Berapa lama sadar setelah operasi caesar

Ketika seorang ibu sudah melalui masa kehamilan sampai trimester ketiga, kelahiran sang jabang bayi sangatlah dinanti-nantikan. Tetapi ketika persalinan normal tidak memungkinkan dan dokter kandungan memutuskan untuk melakukan operasi caesar, maka akan muncul berbagai pertanyaan.  Apakah ini sudah merupakan keputusan yang tepat? Apakah nanti akan terasa sakit pada saat dioperasi? Apakah aman untuk ibu dan bayi?

Supaya tidak terasa nyeri pada saat dilakukan operasi caesar, ibu harus mendapatkan pembiusan yang adekuat. Terdapat dua pilihan jenis pembiusan yaitu pembiusan umum atau total dan pembiusan regional.  Manakah yang lebih baik?  Sebagai orang awam, melihat ruang operasi dan tetap sadar saat dilakukan tindakan operasi bukanlah pengalaman yang menyenangkan, sehingga memilih tidur pada saat operasi sepertinya lebih menyenangkan.  Tetapi manakah yang lebih aman?

Sebelum dokter ahli anestesi melakukan pembiusan, keputusan jenis pembiusan akan diambil setelah dilakukan anamnesa (wawancara), pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (laboratorium, EKG (Elektro Kardiografi)).  Baik pembiusan total maupun regional, masing-masing disesuaikan dengan indikasi klinis pasien.  Dalam Cochrane Database Review (2012) disampaikan bahwa tidak ada evidens atau bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa pembiusan regional lebih baik dibandingkan dengan pembiusan total dalam hal outcome untuk ibu dan bayi.  Masing-masing memiliki keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri.

Dengan pembiusan regional, ibu tidak akan merasakan nyeri pada area operasi meskipun ibu masih sadar.  Obat anestesi lokal yang dipakai pada pembiusan regional bekerja dengan memblok aliran saraf di tingkat saraf tulang belakang saja.  Disini ibu diuntungkan karena dapat langsung melihat bayinya dan dapat melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) bila kondisi ibu dan bayi memungkinkan.  Selain itu pada teknik epidural, dapat dilakukan pemasangan kateter epidural yang dapat digunakan sebagai alat memasukkan obat pengurang nyeri setelah operasi dengan prinsip kerja sama seperti pembiusan regional, hanya dengan dosis yang lebih kecil, sehingga diharapkan ibu lebih cepat bebas nyeri dan lebih cepat mobilisasi.  Obat anestesi lokal yang dipakai tidak masuk ke aliran darah plasenta sehingga tidak masuk ke janin.

Dalam British Journal of Anesthesia tahun 2009 disebutkan bahwa pembiusan total pada operasi caesar umumnya karena indikasi urgensi (35%), ibu menolak pembiusan regional (20%), pembiusan regional gagal atau tidak adekuat (22%), dan kontraindikasi medis karena fungsi pembekuan darah yang tidak normal atau bentuk tulang belakang yang tidak normal (6%).  Pada pembiusan total, ibu akan tertidur dan terbius segera setelah obat dimasukkan lewat jalur infus.  Obat bius bekerja langsung di susunan saraf pusat di otak.  Kesulitan pemasangan alat bantu nafas karena perubahan bentuk tubuh ibu, risiko aspirasi cairan lambung yang menyebabkan infeksi paru-paru ibu, dan risiko terjadinya gangguan nafas pada bayi akibat penggunaan obat-obatan, menjadi alasan mengapa pada akhirnya pembiusan total bukan menjadi pilihan utama.

Jadi, pembiusan regional atau pembiusan umum? Anda dapat menanyakan lebih lanjut kepada dokter anestesi anda, terkait prosedur, keuntungan dan kerugian serta pertimbangan-pertimbangan dari dokter anestesi saat menyarankan salah satu teknik pembiusan untuk operasi anda.  Utamanya adalah, pembiusan yang dipilih oleh dokter anestesi akan disesuaikan dengan indikasi yang ada, karena yang paling penting adalah keselamatan pasien dalam hal ini keselamatan ibu dan bayinya.

Ingin mengetahui informasi seputar kandungan dapat berkunjung ke Gedung Rawat Jalan Borromeus RS Panti Rapih Yogyakarta.

Artikel ini ditulis oleh: dr. E. Inggita Dyah Perbatasari, Sp.An

(Dokter Spesialis Anestesi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

KOMPAS.com - Tak semua persalinan dapat berlangsung mulus, kadang terdapat indikasi medis yang mengharuskan seorang ibu melewati proses persalinan dengan operasi. Operasi ini disebut dengan Sectio Caesarea.

Sectio Caesarea berasal dari bahasa Latin, Caedere, artinya memotong. Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding rahim. Pada pasien yang dilakukan operasi pembedahan untuk tindakan sectio cesarea ini memerlukan beberapa perhatian karena ibu nifas yang melahirkan dengan operasi caesarea agar dapat melewati fase penyembuhan pasca operasi tanpa komplikasi.

Proses persalinan operasi caesar umumnya berlangsung sekitar satu jam. Pada pasien dengan pembiusan total, kesadaran akan berlangsung pulih secara bertahap seusai penjahitan luka operasi. Sedangkan pada pembiusan regional, dengan anasthesi epidural atau spinal (memasukkan obat bius melalui suntikan pada punggung), ibu bersalin akan tetap sadar hingga operasi selesai dan hanya bagian perut ke bawah akan hilang sensasi rasa sementara.

Pascaoperasi caesar, dilakukan pengawasan oleh perawat dan bidan dalam ruangan pulih sadar sementara sebelum ibu di pindah ke ruang perawatan nifas. Di sini tenaga kesehatan akan memantau tekanan darah, suhu, jumlah urine yang tertampung, kondisi rahim, jumlah darah yang keluar pascaoperasi, dan pemeriksaan laboratorium bila diperlukan. Setelah ibu dipindah ke ruang nifas untuk perawatan selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah :

Efek pembiusan.

Pada pembiusan dengan teknik regional hampir tidak ada keluhan. Perasaan tidak nyaman antara lain karena kaki belum bisa digerakkan sementara waktu, secara bertahap dalam 6 jam pertama kaki mulai bisa aktif digerakkan kembali. Tidak perlu cemas akibat hilangnya sensasi rasa pada kedua kaki. Ini hanya bersifat sementara. Lama pulih setiap pasien berbeda, namun dapat dipastikan semua berlangsung aman dan lancar melewati proses hilangnya efek bius ini. Bila pembiusan umum, Pasca operasi caesar, ibu akan merasa mengantuk, rasa kering pada mulut dan bibir, dan ini juga tak akan berlangsung lama. Secara bertahap ibu akan pulih dan sadar kembali. Berapa lama akan pulih tergantung jenis obat dan dosis pembiusan yang diberikan. Setiap pasien tidak sama. Namun setelah 2 jam dari ruang observasi pascaoperasi, kesadaran ibu perlahan akan pulih.

Kapan boleh minum dan makan?

Untuk pemenuhan kebutuhan makanan dan minum sementara akan diatur oleh bidan sesuai petunjuk dokter ahli anastesi, akan diatur waktunya ibu boleh memulai minum, diet makanan cair dan bertahap makanan padat. Akibat pembiusan fungsi normal seluruh alat pencernaan akan pulih dalam waktu sekitar 12 jam. Namun dalam waktu tersebut ada tahapan dimana pasien akan diberi jadwal untuk mencoba minum air putih hangat sedikit demi sedikit, lalu minuman susu cair, makanan lunak dan akhirnya diet makan nasi biasa. Ketentuan untuk menunggu waktu yang tepat memberikan makanan cair bertahap hingga ke makanan padat adalah dengan pemeriksaan dari tenaga kesehatan, yakni memperhatikan kondisi bising usus, tidak selalu harus buang angin. Sementara waktu diet akan diatur oleh ahli gizi rumah sakit, sebaiknya tidak makan makanan dari luar dulu.

Kapan waktunya infus dan selang kateter urine (untuk mengalirkan dan menampung air seni) akan dilepas?

Pertanyaan ini seringkali muncul. Akibat pemasangan kedua alat ini memang menimbulkan sedikit rasa tidak nyaman. Infus diberikan selain untuk mengganti cairan tubuh yang hilang, memasukkan zat makanan dalam bentuk cairan glukosa dan elektrolit, dan juga berguna untuk memasukkan obat-obatan. Setelah kondisi alat pencernakan pulih sempurna, tidak ada komplikasi tambahan misalnya panas, perdarahan dan sebagainya, infus dan selang kateter akan dilepas setelah 24 jam. Namun demikian, ada kebijakan khusus yang dilakukan untuk penundaan melepas infus bila masih diperlukan misalnya jika pemeriksaan kadar Hb menunjukkan anemia dan perlu tranfusi pascaoperasi caesar, dan berbagai kondisi lain. Pemakaian kateter dan penampung urine bertujuan memantau warna dan jumlah cairan tubuh yang keluar lewat saluran kencing. Pelepasan kateter dilakukan bila pasien sudah tidak menggunakan infus. Setelah kateter dilepas, ibu sebaiknya berusaha untuk mencoba buang air seni secara spontan. Dalam waktu 6 jam setelah dilepas kateter buang air kecil sudah lancar. Bila mengalami masalah kesulitan buang air kecil sebaiknya memberitahu pada petugas kesehatan.

DEFINISI

ERACS adalah teknik operasi yang dikembangkan pada persalinan Caesar dimana keadaaan bisa dioptimalkan pada saat sebelum,selama, sesudah operasi  dalam mencapai proses pemulihan lebih cepat setelah menjalani tindakan pembedahan

TUJUAN ERACS

  1. Agar mobilitas dan proses penyembuhan persalinan dapat tercapai pasien bisa mobilisasi lebih cepat , bisa bergerak lebih awal ,nyeri minimal pasti lebih nyaman
  2. Mengurangi resiko infeksi nosokomial
  3. Biaya minimal

KELEBIHAN METODE ERACRS

  1. Meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pasien
  2. Berkurangnya komplikasi dan durasi rawat inap
    • Pasien 1-2 jam oleh duduk,berdiri,makan
    • Pasien 6-8 jam kateter bisa dilepas (jika mampu boleh jalan)
    • Maksimal 24 jam pasien sudah bisa pulang dengan bayinya dilanjutkan mobilisasi dirumah
  3. Meningkatkan bonding antara ibu dan bayi
  4. Ibu akan pulang dari rumah sakit akan lebih cepat

KOMPLIKASI ERACS

  1. Pusing
  2. Mual
  3. Muntah
  4. Perdarahan

KOMPONEN METODE ERACS

Tim multidisipliner yang terliat dalam perencanan metode ERACS sebaiknya sudah dipersiapkan minimal sejak trimester III kehamilan (dokter obgyn, dokter anastesi, dokter anak, perawat dan bidan yang membantu saat persiapan serta proses pemulihan).

  1. PRE OPERATIF
    1. Edukasi
      • Dokter akan memerikan informasi tentang tindakan operasi dengan Metode ERACS dan informasi terkait pemulihan pasca persalinan
    2. Optimalkan kondisi ibu hamil
      • Haemoglobin (tidak terjadi anemia)
      • Dampak haemoglobin rendah pada ibu yang akan melahirkan mudah lelah , mempengaruhi depresi post partum, peyembuhan luka operasi tidak optimal
    3. Persiapan menyusui (sedini mungkin)
    4. Mengurangi durasi puasa
      • Pada metode konvensional puasa dilakukan biasanya 8-12 jam dilarang makan dan minum apapun sedangkan pada metode ERACS menjadi 6-8 jam tetapi  2 jam sebelum tindakan operasi diperbolehkan untuk minum (air putih, teh manis, jus)
  2. INTRA OPERATIF :
    • Ada 6 tahap :
      1. Mengoptimalkan suhu ke normal dengan alat
      2. Pemberian infus selama tindakan operasi
      3. Pemberian antiotik untuk mencegah infeksi
      4. Teknik pembiusan oleh ahli anastesi
      5. Pencegahan mual dan muntah
      6. Jika memungkinkan Inisiasi menyusui dini dilakukan diruang operasi tergantung kondisi ibu dan bayi
  3. PASCA OPERATIF :
    • Ada 6 tahap :
      1. Membantu fase mobilisasi lebih awal (senyaman pasien)
        • 30 menit pertama: Jika pasien sudah bisa menekuk kaki boleh minum
        • 30 menit kedua:
          1. jika pasien tidak mual keadaan umum stabil secara bertahap pasien boleh latihan duduk ditepi tempat tidur
          2. jika ibu mual, pusing diobservasi dulu pasien dianjurkan untuk rebahan kembali.
          3. Jika pasien sudah bisa jalan ke kamar mandi sendiri kateter urin dilepas( 6 jam post operasi)
      2. Penggunaan anti nyeri
      3. Pasien diperbolehkan makan
        • Jika tidak ada mual pasien dapat makan /minum biasa secara bertahap, pasien dapat dipandu untuk latihan berdiri dan berjalan dengan pendampingan ( bila pusing anjurkan rebahan kembali)
      4. Kateter dilepas lebih awal
        • Jika pasien sudah bisa jalan ke kamar mandi sendiri kateter urin dilepas( 6 jam post operasi)
      5. Konseling laktasi untuk membantu proses laktasi
      6. Kolaborasi terkait tentang perawatan bayi

SIAPA YANG TIDAK DIPEROLEHKAN MENJALANI METODE ERACS

  1. Preeklamsi/ eklamsi
  2. Tekanan darah tidak terkontrol
  3. Anemia erat
  4. Diabetus tidak terkontrol
  5. Pasien dengan gangguan kecemasan tinggi

SIAPA YANG DIPEROLEHKAN MENJALANI METODE ERACS

Penilaian dilihat pada kehamilan trimester III menjelang persalinan apakah layak atau tidak dilakukan metode ERACS ( konsultasi saat periksa)

PERBEDAAN ERACS DENGAN OPERASI SC KONVENSIONAL

Beberapa perbedaan yaitu :

  1. Waktu puasa
  2. Rasa sakit pasca tindakan operasai
    • Pemberian obat pereda nyeri terjadwal melalui infus dan obat yang diminum
    • Pemberian obat anti nyeri pada tulang belakang saat tindakan operasi
  3. Masa pemulihan
    • Penghentian cairan infus ,kateter dan pemberian makan minum lebih awal

(PKRS RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara, disampaikan saat Talkshow di Radio Suara Banjarnegara)