pihak universitas bertanggung jawab dalam mendidik dan memberikan kemampuan wirausaha kepada para lulusannya dan memberikan motivasi untuk berani memilih berwirausaha sebagai karir mereka.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewirausahaan adalah bimbingan yang diberikan seseorang guna mengubah sikap dan pola pikir seseorang agar berminat untuk menjadi wirausaha. Selain pendidikan kewirausahaan, diperlukan pelatihan kewirausahaan seperti seminar wirausaha dan praktik berwirausaha karena dengan seminar tersebut yang mengundang pengusaha-pengusaha sukses akan memberikan motivasi tersendiri bagi seseorang untuk berwirausaha sedangkan praktek berwirausaha akan memberikan pengalaman dan bisa menjadi pendorong minat berwirausaha. Tingginya minat berwirausaha akan semakin melahirkan entrepreneur muda yang memiliki kreativitas dan inovasi dalam berbagai bidang.

Minat

Minat menurut Slameto (1991) dalam Djamarah (2011), adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat (Djamarah, 2011). Crow & Crow (1984) dalam Djamarah (2011), berpendapat bahwa lamanya minat bervariasi. Kemampuan dan kemauan menyelesaikan suatu tugas yang diberikan untuk selama waktu yang ditentukan berbeda-beda baik dari segi umur maupun bagi masing-masing individu.

Minat Berwirausaha

Menurut Santoso (1993) dalam Wulandari (2013), mendefinisikan minat wirausaha adalah gejala psikis untuk memusatkan perhatian dan berbuat sesuatu terhadap wirausaha itu dengan perasaan senang karena membawa manfaat bagi dirinya. Menurut Mustofa (2014), minat berwirausaha merupakan pemusatan perhatian pada wirausaha karena adanya rasa suka dan disertai keinginan mempelajari, mengetahui dan membuktikan lebih lanjut terhadap wirausaha.

Minat berwirausaha muncul karena adanya pengetahuan dan informasi mengenai kewirausahaan yang kemudian dilanjutkan untuk berpartisipasi secara langsung dalam rangka mencari pengalaman dan akhirnya timbul keinginan untuk memperhatikan pengalaman yang telah didapatkan tersebut. Serta mempunyai perasaan senang dan mempunyai keinginan untuk terlibat dalam kegiatan pengambilan resiko, untuk menjalankan bisnis atau usaha sendiri dengan memanfaatkan peluangpeluang bisnis yang ada, dan menciptakan bisnis baru dengan pendekatan inovatif. Minat berwirausaha tidak dimiliki dengan begitu saja, melainkan dapat dipupuk dan dikembangkan.

Komponen Minat Berwirausaha

Menurut Sumarwan (2003), dalam Wulandari (2013), pengukuran minat terhadap pekerjaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan struktur pembentukan minat berperilaku yaitu:

Komponen Kognitif

Komponen kognitif adalah pengetahuan dan persepsi yang diperoleh melalui pengalaman dengan suatu obyek, sikap dan informasi dari berbagai sumber (Schiffman dan Kanuk (1994), dikutip oleh Wulandari, 2013).

Komponen Afektif

Komponen afektif menggambarkan perasaan dan emosi seseorang terhadap obyek. Perasaan dan sikap seseorang merupakan evaluasi menyeluruh terhadap obyek sikap. Komponen afektif disini menunjukkan penilaian langsung dan umum terhadap suatu obyek (Schiffman dan Kanuk (1994), dikutip oleh Wulandari, 2013).

Komponen Konatif

Komponen konatif menunujukkan tindakan seseorang atau kecenderungan perilaku terhadap suatu obyek (Engel, et.al. (1993), dikutip oleh Wulandari, 2013).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha

Minat berkaitan erat dengan perhatian, oleh karena itu minat merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam setiap usaha. Minat tidak dibawa sejak lahir, namun minat tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor yang mempengaruhinya Wulandari (2013). Secara garis besar ada tiga faktor yang mempengaruhi minat yaitu:

a. Faktor Fisik

Kondisi fisik individu sangat berperan dalam menentukan minat, misalnya saja individu memilih berwirausaha, maka kondisi fisiknya harus benar-benar kuat karena berwirausaha adalah pekerjaan yang penuh dengan tantangan. Faktor fisik merupakan pendukung utama setiap aktivitas yang dilakukan individu (Wulandari, 2013).

b. Faktor Psikis

Faktor psikis yang mempengaruhi minat yaitu:

  • Motif, Walgito (2003), motif diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri organism yang menyebabkan organism ini bertindak atau berbuat.
  • Perhatian, Walgito (2003) mendefinisikan perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu atau kelompok obyek.
  • Perasaan, Winkel (1991) mendefinisikan perasaan adalah aktivitas psikis yang didalamnya subyek menghayati nilai-nilai suatu obyek.

c. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi minat yaitu:

  • Lingkungan Keluarga, Keluarga merupakan peletak dasar bagi pola tingkah laku, karakter, intelegensi, bakat, minat dan potensi anak yang dimilliki untuk dapat berkembang secara optimal. Dengan demikian, keluarga merupakan faktor yang paling penting bagi tumbuh dan berkembangnya potensi yang dimiliki anak. Lingkungan keluarga merupakan satu kesatuan antara ayah, ibu, anak dan keluarga lainnya. Keluarga mempunyai peranan penting dalam mempersiapkan anak untuk mencapai masa depan yang baik bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
  • Lingkungan Sekolah, Sekolah merupakan lingkungan yang sangat potensial untuk mendorong anak didik dalam perkembangan minat (Wulandari, 2013).
  • Lingkungan Masyarakat, Lingkungan yang mayoritas berwirausaha, kemungkinan besar individu yang ada di lingkungan tersebut juga akan berminat terhadap wirausaha (Wulandari, 2013).

Faktor-Faktor yang Mendorong Minat Berwirausaha

Faktor-faktor yang mendorong minat berwirausaha menurut Bygrave dalam Alma (2013):

a. Faktor Personal, menyangkut aspek kepribadian diantaranya:

  1. Adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan seseorang.
  2. Adanya pemutusan hubungan kerja, tidak ada pekerjaan lain.
  3. Dorongan karena faktor usia.
  4. Keberanian menaggung resiko.
  5. Komitmen atau minat tinggi pada bisnis.

b. Faktor Environment, menyangkut hubungan dengan lingkungan fisik meliputi:

  1. Adanya persaingan dalam dunia kehidupan.
  2. Adanya sumber-sumber yang bisa dimanfaatkan seperti modal, tabungan, warisan, bangunan, dan lokasi strategis.
  3. Mengikuti latihan kursus bisnis atau incubator bisnis.
  4. Kebijaksanaan pemerintah, adanya kemudahan lokasi berusaha, fasilitas kredit dan bimbingan usaha.

c. Faktor Sosiological, menyangkut hubungan dengan keluarga dan sebagainya meliputi:

  1. Adanya hubungan-hubungan atau relasi bagi orang lain.
  2. Adanya tim yang dapat diajak kerja sama dalam berusaha.
  3. Adanya dorongan dari orangtua untuk membuka usaha.
  4. Adanya bantuan famili dalam berbagai kemudahan.
  5. Adanya pengalaman bisnis sebelumnya.

Menurut Zimmerer, Scarborough dan Wilson (2008) dalam Wedayanti dan Giantari (2016), seperti dikutip kembali Setiawan (2016) menjadi wirausaha akan memiliki kebebasan dalam menentukan nasibnya sendiri dan berpeluang untuk berperan dalam masyarakat. Dengan memiliki usaha sendiri, seseorang dapat menentukan nasibnya sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Berwirausaha dapat mengembangkan diri sesuai dengan minat dan kemampuannya, sehingga membuat dirinya berarti bagi masyarakat. Menjadi wirausaha juga dapat berperan dalam masyarakat, karena dengan berwirausaha dapat menyediakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat berwirausaha tidak selalu dibawa sejak lahir, melainkan dapat ditumbuhkan dengan pendidikan dan pelatihan.

Minat merupakan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas dan merasa senang melakukanya. Rasa ketertarikan tersebut bukan karena paksaan tetapi karena keinginan yang tinggi untuk mencapai tujuannya. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu hal yang ada di luar dirinya. Semakin kuat hubungan tersebut, maka semakin besar minat. Wirausaha merupakan proses menciptakan suatu usaha yang kreatif dan inovatif dengan memanfaatkan peluang yang ada guna meningkatkan taraf hidup dan berguna bagi masyarakat.

Minat berwirausaha adalah rasa ketertarikan terhadap kegiatan berwirausaha yang menciptakan suatu usaha yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar. Minat berwirausaha dipengaruhi oleh adanya soft skills yang tinggi karena menjadi seorang wirausaha dibutuhkan berbagai keterampilan dan karakter pribadi yang kuat. Berwirausaha akan membuat seseorang tidak ketergantungan pada orang lain karena menjadi wirausaha memiliki kebebasan untuk mencapai tujuan yang diimpikan. Kebebasan tersebut dapat berupa bebas menentukan bisnis yang diingkinkan, bebas mengatur jadwal operasional, dan tentunya bebas menentukan besarnya laba yang diinginkan. Kebebasan tersebutlah yang akan membuat seseorang tertarik atau berminat menjadi wirausaha.

Selain itu, berwirausaha dapat membantu pemerintah dalam mengatasi pengangguran karena akan terciptanya lapangan pekerjaan baru yang dapat menampung calon tenaga kerja. Hal ini akan bermanfaat bagi masyarakat, terutama masyarakat tempat usaha didirikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha yaitu harapan pendapatan yang tinggi, dukungan dari lingkungan keluarga dan pendidikan kewirausahaan yang diterima. Indikator yang digunakan meliputi tidak ketergantungan pada orang lain, membantu lingkungan sosial dan perasaan senang menjadi wirausaha.

Zimmerer, Scarborough dan Wilson (2008) dalam Wedayanti dan Giantari (2016), menyatakan bahwa salah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan disuatu negara terletak pada peranan universitas melalui penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan. Saiman (2009) menyatakan faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berwirausaha yaitu laba (laba atau pendapatan yang tinggi sesuai harapan yang dikehendaki seseorang), kebebas (bebas mengatur semua pekerjaan), impian personal (bebas mencapai standar hidup yang diharapkan), dan kemandirian (memiliki rasa bangga karena dapat mandiri dari berbagai hal).

Literasi

Alma, Buchari. 2013. Kewirausahaan, Cetakan ke 19. Bandung: Alfabeta.

Wibowo, Agus. 2011. Pendidikan Kewirausahaan, Cetakan ke 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusdiana, H.A. 2014. Kewirausahaan Teori dan Praktik, Cetakan ke 1. Bandung: Pustaka Setia.

Djamarah, S.B. 2011. Psikologi Belajar, Cetakan ke 3, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Wedayanti, N.P.A.A., & Giantari, I.G.A.K. 2016. Peran Pendidikan Kewirausahaan dalam Memediasi Pengaruh Norma Subyektif Terhadap Niat Berwirausaha. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 05, No. 01, 2016: 533-560.