Cuci tangan secara rutin merupakan salah satu upaya yang sangat penting untuk menjaga kebersihan tangan (hand hygiene) dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi, terutama infeksi nosokomial. Menurut WHO, cuci tangan atau hand wash adalah prosedur membersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir, sedangkan hand rub adalah membersihkan tangan dengan hand sanitizer berbasis alkohol.[1,2] Cuci Tangan untuk Mencegah Infeksi Nosokomial Kejadian infeksi nosokomial merupakan salah satu indikator mutu pelayanan dari rumah sakit. Adapun berbagai dampak kerugian dari infeksi nosokomial antara lain terjadi stres emosional yang dapat menurunkan kemampuan dan kualitas hidup pasien, meningkatkan durasi serta biaya perawatan, meningkatkan penggunaan obat-obatan, kebutuhan terhadap isolasi pasien dan meningkatkan keperluan untuk pemeriksaan penunjang dan meningkatkan mortalitas. Infeksi nosokomial bertanggung jawab atas 4%-56% dari semua penyebab kematian pada neonatus, dengan insidensi paling tinggi yaitu 75% di Asia Tenggara dan Afrika Sub-Sahara. Insidensinya cukup tinggi di negara-negara maju yaitu antara 3,5% dan 12% sedangkan di negara-negara berkembang berkisar antara 5,7% dan 19,1%.[3,4]
Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial termasuk dengan menerapkan cuci tangan rutin dengan prosedur yang tepat harus diperkuat demi melindungi pasien, dokter, petugas kesehatan, dan pegawai rumah sakit lainnya. Meski demikian, perlu diingat bahwa cuci tangan saja tidak akan cukup untuk mengendalikan infeksi nosokomial, terutama pada orang-orang yang memiliki faktor risiko berat seperti usia yang lebih tua, penurunan daya tahan tubuh, kunjungan ke Intensive Care Unit (ICU), lama rawatan, maupun penggunaan peralatan medis berulang. Oleh karena itu, tentu cuci tangan tetap harus diikuti dengan langkah pengendalian lainnya.[4,5] Praktik cuci tangan yang baik akan membutuhkan serangkaian intervensi seperti kursus pelatihan khusus, ketersediaan tempat cuci tangan serta sabun, ketersediaan hand sanitizer berbasis alkohol di sebelah tempat tidur setiap pasien atau di tiap ruangan yang ada di rumah sakit, serta pedoman cuci tangan yang diakui internasional di semua ruangan.[5,6] Indikasi Cuci Tangan Mencuci tangan memiliki beberapa tujuan, antara lain menghilangkan mikroorganisme yang ada di tangan, menjaga kondisi steril, melindungi diri dan pasien dari infeksi, serta memberikan perasaan segar dan bersih. Beberapa bukti ilmiah menunjukkan bahwa membersihkan tangan secara signifikan dapat menurunkan transmisi patogen antar tenaga medis dan juga menurunkan insidensi infeksi nosokomial atau healthcare-associated infections (HCAI).[5,7] WHO mengeluarkan pedoman untuk menentukan kapan harus cuci tangan yang dikenal dengan sebutan 5 Moments of Hand Hygiene, terdiri dari:
Selain dari lima waktu diatas, menjaga kebersihan tangan juga perlu dilakukan ketika melepas sarung tangan, sebelum dan sesudah bekerja, sebelum dan sesudah makan minum, sebelum dan sesudah menggunakan keyboard, setelah mengunjungi daerah terinfeksi, setelah menggunakan toilet, dan setelah mengusap hidung. Cuci tangan setelah melepas sarung tangan dianggap perlu karena masih ada risiko kebocoran sarung tangan dan kontaminasi ketika melepaskan sarung tangan.[1,5] Metode Cuci Tangan Menurut WHO dan Center for Disease Control (CDC) terdapat dua metode untuk membersihkan tangan, yaitu menggunakan air serta sabun dan menggunakan hand sanitizer berbasis alkohol. Penggunaan hand sanitizer berbasis alkohol merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi mikroorganisme pada tangan. Sebelum mencuci tangan, dokter dan tenaga kesehatan perlu memperhatikan kebersihan kuku jari, yaitu dengan selalu menjaga panjang kuku tidak lebih dari 0,5 cm dan hindari pemakaian cat pewarna kuku. Pemakaian kuku palsu atau nail extensions harus dihindari karena memungkinkan kuman patogen tetap bertahan pada area subungual.[1,5,8,9] Hand Rub atau Cuci Tangan dengan Hand Sanitizer Metode hand rub atau cuci tangan menggunakan hand sanitizer berbasis alkohol lebih dianjurkan untuk diterapkan pada semua situasi klinis selama tangan terlihat bersih. Keuntungan lain dari metode ini adalah waktu membersihkan tangan yang lebih singkat, lebih murah dalam segi biaya, mudah diakses, serta efek iritasi kulit yang lebih ringan. Suatu tinjauan sistematis menunjukkan bahwa ketersediaan hand sanitizer berbasis alkohol di samping tempat tidur pasien akan meningkatkan kepatuhan petugas kesehatan untuk menjaga kebersihan tangan.[1,5,8] Hand sanitizer berbasis alkohol biasanya mengandung isopropanol, etanol, n-propranolol, ataupun campuran dari ketiganya. Rekomendasi CDC, larutan hand sanitizer yang baik harus mengandung 80% etanol atau 75% isopropanol, meski demikian hand sanitizer yang mengandung 60-90% alkohol tetap dapat digunakan. Alkohol memiliki aktivitas germisidal in vitro yang sangat baik dalam membasmi bakteri gram positif dan negatif, termasuk pathogen multidrug-resistant seperti Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) dan Vancomycin Resistant Enterococci (VRE), bakteri Mycobacterium tuberculosis, dan sejumlah fungi. Berdasarkan uji in vitro, beberapa jenis enveloped viruses seperti virus herpes simplex, HIV, virus influenza, dan respiratory syncytial virus juga dapat melemah dengan penggunaan alkohol.[6,9,10] Prosedur Hand Rub adalah sebagai berikut:
Hand Wash atau Cuci Tangan dengan Air Mengalir dan Sabun Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun antimikroba harus dilakukan ketika terdapat kontak dengan darah atau cairan tubuh pasien lainnya, dan jika diduga terjadi kontak dengan spora bakteri seperti Clostridium difficile, non-enveloped virus (rotavirus, norovirus, polio, Hepatitis A), Bacillus anthracis, dan parasit tropikal.[1,5] Teknik hand wash memerlukan sarana dan prasarana yang memadai, agar cuci tangan dapat dilakukan dengan maksimal. Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan adalah setiap wastafel dilengkapi dengan peralatan cuci tangan sesuai standar rumah sakit, seperti kran air bertangkai panjang untuk mengalirkan air bersih, tempat sampah injak tertutup yang dilapisi kantong sampah medis, alat pengering seperti tisu atau lap tangan, sabun cair atau cairan pembersih tangan yang berfungsi sebagai antiseptik, lotion tangan, serta di bawah wastafel terdapat alas kaki dari bahan handuk.[5,6] Prosedur hand wash dapat dilakukan dengan tahapan berikut:
Gerakan Tepung Selaci Puput Gerakan menggosok pada prosedur cuci tangan terdiri dari 6 langkah yang sering dihafalkan dengan istilah TePung Selaci Puput. Istilah tersebut mnemonic dari Telapak Tangan, Punggung Tangan, Sela-sela Jari, Kunci jari-jari sisi dalam kedua tangan, Putar ibu jari tangan kiri dalam genggaman tangan kanan dan sebaliknya, dan Putar ujung jari tangan kanan yang dirapatkan pada telapak tangan kanan dan sebaliknya Gambar 1. Gerakan Cuci Tangan Tepung Selaci Puput Hand Hygiene pada Pembedahan Prosedur membersihkan tangan saat akan melakukan pembedahan memerlukan langkah yang lebih kompleks. Setelah melepaskan semua barang yang menempel di tangan seperti gelang, jam tangan, dan cincin, langkah berikutnya adalah membersihkan debris di bawah kuku menggunakan nail cleaner yang dikerjakan di bawah air mengalir. Kemudian melakukan prosedur antisepsis dari jari-jari tangan, telapak tangan, hingga lengan bawah. Antisepsis dapat menggunakan hand sanitizer berbasis alkohol atau sabun antiseptik / antimikroba. Jika menggunakan sabun, menggosok tangan harus kira-kira selama 2-6 menit. Jika menggunakan hand sanitizer berbasis alkohol, tetap diawali dengan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun biasa, dan setelah dikeringkan baru kemudian menggunakan hand sanitizer sesuai petunjuk yang tersedia dan dibiarkan kering secara alami. Setelah prosedur tangan dilakukan dengan benar, baru kemudian menggunakan sarung tangan steril.[5,9] Penggunaan Sarung Tangan Indikasi penggunaan sarung tangan sebagai bagian alat pelindung diri (APD), adalah untuk mengurangi risiko kontaminasi dokter dan tenaga kesehatan dari darah dan cairan tubuh pasien lainnya. Selain itu juga untuk mencegah transmisi mikroorganisme infeksius dari tangan dokter dan petugas kesehatan ke lingkungan, ke pasien, dan dari satu pasien ke pasien lainnya. Sarung tangan sebaiknya dipakai saat melakukan prosedur invasif, kontak dengan daerah steril, dan kontak dengan kulit yang tidak intak dan membran mukosa. Perlu diingat bahwa penggunaan sarung tangan tidak menggantikan kegiatan membersihkan tangan dengan cuci tangan. Jangan pernah gunakan sarung tangan yang sama saat berhadapan dengan pasien yang berbeda. Lepaskan sarung tangan secara hati-hati setelah selesai atau saat sarung tangan robek, kemudian cuci tangan sesegera mungkin.[9] Efek Samping Cuci Tangan Efek samping yang mungkin terjadi dari kegiatan cuci tangan terutama hand dermatitis, berupa kulit kering, dermatitis kontak iritan, atau dermatitis kontak alergi. Namun efek samping ini sangat jarang terjadi karena larutan hand sanitizer rub yang tersedia kini sudah mengandung emolien atau pelembab. Selain itu, penggunaan lotion dan hand cream secara berkala juga dapat membantu mengurangi kekeringan pada kulit. Efek tidak nyaman lainnya adalah jika ada luka terbuka atau kulit yang terkelupas, maka akan terasa perih saat terkena sabun maupun larutan mengandung alkohol. Kesimpulan Tangan tenaga medis yang terkontaminasi merupakan sumber utama dari penyebaran mikroorganisme patogen, sehingga dapat memicu infeksi nosokomial. Salah satu langkah pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial yang sangat dianjurkan adalah dengan mencuci tangan. Tenaga medis perlu mengetahui kapan saja waktu yang tepat untuk mencuci tangan, serta metode mencuci tangan yang tepat. Mencuci tangan secara tepat dan rutin mampu mencegah proliferasi bakteri sehingga menurunkan resiko infeksi nosokomial. Dengan menurunnya infeksi nosokomial, tentu akan turut menekan biaya serta lama perawatan dan meningkatkan harapan hidup pasien. Perlu diingat bahwa cuci tangan saja tidak akan cukup untuk mengendalikan infeksi nosokomial, karena itu perlu diikuti dengan langkah pengendalian lainnya. Penulisan pertama: dr. Hunied Kautsar
1. WHO. WHO Save Lives: Clean Your Hands. 2019. Available from: https://www.who.int/infection-prevention/campaigns/clean-hands/advocacy-slides-2019_short.pdf?ua=1 2. Shobowale EO, Adegunle B, Onyedibe K. An assessment of hand hygiene practices of healthcare workers of a semi-urban teaching hospital using the five moments of hand hygiene. Niger Med J. 2016;57(3):150-154. doi:10.4103/0300-1652.184058 3. Arntz PR, Hopman J, Nillesen M, et al. Effectiveness of a multimodal hand hygiene improvement strategy in the emergency department. Am J Infect Control. 2016;44(11):1203-1207. doi:10.1016/j.ajic.2016.03.017 4. Khan HA, Baig FK, Mehboob R. Nosocomial infections: Epidemiology, prevention, control and surveillance. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 2017;7(5), 478–482. 5. Toney-Butler TJ, Gasner A, Carver N. Hand Washing (Hand Hygiene) [Updated 2020 May 29]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470254/ 6. Gold NA, Mirza TM, Avva U. Alcohol Sanitizer. [Updated 2020 Jun 24]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513254/ 7. Sickbert-Bennett EE, DiBiase LM, Willis TM, Wolak ES, Weber DJ, Rutala WA. Reduction of Healthcare-Associated Infections by Exceeding High Compliance with Hand Hygiene Practices. Emerging Infect. Dis. 2016 Sep;22(9):1628-30. 8. Gould DJ, Moralejo D, Drey N, Chudleigh JH, Taljaard M. Interventions to improve hand hygiene compliance in patient care. Cochrane Database Syst Rev. 2017 Sep 01;9:CD005186. 9. CDC. Clean hands count for healthcare providers. 2020. Available at https://www.cdc.gov/handhygiene/providers/index.html 10. Jain VM, Karibasappa GN, Dodamani AS, Prashanth VK, Mali GV. Comparative assessment of antimicrobial efficacy of different hand sanitizers: An in vitro study. Dent Res J (Isfahan). 2016;13(5):424-431. doi:10.4103/1735-3327.192283 |