Hal-hal berikut harus diambil dari kisah Muadz bin Jabal

Selamat datang kembali di hari Jumat. Jumat yang penuh berkah. Saya telah berkomitmen pada diri saya sendiri selama tantangan menulis Gurusiasa setiap hari jumat saya akan menulis rubrik hari jumat yang sementara ini masih melanjutkan cerita-cerita keteladanan

Selamat membaca, semoga ada manfaat dan pelajaran yang bisa kita ambil. Saya doakan teman-teman semua, semoga Allah memberikan mereka hikmah, umur yang berkah, rezeki yang melimpah, kemudahan dalam segala urusannya, dikaruniai anak yang sholeh, dan melanjutkan aktivitas menulisnya. Amin

Seri Cerita Teladan ke-13

MU'ADZ BIN JABAL, SAHABAT RASUL YANG CERDAS DAN SELALU MENGINGAT KEMATIAN

Mu'adz bin Jabal bin Amr bin Aus al-Khazraji, dengan nama panggilan "Abu Abdurahman" adalah salah satu sahabat Nabi, termasuk kaum Ansar yang pertama kali masuk Islam (as-Sabiqun al-Awwalun), yang dikenal untuk menjadi sangat dicontoh oleh orang-orang di sekitar. Mu'adz terkenal sebagai seorang ulama yang berwawasan luas dan pemahaman yang mendalam dalam ilmu fikih, bahkan Rasulullah menyebutnya sebagai sahabat yang paling mengerti mana yang halal dan mana yang haram. Mu'adz juga merupakan Duta Islam pertama yang diutus oleh Rasulullah dan juga perawi hadits

Allah SWT menganugerahi Mu'adz bin Jabal dengan kemampuan bertutur dan berbicara dengan indah. Mu'adz termasuk dalam rombongan sekitar 72 orang asal Madinah yang datang untuk berbai'at kepada Rasulullah, padahal Mu'adz baru memeluk Islam pada usia 18 tahun. Mu'adz masuk Islam berkat dakwah Musaib bin Umair saat berada di Madinah. Sejak itu, ia mempelajari Islam secara mendalam. Karena kecerdasannya, Mu'adz dengan cepat menjadi pendakwah Islam di masyarakat Madinah. Ia berhasil mengislamkan beberapa sahabat terkemuka, seperti Amru bin Al-Jamuh

Mu'adz terkenal sebagai ulama yang berwawasan luas dan mendalami ilmu fikih. Keahliannya dalam fikih dan ilmunya mencapai taraf yang membuatnya berhak mendapat pujian dari Nabi SAW dengan sabdanya. “Umatku yang paling tahu mana yang halal dan mana yang haram adalah Mu’adz bin Jabal. ”

Dalam kepintaran otak dan keberanian mengemukakan pendapatnya, Mu'adz hampir sama dengan Umar bin Khattab. Ketika Nabi SAW hendak mengutusnya ke Yaman, beliau pertama kali ditanya, “Apa pedomanmu dalam menilai sesuatu wahai Mu’adz?”

"Kitabullah," jawab Mu'adz

“Bagaimana jika kamu tidak menemukannya di dalam Kitab Allah?”, tanya Rasulullah

“Saya putuskan dengan sunnah Nabi. ”

"Jika Anda tidak menemukannya di Sunnah Nabi?"

“Saya menggunakan akal saya untuk mencari ijtihad, dan saya tidak akan bertindak sia-sia,” jawab Mu'adz

Kemudian wajah Rasulullah berseri-seri. “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan taufiq kepada utusan Rasulullah sebagaimana yang diridhoi oleh Rasulullah,” ujarnya.

Karena kemampuan berijtihad dan keberanian menggunakan otak dan kecerdasan inilah yang menyebabkan Mu'adz mencapai kekayaan dalam ilmu fikih, melebihi para sahabat dan saudaranya hingga ia dinyatakan oleh Nabi sebagai “orang yang yang paling mengetahui yang halal dan yang haram”

Mu'adz sebagai sahabat Nabi pernah diminta oleh Nabi untuk membantu mengajarkan Islam di Makkah. Ajakan Nabi tersebut karena adanya permintaan masyarakat Mekkah yang ingin memperdalam agama Allah. Oleh karena itu, Mu'adz bin Jabal diminta oleh Rasulullah untuk tinggal bersama masyarakat di Mekkah untuk mengajarkan Al-Qur'an dan memberikan pemahaman tentang agama Allah kepada mereka.

Sifatnya yang mengagumkan juga terlihat jelas ketika rombongan raja Yaman datang menemui Rasulullah SAW untuk mengutus guru kepada mereka. Rasulullah menyambut baik permintaan raja-raja Yaman itu, dan memilih Muaz untuk kembali mengemban tugas bersama beberapa sahabat lainnya.

Di Yaman, selain berdakwah dan mengajarkan Islam, Mu'adz bin Jabal juga berdagang seperti para sahabat lainnya. Berkat kepintaran dan ketekunannya, ia berhasil meningkatkan omzet dagangnya dan menjadi seorang yang kaya raya, santun dan ahli hukum.

Setelah berdakwah beberapa lama di Yaman, akhirnya Mu'adz mendapat misi untuk berdakwah ke negeri Syam untuk mengajarkan Islam kepada penduduk negeri itu.

Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, gubernur Syam meminta khalifah mengirimkan guru untuk rakyat. Kemudian Khalifah Umar memanggil beberapa sahabat untuk berdakwah ke Damaskus (Suriah), Palestina dan Yordania. Dalam khutbah kali ini, Mu'adz bin Jabal ditugaskan untuk pergi ke Yordania (Yordania) dan menetap di sana untuk mengajarkan Al-Qur'an kepada masyarakat setempat dan memberikan pemahaman tentang Islam kepada mereka.

Namun keberadaan Mu'adz bin Jalal di Yordania tidak terlalu lama karena pada saat beliau berada di daerah tersebut sedang terjadi wabah penyakit menular yang disebut penyakit tho'un.

Wabah tho'un ini merupakan penyakit kulit yang mematikan. Suatu jenis lepra atau kusta. Itu berasal dari virus yang awalnya menyerang ternak. Orang yang terinfeksi akan memiliki luka di kulit mereka. Wabah itu menyebar dengan sangat cepat ke seluruh negeri Syam. Banyak orang tertular sehingga dalam waktu singkat puluhan ribu jiwa meninggal. Di antara yang menjadi korban adalah Abu Ubaidah dan Mu'adz bin Jabar, dua sahabat Nabi yang terkenal

Mu'adz tertular dan sakit. Mu'adz akhirnya dipanggil oleh Allah untuk menghadap-Nya dalam keadaan pasrah dan pasrah. Mu'adz meninggal pada tahun 18 Hijriah pada usia 33 tahun

Menjelang akhir hayatnya, Mu'adz berdoa, “Ya Allah, memang selama ini aku takut kepada-Mu, tetapi hari ini aku berharap kepada-Mu. Ya Allah, Engkau tahu bahwa aku tidak mencintai dunia demi mengalirkan sungai atau menanam pohon, tetapi hanya untuk melepas dahaga di cuaca panas, dan untuk menghadapi saat-saat genting, serta untuk menambah ilmu, iman dan ketaatan. ”

Kemudian dia mengulurkan tangannya seolah ingin berjabat tangan dengan maut, dan dalam kepergiannya ke alam gaib, dia masih sempat berkata, “Selamat datang wahai kematian. Kekasih datang pada saat dibutuhkan. ” Dan kehidupan Mu'adz juga berhadapan dengan Tuhan

Hingga kini, makamnya tak pernah sepi dari peziarah

Contoh dari Mu'adz bin Jabal

1. Suatu hari Nabi SAW bersabda, “Hai Mu’adz. Demi Tuhan, aku sangat mencintaimu. Jadi jangan lupa ucapkan setiap habis sholat. Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu mengingat dan bersyukur serta beribadah kepada-Mu dengan tulus. "

2. Mu'adz paham dan memahami ajaran serta telah menerapkannya dengan tepat. Pada suatu ketika Mu’adz pernah berdialog dengan Rasulullah SAW, beliau berkata “Setiap aku pagi, aku berpikir tidak akan pernah melihat siang lagi. Dan setiap kali saya berada di siang hari, saya pikir saya tidak akan pernah mencapai pagi hari. "

Untuk itu marilah kita bersyukur dan mengisi hidup ini dengan rasa syukur dan beramal, karena kita tidak tahu kapan Allah SWT akan memanggil kita.

Sumber bacaan

https. //berita. detik. com/berita/d-3243303/learn-from-Mu'adz-bin-jabal-the-smart-friend-of-the-apostle-and-always-remember-death

https. //republik. bersama. id/perita/lqbrcz/story-of-the-friend-of-the-nabi-Mu'adz-bin-jabal-pelita-ilmu-dan-amal

https. //en. wikipedia. org/wiki/Muadh_ibn_Jabal

https. //pena. sindonews. com/berita/1567513/70/Mu'adz-bin-jabal-martir-pada-usia-muda-karena-wabah-wabah

Jelaskan apa yang diperintahkan Rasulullah SAW kepada Muadz bin Jabal?

Yang artinya. "Takutlah kepada Allah dimanapun kamu berada, ikutilah kejahatan dengan kebaikan; niscaya kebaikan akan menghapusnya dan berperilaku untuk manusia yang berakhlak baik,".

Bagaimana pandangan Muadz bin Jabal tentang belajar?

Mu'adz bin Jabal berkata. "Carilah ilmu (belajar Islam) karena mempelajarinya adalah hal yang baik untukmu. Mencari ilmu adalah ibadah. Saling mengingatkan ilmu adalah sebuah rosario.

Apa keistimewaan Muadz bin Jabal?

Itulah keistimewaan Mu'adz bin Jabal karena dianggap memiliki otoritas keilmuan. Hingga Nabi bersabda. " Mu'adz bin Jabal adalah pemimpin ulama di hari kiamat. Dalam riwayat lain, Nabi juga sering menyanjungnya. "Wahai Mu'adz , demi Allah aku sangat mencintaimu.

Apa yang dilakukan Rasulullah SAW ketika akan mengutus Muadz bin Jabal menjadi gubernur di Yaman?

"Dari Muazd bin Jabal RA bahwa Nabi SAW menyuruhnya kepada Yaman dan diperintahkan untuk mengambil zakat dari setiap 30 ekor sapi dalam bentuk tabiah, dari setiap 40 ekor sapi dalam bentuk musinnah. (HR Ahmad Tirmidzi Al-Hakim Ibnu Hibban).