Di bawah ini yang tidak termasuk ciri-ciri perjuangan sesudah abad ke-20 adalah

Jakarta -

Perlawanan bangsa Indonesia pada abad ke-19 meletus di nusantara setelah berbagai tindakan pemerintah Hindia Belanda merugikan rakyat Indonesia. Apa saja ciri perlawanan bangsa Indonesia abad ke-19?

Pada abad ke-19, pemerintah kolonial Belanda menerapkan sistem tanam paksa, sistem politik liberal, dan sistem politik etis. Setelah menerima kembali kekuasaan dari Inggris, sejumlah utusan Belanda dikirim ke berbagai wilayah di nusantara. Para utusan bertugas memperbaharui perjanjian dengan pemimpin daerah yang berisi pengakuan terhadap kekuasaan kolonial Belanda.

Usai pertengahan abad ke-19, penerapan sistem tanam paksa memperlihatkan penyimpangan. Untuk mendapat keuntungan lebih, para pengawas kerap melakukan pemaksaan kerja pada rakyat Indonesia, seperti dikutip dari Sejarah untuk SMP dan MTs oleh Dr. Nana Nurliana Soeyono, M.A. dan Dra. Sudarini Suhartono, M.A.

Pengaruh Belanda di abad ke-19 semakin kuat karena intervensi yang intensif dalam masalah internal kerajaan di nusantara. Kontak sosial dan ekonomi dengan Belanda juga melemahkan kekuasaan kepala daerah dan kerajaan serta perekonomian di wilayah tersebut, seperti dikutip dari Explore Ilmu Pengetahuan Sosial Jilid 2 untuk SMP/MTs Kelas VIII oleh Dwi Sumpani Wati, S.S.

Keberadaan Belanda memicu munculnya pihak pro dan kontra terhadap kekuasaan asing di kalangan bangsawan, penguasa, dan golongan lain di masyarakat. Di daerah kerajaan, ajakan perlawanan dari bangsawan maupun ulama disambut rakyat yang mengalami tekanan dari penjajahan.

Perlawanan yang dilakukan rakyat sebelum abad ke-20 tersebut berupa kericuhan hingga perang. Berikut gambaran perlawanan bangsa Indonesia di abad ke-19.

Ciri Perlawanan Bangsa Indonesia pada Abad ke-19

  • 1. Menggunakan perang dan senjata sebagai perlawanan.
  • 2. Bersifat kedaerahan.
  • 3. Dilakukan tidak serentak karena wilayah-wilayah nusantara sulit dijangkau.
  • 4. Perlawanan dilakukan masing-masih warga wilayah dengan seorang pemimpin.
  • 5. Adanya ketergantungan terhadap sosok pemimpin.
  • 6. Menggunakan strategi penyerangan langsung ke pusat kekuatan militer, mendirikan benteng, perang gerilya, hingga berpura-pura menyerah untuk mengulur waktu dan meningkatkan kekuatan militer.
  • 7. Penguasaan teknologi perang yang masih rendah.
  • 8. Adanya latar belakang dan respons perlawanan dari penjajah seperti taktik gencatan senjata untuk menyusun kembali kekuatan, adu domba, monopoli perdagangan dengan dalih kerja sama, dan pendirian korps antigerilya seperti Marchausse.
  • 9. Belum adanya semangat persatuan dan kesatuan.

Perlawanan bangsa Indonesia di abad ke-19 di antaranya yaitu perlawanan rakyat Maluku yang dipimpin Pattimura, Perang Padri yang dipimpin Tuanku Imam Bonjol, Perang Diponegoro, dam perlawanan rakyat Bali yang dipimpin Raja Buleleng dan Patih Ketut Jelantik, seperti dikutip dari Explore Sejarah Indonesia Jilid 2 untuk SMA/SMA Kelas XI oleh Dr. Abdurakhman, S.S., M.Hum dan Arif Pradono, S.S., M.I.Kom.

Perlawanan di abad ke-19 melawan penjajah di nusantara juga termasuk Perang Batak yang dipimpin Sisingamangaraja XII, Perang Banjar yang dipimpin Pangeran Antasari, dan Perang Aceh yang dipimpin Teungku Cik Di Tiro, Cut Nyak Dien, Teuku Umar, Panglima Polem IX, Sultan Muhammad Daud Syah, Cut Meutia, dan sebagainya.

Kelak pada awal abad ke-20, perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Belanda tidak lagi dilakukan dengan cara peperangan seperti abad-abad sebelumnya.

Ciri perlawanan bangsa Indonesia di abad ke-19 sejak abad ke-17 mengandalkan kekuatan senjata. Namun pada perlawanan di abad 20, bangsa Indonesia bergerak melalui organisasi sosial budaya, ekonomi, dan politik. Organisasi tersebut kelak disebut sebagai organisasi pergerakan nasional.

Simak Video "Penampakan Hancurnya Chernihiv Ukraina"



(twu/lus)


Page 2

Jakarta -

Perlawanan bangsa Indonesia pada abad ke-19 meletus di nusantara setelah berbagai tindakan pemerintah Hindia Belanda merugikan rakyat Indonesia. Apa saja ciri perlawanan bangsa Indonesia abad ke-19?

Pada abad ke-19, pemerintah kolonial Belanda menerapkan sistem tanam paksa, sistem politik liberal, dan sistem politik etis. Setelah menerima kembali kekuasaan dari Inggris, sejumlah utusan Belanda dikirim ke berbagai wilayah di nusantara. Para utusan bertugas memperbaharui perjanjian dengan pemimpin daerah yang berisi pengakuan terhadap kekuasaan kolonial Belanda.

Usai pertengahan abad ke-19, penerapan sistem tanam paksa memperlihatkan penyimpangan. Untuk mendapat keuntungan lebih, para pengawas kerap melakukan pemaksaan kerja pada rakyat Indonesia, seperti dikutip dari Sejarah untuk SMP dan MTs oleh Dr. Nana Nurliana Soeyono, M.A. dan Dra. Sudarini Suhartono, M.A.

Pengaruh Belanda di abad ke-19 semakin kuat karena intervensi yang intensif dalam masalah internal kerajaan di nusantara. Kontak sosial dan ekonomi dengan Belanda juga melemahkan kekuasaan kepala daerah dan kerajaan serta perekonomian di wilayah tersebut, seperti dikutip dari Explore Ilmu Pengetahuan Sosial Jilid 2 untuk SMP/MTs Kelas VIII oleh Dwi Sumpani Wati, S.S.

Keberadaan Belanda memicu munculnya pihak pro dan kontra terhadap kekuasaan asing di kalangan bangsawan, penguasa, dan golongan lain di masyarakat. Di daerah kerajaan, ajakan perlawanan dari bangsawan maupun ulama disambut rakyat yang mengalami tekanan dari penjajahan.

Perlawanan yang dilakukan rakyat sebelum abad ke-20 tersebut berupa kericuhan hingga perang. Berikut gambaran perlawanan bangsa Indonesia di abad ke-19.

Ciri Perlawanan Bangsa Indonesia pada Abad ke-19

  • 1. Menggunakan perang dan senjata sebagai perlawanan.
  • 2. Bersifat kedaerahan.
  • 3. Dilakukan tidak serentak karena wilayah-wilayah nusantara sulit dijangkau.
  • 4. Perlawanan dilakukan masing-masih warga wilayah dengan seorang pemimpin.
  • 5. Adanya ketergantungan terhadap sosok pemimpin.
  • 6. Menggunakan strategi penyerangan langsung ke pusat kekuatan militer, mendirikan benteng, perang gerilya, hingga berpura-pura menyerah untuk mengulur waktu dan meningkatkan kekuatan militer.
  • 7. Penguasaan teknologi perang yang masih rendah.
  • 8. Adanya latar belakang dan respons perlawanan dari penjajah seperti taktik gencatan senjata untuk menyusun kembali kekuatan, adu domba, monopoli perdagangan dengan dalih kerja sama, dan pendirian korps antigerilya seperti Marchausse.
  • 9. Belum adanya semangat persatuan dan kesatuan.

Perlawanan bangsa Indonesia di abad ke-19 di antaranya yaitu perlawanan rakyat Maluku yang dipimpin Pattimura, Perang Padri yang dipimpin Tuanku Imam Bonjol, Perang Diponegoro, dam perlawanan rakyat Bali yang dipimpin Raja Buleleng dan Patih Ketut Jelantik, seperti dikutip dari Explore Sejarah Indonesia Jilid 2 untuk SMA/SMA Kelas XI oleh Dr. Abdurakhman, S.S., M.Hum dan Arif Pradono, S.S., M.I.Kom.

Perlawanan di abad ke-19 melawan penjajah di nusantara juga termasuk Perang Batak yang dipimpin Sisingamangaraja XII, Perang Banjar yang dipimpin Pangeran Antasari, dan Perang Aceh yang dipimpin Teungku Cik Di Tiro, Cut Nyak Dien, Teuku Umar, Panglima Polem IX, Sultan Muhammad Daud Syah, Cut Meutia, dan sebagainya.

Kelak pada awal abad ke-20, perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Belanda tidak lagi dilakukan dengan cara peperangan seperti abad-abad sebelumnya.

Ciri perlawanan bangsa Indonesia di abad ke-19 sejak abad ke-17 mengandalkan kekuatan senjata. Namun pada perlawanan di abad 20, bangsa Indonesia bergerak melalui organisasi sosial budaya, ekonomi, dan politik. Organisasi tersebut kelak disebut sebagai organisasi pergerakan nasional.

Simak Video "Penampakan Hancurnya Chernihiv Ukraina"


[Gambas:Video 20detik]
(twu/lus)

Di bawah ini yang tidak termasuk ciri-ciri perjuangan sesudah abad ke-20 adalah

Salah satu ciri perlawanan sebelum abad ke-20 adalah….

(A) menggunakan organisasi modern

(B) tidak mengutamakan perjuangan fisik

(C) tidak bergantung pada pemimpin

(D) masih bergantung pada pemimpin

(E) sudah bersifat nasional

Corak perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan kolonial Belanda terbagi 2, yakni sebelum abad ke-20 dan sesudah abad ke-20. Sebagai batas waktunya adalah adanya Politik Etis yang dilakukan Belanda yang mana pada akhirnya melahirkan golongan terpelajar dengan corak perjuangan yang berbeda dengan perjuangan sebelumnya.

Corak perjuangan bangsa Indonesia sebelum abad ke-20 antara lain:

1. Perlawanan bersifat lokal 2. Tidak menggunakan organisasi modern

3. Dipimpin tokoh masyarakat yang disegani dan berkharisma

4. Melakukan perjuangan fisik / bersenjata
5. Mudah dipecah belah oleh Belanda

6. Perjuangan belum terorganisir

7. Tergantung pada pemimpin

Di bawah ini yang tidak termasuk ciri-ciri perjuangan sesudah abad ke-20 adalah
Pangeran Diponegoro

Jadi:

Salah satu ciri perlawanan sebelum abad ke-20 adalah…. (d. masih bergantung pada pemimpin)

Di bawah ini yang tidak termasuk ciri-ciri perjuangan sesudah abad ke-20 adalah

Mari berlomba lomba dalam kebaikan. Semoga isi dari blog ini membawa manfaat bagi para pengunjung blog. Terimakasih