Kapanlagi.com - Menghafal surat-surat pendek dalam Alquran juga sudah jadi keharusan bagi umat muslim. Pasalnya, setiap kali melaksanakan sholat seorang muslim harus membaca surat pendek. Tak sekadar membaca, seorang muslim juga wajib tahu arti dan makna yang terkandung dalam suatu surat pendek. Arti surat Al Ashr jadi salah satu yang wajib dipahami setiap umat Islam. Show Sama seperti surat pendek lainnya, surat Al Ashr memiliki makna yang sangat indah dan penting untuk kehidupan sehari-hari. Secara garis besar, surat Al Ashr mengandung makna tentang bagaimana seorang muslim harus menggunakan waktu sebaik-baiknya. Itu artinya secara tak langsung, arti surat Al Ashr juga mengajarkan tentang pentingnya kedisiplinan. Untuk memahami dan memaknai arti surat Al Ashr lebih mendalam, simak ulasan berikut yang telah kapanlagi.com rangkum dari berbagai sumber. Â Â Â
(credit: unsplash) Surat Al Ashr merupakan surat yang tergabung dalam juz 30. Surat yang turun di Mekah, sehingga tergolong sebagai surat makiyah. Surat Al Ashr terdiri atas tiga ayat yang terbilang pendek. Oleh karena itu, surat Al Ashr tergolong surat yang relatif mudah untuk dihafalkan. Meski mudah dihafal, nyatanya tak banyak orang yang tahu dan paham arti surat Al Ashr. Padahal, seperti yang disinggung sebelumnya, surat Al Ashr mempunyai arti dan makna yang begitu penting bagi umat muslim. Berikut adalah bunyi dan arti surat Al Ashr. (1) wal-'ashr artinya: Demi masa, (2) Innal-insaana lafii khusr artinya: sungguh, manusia berada dalam kerugian, (3) Illallaziina aamanu wa 'amilush-shaalikhaati wa tawaashau bil-khaqqi wa tawaashau bish-shabr artinya: kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
(credit: unsplash) Surat Al Ashr artinya adalah Masa. Arti surat Al Ashr yakni Masa memiliki makna tentang pentingnya memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Sebab dengan memanfaatkan waktu maka kalian bukan termasuk orang yang merugi. Karena itulah setelah tahu apa arti dan bacaan surat Al Ashr ketahui juga bagaimana surat Al Ashr yang tergolong surat Makiyah terdiri dari 3 ayat ini diturunkan oleh Allah SWT. Melansir dari berbagai sumber disebutkan bahwa sebab diturunkan surat Al Ashr menurut Muhammad Abduh yakni ketika sore hari masyarakat Arab berkumpul dan duduk-duduk dengan mengobrol tentang beragam hal. Termasuk mengenai kehidupan sehari-hari mulai dari kedudukan, status, harta, hingga membanggakan latar belakang nenek moyang mereka. Dari kebiasaan tersebut, maka kerap timbul perselisihan dan pertikaian di antara mereka. Melihat peristiwa ini beberapa di antaranya mengatakan jika waktu Ashar adalah waktu yang celaka, waktu naas. Selain itu menyebutkan juga bahwa waktu Ashar juga waktu yang sering terjadi banyak peristiwa buruk. Kemudian turunlah surat Al Ashar. Di mana surat Al Ashr artinya adalah Masa atau Waktu yakni terdapat tafsir tentang berharganya waktu Ashar sehingga bagi yang meninggalkan atau menyia-nyiakan dengan hal-hal tidak bermanfaat termasuk orang yang merugi. Asbabun nuzul surat Al Ashar ini juga bisa disebut sebagai bentuk peringatan dari Allah SWT agar tidak menyia-nyiakan waktu Ashar. Begitulah sekiranya sebab diturunkannya surat Al Ashar yang perlu kalian ketahui.
(credit: unsplash) Di balik ayat-ayatnya yang pendek dan mudah dilafalkan serta dihafalkan, arti surat Al Ashr juga mempunyai makna yang mendalam. Untuk bisa mengamalkan ajaran dan nilai-nilai dalam surat Al Ashr, umat muslim perlu memahami makna yang tersimpan di ketiga ayat surat ini. Dilansir dari liputan6.com, berikut makna yang terkandung dalam 3 ketiga ayat surat Al Ashr. 1) Makna Mendalam dari ayat 1 Surat Al Ashr Menurut tafsir Jalalain, makna dan arti surat Al Ashr ada tiga. Arti surat Al Ashr yang pertama adalah dimana Allah bersumpah dengan menyebut masa atau waktu. Lebih lanjut, sumpah Allah SWT itu bermaksud agar Rasulullah dan orang beriman memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Lantaran, waktu tidak akan bisa berhenti ataupun diulang. 2) Makna Mendalam dari ayat 2 Surat Al Ashr Masih berdasarkan tafsir Jalalain, pada ayat kedua menjelaskan bahwa ada banyak manusia dalam keadaan merugi. Kerugian tersebut di antaranya dikarenakan manusia tidak memanfaatkan waktu di dunia dengan baik, sebagaimana yang telah Allah SWT peringatkan pada ayat pertama. 3) Makna Mendalam dari ayat 3 Surat Al Ashr Arti surat Al Ashr ayat ketiga mengandung makna bagaimana agar umat muslim tidak tergolong sebagai orang yang rugi. Dalam surat Al Ashr disebutkan, setidaknya ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar manusia tidak merugi.
(credit: freepik.com) Seperti yang telah disinggung sebelumnya dalam penjelasan arti surat Al Ashr beserta maknanya, dalam surat tiga ayat ini juga terkandung petunjuk yang turunnya langsung dari Allah SWT. Melalui ayat-ayat dalam surat ini, umat muslim ditunjukkan jalan bagaimana menjadi seorang yang tidak merugi. Adapun ketiga syarat atau cara tersebut antara lain sebagai berikut. 1) Beriman dan Beramal Saleh Yang dimaksud beriman saleh adalah menjalani kehidupan sebagai mana yang telah dikehendaki Allah SWT. Artinya, seorang muslim harus selalu tunduk pada perintah dan larangan Allah, meyakini bahwa Allah SWT adalah satu-satunya sumber rezeki. Allah SWT juga yang akan memelihara manusia dari lahir hingga mati. 2) Saling Menasihati dalam Kebenaran Syarat kedua agar tak menjadi orang merugi menurut surat Al Ashr adalah dengan saling menasihati dalam kebenaran. Setiap muslim harus saling memberi dan menerima sebuah nasihat yang benar sesuai tuntunan agama. Dengan sikap ini, manusia juga akan terpelihara dari sifat sombong. Mereka akan terus menyadari bahwa manusia tempatnya kurang dan salah. 3) Saling Menasihati dalam Kesabaran Selain dalam hal kebenaran, umat muslim juga harus saling mengingatkan dalam kesabaran. Sebab, sabar penting dilakukan, karena masalah hidup bisa saja mengintai dan mungkin saja persoalan tersebut sulit untuk dipecahkan dan diselesaikan hanya dengan akal maupun pikiran.
(credit: unsplash.com) Setelah tahu apa surat Al Ashar artinya terdapat beberapa keutamaan surat ini. Beberapa keutamaan surat Al Ashar artinya adalah Masa atau Waktu sebenarnya sudah disinggung pada ulasan sebelumnya. Namun di bawah ini ada beberapa poin yang bisa kalian ketahui tentang keutamaan surat Al Ashar artinya adalah Masa. 1. Surat Al Ashar diturunkan kepada Rasulullah SAW yang merupakan Nabi terakhir. 2. Semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT yakni meningkatkan keimanan, beramal sholih, berdakwah, dan bersabar. Imam Asy Syafi'I menjelaskan mengenai makna istimewa surat Al Ashar sebagai berikut yang mengandung makna bahwa surat ini sangatlah istimewa. "Seandainya setiap manusia merenungkan surat ini (surat Al Ashr), niscaya hal itu akan mencukupi untuk mereka." (Tafsir Ibnu Katsir 8/499). 3. Bagi orang yang mengamalkannya, keutamaan surat Al Ashr berikutnya adalah wajah menjadi bercahaya pada hari kebangkitan di hari kiamat kelak. Hal sesuai dengan sebuah riwayat yang berbunyi, "Abi Abdullah berkata, barangsiapa yang membaca surat Al Ashr di dalam sholat sunahnya, maka Allah akan membangkitkannya di hari kiamata dengan wajah bercahaya, tertawa dan berbahagia hingga ia masuk surga." (Tsawabul A'mal: 155) 4. Mendapatkan amal kebaikan. Hal ini sesuai dengan sebuah riwayat dari Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang membaca surat ini, maka Allah mencatatnya 10 kebaikan, mengakhiri hidup dengan keadaan khusnul khatimah, temasuk dalam orang-orang yang melakukan kebenaran. Dan jika dibacakan di atas harta yang dikuburkan di bawah tanah, atau disimpan, maka Allah akan menjaganya hingga pemiliknya mengeluarkannya." (Tafsirul Burhan, Juz 8: 379) Itulah di antaranya penjelasan arti surat Al Ashr beserta makna yang terkandung dalam setiap ayatnya. Semoga bermanfaat dan bisa menambah keimanan kalian sebagai seorang muslim. Amiin. Baca artikel lainnya:
Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
TIDAK pernah ada manusia yang ingin rugi di dunia ini. Namun, sayang keinginan untuk tidak ingin menjadi manusia yang rugi itu tak diiringi dengan rasa keingintahuan apa yang menjadi penyebab orang itu mendapatkan kerugian sebenarnya. Bagi kaum materialis, orang yang rugi hanya diukur ketika seseorang tidak mempunyai uang, harta kekayaan lainnya. Bagi kaum yang mengagungkan intelektual, orang yang rugi baginya adalah jika seseorang tidak mampu meraih pendidikan tertinggi dalam studinya. Bagi orang yang selalu menuhankan kekuasaan, orang yang rugi menurutnya adalah mereka yang tidak bisa menggunakan pengaruhnya untuk mempengaruhi orang lain. Mari kita lihat, apa standar sebenarnya yang menjadikan manusia merugi menurut Al Qur’an dalam surat Al ‘Ashr. Allah ta’ala berfirman, وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Qs. Al ‘Ashr). Hampir semua atau bahkan semua kaum muslimin hafal surat Al ‘Ashr di atas. Namun, tidak banyak yang memahami apa dan bagaimana maksud surat tersebut. Padahal, Imam Asy Syafi’i berkata tentang surat di atas, لَوْ تَدَبَّرَ النَّاسُ هَذِهِ السُّوْرَةَ لَوَسَعَتْهُمْ“Seandainya setiap manusia merenungkan surat ini, niscaya hal itu akan mencukupi untuk mereka.” [Tafsir Ibnu Katsir 8/499]. Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Maksud perkataan Imam Syafi’i adalah, surat ini telah cukup bagi manusia untuk mendorong mereka agar memegang teguh agama Allah dengan beriman, beramal shalih, berdakwah kepada Allah, dan bersabar atas semua itu. Imam Syafi’i tidak bermaksud bahwa manusia cukup merenungkan surat ini tanpa mengamalkan seluruh syari’at. Karena seorang yang berakal bila mendengar atau membaca surat ini, maka dia pasti akan berusaha membebaskan dirinya dari kerugian dan berusaha menghiasinya dengan empat kriteria yang tersebut dalam surat ini, yaitu beriman, beramal shalih, saling menasehati agar menegakkan kebenaran (berdakwah) dan saling menasehati agar bersabar.” [Syarh Tsalatsatul Ushul]. Pertama, Allah bersumpah dengan al ‘ashr, yang dimaksud adalah waktu atau umur. Karena umur inilah nikmat besar yang diberikan kepada manusia. Umur ini yang digunakan untuk beribadah kepada Allah. Karena sebab umur, manusia menjadi mulia dan jika Allah menetapkan, ia akan masuk surga. Kedua, manusia benar-benar dalam kerugian. Kerugian di sini adalah lawan dari keberuntungan. Kerugian sendiri ada dua macam menurut Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah. Pertama, kerugian mutlak yaitu orang yang merugi di dunia dan akhirat. Artinya orang tipe ini tidak pernah tersentuh hatinya untuk berbuat kebaikan dengan mengamalkan syariat Allah Ta’ala. Ia luput dari nikmat-nikmat kebaikan dari syariat mulia ini (al Islam) dan kelak akan mendapat siksa di neraka jahim. Kedua, kerugian dari sebagian sisi, bukan yang lainnya. Allah mengglobalkan kerugian pada setiap manusia kecuali yang punya empat sifat: pertama, iman. Kedua, beramal shaleh. Ketiga, saling menasehati dalam kebenaran. Keempat, saling menasehati dalam kesabaran. Pertama, mereka yang memiliki Iman. Artinya, orang yang selamat dari kerugian yang pertama adalah yang memiliki iman. Mereka benar-benar beriman kepada Allah Ta’ala. Syaikh As Sa’di menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah perintah beriman kepada Allah dan beriman kepada-Nya tidak diperoleh kecuali dengan ilmu. Artinya, mustahil iman seseorang itu menjadi sempurna jika tidak diperolehnya dengan belajar (ilmu). Menurut Syaikh Sholeh Alu Syaikh, “Iman di dalamnya harus terdapat perkataan, amalan dan keyakinan. Keyakinan (i’tiqod) inilah ilmu. Karena ilmu berasal dari hati dan akal. Jadi orang yang berilmu jelas selamat dari kerugian.” Kedua, mereka yang beramal sholeh. Ini artinya, mereka setelah iman akan melakukan seluruh kebaikan yang lahir maupun yang batin sebagai wujud dari keimanannya. Tentu amal sholeh dimaksud adalah yang berkaitan dengan hak Allah maupun hak manusia, yang wajib maupun yang sunnah. Amal sholeh lahir dari iman yang dilandai ilmu dengan lurus sehingga amal sholeh yang dilakukan itu semua mempunyai akar niat yang kuat, yakni ilmu. Amal sholeh yang dikerjakan tanpa ilmu, maka akan dihinggapi penyakit hati seperti riya, sum’ah dan penyakit kronis hati lainnya. Di sinilah terlihat betapa ilmu diperlukan bukan hanya untuk menumbuhkan iman, tapi juga ilmu diperlukan sebagai landasan amal sholeh. Ketiga, mereka yang saling menasehati dalam kebenaran. Inilah indahnya perwujudan ukhuwah islamiyah di tengah kaum muslimin. Ukhuwah ini akan tumbuh merekah jika saja kaum muslimin itu hidup berjama’ah di bawah pimpinan seorang imam. Tidaklah menjadi sempurna perwujudan ukhuwah islamiyah itu manakala tidak berhimpun dalam sebuah jama’ah. Dalam mengamalkan ukhuwah inilah diperlukan kebulatan tekad untuk saling memotivasi satu dengan yang lain agar selalu istikomah dalam mengamalkan kebenaran hingga akhir hayat. Mengamalkan kebenaran tanpa ada orang lain yang sering mengingatkan dan menguatkan, maka kebenaran itu terkadang melelahkan hati seorang muslim sebab setan tidak pernah berhenti mencari celah untuk menggoda dan melemahkannya. Keempat, mereka yang saling menasehati dalam kesabaran. Saling menasehati untuk bersabar dalam ketaatan kepada Allah dan menjauhi maksiat. Juga sabar dalam menghadapi takdir Allah yang dirasa menyakitkan. Karena sabar itu ada tiga macam: (1) sabar dalam melakukan ketaatan, (2) sabar dalam menjauhi maksiat, (3) sabar dalam menghadapi takdir Allah yang terasa menyenangkan atau menyakitkan. Kesimpulan dari Qur’an surat Al ‘Ashr di atas menurut Syaikh As Sa’di rahimahullah berkata, “Dua hal yang pertama (iman dan amal sholeh) untuk menyempurnakan diri manusia. Sedangkan dua hal berikutnya untuk menyempurnakan orang lain. Seorang manusia akan menggapai kesempurnaan jika melakukan empat hal ini. Itulah manusia yang dapat selamat dari kerugian dan mendapatkan keberuntungan yang besar.” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 934). Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala senantiasa membimbing setiap langkah kita agar senantiasa selamat dari kerugian hakiki, wallahua’lam.(A/RS3/P1) Mi’raj News Agency (MINA)
===== |