Berolahraga sebelum belajar di sekolah pada masa jepang disebut dengan

Jepang diketahui merupakan salah satu negara yang sering menjadi tujuan untuk program beasiswa karena budaya belajarnya yang sangat baik. Penasaran dong apa saja kebiasaan unik sekolah di negeri bunga sakura ini? Nih, Ruangguru.com kasih bocorannya untuk kamu.

Jalan kaki

Di Jepang, pergi ke sekolah wajib berjalan kaki. Nah, sekolah untuk siswa SD sampai SMP ditentukan oleh pemerintah. Jadi, orangtua mendaftarkan anaknya ke Balai Kota setempat, kemudian akan ditentukan di mana anak tersebut bersekolah.

Faktor yang dipertimbangkan adalah jaraknya tidak terlalu jauh agar dapat dijangkau dengan berjalan kaki. Makanya tidak kenal macet-macetan deh ketika berangkat, plus tubuh sehat karena setiap hari berjalan kaki. Kalau sudah naik tingkat ke SMA, baru diperbolehkan naik kendaraan. Itu pun bukan motor atau mobil, tapi jitensha, semacam sepeda onthel. Hal ini sangat menunjukkan kesederhanaan warganya.

Tidak ada sekolah favorit

 

Berolahraga sebelum belajar di sekolah pada masa jepang disebut dengan

Foto: regex.info

 Dikarenakan sekolah diatur oleh pemerintah, maka tidak ada pembeda khusus mana sekolah favorit dan tidak. Dengan peraturan seperti ini, orangtua tidak perlu ‘berebut’ untuk memasukkan anaknya ke sekolah tertentu.

Tidak ada upacara bendera

Di negara asal kartun Doraemon tersebut, tidak diadakan upacara. Namun bukan berarti siswanya tidak memiliki nasionalisme, lho. Bahkan di beberapa SD tidak diwajibkan memakai seragam, kecuali seragam olahraga.

Waktu belajar

Untuk tingkat SD, waktu belajarnya adalah pukul delapan pagi hingga empat sore. Mata pelajaran yang diajarkan adalah Matematika, Bahasa Jepang, Seni, Olah raga, dan lifeskill. Khusus untuk siswa SD kelas 1 dan 2, fokus diajarkan PIPO LONDO (ping poro lan sudo), yaitu penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Siswa diajarkan empat hal tersebut secara terus-menerus sampai lancar. Untuk pelajaran Jepang, para siswa diwajibkan menghafal huruf kanji. Sedangkan untuk IPA, siswa diajak untuk terjun langsung ke alam, seperti memancing, diajak ke kebun, dan lainnya.

Buku project

Ketika libur musim panas tiba, siswa wajib membaca dan menyelesaikan satu buku project. Libur ini terbilang panjang, kira-kira 45 hari. Buku ini berisi project yang wajib dijalankan secara nyata oleh siswa. Nantinya, project ini akan dijadikan sebagai penilaian tugas sekolah.

Tas sekolah

Tas yang dipakai untuk sekolah adalah tas yang sama. Tas kotak yang biasa kita lihat di film-film Jepang, seperti Doraemon, yang disebut randoseru. Untuk siswa laki-laki, warna tas yang boleh dipakai adalah biru dan hitam. Sedangkan siswa perempuan diperbolehkan memakai tas berwarna-warni. 

Berolahraga sebelum belajar di sekolah pada masa jepang disebut dengan
Foto: Amazonaws.com 

Tas ini terbilang cukup mahal, yaitu seharga 3000 yen (Rp 3,5 juta), tapi bergaransi hingga enam tahun. Jadi, selama enam tahun duduk di bangku SD, siswa tidak diperkenankan untuk bergonta-ganti tas sekolah. Randoseru ini sifatnya tidak dapat dihibah ya, jadi satu tas hanya untuk dipakai oleh satu siswa.

No gadget

Meskipun berbagai gadget canggih berasal dari negara ini, tapi siswanya tidak diperkenankan membawa gadget ke sekolah. Satu-satunya penghubung antara orang tua dan anak adalah sekolah. Tanpa gadget, tidak ada perbedaan mana ‘si kaya’ dan ‘si miskin’ di sekolah.

Bangunan sekolah

 

Berolahraga sebelum belajar di sekolah pada masa jepang disebut dengan

Foto: loljapan 

Sekolah di negara yang 70 persennya dipenuhi pegunungan ini memiliki luas lahan minimal 1 hektar. Luas tanah untuk lapangan bahkan lebih besar dibandingkan dengan luas bangunannya. Sekolah yang ada di kota umumnya memiliki fasilitas lengkap untuk menunjang pembelajaran. Ada aula, lapangan outdoor, lapangan baseball, lapangan tenis, kolam renang, ruang klub, musik, masak, penyiaran radio, dan banyak lagi.

Festival budaya

Negara pengimpor hasil laut terbesar ini memiliki banyak acara kebudayaan di setiap sekolah. Dimulai dari pekan olahraga, camping tour, dan yang paling ditunggu adalah festival budaya (Bunkasai). Bunkasai bentuknya seperti pentas seni di Indonesia. Ada banyak stand jajanan Jepang, siswa dibebaskan mendekor kelas, dan setiap kelas biasanya membuat kafe atau rumah hantu. 

Berolahraga sebelum belajar di sekolah pada masa jepang disebut dengan
Foto: Japan Journal 

Festival budaya ini dilakukan oleh jenjang pendidikan dari TK hingga universitas selama 2-3 hari. Untuk tingkat SD hingga SMA sifatnya wajib, tapi untuk universitas bersifat seperti ekstrakurikuler. Bunkasai dimaksudkan untuk melihat prestasi sehari-hari dan menggunakan hasil belajar untuk meningkatkan motivasi. Acara ini biasanya ditutup dengan api unggun dan kembang api.

Demikianlah beberapa kebiasaan unik mengenai sekolah di negara Jepang. Banyak juga yang dapat memberikan inspirasi untuk negara kita sendiri ya. Salah satu yang patut dicontoh adalah kesederhanaan warganya.

Jakarta -

Indonesia berada di bawah kekuasaan militer Jepang pada tahun 1942-1945 sebelum akhirnya merdeka. Penjajahan ini juga berpengaruh terhadap sistem pendidikan yang diterapkan pada masa itu.

Dalam buku Ilmu Pengetahuan Sosial karya Ratna Sukmayani dkk dijelaskan, tujuan utama pendudukan Jepang atas Indonesia adalah menjadikan Indonesia sebagai daerah penghasil dan penyuplai bahan mentah dan bahan bakar kepentingan industri Jepang.

Pendudukan Jepang di Indonesia berlangsung selama tiga setengah tahun. Meski hanya seumur jagung, mereka membawa sejumlah kebijakan penting termasuk di sektor pendidikan yang bahkan masih bertahan dan ditemukan hingga hari ini.

Sistem pendidikan yang diterapkan pada masa pendudukan Jepang difokuskan pada kebutuhan perang Jepang. Kala menguasai Indonesia, Jepang tengah menghadapi Perang Asia Timur Raya.

Menurut Murni Ramli dalam tulisannya yang berjudul Primary School System in Java Before and Under Japanese Occupation (1940-1944), sekolah dasar di Indonesia pada masa pendudukan Jepang menekankan pendidikan praktis, tidak seperti sistem Belanda yang hanya membina dan memelihara sisi akademis.

Tulisan yang diterbitkan dalam International Journal of History Education ini menyebut, kurikulum pada saat itu telah di-Japanisasi melalui pengenalan mata pelajaran baru, seperti bahasa Jepang, pendidikan jiwa/mental, pendidikan jasmani, dan kegiatan kejuruan.

Literatur tentang pendidikan di era pendudukan Jepang (1942-1945) masih terbatas. Beberapa peneliti juga terkendala dari segi bahasa. Sebagian besar dokumen militer Jepang ditulis menggunakan bahasa Jepang kuno, baik tata bahasa maupun karakternya.

R. Thomas Murray dalam tulisannya yang berjudul Educational Remnants of Military Occupation: The Japanese in Indonesia memberikan gambaran terkait sejumlah kebijakan pendidikan yang ditempuh militer Jepang di Indonesia.

Beberapa di antaranya adalah menghapus bahasa Belanda di sekolah, melarang menggunakan dan mengajar bahasa Inggris dan Prancis, mengajarkan bahasa Jepang di sekolah dasar dan menengah, dan melakukan akreditasi bahasa Melayu/Indonesia sebagai bahasa nasional yang digunakan di sekolah untuk kepentingan administrasi.

Selain itu, pemerintah Jepang juga menghapus ajaran sejarah Belanda dan Eropa dan menggantinya dengan sejarah Asia, Jepang, dan Indonesia. Mereka juga menerapkan aktivitas fisik dan mengadakan latihan militer di sekolah menengah secara intensif.

Simak Video "Dubes Marina Berg Bicara soal Sistem Pendidikan di Swedia"



(kri/lus)