Berikut yang bukan termasuk tujuan kegiatan pengklasifikasian barang produk bagi penjual adalah

Klasifikasi berasal dari kata classification yang berarti ‘mengatur’. Mengklasifikasikan barang berarti mengelompokkan dan menata produk/barang yang bertujuan memudahkan konsumen. Kegiatan mengklasifikasi barang dagang banyak dilakukan oleh toko-toko atau pedagang eceran (retailler), seperti departement store, toserba, dan pasar swalayan. Lalu, bagaimana cara mengklasifikasikan barang secara baik dan benar? Bagaimanakah cara membuat klasifikasi produk? Mari kita pelajari bab berikut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

A. Spesifikasi Produk Pada Umumnya

Kebutuhan manusia yang beragam dan mengalami perkembangan seiring waktu memunculkan banyak alat pemuas kebutuhan dengan beragam jenis. 

1. Berdasarkan Tujuan Pemakainnya

Berdasarkan tujuan pemakaiannya, barang dapat digolongkan menjadi sebagai berikut.

a. Barang Industri (Industrial Goods)

Barang industri adalah barang yang dibeli untuk diproses kembali dengan tujuan memenuhi kebutuhan industri. Konsumen dari barang industri adalah perusahaan, pebisnis, lembaga atau organisasi, termasuk organisasi yang bertujuan untuk mencari laba. Barang industri dapat dikelompokkan sebagai berikut.

1) Bahan Baku (Materials)

Bahan baku di antaranya barang dari hasil pertanian dan pengolahan alam. Bahan baku yang berasal dari hasil pertanian adalah bahan yang berasal dari proses pengolahan tanah dan tanaman, misalnya kopi, kelapa sawit, getah karet, ternak, buah-buahan, dan sayuran. Bahan baku yang berasal dari hasil pengolahan alam antara lain semua jenis hasil tambang, seperti minyak bumi, biji besi, ikan, kayu, rotan, dan lain-lain.

2) Bahan Setengah Jadi

Bahan setengah jadi adalah barang hasil produksi yang masih memerlukan proses lebih lanjut agar dapat digunakan untuk menghasilkan barang jadi. Contohnya benang tenun, karet mentah, dan kawat.

3) Suku Cadang (Component Materials)

Component materials telah melalui tahap standardisasi yang memengaruhi harga dan mutu yang ditawarkan pemasok terhadap pembeli. Sementara itu, component parts seluruhnya masuk ke dalam produk jadi yang tidak mengalami perubahan bentuk dan sifat. Contohnya, ban langsung dipasangkan pada bagian mobil atau sepeda motor dan chip semikonduktor yang langsung dipasang di komputer-komputer.

b. Barang Modal (Capital Item)

Barang modal adalah seluruh barang yang digunakan dalam proses produksi dan menghasilkan produk jadi. Capital items terdiri atas barang-barang tahan lama (long-lasting) yang memberi kemudahan dalam mengembangkan produk jadi. Barang modal yang dimaksud adalah barang yang digunakan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi.

Barang modal dapat dikelompokkan sebagai berikut.

1) Instalasi

Instalasi merupakan alat produksi utama dalam sebuah perusahaan dengan jangka waktu penggunaan yang relatif panjang. Instalasi meliputi bangunan (pabrik dan kantor) dan peralatan (generator, komputer, tangga berjalan, mesin bor, mesin diesel, dan tungku pembakaran).

2) Peralatan Esktra (Tambahan)

Peralatan eskstra berfungsi sebagai penunjang dan pelengkap peralatan instalasi. Contohnya tang dan pengungkit. Adapun peralatan ekstra yang tidak berkaitan langsung dengan proses produksi adalah peralatan yang digunakan untuk kegiatan administrasi di kantor, berupa komputer dan mesin fotokopi.

3) Pembekalan dan Pelayanan (Supplies and Service)

Supplies terdiri dari perlengkapan operasi (minyak pelumas, batu bara, tinta mesin fotokopi, tinta printer, dan pensil), bahan pemeliharaan dan reparasi (cat, batu, sapu, dan sikat).

Business service terdiri dari jasa pemeliharaan dan reparasi (reparasi mesin tik dan pembersih kaca/ruangan) dan jasa konsultasi bisnis (konsultasi manajemen, hukum, perpajakan, dan periklanan).

c. Barang Konsumsi (Consumer Goods)

Barang konsumsi adalah barang yang digunakan untuk konsumsi sendiri dan keluarga. Oleh karena itu, konsumen ini dikategorikan sebagai konsumen akhir karena barang tidak diproses lagi. Barang konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri (individu rumah tangga), bukan untuk tujuan bisnis. Barang konsumen diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu convenience goods, shopping goods, speciality goods, dan unsought goods.

1) Convenience Goods (Barang-barang Kebutuhan Sendiri)

Convenience goods adalah barang-barang yang rutin dibeli oleh konsumen dengan usaha dan pertimbangan dalam membelinya. Contohnya, sabun, gula, pasta gigi, dan koran. Convenience goods dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu staples, impulse goods, dan emergency goods.

a) Staples adalah barang yang dibeli konsumen secara reguler atau rutin, misalnya sabun mandi dan sampo.

b) Impulse goods adalah barang yang dibeli tanpa direncanakan sebelumnya. Umumnya, impulse goods tersedia dan dipajang di banyak tempat, sehingga konsumen mudah menemukannya. Contohnya cokelat dan permen yang dipajang di dekat kasir atau tempat strategis lainnya dalam area supermarket.

c) Emergency goods adalah barang yang dibeli karena konsumen merasa sangat membutuhkannya, misalnya payung dan jas hujan untuk menghadapi musim penghujan.

2) Shopping Goods (Barang-barang yang Dipilih)

Shopping goods adalah barang-barang yang dipilih dan dibandingkan oleh konsumen berdasarkan kriteria tertentu. Contohnya, harga, mutu, dan model masing-masing barang. Contohnya, alat-alat rumah tangga, pakaian, dan furnitur. Shopping goods terdiri atas dua jenis, yaitu homogeneous shopping goods dan heterogeneous shopping goods.

a) Homogeneous shopping goods merupakan barang-barang yang dianggap oleh konsumen, mutunya mirip/serupa tetapi harganya berbeda. Konsumen akan mencari dan membandingkan harga dari setiap toko. Contohnya, produk berupa televisi dan mesin cuci.

b) Heterogeneous shopping goods adalah barang-barang yang aspek karakteristik atau ciri-cirinya (features) dianggap lebih penting oleh konsumen daripada aspek harganya. Konsumen memiliki persepsi berbeda dalam hal mutu dan atribut. Contohnya pakaian dan mebel.

Shopping goods memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a) Barang-barang yang sebelumnya dibeli dibandingkan satu sama lain atas dasar: suitability (kecocokan), quality (mutu/mutu), price (harga), dan style (gaya/model)

b) Faktor yang menentukan pembelian barang tersebut adalah ukuran dan warna, model dan desain.

c) Konsumen bersedia untuk meluangkan waktunya dalam memilah barang-barang yang diinginkannya, misalnya pakaian jadi, tekstil, jin, sepatu, tas, dan kaca mata.

3) Speciality Goods

Speciality goods adalah barang yang memiliki karakteristik atau merek yang unik. Pembeli memerlukan usaha khusus untuk mendapatkan barang tersebut. Speciality goods memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a) Barang-barang yang dibeli atas dasar suatu merek/brand tertentu. Konsumen terpengaruh oleh ciri khas dari barang yang diiklankan sebelumnya.

b) Harganya relatif tinggi. Produsen dari kelompok ini bergantung kepada dealer yang akan membeli. Contohnya mobil, perlengkapan kamera, dan peralatan kosmetik.

4) Unsought Goods

Unsought goods adalah barang yang tidak diketahui atau bisa juga tidak diketahui oleh konsumen, tetapi biasanya tidak terpikir untuk membelinya. Produk baru seperti detektor asap dan prosesor makanan adalah barang yang tidak dicari sampai tiba saatnya konsumen mengenalnya melalui iklan.

2. Berdasarkan Manfaat/Tingkat Kepuasan

a. Deficient Product

Deficient products secara harfiah berarti barang-barang yang tidak bagus atau tidak sempurna. Barang-barang ini tidak membawa manfaat (kepuasan/kebaikan) bagi konsumen dan masyarakat, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Contoh: obat-obatan yang tidak mujarab atau bahkan memiliki efek samping yang membahayakan. Deficient products harus segera dihapus dari daftar produk karena jelas tidak menguntungkan perusahaan dan masyarakat.

b. Pleasing Products

Pleasing products (secara harfiah berarti produk yang menyenangkan) adalah produk-produk yang memberi kepuasan dan manfaat yang tinggi dalam jangka pendek, tetapi bisa merugikan konsumen dalam jangka panjang. Contoh: rokok, makanan cepat saji (junk food), minuman beralkohol. Rokok, misalnya, memberi kenikmatan bagi konsumen dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang bisa memicu masalah kesehatan, seperti gangguan paru-paru dan jantung. Sama halnya, junk food memberi kepuasan dalam jangka pendek karena kelezatannya, namun dalam jangka panjang bisa memicu penyakit diabetes atau kolesterol.

c. Salutary Products

Salutary products (secara harfiah berarti produk yang bermanfaat/berguna) adalah bentuk-bentuk yang kurang memiliki daya tarik atau memberi kepuasan yang rendah dalam jangka pendek, tetapi bermanfaat bagi konsumen/masyarakat dalam jangka panjang. Contoh: produk asuransi kesehatan/jiwa, helm sepeda, beberapa jenis obat salep.

d. Desirable Products

Desirable products (secara harfiah berarti produk yang didambakan) adalah produk-produk yang memiliki daya tarik serta memberi kepuasan yang tinggi, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Contoh: suplemen vitamin, sereal bergizi untuk sarapan, bohlam LED (lebih terang, awet, dan hemat energi). Produk-produk Body Shop kerap juga dianggap sebagai contoh derisable products karena memberi kepuasan jangka pendek serta membantu masyarakat dalam jangka panjang karena dihubungkan dengan yayasan kanker payudara.

Berikut yang bukan termasuk tujuan kegiatan pengklasifikasian barang produk bagi penjual adalah
Halaman 89

Menurut Philip Kotler (2009), pleasing products dan salutary products harus dimodifikasi (di-upgrade) ke tingkat desirable tanpa mengurangi sifat pleasing-nya dalam jangka pendek. Dengan kata lain, menciptakan desirable product harus menjadi tujuan utama setiap perusahaan. Produk tidak hanya memiliki daya tarik dan menyenangkan, tetapi juga memiliki manfaat dalam jangka panjang. Sementara itu, Kotler juga menambahkan, salutari products harus dimodifikasi dengan memasukkan unsur pleasing di dalamnya, sehingga menjadi desirable di mata konsumen.

3. Berdasarkan Sifat Konsumsi

a. Barang Klasik

Barang klasik adalah barang yang tetap digemari oleh konsumen sepanjang masa meskipun banyak model dan produk baru yang bermunculan. Penggemar barang ini sangat fanatik terhadap merek barang tertentu karena dapat memberikan kebanggaan dan kepuasan, misalnya blue jeans merek Levi’s.

b. Barang Kontemporer

Barang kontemporer dipengaruhi tren dan kegemaran konsumen. Barang tersebut memiliki manfaat ekonomis bagi penjual karena banyak dicari. Sementara itu, manfaat bagi konsumen adalah memberikan rasa percaya diri karena mampu mengikuti tren di lingkungannya.

c. Barang Adjustable

Barang adjustable adalah barang yang menyesuaikan perubahan iklim. Barang tersebut akan dirasakan manfaatnya jika terjadi perubahan musim, seperti musim penghujan atau kemarau. Contohnya adalah jas hujan.

d. Barang Luxurious

Barang luxurious adalah barang mewah dan konsumennya berasal dari golongan tertentu. Pemilik toko akan menyediakan ruangan khusus untuk memberikan kesan mewah lengkap dengan pengawasan yang ketat. Manfaat yang dirasakan oleh konsumen adalah kemewahan dan prestisius . Contohnya berlian dan jam tangan mewah.

e. Barang Prestisius

Barang prestisius adalah barang yang menunjukkan kedudukan seseorang dalam struktur sosial di masyarakat. Barang tersebut biasanya ditata dan dikelompokkan secara eksklusif di dalam toko. Manfaat yang dirasakan konsumen berbentuk image tertentu. Contohnya, orang menggunakan dasi diasosiasikan dengan orang yang cerdas serta memiliki kedudukan penting di perusahaan.

f. Barang Praktis

Barang praktis adalah barang yang penggunaannya tidak rumit dan membangun kesan santai. Manfaat yang dirasakan konsumen adalah perasaan bebas dan nyaman untuk digunakan dalam kegiatan sehari-hari di luar dinas. Contohnya sandal dan T-shirt.

4. Berdasarkan Daya Tahan Produk

Berdasarkan aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang yaitu sebagai berikut.

a. Barang Tidak Tahan Lama (Nondurable Goods)

Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Hal ini berarti nilai ekonomisnya kurang dari satu tahun. Contohnya: sabun, minuman dan makanan ringan, kapur tulis, gula, dan garam. Strategi pemasaran barang nondurable goods adalah dengan menerapkan mark-up kecil dan gencar mengiklankannya. Hal ini karena frekuensi pembelian barang tersebut tinggi.

b. Barang Tahan Lama (Durable Goods)

Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang dapat bertahan lama meskipun rutin digunakan. Contohnya adalah televisi, lemari es, mobil, dan komputer. Jenis barang ini membutuhkan personal selling dan pelayanan yang lebih banyak daripada barang tidak tahan lama, memberikan keuntungan lebih besar, dan membutuhkan jaminan/garansi tertentu dari penjualnya.

5. Berdasarkan Cara Penyimpanannya

a. Barang yang memerlukan penyimpanan khusus. Contohnya adalah es krim, obat.

b. Barang yang tidak memerlukan penyimpanan khusus. Contohnya adalah makanan kering, fashion.

6. Berdasarkan Sifat Barangnya

a. Barang konkret, misalnya barang elektronik, pakaian.

b. Barang abstrak, misalnya pulsa elektrik, lagu.

7. Berdasarkan Bentuknya

a. Barang padat, misalnya beras, meja.

b. Barang cair, misalnya shampo, minyak.

8. Berdasarkan Cara Pemakaiannya

a. Barang komplementer, misalnya adalah kompor dengan gas.

b. Barang substitusi, misalnya beras dengan roti.

B. Spesifikasi Produk Supermarket

Supermarket adalah toko swalayan yang terbagi dalam beberapa departemen dan menawarkan berbagai macam jenis makanan dan perlengkapan rumah tangga. Supermarket berukuran lebih besar dengan lebih banyak pilihan produk daripada toko grosir yang tradisional. Supermarket terdiri dari departemen-departemen yang menjual daging, hasil bumi, hasil peternakan seperti keju, susu, mentega, serta berbagai macam roti dan makanan kecil bersama dengan rak-rak khusus yang menyediakan makanan kaleng dan kemasan lainnya.

Kebanyakan supermarket menjual berbagai macam kebutuhan rutin rumah tangga seperti minuman dan pakaian serta variasi barang lainnya. Pengelolaan barang di supermarket biasanya ditangani bagian khusus, yaitu merchandising. Tugasnya adalah menganalisis, melaksanakan, dan mengendalikan barang dagang, seperti posisi peletakan barang, mutu, dan kuantitas yang tepat. Hal-hal yang perlu dikuasai oleh seorang merchandiser adalah sebagai berikut.

  • Harus mengenal jenis barang.
  • Mengetahui letak barang di toko.
  • Mengetahui cara display yang benar.
  • Mengetahui posisi label rak.
  • Bertanggung jawab.
  • Menjaga kebersihan rak serta barang-barang yang ada di pajangan.
  • Menghindari kekosongan barang yang dipajang.
  • Memberi label pada semua barang yang ada di pajangan.

Dalam penyusunan klasifikasi produk, hal yang harus diperhatikan adalah jenis produk, peletakan barang sesuai klasifikasi, dan unsur estetika (seni) pada saat menata atau memajangnya. Hal tersebut berlaku pada pajangan luar (exterior display) maupun pada pajangan dalam (interior display).

1. Spesifikasi Produk

Barang supermarket meliputi departemen-departemen sebagai berikut.

a. Departemen Food

Departemen food meliputi semua jenis makanan, seperti:

1) Milk and milk powder (susu untuk bayi sampai dewasa).

2) Biscuits (sejenis wafer dan cikelat).

3) Drink (jenis minuman berenergi, obat, soda, dan jus).

4) Canned food (makanan yang diawetkan dalam kaleng).

5) Snack (makanan ringan, termasuk hasil industri rumah tangga, misalnya kerupuk dan kacang).

6) Seasoning (aneka macam bumbu masakan lokal, nasional, dan internasional).

7) Local basic (sembilan bahan pokok atau sembako).

8) Bakery (seperti roti tawar dan roti manis).

9) Baking needs (jenis-jenis bahan untuk pembuatan kue, seperti ovelet, TBM, dan fermipan).

10) Candies and chocolate (permen dan cokelat).

11) Noodles (mie dan sejenisnya).

12) Breakfast (untuk sarapan dan minuman, seperti teh, kopi, dan sereal).

13) Syrup (minuman sari buah).

14) Cooking oil (minyak goreng).

15) Dry goods (makanan yang diawetkan dengan cara dikeringkan).

16) Cigarette (rokok).

b. Departemen Non-food

Departemen non-food meliputi barang-barang selain makanan, seperti:

1) Hair care (aneka bahan untuk perawatan rambut, seperti sampo dan minyak rambut).

2) Body care (aneka bahan untuk perawatan tubuh, seperti sabun mandi dan hand and body lotion).

3) Skin care (aneka bahan untuk perawatan kulit, misalnya obat jerawat, pelembab, dan pemutih wajah atau kulit).

4) Mouth care (aneka bahan untuk perawatan gigi, seperti pasta gigi, sikat gigi, dan obat kumur).

5) Cleaning aid (aneka bahan untuk pembersih, pengharum lantai, dan pembersih pakaian).

6) Insect killer (pembunuh serangga).

7) Air freshener (pengharum ruangan).

8) Tissue and piper product (aneka tisu dan kelengkapan wanita).

9) Kosmetik tradisional dan internasional.

10) Obat-obatan (aneka obat yang tidak dapat dimakan, seperti Hansaplast dan Betadine).

c. Departemen Household

Departemen household (perlengkapan rumah tangga) meliputi sebagai berikut.

1) Electrical (peralatan yang menggunakan listrik, misalnya magic jar dan setrika).

2) Party wear (perlengkapan pesta, misalnya piring kertas dan sendok plastik).

3) Seasonal goods (barang musiman, seperti payung dan jas hujan).

4) Luggage (tas dan koper).

5) Hardware (perlengkapan untuk bengkel, seperti palu dan tang).

6) Souvenir (barang pajangan, hiasan, dan cendera mata).

7) Plasticware (perlengkapan rumah tangga dari bahan plastik).

8) Kitchenware (perlengkapan dapur, seperti kompor gas dan wajan).

9) Melamine ware (perlengkapan yang terbuat dari melamin, seperti piring, sendok, dan garpu).

10) Cleaning equipment (perlengkapan kebersihan, seperti sapu lantai, sapu pel, dan keset).

11) Glassware (perlengkapan dari kaca dan beling, misalnya gelas, piring, dan cangkir).

d. Departemen Toys

Departemen toys merupakan semua jenis mainan anak-anak. Toys dikelompokkan menjadi lima, antara lain sebagai berikut.

1) Soft toys, merupakan mainan khusus untuk anak perempuan, misalnya boneka.

2) Battered operated toys for boys, merupakan mainan anak laki-laki yang menggunakan baterai, seperti mobil-mobilan, pistol-pistolan, dan robot-robotan.

3) Battered operated toys for girls, merupakan aneka mainan anak perempuan yang menggunakan baterai, misalnya boneka, alat untuk masak-masakan, dan alat musik mainan.

4) Game, yaitu peralatan bermain yang digunakan anak-anak, baik peralatan tradisional, maupun internasional, misalnya dakon, ular tangga, bola basket, dan catur.

5) Educational toys, yaitu permainan yang mengandung unsur pendidikan, misalnya catur, scrabble/mainan penyusun huruf, lego/mainan membuat konstruksi jembatan rumah, dan gedung.

e. Departemen Stationary

Departemen stationary meliputi semua peralatan tulis dan kantor, seperti pensil, buku, tas, dan koper.

2. Pengodean Produk Supermarket

Penataan produk di counter tiap-tiap departemen didasarkan pada ukuran, warna, mutu, merek, model, dan harga. Setiap barang diberi kode yang telah ditentukan oleh departemen yang bersangkutan. Setiap barang mempunyai kode yang berbeda untuk memudahkan pemeriksaan. Contoh:

Berikut yang bukan termasuk tujuan kegiatan pengklasifikasian barang produk bagi penjual adalah
Halaman 95

Selain kode-kode tersebut, dapat ditambahkan kode pemasok barang (supplier). Pramuniaga cukup menulis kode barang. Pihak-pihak terkait, seperti kasir, sudah dapat mengetahui jenis barang yang dijual, terutama jika kode tersebut telah diprogramkan ke dalam cash register. Kasir cukup menekan kode tersebut dan secara otomatis cash register dapat membacanya. Di departemen store, biasanya daftar rincian klasifikasi barang dibuat hanya mengklasifikasi kelompok barang dan jenis barangnya saja. Hal ini karena setiap counter sudah memahami tugas masing-masing dan mengetahui barang dagang yang menjadi wewenangnya. Berikut daftar rincian pada tiap departemen.

Berikut yang bukan termasuk tujuan kegiatan pengklasifikasian barang produk bagi penjual adalah
Halaman 95
Berikut yang bukan termasuk tujuan kegiatan pengklasifikasian barang produk bagi penjual adalah
Halaman 96

3. Langkah Klasifikasi Produk Fashion

Pada departemen store yang memiliki gedung bertingkat, golongan barang tersebut dijadikan dasar dalam pembagian lantai, berdasarkan data kelompok barang disesuaikan dengan jenis barang masing-masing. Di departemen store, jenis barang ini didasarkan padapertimbangan nama counter (bagian penjualan di toko). Contohnya sebagai berikut.

Berikut yang bukan termasuk tujuan kegiatan pengklasifikasian barang produk bagi penjual adalah
Halaman 96

Dari pembagian macam-macam barang (counter) diklasifikasikan berdasarkan spesifikasi barang yang dijual di counter masing-masing.

Berikut yang bukan termasuk tujuan kegiatan pengklasifikasian barang produk bagi penjual adalah
Halaman 97

4. Klasifikasi Produk Berdasarkan Merek

Pengklasifikasian barang berdasarkan merek atau warna diawali dengan menyamakan jenis-jenis produknya. Contohnya, barang pada toko sepatu harus berdasarkan pada jenis berikut.

a. Pengelompokan Jenis Sepatu

Pertama-tama dikelompokkan dahulu jenis sepatunya, apakah sepatu untuk laki-laki, wanita, anak laki-laki, atau anak-anak perempuan, atau dengan cara berikut.

1) Melakukan pengelompokkan sepatu kulit untuk laki-laki, perempuan, anak laki-laki, anak perempuan.

2) Melakukan pengelompokkan sepatu kanvas untuk laki-laki, perempuan, anak-laki-laki, anak perempuan.

3) Selanjutnya, dilakukan pengelompokkan berdasarkan merek (brand) sepatu.

4) Pengelompokkan berdasarkan warnanya, hitam, putih, merah, abu-abu, dan sebagainya.

b. Pengelompokkan Jenis Kain

Contoh berikutnya adalah pengelompokkan pada barang dagang berupa kain (textile).

1) Pertama-tama, kain dikelompokkan berdasarkan jenisnya, apakah jenis kain wool, dacron, katun, tetoron, terylin, dan siphon.

2) Selanjutnya, kain dikelompokkan berdasarkan merek atau pabriknya, misalnya Nini Ricci, El Roro, Fematex, dan Signatex.

3) Setelah penyusunan, barulah kain tersebut dikelompokkan berdasarkan warnanya.

Berdasarkan pengelompokkan tersebut, departement store menyediakan atau menyewakan stand khusus atau counter khusus untuk merek dagang tertentu. Hal itu terutama bagi merek kelompok, yaitu merek yang digunakan pada berbagai produk seperti pakaian anak, sepatu, dan lain sebagainya. Jika merek yang digunakan terkenal, biasanya departement store menyediakan etalase sendiri.

C. Spesifikasi Produk Fresh

Barang fresh dikelola oleh departemen fresh. Departemen fresh adalah bagian dari supermarket yang menyediakan produk bahan makanan yang masih segar ataupun yang sudah diolah dan memerlukan kondisi khusus, serta memiliki masa kedaluwarsa yang relatif singkat. Berikut uraian tentang produk-produk fresh.

Berikut yang bukan termasuk tujuan kegiatan pengklasifikasian barang produk bagi penjual adalah
Halaman 98
Berikut yang bukan termasuk tujuan kegiatan pengklasifikasian barang produk bagi penjual adalah
Halaman 99

D. Spesifikasi Produk Fashion

Berdasarkan kelompoknya, berikut ini jenis-jenis produk fashion secara terperinci.

Berikut yang bukan termasuk tujuan kegiatan pengklasifikasian barang produk bagi penjual adalah
Halaman 99
Berikut yang bukan termasuk tujuan kegiatan pengklasifikasian barang produk bagi penjual adalah
Halaman 100
Berikut yang bukan termasuk tujuan kegiatan pengklasifikasian barang produk bagi penjual adalah
Halaman 101
Berikut yang bukan termasuk tujuan kegiatan pengklasifikasian barang produk bagi penjual adalah
Halaman 102
Berikut yang bukan termasuk tujuan kegiatan pengklasifikasian barang produk bagi penjual adalah
Halaman 103

Sumber:

Harti, Dwi. Puji Nuryati dan Utami Hadiyati. 2018. Penataan Produk. Jakarta: Erlangga.

Kalo menurut kamu konten ini bermanfaat, share ke temen-temen yang membutuhkan ya! 😊