Berikut yang bukan menunjukkan ciri-ciri yang memiliki kebutuhan akan prestasi adalah

David McClelland memelopori motivasi kerja berpikir, mengembangkan pencapaian berbasis teori dan model motivasi, dan dipromosikan dalam perbaikan metode penilaian karyawan, serta advokasi berbasis kompetensi penilaian dan tes. Ide nya telah diadopsi secara luas di berbagai organisasi, dan berkaitan erat dengan Teori Dua Faktor dari Frederick Herzberg.

David McClelland dikenal menjelaskan tiga jenis motivasi, yang diidentifikasi dalam buku ”The Achieving Society”:

  1. Motivasi untuk berprestasi (n-ACH)
  2. Motivasi untuk berkuasa (n-pow)
  3. Motivasi untuk berafiliasi/bersahabat (n-affil)

Model Motivasi Prestasi McClelland

David McClelland, dalam teorinya Mc.Clelland’s Achievment Motivation Theory atau teori motivasi prestasi McClelland mengemukakan bahwa individu mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau dorongan motivasi individu dan situasi serta peluang yang tersedia.

Teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan yaitu kebutuhan akan prestasi (achievment), kebutuhan kekuasaan (power), dan kebutuhan afiliasi.

Model motivasi ini ditemukan diberbagai lini organisasi, baik staf maupun manajer. Beberapa karyawan memiliki karakter yang merupakan perpaduan dari model motivasi tersebut.

  • Kebutuhan akan prestasi (n-ACH)

    Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses. Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Ciri-ciri inidividu yang menunjukkan orientasi tinggi antara lain bersedia menerima resiko yang relatif tinggi, keinginan untuk mendapatkan umpan balik tentang hasil kerja mereka, keinginan mendapatkan tanggung jawab pemecahan masalah.

    n-ACH adalah motivasi untuk berprestasi , karena itu karyawan akan berusaha mencapai prestasi tertingginya, pencapaian tujuan tersebut bersifat realistis tetapi menantang, dan kemajuan dalam pekerjaan. Karyawan perlu mendapat umpan balik dari lingkungannya sebagai bentuk pengakuan terhadap prestasinya tersebut.

  • Kebutuhan akan kekuasaan (n-pow)

    Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini pada teori Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. McClelland menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu posisi kepemimpinan.

    n-pow adalah motivasi terhadap kekuasaan. Karyawan memiliki motivasi untuk berpengaruh terhadap lingkungannya, memiliki karakter kuat untuk memimpin dan memiliki ide-ide untuk menang. Ada juga motivasi untuk peningkatan status dan prestise pribadi.

  • Kebutuhan untuk berafiliasi atau bersahabat (n-affil)

    Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi.

McClelland mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi.

Karakteristik dan sikap motivasi prestasi ala Mcclelland:

  • Pencapaian adalah lebih penting daripada materi.
  • Mencapai tujuan atau tugas memberikan kepuasan pribadi yang lebih besar daripada menerima pujian atau pengakuan.
  • Umpan balik sangat penting, karena merupakan ukuran sukses (umpan balik yang diandalkan, kuantitatif dan faktual).

Penelitian David Mcclelland

Penelitian McClelland terhadap para usahawan menunjukkan bukti yang lebih bermakna mengenai motivasi berprestasi dibanding kelompok yang berasal dari pekerjaan lain. Artinya para usahawan mempunyai n-ach yang lebih tinggi dibanding dari profesi lain.

Kewirausahaan adalah merupakan kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumberdaya untuk mencari peluang sukses (Suryana, 2006). Kreativitas adalah kemampuan mengembangkan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang (Suryana, 2006). Inovasi adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan peluang (Suryana, 2006). Ciri-ciri pokok peranan kewirausahaan (McClelland, 1961 dalam Suyanto, 1987) meliputi Perilaku kewirausahaan, yang mencakup memikul risiko yang tidak terlalu besar sebagai suatu akibat dari keahlian dan bukan karena kebetulan, kegiatan yang penuh semangat dan/atau yang berdaya cipta, tanggung jawab pribadi, serta pengetahuan tentang hasil-hasil keputusan; uang sebagai ukuran atas hasil.

Ciri lainnya, minat terhadap pekerjaan kewirausahaan sebagai suatu akibat dari martabat dan ‘sikap berisiko’ mereka. Seorang wirausaha adalah risk taker. Risk taker dimaksudkan bahwa seorang wirausaha dalam membuat keputusan perlu menghitung risiko yang akan ditanggungnya. Peranan ini dijalankan karena dia membuat keputusan dalam keadaan tidak pasti. Wirausaha mengambil risiko yang moderat, tidak terlalu tinggi (seperti penjudi), juga tidak terlalu rendah seperti orang yang pasif (Hanafi, 2003). Dari hasil penelitiannya, McClelland (1961) menyatakan bahwa dalam keadaan yang mengandung risiko yang tak terlalu besar, kinerja wirausaha akan lebih tergantung pada keahlian- atau pada prestasi - dibanding pekerjaan lain.

Seorang wirausaha untuk melakukan inovasi atau pembaharuan perlu semangat dan aktif. Mereka bisa bekerja dalam waktu yang panjang, misal 70 jam hingga 80 jam per minggu. Bukan lama waktu yang penting, namun karena semangatnya mereka tahan bekerja dalam waktu yang panjang. Bagi individu yang memiliki n-ach tinggi tidak begitu tertarik pada pengakuan masyarakat atas sukses mereka, akan tetapi mereka benar-benar memerlukan suatu cara untuk mengukur seberapa baik yang telah dilakukan.

Dari penelitiannya, McClelland menyimpulkan bahwa kepuasan prestasi berasal dari pengambilan prakarsa untuk bertindak sehingga sukses, dan bukannya dari pengakuan umum terhadap prestasi pribadi. Selain itu juga diperoleh kesimpulan bahwa orang yang memiliki n-ach tinggi tidak begitu terpengaruh oleh imbalan uang, mereka tertarik pada prestasi. Standar untuk mengukur sukses bagi wirausaha adalah jelas, misal laba, besarnya pangsa pasar atau laju pertumbuhan penjualan.

Setelah kita mempelajari pengertian motivasi berprestasi pada kesempatan yang lau, namun bagi yang belum mengetahui apa itu pengertian motivasi berprestasi dapat dilihat di sini "Pengertian Motivasi Berprestasi", selanjutnya bagaimanakah ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi itu? serta faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi berprestasi? Setiap individu mempunyai tingkat motivasi berprestasi yang berbeda-beda. Untuk menjawab hal tersebut, ada beberapa pendapat yang menjelaskan hal tersebut, diantaranya menurut Atkinson, Wyner, McClelland dan Heckhausen, yaitu sebagai berikut :

CIRI-CIRI INDIVIDU DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI TINGGI


Menurut Atkinson (1975)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Atkinson (dalam Menhrabian dan Bank, 1975), menjelaskan bahwa untuk mengetahui motivasi berprestasi seseorang terdapat dua kecenderungan perilaku, yaitu :

  1. Individu yang cenderung mengejar atau mendekati kesuksesan (tedency approach succes).
  2. Individu yang berusaha menghindari kegagalan (tendecy to avoid failure).

Berikut yang bukan menunjukkan ciri-ciri yang memiliki kebutuhan akan prestasi adalah
Motivasi Berprestasi
(sumber : rahmawanpb.blogspot.com) 

Menurut Wyner (1988)

Menurut Wyner (dikutip Haditomo, 1988) menyebutkan ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi adalah sebagai berikut :

  1. Individu yang menunjukkan aktivitas yang berprestasi.
  2. Individu yang menunjukkan ketekunan dan tidak putus asa dalam menghadapi kegagalan.
  3. Individu yang memilih tugas-tugas tingkat kesulitan yang sedang-sedang.

Menurut McClelland (1988)

Menurut Mc Clelland (dikutip dari Gibson, 1988) dalam risetnya menggambarkan bahwa orang-orang yang berprestasi tinggi dalam masyarakat adalah :

  1. Mereka yang memiliki berprestasi tinggi lebih suka menetapkan sendiri tujuan prsetasinya.
  2. Mereka lebih suka menghindari tujuan prestasi yang mudah dan sukar karena mereka lebih menyukai tujuan yang sesuai dengan kemampuan mereka.
  3. Mereka lebih menyukai balikan (feed-back) yang cepat dan efisien mengenai prestasi mereka.
  4. Mereka yang senang dan bertanggung jawab memecahkan setiap masalah yang terjadi.

Menurut Heckhausen (1982)

Merurut Heckhausen (dikutip Malayani, 1982) mengemukakan ada enam sifat individu yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi. Sifat-sifat tersebut adalah :

  1. Individu yang lebih mempunyai kepercayaan dalam menjalankan tugas yang berhubungan dengan prestasi.
  2. Individu yang mempunyai sikap yang berorientasi ke masa depan dan lebih dapat menangguhkan pemuasan untuk dapat menjalankan penghargaan (reward) pada waktu kemudian.
  3. Individu yang memilih tugas yang kesukarannya sedang.
  4. Individu yang tidak suka membuang-buang waktu.
  5. Individu yang dalam pencarian pasangan lebih suka memiliki kemampuan daripada simpatik.
  6. Individu yang lebih tangguh dalam suatu tugas.


Kesimpulan Dari pendapat para ahli di atas dapat dinyatakan bahwa pada dasarnya pandangan mereka tidak jauh berbeda dan semuanya mempunyi gambaran bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan selalu bekerja keras, tangguh, tidak mudah putus asa, berorientasi ke masa depan, menyenangi tugas yang memiliki tingkat kesulitan yang sedang-sedang saja, menyukai balikan yang cepat dan efisien mengenai prestasinya serta mandiri, juga bertanggung jawab dalam memecahkan masalah dan pada setiap perilaku berorientasi ke masa depan, efektif dan efisien dalam upayanya mencapai tujuan. Dalam memilih tugas yang memiliki tantangan dan disesuaikan dengan kemampuannya.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BERPRESTASI

Beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi antara lain adalah :


Intelegensi

Intelegensi adalah kemampuan mental yang kompleks yang ada pada diri seseorang. Kemampuan tersebut akan melatar belakangi perilaku seseorang baik di dalam memecahkan masalah maupun menghadapi hal yang baru. Makin tinggi intelegensi atau kemampuan seseorang akan makin cepat dan cermat membaca, memahami, dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dan semakin tinggi pula tingkat kreativitas yang dilakukan dalam berprestasi. Piet Rottfer dan Splete menyatakan intelegensi akan mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang, makin tinggi tingkat intelegensi akan mempengaruhi motif berprestasinya.

Kebutuhan dan Pendidikan

Tingkat pendidikan dan variasi serta macam keilmuan yang dikuasai, akan melatarbelakangi sikap hidup, konsep hidup dan perilaku seseorang dalam menghadapi macam dan tingkat kebutuham baik yang berasal dari dalam diri maupun dari luar individu dalam kehidupan sehari-harinya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin luas cakupan pengetahuan yang dikuasai atau diperolehnya, baik secara teoritis maupun praktis. Hal ini akan melatarbelakangi perbedaan sikap, pola hidup maupun strategi yang diambil dalam problem solving, serta berbagai macam kegiatan dalam kehidupan sehari-hari.

SUMBER REFERENSI :

Riani, Asri Laksmi., dkk. 2005. Dasar-Dasar Kewirausahaan. Surakarta : UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press)

Artikel Terkait "Ciri Individu dengan Motivasi Berprestasi Tinggi" :