You're Reading a Free Preview
You're Reading a Free Preview
Karya Seni Rupa Murni Indonesia Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Keragaman budaya tersebut tersebar di seluruh Nusantara. Budaya tersebut berkembang sejak zaman prasejarah hingga kini. Seni rupa murni sebagai bagian dari budaya juga terus berkembang hingga saat ini. Pada pelajaran ini, kamu akan belajar tentang seni murni yang berkembang di Indonesia. Setelah itu, kamu dapat menunjukkan sikap apresiatif terhadap seni murni yang berkembang di Indonesia. Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas IX Pelajaran 11 Karya Seni Rupa Murni Indonesia A. Sejarah Perkembangan Seni Lukis Indonesia Perkembangan seni rupa Indonesia khususnya seni lukis tidak banyak diketatahui. Hal itu karena karya tulis yang mengupas parjalanan seni rupa masih sedikit dan terbatas pada kalangan akademis. Namun, akhir-akhir ini banyak seniman yang mengupas dan menulis seputar seni dan kesenian di Indonesia, terutama tentang seni lukis. Secara garis besar perkembangan seni rupa Indonesia meliputi seni prasejarah, sejarah seni Indonesia-Hindu, seni Indonesia-Islam, dan seni Indonesia Modern. 1. Seni Lukis Prasejarah Indonesia Pada zaman prasejarah, seni lukis memegang peranan penting karena setiap lukisan mempunyai makna dan maksud tertentu. Pada zaman tersebut lukisan dibuat pada dinding-dinding gua dan karang. Salah satu teknik yang digunakan oleh orang-orang gua untuk melukis di dinding- dinding gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu disemprot dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna. Teknik menyemprot ini yang digunakan untuk membuat lukisan adalah tanah liat. Pewarna yang digunakan berasal dari bahan-bahan alami seperti mineral dan lemak binatang. Pada umumnya tujuan dan tema yang dipilih untuk membuat lukisan-lukisan tersebut adalah magis. Contoh karya seni lukis yang dihasilkan pada zaman prasejarah dapat dilihat di akere di Maros, Sulawesi Selatan. Lukisan tersebut menggambarkan adegan perburuan. Selain itu, ada juga lukisan pada dinding-dinding gua di pantai selatan Irian Jaya (Papua). Lukisan yang terdapat di tempat tersebut menggambarkan nenek moyang. Hal yang menarik perhatian pada lukisan yang tersebar di daerah yang amat luas itu adalah siluet tangan yang terdapat di mana- mana. Cap tangan ini terdapat pula di Sulawesi Selatan, pada lukisan di tebing batu di teluk Sulaeman Seram, di teluk Berau Papua, dan di pulau Arguni dan di kepulauan Kei. Selain motif bayangan tangan, motif yang terdapat di banyak tempat ialah sosok manusia, perahu, matahari, bulan, burung, ikan, kura-kura, manusia, kadal, kaki, dan babi rusa. 2. Seni Lukis Hindu Klasik Indonesia Setelah zaman prasejarah berakhir, bangsa Indonesia telah memiliki berbagai macam keahlian seperti pembuatan batu besar berbentuk piramida berundak, seni tuang logam, pertanian dan peralatannya, seni pahat, serta pembuatan batik yang Lukisan telapak tangan pada dinding gua Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas IX dikembangkan dengan penambahan unsur-unsur baru pada waktu masuknya pengaruh Hindu. Zaman ini merupakan babak baru dalam periodisasi kebudayaan di Indonesia dan dapat dikatakan sebagai zaman sejarah karena pada zaman ini telah ditemukan peninggalan berupa tulisan. Hal ini terjadi karena adanya kontak kebudayaan dengan India sekitar abad ke-5 M. Tema yang umum digunakan pada suatu karya seni pada masa ini antara lain tema agama, mitologi, legenda, dan cerita sejarah. Contohnya lukisan Bali Klasik yang berisi cerita Ramayana dan Mahabharata. Gaya yang dipakai pada pahatan dinding candi zaman Majapahit adalah gaya wayang dengan komposisi bidang mendatar yang padat dan sarat dengan stilasi. Sebutan gaya wayang di sini menunjukkan tanda persamaan dalam stilasi bentuk tokoh cerita wayang kulit dan lukisan Bali Klasik. Warna lukisan terbatas pada warna-warna yang dapat dicapai bahan alami seperti kulit kayu, daun-daunan, tanah, dan jelaga. Lukisan dibuat pada kain memanjang tanpa dipasang pada bingkai rentang sehingga hasilnya menyerupai lukisan gulungan. Seperti juga pahatan dinding candi dan gambar lontar, fungsi dari lukisan Bali Klasik adalah sebagai media pendidikan sesuai dengan ajaran agama atau falsafah hidup zaman Hindu. Seni lukis di Bali mulai berlangsung ketika kebudayaan Hindu Jawa Timur terdesak oleh kebudayaan Islam. Keberadaan seni lukis yang menyatu dan berakulturasi dengan kebudayaan Hindu menjadi khas dan dikenal oleh berbagai negara hingga kini. Perkembangan seni lukis Hindu-Bali dapat diuraikan dalam tiga bagian, yaitu seni lukis Kamasan, seni lukis Pita Maha, dan seni lukis Seniman Muda. 3. Seni Lukis Islam Indonesia Seperti pada zaman Hindu, kesenian Islam di Indonesia berpusat di istana. Seorang seniman tugasnya tidak semata-mata menciptakan karya seni, akan tetapi ia juga seorang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan dan mengenal cabang seni lainnya. Pada seni Islam, terdapat suatu pantangan untuk melukiskan motif makhluk hidup dalam bentuk realistis. Para seniman melakukan upaya kompromistis dengan kebudayaan sebelumnya. Dalam hal ini toleransi Islam mendukung proses kesinambungan tradisi seni rupa sebelumnya, tetapi dengan nafas baru, seperti hiasan dengan motif stilasi binatang dan manusia dipadukan dengan huruf Arab, baik dalam penerapan elemen estetis pada mesjid, penggarapan seni kriya, lukisan atau kaligra pembuatan patung, dibuat demikian tersamar sehingga seolah-olah gambaran ini hanya berupa hiasan dedaunan atau Contoh seni lukis Kamasan Pelajaran 11 Karya Seni Rupa Murni Indonesia Biasanya lukisan dibuat sebagai hiasan yang menggambarkan cerita-cerita tokoh dalam pewayangan atau lukisan binatang nabi. Adapun bentuk lukisan yang disamarkan seperti lukisan kaca yang berasal 4. Seni Lukis Indonesia Baru Seni lukis Indonesia baru berkembang setelah masa seni lukis Islam. Berikut ini latar belakang lahirnya seni lukis Indonesia baru beserta perkembangannnya. Karya seni lahir dari jiwa seorang seniman melalui pengolahan media dengan bahan, alat, dan teknik tertentu. Tidak dipungkiri bahwa karya seni seringkali menampilkan hal-hal yang khas dan unik dari suatu pribadi. Seni lukis Indonesia baru yang berkembang di Indonesia seperti juga kesenian pada umumnya tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa menempatkannya dalam keseluruhan kerangka masyarakat dan kebudayaan Indonesia. Perkembangan jarya seni lukis Indonesia dipengaruhi kuat oleh kekuatan sejarah. Latar belakang lahirnya seni lukis Indonesia baru adalah sebagai berikut. Warisan budaya merupakan bagian dalam pembentukan watak seorang manusia yang berdasar pada hubungan manusia itu dengan keadaan di sekelilingnya. Di dalamnya terkandung hubungan kejiwaan antara intuisi manusia dan emosi manusia dengan realitas yang tak terumuskan. Kekuatan sejarah yang berupa kejadian- kejadian dan gejala-gejala sosial yang sedang berlangsung di sekeliling seniman. Kehidupan sosial dengan pergolakan- pergolakan dan perjuangan nasional. Tumbuhnya kesadaran nasional yang mencetuskan Sumpah Pemuda pada 1928 pun merupakan gejala masyarakat yang menjadi dorongan kuat di masa awal perkembangan seni lukis Indonesia baru. Pengaruh barat adalah kenyataan yang juga merupakan kekuatan sejarah. Masa penjajahan, misalnya, mengakibatkan persentuhan antara seni lukis Indonesia pada awal pembentukannya dengan seni lukis Barat. Majunya media komunikasi dunia dan percampuran peradaban dunia seni rupa pun menjadi masalah khusus. Lukisan sebagai bagian dari warisan budaya Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas IX b. Perkembangan Seni Lukis Indonesia Baru Segala sesuatu yang berhubungan dengan modern selalu diasosiasikan dengan Barat (Eropa atau Amerika). Oleh karena itu, sebutan seni rupa Indonesia modern tidak bisa dilepaskan dari tradisi berkesenian di Eropa. Persentuhan seni Indonesia dengan seni modern telah berjalan lama dan mendalam sehingga secara langsung atau tidak langsung telah menimbulkan hubungan atau kontak budaya. Salah satu bentuk hubungan atau kontak budaya ini berlangsung melalui kolonialisasi Seni rupa modern di Eropa diproklamirkan sejak munculnya aliran (awal abad ke-18). Saat itu ruang kebebasan untuk mencipta karya seni terbuka lebar yang diawali dengan tumbuhnya sikap individualistis dalam berkarya. Sikap individualistis semakin kokoh dengan makin maraknya eksperimen-eksperimen kaum seniman, baik dari masalah bahan, teknik, maupun pengungkapan (ekspresi) berkesenian mereka. Persentuhan seni kolektif Indonesia dan seni modern Eropa berjalan melalui pelukis-pelukis Eropa yang datang ke Indonesia. Persentuhan itu secara perlahan namun pasti telah menggugah individu-individu tertentu untuk membuka lembaran baru dalam berkesenian, yakni seni rupa baru. Pada zaman seni rupa Indonesia baru ini, terjadi beberapa perkembangan seperti berikut. 1) Masa Raden Saleh (Perintisan) Pada pertengahan abad ke-19, dunia seni lukis atau seni gambar seniman- seniman Indonesia masih mengacu pada gaya tradisional yang berkembang di daerah-daerah. Sebagian besar karya seni tersebut menyimpan potensi dekoratif. Misalnya, lukisan di Bali dan Jawa serta ornamen di Toraja dan Kalimantan. perintis seni lukis modern Indonesia. Ungkapan ini tidak berlebihan mengingat Raden Saleh merupakan orang Indonesia pertama yang mendapat bimbingan melukis secara khusus dari pelukis-pelukis bergaya naturalis dan realis keturunan Belgia yang pernah tinggal di Indonesia, yakni A.A.J. Payen. Atas rekomendasi Payen dan didukung oleh C. Reinwart, Raden Saleh berkesempatan belajar ke Eropa. Pada masa itu, belajar ke Eropa masih tergolong langka bagi kebanyakan penduduk Indonesia. Namun, karena Raden Saleh dipandang mempunyai bakat besar dan masih keturunan bangsawan maka keberangkatannya ke Eropa tak ada yang bisa menghalangi. Ia menjadi orang Indonesia pertama yang belajar seni rupa ke luar Pelajaran 11 Karya Seni Rupa Murni Indonesia negeri. Di Eropa, Raden Saleh mendapat bimbingan dari pelukis potret terkemuka, Cornellius Krusemen dan pelukis pemandangan alam, Andreas Sche Raden Saleh sempat belajar di beberapa negara lainnya seperti Jerman. Di sana, ia bertemu dengan pelukis-pelukis potret lainnya. Ia juga sempat berkunjung ke Aljazair untuk mengadakan studi banding dan bertemu serta menjalin persahabatan dengan pelukis setempat, Horace Vernet. Setelah itu, ia berkunjung ke Prancis. Saat itu, di Prancis sedang berkembang aliran Romantisme. Lebih dari dua puluh tahun lamanya Raden Saleh berada di Eropa. Pada 1851 ia menyempatkan pulang ke Indonesia karena ia merasa rindu pada kampung halamannya. Tak berapa lama kemudian ia kembali lagi ke Eropa, dan pada 1879 ia menetapkan untuk pulang ke Indonesia dan selanjutnya bermukim di Bogor. Setahun kemudian, tepatnya 23 April 1880, beliau wafat di Bondongan, Bogor. Mencermati perjalanan hidupnya, dapat dikatakan bahwa Raden Saleh lebih lama tinggal di Eropa daripada di Indonesia. Karena itu wajar jika karya lukisnya hingga kini lebih banyak tersimpan di Eropa. Sekalipun demikian, emosinya yang romantis tentang Indonesia tidak pupus oleh kehidupan Eropa. Ia tetap menghasilkan karya-karya yang menunjukkan sikap nasionalisme karena saat itu Indonesia dalam masa penjajahan. Para ahli seni rupa memandang karya Raden Saleh secara tersirat memuat pesan kebangsaan yang tersembunyi seperti tampak dalam . Karya ini memperlihatkan pertarungan antara seekor Banteng (simbol keperkasaan dan kekuatan bangsa Indonesia) dan dua ekor Singa (simbol kerakusan dan ketamakan penjajah). Karya monumental Raden Saleh yang tercatat antara lain Perkelahian dengan Binatang Buas, Hutan Terbakar, Banjir, Harimau dan Mangsanya, dan Merapi yang Meletus. Adapun lukisan potret yang pernah dibuatnya antara lain potret Sultan Hamengkubuwono VIII, potret seorang tua menghadap buku dan globe, potret putri-putri de Jonge, potret Hentzepeter, potret R. P. Bonington, dan potret Keluarga Raden Saleh. Hal tersebut merupakan sebuah contoh dari usaha pemerintah kolonial Belanda untuk mengasimilasikan masyarakat Jawa dengan 2) Masa Indonesia Jelita ( Seni rupa Indonesia sejak meninggalnya Raden Saleh sempat mengalami masa kekosongan. Kehidupan penjajahan dan feodalisme yang sudah mengakar tidak memungkinkan Raden Saleh melakukan pengkaderan seni lukis. Pada awal abad Penangkapan Diponegoro karya Raden Saleh Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas IX ke-20, munculnya Abdullah Suryosubroto yang juga keturunan bangsawan Solo, bukan untuk melanjutkan gaya melukis Raden Saleh. Pada awalnya, Abdullah ke Eropa bermaksud mempelajari ilmu kedokteran. Namun, niat itu berubah karena ketertarikannya terhadap dunia seni lukis yang kemudian mengantarkannya menjadi mahasiswa pada salah satu akademi kesenian di Eropa. Sepulang dari Eropa, Abdullah S.R. (1878–1941) bermukim di Bandung dan kemudian mengembangkan gaya melukis sendiri, yang kemudian dikenal dengan sebutan Indonesia Jelita ( ini menekankan pada keelokan dan suasana kehidupan bangsa Indonesia dengan alamnya yang subur dan masyarakatnya yang tentram. Pemandangan alam merupakan objek lukisan yang sangat dominan. Apa saja yang indah dan romantis terlihat menyenangkan, tenang, dan damai. Lukisan-lukisan itu hanya membawa satu makna, yaitu ‘Indies yang molek’ bagi orang asing dan para wisatawan. Gunung, pohon kelapa, dan sawah adalah objek-objek yang dituangkan dalam karya seni oleh para seniman. Demikian juga lukisan wanita-wanitanya yang elok nan cantik. Pelukis pribumi lainnya yang gemar dengan gaya ini adalah Wakidi, M. Pirngadie, Basuki Abdullah, dan Wahdi. Sebenarnya sebelum gaya ini dikembangkan Abdullah S.R, telah hadir pelukis- pelukis asing yang sengaja diundang oleh pemerintah Kolonial Belanda untuk bekerja sebagai pelukis pesanan. Pelukis-pelukis tersebut antara lain W. G. Ho (Belanda), R. Locatelli (Italia), Le Mayeur (Belanda), Roland Strasser (Swiss), E. Dezentje (Belanda), dan Rudolf Bonnet (Belanda). tidak terlepas dari kaca mata orang Barat yang memandang bahwa alam Indonesia adalah surga. Padahal pada kenyataannya kehidupan rakyat Indonesia itu penuh dengan kemelut, kemelaratan, tekanan, dan berbagai penderitaan hidup lainnya. Kondisi inilah yang memunculkan kelompok pelukis yang memiliki empati tinggi terhadap kemelaratan rakyat jelata sebagai penolakan dari gerakan sebelumnya. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat kebanyakan pelukis yang bergabung dengan kelompok ini berasal dari kalangan rakyat sehingga mereka merasakan penderitaan dan kepahitan hidup rakyat terjajah. S. Sudjojono (1913–1986) sebagai penggerak kelompok ini sama sekali tidak pernah belajar seni rupa ke Eropa. Pelukis-pelukis yang tergabung ke dalam kelompok ini antara lain Agus Djaya Suminta, L. Sutioso, Rameli, Abdul Salam, O Lukisan karya Abdullah Suryosubroto Lukisan-lukisan koleksi Ir Pelajaran 11 Karya Seni Rupa Murni Indonesia Jaya, S. Sudiarjo, Emiria Sunassa, Saptarita Latif, Herbert Hutagalung, S. Tutur, Hendro Untuk memperkokoh gerakan dan menyamakan persepsi, kelompok ini kemudian membentuk Perkumpulan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI) pada 1938 di Jakarta. Karena tujuan utamanya adalah menggalang solidaritas nasional antarseniman lokal dalam mengembangkan seni lukis yang bercorak Indonesia asli, mereka senantiasa membuat sketsa-sketsa tentang corak kehidupan masyarakat saat itu di berbagai tempat. Di masa ini, S. Sudjojono berhasil menciptakan karya monumental, seperti Di Depan Kelambu Terbuka, Cap Gomeh, Jongkatan, Mainan Anak-Anak Sunter, Sayang Saya Bukan Anjing, serta Nyekar dan Bunga Kamboja. Agus Djaya Suminta menghasilkan karya Bharata Yudha, Arjuna Wiwaha, Dalam Taman Nirwana dan Suara Suling di Malam Hari. Sementara itu, O Penggodaan dan Wanita Impian. 4) Masa Pendudukan Jepang Masa imperialisme di Indonesia belum berakhir meskipun Belanda harus angkat kaki dari bumi Indonesia. Hal itu karena Indonesia mengalami penjajahan Jepang (1942–1945). Pada zaman pendudukan Jepang, tepatnya pada 1942, PERSAGI dipaksa bubar. Seniman yang lahir dari kalangan yakni masyarakat bawah, jumlahnya semakin banyak. Sementara itu, tentara pendudukan Jepang yang berkuasa saat itu sangat jeli melihat perkembangan kesenian Indonesia. Pada 1945, mereka mendirikan sebuah lembaga dengan nama (Pusat Kebudayaan) yang pengajarnya merupakan mantan anggota PERSAGI seperti Agus Djaya Suminta dan S. Sudjojono. Mereka yang menyediakan sarana untuk kegiatan berkesenian. Pada masa ini, sekalipun kehidupan perekonomian masyarakat Indonesia serba kekurangan, namun kehidupan berkesenian tampak berkobar-kobar. Para pelukis pun mendapat angin segar dari tentara pendudukan Jepang. Angin segar ini dimanfaatkan oleh para pelukis Indonesia untuk melakukan pameran. Tujuannya di samping memamerkan karya-karya pelukis lokal, juga sebagai ajang penyebaran rasa kebangsaan kepada masyarakat luas. Pelukis yang turut serta memamerkan karya lukisnya ialah Basuki Abdullah, A andi, Kartono Yudhokusumo, Nyoman Ngedon, Hendra Gunawan, Henk Ngantung, dan O Di sisi lain, perubahan sosial politik terus bergulir dan semakin mempertebal jiwa nasionalisme rakyat. Sebagai wadah tempat penampungan aspirasi rakyat, dibentuklah lembaga yang berupaya mempersiapkan segala sesuatu hal yang Lukisan karya S. Sudjojono Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas IX mungkin terjadi. Lembaga itu didirikan oleh Ir. Soekarno, K.H. Manshur, dan Ki Hajar Dewantara dengan nama bidang yang dikelola lembaga ini adalah seni lukis. Dengan demikian, seni lukis pun memiliki peran aktif dalam menyebarkan jiwa nasionalisme. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa seni lukis memiliki andil besar dalam mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia. Para pelukis yang pernah aktif dalam lembaga POETRA adalah para pelukis dari berbagai aliran seperti S. andi, Hendra Gunawan, Sudarso, Barli Sasmita dan Wahdi. 5) Masa Sesudah Kemerdekaan Keadaan negara setelah proklamasi kemerdekaan 1945 tidak menghentikan aktivitas kesenian. Saat itu seni lukis d adikan media untuk berjuang. Perkembangan seni lukis di Indonesia menunjukkan kemajuan yang pesat karena seni lukis telah menyatu dengan semangat perjuangan kemerdekaan bangsa. Jiwa kepahlawanan ini dibuktikan dalam bentuk poster-poster perjuangan dan lukisan sketsa di tengah- tengah pertempuran. Salah seorang pelukis yang pernah melakukan hal itu ialah Djajengasmoro bersama kelompok Pelukis Front-nya. Pindahnya pusat pemerintahan ke Yogyakarta pada 1946 diikuti dengan rahnya para pelukis. Kota Yogyakarta pun menjadi pusat para pelukis. Pada andi, Rusli, Hendra Gunawan, dan Har perkumpulan Seni Rupa Masyarakat. Setahun kemudian, yaitu pada 1947 mereka bergabung dengan perkumpulan Seniman Indonesia Muda (SIM) yang dibentuk pada 1946 di Madiun dengan pelopor Sudjojono. Pusat kegiatan SIM berpindah dari Madiun ke Surakarta dan kemudian berpindah lagi ke Yogyakarta. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi keadaan yang masih sering bergolak. Di Yogyakarta, anggota SIM menerbitkan majalah bernama Seniman. Melalui majalah, disebarkan berbagai ajakan kepada para seniman berbakat agar bergabung sehingga anggotanya terus bertambah. Beberapa orang yang bergabung di antaranya Suromo, Surono, Abdul Salam, Sudibyo, dan Trisno Sumarjo. Namun, pertentangan internal di antara pengurus membuat andi dan Hendra Gunawan keluar dari SIM. Kemudian, mereka membentuk kelompok Peloekis Rakjat yang di dalamnya terdapat Soedarso, Kusnadi, Sasongko, Dullah, Trubus, Sumitro, Sudoardjo, dan Set 6) Masa Pendidikan Formal Pada 1949, R. J. Katamsi dengan beberapa seniman anggota SIM, Pelukis Rakjat, POETRA, dan Budayan Taman Siswa merintis akademi Seni Rupa Indonesia Pelajaran 11 Karya Seni Rupa Murni Indonesia (ASRI) yang kini berubah menjadi ISI. Tujuan didirikannya akademi ini adalah untuk mencetak calon-calon seniman. Para tokoh ASRI antara lain S. Soedjojono, Hendra Gunawan, Djajengasmoro, Kusnadi, dan Sindusiswono. Sementara itu, di Bandung pada 1950-an berdiri pula Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar yang dipelopori oleh Syafe’i Soemardja. Ia dibantu oleh Mochtar Apin, Ahmad Sadali, Sudjoko, dan Edi Karta Subarna. Sejak 1959, lembaga ini berubah nama menjadi jurusan Seni Rupa pada Institut Teknologi Bandung Pada 1964, berdiri pula jurusan Pendidikan Seni Rupa IKIP Bandung (saat ini bernama Universitas Pendidikan Indonesia) yang dipelopori oleh Barli, Karmas, Popo Iskandar, Radiosuto, dan Wiyoso Yudoseputo. Sebagian alumni Jurusan Seni Rupa IKIP Bandung yang menekuni seni lukis adalah seniman Oho Garha, Nana Banna, Hidayat, Dadang MA, dan Hardiman. Beberapa tahun kemudian dibuka jurusan seni rupa di IKIP lainnya di 7) Masa Seni Lukis Baru di Indonesia Sejalan dengan perkembangan teknologi dan masyarakat yang mulai maju, sekitar 1974 lahirlah kelompok seniman muda di berbagai daerah. Para seniman muda yang tergabung dalam gerakan ini antara lain Jim Supangkat, S. Prinka, Satyagraha, F. X. Harsono, Dede Eri Supria, dan Munni Ardi. Mereka menampilkan corak baru dalam penggarapan karyanya. Pameran perdana karya mereka yang diadakan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta banyak mengundang perhatian masyarakat. Karya-karya para seniman muda yang kebanyakan masih kuliah itu didasari oleh alasan-alasan sebagai berikut. • Membongkar peristilahan seniman sebagai atribut yang hanya dilekatkan pada kalangan akademis saja, sementara masyarakat kecil yang bergiat dalam kesenian tidak mendapat tempat yang semestinya. • Menggugat batasan-batasan seni yang sudah lama dipancangkan oleh seniman tua. Ini berarti menghindari adanya pembingkaian seni dalam satu kaca • Berusaha menciptakan sesuatu yang baru dengan berbagai media, konsep berkarya, dan lain-lain. Penciptaan karya seni tersebut tidak terkecuali seni yang diterapkan pada hal yang dipandang sakral. Lukisan karya Popo Iskandar Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas IX Buatlah kelompok yang terdiri atas 4 orang siswa. Carilah dari berbagai sumber seperti buku-buku di perpustakaan atau internet hasil-hasil karya seni para seniman Indonesia yang dibuat pada masa perkembangan seni lukis Indonesia baru. Kemudian buatlah kliping dari gambar-gambar tersebut dengan memberikan penjelasan tentang hasil karya seni tersebut! B. Sikap Apresiasi Seni Rupa Murni Nusantara Hasil karya seni rupa murni Indonesia telah ada sejak zaman prasejarah dan terus mengalami perkembangan hingga saat ini. Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, kamu dapat menunjukkan sikap apresiatif terhadap hasil karya seni 1. Proses Berkarya Seni Rupa Seni rupa sebagai aktivitas manusia dalam berolah rasa muncul bersamaan dengan adanya kehidupan di muka bumi. Hasil karya seni rupa sangat beragam, mulai dari bentuk sederhana sebagai awal lahirnya sebuah kebudayaan di zaman prasejarah hingga mencapai bentuk yang kompleks seperti di zaman modern ini. Pertumbuhan seni rupa didasari oleh pandangan manusia yang dinamis dalam konsep, proses, dan keahlian berkarya seni rupa sehingga menghasilkan beragam karya, baik berupa gagasan, tema, bentuk, bahan atau media yang dipakai, teknik serta prosedur praktik dan cara penggunaannya. Proses yang panjang dan memakan waktu yang lama serta terus menerus dalam berkarya akan menghasilkan sebuah identitas bagi si pencipta atau seniman dalam menemukan jati dirinya. Dalam ruang lingkup yang lebih luas, identitas itu akan memberikan pengaruh penting dalam pengakuan karya cipta seseorang. Hal itu akan berpengaruh pula pada keuntungan dari segi moril dan materil, termasuk pada kebanggaaan diri, kelompok, atau bangsa. Hasil karya tersebut akan mendapat pengakuan dari masyarakat, bangsa, bahkan dunia. Misalnya, lukisan A yang banyak mendapat pengakuan dari Pelajaran 11 Karya Seni Rupa Murni Indonesia Untuk mendapatkan pengakuan dari dunia luar tersebut, seorang seniman harus bekerja dengan kesungguhan dan hati, bekerja terus-menerus dengan memperbanyak praktek dan terus mengolah imajinasi serta pengetahuan teknik. Hal tersebut dapat diringkas melalui skema berikut ini. 2. Mengapresiasi Karya Seni Rupa Murni Tujuan utama penciptaan karya seni rupa murni adalah untuk mengungkapkan ekspresi jiwa, gagasan, atau ide untuk kepentingan estetis tanpa dikaitkan dengan kepentingan praktis. Oleh karena itu, seni murni diciptakan tanpa hal-hal lain yang berkaitan dengan fungsi praktis sehingga dalam penciptaannya tidak terikat dengan aturan-aturan tertentu. Sebuah karya seni rupa murni yang telah dibuat oleh seorang seniman pada akhirnya akan masuk ke dalam lingkungan luar. Lingkungan itu bisa berupa orang lain, komunitas pecinta seni, galeri, atau masyarakat umum. Apabila karya tersebut telah masuk ke dalam suatu lingkungan, akan terjadi proses saling menanggapi dan saling berkomunikasi antara keduanya dengan bahasa tertentu. Nah, proses inilah yang dinamakan dengan apresiasi. Tujuan pokok dari apresiasi karya seni secara umum adalah menjadikan masyarakat dapat menerima dan menikmati sebuah karya atau masyarakat menjadi peka seni. Dari proses inilah nantinya masyarakat mau dan mampu untuk mengomentari sebuah karya. Komentar yang dilontarkan oleh masyarakat akan membentuk sebuah opini tentang seni. Opini bisa bersifat khusus tentang hal kekaryaan seperti warna dan bentuk, atau di luar kekaryaan seperti ide, gagasan, makna, pesan, dan tujuan pembuatan karya. Komentar dan opini inilah yang sdalam seni rupa sering disebut dengan kritik seni. 3. Tahapan Mengapresiasi Karya Seni Rupa Murni Dalam mengapresiasi karya seni rupa murni, seorang pengamat dapat memberikan penilaian terhadap karya secara bebas selama penilaiannya tidak Skema proses dalam menghasilkan sebuah karya hingga mendapatkan pengakuan Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas IX menyimpang dari hal-hal yang bersifat norma umum. Misalnya, seseorang melontarkan kata-kata kasar yang cenderung melecehkan bahkan menghina karya orang lain atau menjelek-jelekan karya yang sedang dipamerkan. Akan jauh lebih baik jika seseorang menanggapi sebuah karya berdasarkan pengetahuan dan pemahaman secara rasional. Kedua hal tersebut tentunya akan menjadi pembeda sekaligus mengungkap cerminan sebenarnya diri. Adapun tahapan dalam mengapresiasi karya seni rupa murni seperti seni lukis, seni patung, dan seni gra s adalah sebagai berikut. Tahap awal merupakan tahap ketika seorang pengamat melihat sebuah karya, baik karya yang dipamerkan maupun melihat karya tertentu secara sekilas. Tahap ini disebut juga dengan tahap perkenalan. Tahap penghayatan merupakan tahap di mana seorang pengamat berupaya untuk mengamati lebih jauh lagi dan berusaha untuk memahami serta menghayati sebuah karya. Dalam tahap penghayatan, seorang apresiator akan berpikir sejenak atau lama bergantung pada pengetahuan yang dimilikinya. Proses penghayatan ini merupakan tahap yang penting dan utama dalam mengapresiasi karya. Tahapan penilaian merupakan tahap pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu tentang bernilai atau berharganya suatu karya seni. Tahapan ini juga dapat dikatakan sebagai tahap penghargaan dengan menentukan apakah karya yang sedang diapresiasi baik atau indah. Dalam mengapresiasi sebuah karya seni rupa kamu dapat memahami, menghayati, menilai, dan memberikan keputusan terhadap sebuah karya seni secara bebas. Hal tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini. a. Mendeskripsikan (pemaparan) sebuah karya dengan cara menemukan dan mencatat sesuatu yang dilihat apa adanya, namun tidak mengambil kesimpulan b. Uraian kebentukan (formal), yaitu tahapan menelusuri sebuah karya berdasarkan strukturnya, baik itu warna, garis, bentuk, maupun teksturnya. c. Penafsiran makna yang meliputi tema yang digarap dan masalah-masalah d. Penilaian, yaitu tahapan untuk menentukan derajat suatu karya seni. Itulah beberapa tahapan dalam mengapresiasi karya seni rupa. Kamu tentunya dapat melakukannya pula. Semakin banyak kamu melihat karya seni maka akan semakin kaya pengalaman estetis dan semakin mudah untuk memahami, menghayati, serta menilai karya diri sendiri dan karya orang lain. Pelajaran 11 Karya Seni Rupa Murni Indonesia Perhatikan lukisan Penjual Jamu karya Basuki Abdullah dan Perahu andi. Pilih salah satu lukisan tersebut, kemudian tuliskan apresiasimu terhadap lukisan tersebut. Sertakan pula biogra Bacakan hasilnya di depan kelas secara bergantian! Carilah dari berbagai sumber tentang karya-karya seni murni yang dibuat oleh seniman-seniman Indonesia. Pilihlah, salah satu di antaranya, kemudian amati karya seni tersebut. Setelah itu, tuliskan apresiasimu terhadap karya Pada pelajaran ini kamu telah belajar tentang keragaman hasil karya seni lukis di Indonesia sejak zaman prasejarah hingga saat ini. Karya-karya tersebut menunjukkan betapa para seniman Indonesia memiliki gagasan yang sangat beragam untuk dituangkan dalam sebuah karya seni. Teknik yang digunakan juga beraneka ragam. Berikan pendapatmu mengenai hal tersebut! Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas IX • Pada zaman parsejarah lukisan dibuat pada dinding-dinding gua dan karang dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu disemprot dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna. • Tema yang umum digunakan pada suatu karya seni pada masa Hindu Klasik Indonesia antara lain tema agama, mitologi, legenda, dan cerita • Pada seni Islam, terdapat suatu pantangan untuk melukiskan motif makhluk hidup dalam bentuk realistis. • Raden Saleh merupakan orang Indonesia pertama yang mendapat bimbingan melukis secara khusus dari A.A.J. Payen. • Abdullah S.R. mengembangkan gaya melukis sendiri yang dikenal dengan sebutan Indonesia Jelita ( ). Gaya ini menekankan pada keelokan dan suasana kehidupan bangsa Indonesia dengan alamnya yang subur dan masyarakatnya yang tentram. • Pertumbuhan seni rupa didasari oleh pandangan manusia yang dinamis dalam konsep, proses, dan keahlian berkarya seni rupa sehingga menghasilkan beragam karya, baik berupa gagasan, tema, bentuk, bahan atau media yang dipakai, teknik serta prosedur praktek dan cara • Tujuan utama penciptaan karya seni rupa murni adalah untuk mengungkapkan ekspresi jiwa, gagasan, atau ide untuk kepentingan estetis tanpa dikaitkan dengan kepentingan praktis. • Tahapan dalam mengapresiasi karya seni rupa murni seperti seni lukis, seni patung, dan seni gra s adalah tahap awal, penghayatan, dan Pelajaran 11 Karya Seni Rupa Murni Indonesia A. Berilah tanda silang (×) pada jawaban yang benar! 1. Teknik dengan cara semprotan menggunakan warna-warna yang digunakan berasal dari bahan-bahan alami seperti mineral dan lemak binatang pada zaman prasejarah disebut ... 2. Daerah di Bali yang terkenal sebagai sentra lukisan Bali Klasik adalah .... 3. Daerah penghasil lukisan kaca di Indonesia dengan motif kaligra 4. Perintis seni lukis Indonesia adalah .... Lukisan Basuki Abadulah tersebut termasuk lukisan bergaya .... Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas IX 6. Berikut ini adalah pelukis asing di Indonesia yang mengembangkan gaya 7. Pencetus Masa Cita Nasional yang pendapatnya selalu meledak-ledak 8. Kepanjangan dari PERSAGI adalah .... a. Perkumpulan Ahli Gambar Indonesia b. Persatuan Ahli Gambar Indonesia c. Persatuan Ahli Seni Indonesia d. Perkumpulan Ahli Seni Indonesia 9. Tahap awal dalam mengapresiasi seni murni adalah .... a. memerhatikan karya seni b. memberikan penilaian terhadap karya seni c. menginterpretasikan karya seni d. berdiam diri sejenak dan memikirkan karya seni 10. Salah seorang yang termasuk angkatan Seni Lukis Baru Indonesia adalah .... B. Kerjakan soal-soal berikut dengan baik dan benar! 1. Jelaskan secara singkat kronologis perkembangan seni lukis Indonesia! 2. Apa yang dimaksud dengan seni lukis Indonesia Hindu dan Indonesia Islam 3. Siapakah S. Sudjojono dan apa peranannya bagi seni lukis Indonesia? 4. Sebutkan beberapa bentuk karya seni murni yang terdapat di Indonesia! 5. Amati salah satu karya seni murni dari seniman Indonesia, kemudian tuliskan apresiasimu atas karya seni tersebut! |