Jayapura, Kemendikbudristek — Praktik Baik Pemanfaatan Ruang Revitalisasi Bahasa Daerah di Papua Dalam kesempatan terpisah, Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Sarmi yang menjadi peserta Rakor, Deki Rumbekwan, menyambut baik rencana perda terkait pelindungan bahasa daerah. “Di Kabupaten Sarmi terdapat lima suku besar yaitu Sobei, Armati, Rumbuay, Manirem, dan Isirawa yang menjadi potensi besar untuk program revitalisasi bahasa daerah. Harapan kami, perda tersebut dapat disosialisasikan dengan baik ke kabupaten/kota sehingga implementasinya terlihat nyata dan mendukung program Merdeka Belajar terutama mengenai pengenalan bahasa daerah ke peserta didik,” tuturnya. Selanjutnya, peserta Rakor lainnya, Kepala SD Negeri Inpres Skanto, Kabupaten Keerom, Felisia Hanam, menuturkan tentang pengalaman di sekolah yang dipimpinnya saat menjadi salah satu sasaran program revitalisasi bahasa daerah dari Badan Bahasa pada tahun 2020. “Sebanyak 49 siswa dari kelas 2 hingga 6 SD di sekolah kami dilatih sepanjang bulan Mei hingga Agustus dengan durasi empat jam tiap minggunya oleh para penutur asli bahasa Biabua dari suku Awi di Keerom,” sambungnya seraya menceritakan di bulan September telah diadakan pentas bahasa daerah yang dilakukan siswa melalui bercerita, menyanyi, dan menari dengan menggunakan bahasa Biabua. Felisia menambahkan bahwa selepas program tersebut, siswa yang telah mendapatkan pelatihan bahasa daerah sudah tidak mengingat bahasa daerah tersebut. “Terkesan mereka menjadikan guyonan saja, sehingga perlu diadakan pelatihan serupa yang berkelanjutan. Saat ini, kami berharap Balai Bahasa berkoordinasi dengan Kepala Kampung Skanto untuk mengadakan pelatihan sejenis di masa mendatang,” tekannya. Kisah praktik baik lainnya diungkapkan oleh Duta Bahasa Nasional Provinsi Papua tahun 2018, Agustien Raquela Sanggenafa tentang pengalamannya menjadi Duta Bahasa Provinsi Papua. “Pada tahun 2019, kami disertakan dalam kampanye turun ke kampung Tobati oleh Balai Bahasa Papua untuk melihat siswa dilatih menyanyi dalam bahasa Tobati. Pengalaman tersebut membawa tantangan tersendiri untuk saya dapat membumikan bahasa daerah, seperti yang saya lakukan saat ini, yaitu aktif berkomunikasi menggunakan bahasa daerah dengan anggota keluarga saya,” tutur dara yang berasal dari Waropen dan gemar bermain olahraga basket ini. Tantangan untuk mempertahankan eksistensi bahasa daerah juga dibagikan oleh Duta Bahasa Nasional Provinsi Papua tahun 2019, Grets Walilo yang juga berprofesi sebagai guru mata pelajaran bahasa Inggris di SD YPPK Santo Petrus Kota Jayapura. “Bahasa akan punah jika penuturnya sudah tidak ada lagi, seperti yang terjadi pada beberapa bahasa daerah di Papua, sehingga menjadi penting untuk menumbuhkan kecintaan terhadap bahasa daerah,” sambung Grets yang kerap membubuhkan takarir dalam bahasa Hubula di bagian akhir buku yang ditulisnya dengan maksud agar para pembaca bukunya dapat mencintai dan memperoleh wawasan kosakata dalam bahasa daerah khususnya bahasa Hubula. Pentingnya menumbuhkan kecintaan terhadap bahasa daerah juga ditegaskan oleh Duta Bahasa Nasional Provinsi Papua tahun 2021, Alex Romi yang menceritakan bahwa salah satu tugas yang diemban sebagai Duta Bahasa yaitu melakukan berbagai upaya revitalisasi bahasa daerah di wilayah Papua. “Sebagai Duta Bahasa, kami berkewajiban menumbuhkembangkan kecintaan serta rasa bangga menggunakan bahasa daerah dalam komunikasi sehari-hari di kalangan muda Papua sehingga mereka dapat merasa bahwa bahasa daerah adalah bagian dari kehidupan mereka,” ucap Romi, mahasiswa Insititut Agama Islam Negeri (IAIN) Papua, jurusan Pendidikan Bahasa Inggris semester 8. Berbagai strategi revitalisasi bahasa daerah melalui pola pendekatan langsung di masyarakat dirasa menjadi sangat penting. Peserta Rakor lainnya yang juga merupakan Pendeta di Gereja Kristen Injili Reveil Kabupaten Sentani sekaligus Dosen mata kuliah Kurikulum di Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Burere Sentani, Evelien Fitri Ugadnje menceritakan strategi yang digunakan saat memberikan khotbah di kebaktian minggu yang dipimpinnya. “Sebagai contoh, ketika saya berkhotbah di daerah Sentani Timur, saya menggunakan bahasa daerah yang digunakan di Sentani Timur. Sehingga menjadi sangat penting adanya muatan lokal pembelajaran bahasa daerah di sekolah untuk proses revitalisasi berkelanjutan,” jelasnya.Menjadi amat penting strategi ataupun langkah yang akan digunakan dalam implementasi revitalisasi bahasa daerah turut diceritakan oleh peserta Rakor lainnya, Hans Imbiri, yang berprofesi sebagai pendeta serta peneliti kebahasaan (language surveyor) Yayasan Suluh Insan Lestari (SIL). Tujuan kegiatan Rapat Koordinasi dengan Pemerintah Daerah dalam Rangka Implementasi Pelindungan Bahasa Daerah di Provinsi Papua Tahun 2022 merupakan bagian dari tahapan revitalisasi bahasa daerah serta upaya untuk meningkatkan penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari. (Andrew F./Meryna A.) Sumber :Penulis : pengelola web kemdikbudEditor : Dilihat 1473 kali |