Faktor apa yang menghambat negara berkembang mengakses internet

Faktor apa yang menghambat negara berkembang mengakses internet

Menteri Komunikasi dan Infomatika Johnny G Plate saat jumpa media di kantornya, Jakarta, Senin, 28 Oktober 2019. TEMPO/Hendartyo Hanggi

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate membeberkan enam faktor penyebab kecepatan koneksi internet rata-rata Indonesia berada di peringkat keempat terendah dibanding 40 negara lainnya. Pertama, faktor geografis.

"Indonesia memiliki bentangan wilayah geografis yang sangat luas serta kondisi yang berbeda-beda," katanya saat dihubungi Tempo pada Ahad, 3 Mei 2020.

Berdasarkan riset yang dirilis Hootsuite, pada Januari 2020, kecepatan Internet Indonesia rata-rata hanya 20,1 Mbps atau terendah keempat dibanding lebih dari 40 negara lainnya. Kecepatan itu jauh di bawah rata-rata dunia (worldwide) yang mencapai 73,6 Mbps.

Johnny menjelaskan, sebagian wilayah Indonesia memiliki kontur geografis berupa pegunungan dan banyak sungai. Kondisi ini menyebabkan kendala terhadap pembangunan infrastruktur fisik termasuk infrastruktur telekomunikasi.

Kedua, tidak meratanya infrastruktur, khususnya untuk jaringan yang berhubungan langsung dengan pelanggan. Johnny mengatakan masyarakat umumnya Indonesia menggunakan jaringan seluler (mobile broadband) sebagai jaringan aksesnya. Lantaran jaringan seluler menggunakan spektrum frekuensi radio sebagai media pengantar, ada kerentanan terhadap gangguan sehingga kualitas jaringan yang diterima masyarakat kurang optimal.

Ketiga, faktor daya beli masyarakat. Menurut Johnny, hampir seluruhnya, atau setidaknya 97 persen masyarakat Indonesia masih menggunakan Internet melalui layanan seluler dengan skema prabayar yang dinilai lebih terjangkau. Sedangkan masyarakat yang berlangganan menggunakan jaringan serat optik (FTTH) jumlahnya sedikit karena harganya relatif mahal.

Dengan kondisi ini, akhirnya operator telekomunikasi memilih menjual paket Internet dengan sistem kuota yang terjangkau, namun terbatas secara kuota pemakaian. "Nyaris tidak ada operator yang menawarkan pemakaian yang benar-benar unlimited," ujarnya.

Bila ada operator yang menawarkan pemakaian tak terbatas, umumnya manajemen menerapkan Fair Usage Policy (FUP). Sistem ini akan menurunkan kecepatan pengguna jika pemakaiannya dianggap melebihi batas wajar.

Selanjutnya, faktor keempat adalah jumlah pengguna Internet yang besar. Berdasarkan data Kementerian Kominfo, saat ini jumlah pengguna Internet Indonesia di atas 175 juta orang. Kondisi ini akan sangat berpengaruh terhadap kapasitas yang harus disediakan oleh penyelenggara telekomunikasi.

Selain itu, angka pengguna yang besar juga berpengaruh terhadap statistik yang mempengaruhi nilai-nilai hasil pengukuran. Adapun faktor kelima, masih perlunya pembangun jaringan the last mile serat optik dan perangkat elektronik lainnya sebagai pendukung Palapa Ring.

Infrastruktur ini untuk menjangkau wilayah kecamatan dan desa sampai pemukiman pengguna internet di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Terakhir, faktor keenam, Johnny menduga ada bias dari metodologi yang digunakan Hootsuite.

"Apabila dikaji lebih dalam, dapat kita ketahui bahwa laporan dari Hootsuite tersebut untuk data internet connection speed yang digunakan bersumber dari Ookla. Ookla hanyalah salah satu dari segelintir penyedia pengukuran kecepatan broadband di dunia," katanya.

Johnny memandang, setiap penyedia pengukuran memiliki metodologi pengukuran yang berbeda-beda. Sehingga seumpama dibuat komparasi, akan melahirkan perdebatan terkait metodologi serta bias dalam pengambilan sampling yang dilakukan.

"Salah satu bias yang sering mencuat adalah bahwa adanya kecenderungan pengguna untuk melakukan pengujian kecepatan internet pada kondisi jaringan tidak bagus (seperti yang disampaikan oleh Steve Bauer dkk dari MIT dalam Understanding Broadband Speed Measurements)," ucapnya.

Adapun dalam penelitian Hootsuite, Indonesia tampak kalah dengan beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Thailand, Vietnam, Singapura, dan Malaysia. Bahkan, Singapura tercatat memiliki kecepatan jaringan tertinggi mencapai 200,1 Mbps,

Kondisi yang sama terjadi untuk kecepatan mobile Internet. Indonesia rata-rata hanya memiliki kecepatan 13,3 Mbps atau terendah kedua di antara negara-negara yang ditampilkan dalam riset tersebut.

FRANCISCA CHRISTY ROSANA

Internet secara fisik merupakan interkoneksi antar jaringan komputer, namun secara umum internet dipandang sebagai sumber daya informasi. Untuk kepentingan pendidikan, internet digunakan sebagai media pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang lebih efektif. Melalui internet seorang mahasiswa tidak akan tergantung sepenuhnya kepada dosen. Mahasiswa dapat mengembangkan pengetahuan atau wawasan mereka sendiri secara maksimal, dengan menggunakan sumber-sumber informasi yang tersedia di internet. Itulah sebabnya dunia pendidikan khususnya perguruan tinggi di Indonesia masing-masing menyediakan fasilitas akses internet bagi segenap civitas akademika. Undana sebagai satu-satunya perguruan tinggi negeri di Nusa Tenggara Timur juga tidak mau ketinggalan dalam menyediakan fasilitas akses internet bagi segenap civitas akademika. Persoalan yang terjadi adalah investasi yang dikeluarkan dalam membangun infrastruktur jaringan dan penyewaan bandwidth, tidak dibarengi dengan upaya pemanfaatannya dalam membangun dan memberdayakan sumber daya manusia berbasis pengetahuan agar dapat bersaing dalam era global. Dampaknya adalah pemanfaatan internet menjadi rendah. Karena itu perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan pemanfaatan internet menjadi rendah. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan integrasi antara Technology Acceptance Model dan Theory of Planned Behavior. Data yang diperoleh merupakan data primer dengan menggunakan kuesioner kepada mahasiswa sebagai komunitas terbesar di Undana khususnya yang berada di semester tiga pada fakultas sains dan teknik yang mewakili kelompok Ilmu Pengetahuan Alam serta fakultas ilmu sosial dan ilmu politik dan fakultas hukum yang mewakili kelompok Ilmu Pengetahuan Sosial. Variabel-variabel yang digunakan untuk identifikasi yaitu pengalaman, kerumitan, persepsi kemudahan, persepsi kegunaan, norma subyektif, faktor situasional, minat dan penggunaan sesungguhnya. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa internet belum sepenuhnya digunakan untuk kepentingan pendidikan oleh mahasiswa. Faktor yang menghambat terhadap pemanfaatan teknologi internet sebagai media pembelajaran oleh mahasiswa adalah faktor pengalaman, kerumitan, persepsi kegunaan, faktor situasional dan minat.

Internet is the physical interconnection of computer networks, but in general the Internet is seen as an information resource. For the purposes of education, the Internet is used as a medium of learning that allows the learning process more effective. Through the internet a student will not be relying upon the lecturer. Students can develop their own knowledge or insight to its full potential, using sources of information available on the internet. That is why the world of education, especially higher education in Indonesia, each of which provides internet access to all the academic community. UNDANA as the only public university in East Nusa Tenggara also did not lag behind in providing internet access to all the academic community. Problems that occur are the investment incurred in building the network infrastructure and bandwidth leasing, utilization is not accompanied by efforts to build and empower knowledge-based human resources in order to compete in a global era. The impact is the use of the internet to be low. Because it needs to be identified to determine what factors lead to low utilization of the internet. Identification is done by using an integrated approach between the Technology Acceptance Model and the Theory of Planned Behavior. The data obtained are the primary data using questionnaires to the students as the largest communities in UNDANA especially those in the third semester in science and engineering faculty representing the Natural Sciences and the faculty of social sciences and political science and law faculties representing the Social Sciences. The variables used to identify are the experience, complexity, perceived ease of use, perceived usefulness, subjective norms, situational factors, behavior intention and actual use. Identification results show that the internet has not been fully used for educational purposes by students. Factors that hinder the utilization of internet technology as a medium of learning by students is the experience factor, complexity, perceived usefulness, situational factors and behavior intention.

Kata Kunci : Internet, Media Pembelajaran, TRA, TPB, TAM, Partial Least Square

Pendahuluan

Di era globalisasi sekarang ini, kita sudah tidak asing lagi dengan yang namanya internet. internet merupakan sarana untuk mendapatkan berbagai macam informasi yang dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Internet pada awalnya muncul pada tahun 1969 di AS, yaitu teknologi yang diawali oleh proyek yang dilakukan oleh departemen AS. Proyek yang disebut ARPA ini bertugas untuk melakukan penelitian yang bermanfaat bagi kelancaran dan kemajuan tugas-tugas militer AS, karena berbasis komputer maka dinamakan dengan ARPANET.

Internet adalah sistem informasi global berbasis komputer. jadi, bergaul dengan internet sama juga bergaul dengan komputer. internet tidak akan ada tanpa komputer. Ibarat kapal tanpa nahkoda, kan tidak bisa jalan juga! Begitu juga dengan internet, tanpa adanya komputer kita tidak bisa mengakses internet. Untuk mengakses internet kita hanya membutuhkan seperangkat komputer, modem, dan saluran telepon. Bahkan saat ini tidak perlu mempergunakan jaringan telepon, cukup dengan menggunakan wireless internet. jadi, sangat gampang bukan untuk mengakses internet?

Keberadaan internet memberi dampak positif internet bagi seluruh masyrakat pengguna internet termasuk remaja. Disana mereka bisa dengan cepat mendapatkan informasi, bisa mencarinya dengan menggunakan google atau dengan cara yang lain. Tetapi kebanyakan remaja menggunakan internet untuk mencari teman, chatting, kirim e-mail dan mencari tugas-tugas kuliah atau tugas sekolah. Dikalangan remaja masa kini yang lagi marak-maraknya adalah friendster. Mereka mencari teman melalui frienster dan bisa juga kirim-kirim foto atau lain sebagainya.

Internet bukan hanya untuk mencari informasi saja, akan tetapi dapat digunakan sebagai tempat penjualan barang dan jasa. Penjualan melalui internet ini disebut E-Commerce (electronic commerce). Muncunya istilah ini seiring dengan semakin berkembangnya disiplin ilmu komputer dan internet. E-com ini dapat diartikan sebagai pertukaran barang, jasa, dan atau informasi melalui medium elektronik dengan imbalan uang yang pembayarannya dilakukan dengan menggunakan credit card (kartu kredit). Rentang bisnis melalui internet ini mulai dari pemesanan bunga untuk orang tercinta, jual buku, langganan majalah, sampai pembayaran ribuan rupiah untuk pembelian chip processor yang akan digunakan untuk komputer.

Pengertian internet

Secara harfiah, internet (kependekan dari interconnected-networking) ialah rangkaian komputer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian. Manakala Internet (huruf 'I' besar) ialah sistem komputer umum, yang berhubung secara global dan menggunakan TCP/IP sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol). Rangkaian internet yang terbesar dinamakan Internet.

Sejarah perkembangan internet

Internet yang berawal dari riset untuk pertahanan dan keamanan serta pendidikan berkembang menjadi perangkat pendukung bisnis yang sangat berpengaruh. Dalam kaitan dengan aplikasi Web 2.0 ini, terdapat beberapa peristiwa penting dalam sejarah internet.

Berawal pada tahun 1957, melalui Advanced Research Projects Agency (ARPA), Amerika Serikat bertekad mengembangkan jaringan komunikasi terintegrasi yang saling menghubungkan komunitas sains dan keperluan militer. Hal ini dilatarbelakangi oleh terjadinya perang dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet (tahun 1957 Soviet meluncurkan sputnik).

Perkembangan besar Internet pertama adalah penemuan terpenting ARPA yaitu packet switching pada tahun 1960. Packet switching adalah pengiriman pesan yang dapat dipecah dalam paket-paket kecil yang masing-masing paketnya dapat melalui berbagai alternatif jalur jika salahsatu jalur rusak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Packet switching juga memungkinkan jaringan dapat digunakan secara bersamaan untuk melakukan banyak koneksi, berbeda dengan jalur telepon yang memerlukan jalur khusus untuk melakukan koneksi. Maka ketika ARPANET menjadi jaringan komputer nasional di Amerika Serikat pada 1969, packet switching digunakan secara menyeluruh sebagai metode komunikasinya menggantikan circuit switching yang digunakan pada sambungan telepon publik.

Perkembangan besar Internet kedua yang dicatat pada sejarah internet adalah pengembangan lapisan protokol jaringan yang terkenal karena paling banyak digunakan sekarang yaitu TCP/IP (Transmission Control Protocol/ Internet Protocol). Protokol adalah suatu kumpulan aturan untuk berhubungan antarjaringan. Protokol ini dikembangkan oleh Robert Kahn dan Vinton Cerf pada tahun 1974. Dengan protokol yang standar dan disepakati secara luas, maka jaringan lokal yang tersebar di berbagai tempat dapat saling terhubung membentuk jaringan raksasa bahkan sekarang ini menjangkau seluruh dunia. Jaringan dengan menggunakan protokol internet inilah yang sering disebut sebagai jaringan internet.

Jaringan ARPANET menjadi semakin besar sejak saat itu dan mulai dikelola oleh pihak swasta pada tahun 1984, maka semakin banyak universitas tergabung dan mulailah perusahaan komersial masuk. Protokol TCP/IP menjadi protokol umum yang disepakati sehingga dapat saling berkomunikasi pada jaringan internet ini.

Perkembangan besar Internet ketiga adalah terbangunnya aplikasi World Wide Web pada tahun 1990 oleh Tim Berners-Lee. Aplikasi World Wide Web (WWW) ini menjadi konten yang dinanti semua pengguna internet. WWW membuat semua pengguna dapat saling berbagi bermacam-macam aplikasi dan konten, serta saling mengaitkan materi-materi yang tersebar di internet. Sejak saat itu pertumbuhan pengguna internet meroket.

Faktor penghambat percepatan penggunaan internet di Indonesia

1. Pengetahuan akses terbatas

2. Butuh waktu untuk akses internet

3. Penggunaan internet belum menjadi prioritas

4. Jumlah sarana akses terbatas

5. Biaya akses mahal

6. Informasi tidak relevan

7. Informasi tidak baku

8. Kemampuan organisasi informasi rendah

9. Kualitas sarana akses terbatas

Faktor pendukung percepatan penggunaan internet di Indonesia

1. Kebutuhan akan informasi

2. Motivasi untuk maju

3. Sebagai sarana hiburan

4. Adanya kesadaran meningkatkan akses komunikasi dan informasi

5. Tersedianya informasi yang kredibel

6. Tersedianya operator internet


Kesimpulan

Internet merupakan sarana yang digunakan untuk mempermudah manusia terutama dalam hal akses informasi dan penghubung antara satu dengan yang lain tanpa mengenal waktu dan tempat. Internet juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana hiburan.

Ada banyak factor yang menjadi penghambat dan pendukung percepatan penggunaan internet di Indonesia. Pengetahuan akses terbatas, mahalnya biaya akses, dan jumlah sarana yang masih sangat minim menjadi factor yang menghambat pemanfaatan penggunaan internet. Sedangkan kebutuhan akan informasi, motivasi untuk maju, dan adanya kesadaran meningkatkan akses komunikasi dan informasi menjadi factor-faktor yang mendukung pemanfaatan penggunaan internet.

Sumber:

Pancaputra, B. (2003). Pemanfaatan internet oleh peneliti badan penelitian dan pengembangan pertanian di Bogor. Jurnal perpustakaan pertanian Vol 12 (2)

http://warnadunia.com/dampak-negatif-dan-positif-internet-bagi-masyarakat/

http://id.wikipedia.org/wiki/Internet

http://www.sejarah-internet.com/


Page 2